DISUSUN OLEH :
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat sehingga makalah mata kuliah keperawatan
anak berjudul “PATOFISIOLOGI DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK KELAINAN CONGENITAL SISTEM DIGESTIVE ATRESIA
DUCTUS HEPATICUS (ATRESIA BILIER)” dapat diselesaikan sesuai target
yang ingin dicapai oleh penulis.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar belakang
Atresia bilier merupakan proses inflamasi progresif yang menyebabkan
fibrosis saluran empedu intrahepatik maupun ekstrahepatik sehingga pada
akhirnya akan terjadi obstruksi saluran tersebut (Donna L. Wong, 2008). Atresia
bilier terjadi karena proses inflamasi berkepanjangan yang menyebabkan
kerusakan progresif pada duktus bilier ekstrahepatik sehingga menyebabkan
hambatan aliran empedu. Tindakan operatif atau bedah dapat dilakukan untuk
penatalaksanaannya. Pada lebih kurang 80% - 90% bayi dengan atresia biliaris
ekstrahepatik yang menjalani pembedahan ketika usianya kurang dari 10 minggu
dapat dicapai drainase getah empedu (Halamek dan Stevenson, 1997). Meski
demikian, sirosis yang progresif tetap terjadi pada anak, dan sampai 80% - 90%
kasus pada akhirnya akan memerlukan transplantasi hati (Andres, 1996).
Atresia bilier ditemukan pada 1 dalam 10.000 kelahiran hidup dan 1
dalam 25.000 kelahiran hidup. Tampaknya tidak terdapat predileksi rasial atau
genetik kendati ditemukan predominasi wanita sebesar 1,4:1 (McEvoy dan
Suchy, 1996; Whitington, 1996). Di Belanda, dilaporkan kasus atresia bilier
sebanyak 5 dari 100.000 kelahiran hidup, di Perancis 5,1 dari 100.000 kelahiran
hidup, di Inggris dilaporkan 6 dari 100.000 kelahiran hidup. Di Texas tercatat
6.5 dari 100.000 kelahiran hidup, 7 dari 100.000 kelahiran hidup di Australia,
7,4 dari 100.000 kelahiran hidup di USA dan dilaporkan terdapat 10,6 dari
100.000 kelahiran hidup di Jepang menderita atresia bilier. Dari 904 kasus
atresia bilier yang terdaftar di lebih 100 institusi, atresia bilier di dapatkan pada
ras Kaukasia (62%), berkulit hitam (20%), Hispanik (11%), Asia (4,2%) dan
Indian amerika (1,5%). Walau jarang namun jumlah penderita atresia bilier yang
ditangani RS. Cipto Mangun Kusumo (RSCM) pada tahun 2002-2003 tercatat
mencapai 37-38 bayi atau 23% dari 163 bayi berpenyakit kuning akibat kelainan
fungsi hati. Sedangkan di RSU Dr. Soetomo Surabaya antara tahun 1999-2004
ditemukan dari 19.270 penderita rawat inap di Instalansi Rawat Inap Anak,
tercatat 96 penderita dengan penyakit kuning gangguan fungsi hati didapatkan 9
(9,4%) menderita atresia bilier ( Widodo J, 2010).
Pada atresia bilier terjadi penyumbatan aliran empedu dari hati ke
kandung empedu. Atresia bilier terjadi karena adanya perkembangan abnormal
dari saluran empedu di dalam maupun di luar hati. Tetapi penyebab terjadinya
gangguan perkembangan saluran empedu ini tidak diketahui. Jika aluran empedu
buntu, maka empedu akan menumpuk di hati. Selain itu akan terjadi ikterus atau
kuning di kulit dan mata akibat tingginya kadar bilirubin dalam darah. Hal ini
bisa menyebabkan kerusakan hati dan sirosis hati, yang jika tidak diobati bisa
berakibat fatal atau sampai terjadi kematian.
Deteksi dini dari kemungkinan adanya atresia bilier sangat penting sebab
efikasi pembedahan hepatik-pontoeterostomi (operasi Kasai) akan menurun bila
dilakukan setelah umur 2 bulan. Bagi penderita atresia bilier prosedur yang baik
adalah mengganti saluran empedu yang mengalirkan empedu ke usus. Selain itu,
terdapat beberapa intervensi keperawatan yang penting bagi anak yang
menderita atresia bilier. Penyuluhan yang meliputi semua aspek rencana
penanganan dan dasar pemikiran bagi tindakan yang akan dilakukan harus
disampaikan kepada anggota keluarga pasien. (Donna L. Wong, 2008).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Atresia Bilier ?
2. Apakah Etiologi Atresia Bilier ?
3. Bagaimanakah Patofisiologi Atresia Biller ?
4. Apa Sajakah Gejala Atresia Bilier ?
5. Apa Sajakah Komplikasi Atresia Bilier ?
6. Bagaimanakah Pengobatan Atresia Bilier ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Atresia Bilier.
2. Untuk mengetahui etiologi Atresia Bilier.
3. Untuk mengetahui patofisilogi Atresia Bilier.
4. Untuk mengetahui gejala Atresia Bilier.
5. Untuk mengetahui komplikasi Atresia Bilier.
6. Untuk mengetahui pengobatan Atresia Bilier.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Gejala
Gejala biasanya timbul dalam waktu 2 minggu setelah lahir, yaitu berupa:
Air kemih bayi berwarna gelap
Tinja berwarna pucat
kulit berwarna kuning
berat badan tidak bertambah atau penambahan berat badan
berlangsung lambat
hati membesar.
Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala berikut:
gangguan pertumbuhan
gatal-gatal
Rewel
tekanan darah tinggi pada vena porta (pembuluh darah yang
mengangkut darah dari lambung, usus dan limpa ke hati).
Distensi abdomen
Varises esophagus
Hepatomegali
Jaundice dalam 2 minggu sampai 2 bulan
Lemah
Pruritus
Anoreksia
Letragi
E. Komplikasi
F. Pemeriksaan Diagnostik
G. Diagnosa
H. Pengobatan
I. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1) Anamneses
2) Riwayat penyakit sekarang
3) Riwayat penyakit dahulu
4) Riwayat penyakit keluarga
5) Pemeriksaan fisik:
6) System gastrointestinal: warna tinja, distensi, asites,
hepatomegali,anoreksia, tidak mau makan
7) System pernafasan
8) Genitourinary : Warna urine
9) Integumen: jaundice,kulit kering, pruritus, kerusakan kulit,edema
perifer
10) Muskuloskletal letargi
J. Diagnose Keperawatan
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran