Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERTOLONGAN ELIMINASI URIN

NAMA :ALYA APRILLIA KALENGGO

KELAS :12 KEPERAWATAN

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KESEHATAN


UNAAHA
TAHUN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Pertolongan Eliminasi Urin, dengan tepat waktu

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................ 1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 2
2.1 Konsep pemenuhan kebutuhan eliminasi urine............................................................ 2
2.2 Proses Berkemih........................................................................................................... 3
2.3 Faktor yang mempengaruhi eliminsai urine................................................................. 4
2.4 Masalah Eliminasi Urin................................................................................................ 4
2.5 Asuhan Keperawatan dengan Pemenuhan Kebutuhan Urin......................................... 5
2.6 Diagnosa Keperawatan................................................................................................. 7
2.7 Evaluasi ....................................................................................................................... 11
BAB III PENUTUP.................................................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan................................................................................................................... 12
3.2 Saran............................................................................................................................. 12
Daftar Pustaka.......................................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Eliminasi urin merupakan salah dari proses metabolik tubuh. Zat yang tidak
dibutuhkan, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara
primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama
metabolisme pada jaringan. Hampir semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh sistem
vena dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium / keringat.
Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan kelebihan cairan
tubuh, elektrolit, ion-ion hidrogen, dan asam.
Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan sirkulasi
volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran
urin juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas,
urin dan kandungan produk sampah didalam urin.
Usus mengeluarkan feses dan beberapa cairan dari tubuh. Pengeluaran feses melalui
evakuasi usus besar biasanya menjadi sebuah pola pada usia 30 sampai 36 bulan.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana diagnosa keperawatan dalam Pertolongan Eliminasi Urin?

1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mempelajari eliminasi urin

b. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan anatomi fisiologisistem perkemihan
b. Menjelaskan konsep pemenuhan kebutuhan eliminasi urine
c. Menjelaskan proses perkemihan
d. Menjelaskan masalah eliminasi urin
e. Menjelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi eliminasi urine
f. Menjelaskan asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan urin

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urin
a. Anatomi fisiologi Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap
zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh
tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
b. Susunan Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua
ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika
urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu uretra, urin dikeluarkan dari vesika
urinaria.
c. Ginjal (Ren)
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal
ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas
(superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal kanan
biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas.
Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal)
yang membantu meredam goncangan.
d. Fungsi ginjal
- Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
- Mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
- Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
- Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
e. Struktur Ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex
renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam
yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut
yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari
lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh
darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima
urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang
masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal.
Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus
proximal, angsa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.
f. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria.
Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga
abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
g. Lapisan dinding ureter terdiri dari:
- Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa) 
- Lapisan tengah lapisan otot polos
- Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong
urin masuk ke dalam kandung kemih.
h. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah
pir (kendi). Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika
urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.
Dinding kandung kemih terdiri dari:
2
- Lapisan sebelah luar (peritoneum).
- Tunika muskularis (lapisan berotot).
- Tunika submukosa.
- Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
i. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari :
- Urethra pars Prostatica
- Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
- Urethra pars spongiosa.
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis).
Sphincter uretra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini
hanya sebagai saluran ekskresi.
j. Dinding uretra terdiri dari 3 lapisan:
- Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria.
Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter uretra menjaga agar uretra
tetap tertutup.
- Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
- Lapisan mukosa.
k. Urin (Air Kemih)
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
- Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan
dan faktor lainnya.
- Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
- Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.
- Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
- Berat jenis 1,015-1,020.
- Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur
menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
l. Komposisi air kemih, terdiri dari:
- Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
- Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan
kreatinin.
- Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
- Pagmen (bilirubin dan urobilin).
- Toksin.
- Hormon.
m. Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin. Mikturisi
melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
- Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya meningkat
melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml urin),
keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2).
- Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung
kemih.
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar
pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem saraf
simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot
detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls
menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI
(normal: tidak nyeri).
Ciri-Ciri Urin Normal

3
- Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan
yang masuk.
- Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
- Baunya tajam.
- Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
2.2 Proses Berkemih
1. Proses Filtrasi ,di glomerulus
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein.
Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium,
klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. Cairan yang disaring disebut
filtrate glomerulus.
2. Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,
klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator
reabsorbsi) di tubulus proximal.
Sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat
bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya
dialirkan pada papilla renalis.
3. Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis
selanjutnya diteruskan ke luar.
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine
a. Diet dan Asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output urine
(jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga
dapat meningkatkan pembentukan urine.
b. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine
banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah
urine.
c. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam
kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.
d.    Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih.
Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine
yangdiproduksi.
e. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi
sfingter.Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan
berkemihmenurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
f. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih.
Haltersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan
untukmengontrol buang air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol
buang airkecil.
g. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.
h. Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya
kulturpada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.
i. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk berkemih
dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
4
j.  Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah
ototkandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam
kontraksipengontirolan pengeluaran urine.
k. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan
ataupenurunan -proses perkemihan. Misalnya pemberian diure;tik dapat meningkatkan
jumlah urine, se;dangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat
menyebabkan retensi urine.
l. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan eliminasi urine,
khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran
kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga
mengurangi produksi urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal
pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.
2.4 Masalah Eliminasi Urin
Penyakit ginjal utamanya akan berdampak pada sistem tubuh secara umum. Salah satu
yang tersering ialah gangguan urine.
Beberapa masalah eliminasi urine yang sering muncul, antara lain :
a. Retensi
Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan kandung kemih danketidaksanggupan
kandung kemih untuk mengosongkan sendiri.
Kemungkinan penyebabnya :
- Operasi pada daerah abdomen bawah.
- Kerusakan ateren
- Penyumbatan spinkter.
b. Tanda-tanda retensi urine :
- Ketidak nyamanan daerah pubis.
- Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
- Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
- Meningkatnya keinginan berkemih.
- Enuresis
c. Eniorisis
Ialah keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak umumnya malam
hari.Kemungkinan peyebabnya :
- Kapasitas kandung kemih lebih kecil dari normal.
- Kandung kemih yang irritable
- Suasana emosiaonal yang tidak menyenangkan
-  ISK atau perubahan fisik atau revolusi.
d. Inkontinensia
Inkontinesia Urine ialah bak yang tidak terkontrol.
Jenis inkotinensia
- Inkontinensia Fungsional/urgensi
Inkotinensia Fungsional ialah keadaan dimana individu mengalami inkontine karena kesulitan
dalam mencapai atau ketidak mampuan untuk mencapai toilet sebelum berkemih.
Faktor Penyebab:
1. Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung kemih.
2. Penurunan tonur kandung kemih
3. Kerusakan moviliasi, depresi, anietas
4. Lingkungan
5. Lanjut usia.
-  Inkontinensia Stress
Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami pengeluaran urine segera pada
peningkatan dalam tekanan intra abdomen.
5
Faktor Penyebab:
1.    Inkomplet outlet kandung kemih
2.    Tingginya tekanan infra abdomen
3.    Kelemahan atas peluis dan struktur pengangga
4.    Lanjut usia.

- Inkontinensia Total
Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami kehilangan urine terus
menerus yang tidak dapat diperkirakan.
Faktor Penyebab:
1.    Penurunan Kapasitas kandung kemih.
2.    Penurunan isyarat kandung kemih
3.    Efek pembedahan spinkter kandung kemih
4.    Penurunan tonus kandung kemih
5.    Kelemahan otot dasar panggul.
6.    Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih
7.    Perubahan pola
8.    Frekuensi
9.    Meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya cairan.
10. Urgency
11. Perasaan seseorang harus berkemih.

2.5 Asuhan Keperawatan dengan Pemenuhan Kebutuhan Urin


1. Pengkajian
- Kebiasaan berkemih
Pengkajian ini meliputi bagaimana kebiasaan berkemih serta hambatannya.
Frekuensi berkemih bergantung ada kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang berkemih
setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu berkemih pada malam
hari.
- Pola berkemih
Frekuensi berkemih
Frekuensi berkemih menentukan berapa kali individu berkemih dalam waktu 24 jam.
Urgensi
Perasaan sesorang untuk berkemih seperti seseorang sering ke toilet karena takut
mengalami inkontinensia jika tidak berkemih.
 Disruria
Keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih. Keadaan demikianlah dapat ditemukan
pada striktur uretra, infeksi saluran kemih, trauma pada vesika urinaria, dan uretra.
Poliuria
Keadaan produksi urin yang abnormal pada jumlah yang besar tanpa adanya peningkatan
asupan cairan.
Urinaria supresi
Keadaan produksi urin yang berhenti secara mendadak.
2. Volume Urin
Volume urin menentukan berapa jumlah urin yang dikeluarkan dalam waktu 24 jam.
3. Faktor yang mempengaruhi kebiasaaan buang air kecil
a. Diet
b. Gaya hidup
c.  Stres psikologis
d. Tingkat aktivitas

6
4. Karakteristik urin
Warna
   Normal                        : pucat, kekuningan, kuning coklat.
   Merah gelap      : perdarahan diginjal / ureter
   Merah terang : perdarahan KK atau uretra
   Coklat gelap : peningkatan bilirubin akibat disfungsi hati bila dikocok busa kuning.
Kejernihan
   Normal                        : transparan
   Peningkatan protein    : keruh atau berbusa
   Bakteri                         : pekat dan akeruh.
   Bau                              : Amonia
   Urin berbau buah         : DM dan kelaparan akibat aseton dan asam asetoasetik.
Pemeriksaan urin
        Urinalisis
        Berat jenis urin
        Kultur urin
        Pemeriksaan Urin (pengumpulan urin)
        Acak
        Bersih tapi tidak harus steril
        Untuk urinalisis/ mengukur BJ, PH, kadar glukosa
        Cara : klien berkemih dalam wadah urin yg bersih
        Klien berkemih sebelum defekasi.
        Spesimen midstream
        Memperoleh spesimen yg relatif bebas mikroorganisme
        Untuk kultur dan sensitivitas urin
        Bersihkan genetalia dengan benar
        Urin pertama jgn ditampung baru pertengahan ditampung
        Spesimen steril
        Diambil mll kateter

2.6 Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri berhubungan dengan
-  Inflamasi uretra
- Obstruksi pd uretra
- Defisit perawatan diri: toileting yg berhubungan dengan
- Keterbatasan mobilitas
- Kerusakan integritas kulit / resiko kerusakan integritas kulit b.d
- Inkontinensia urin
- Perubahan eliminasi urin
- Kerusakan sensorik motorik
- Resiko infeksi berhubungan dengan
- Higiene personal yg tidak baik
- Insersi kateter uretra
- Inkontinensia fungsional berhubungan dengan
- Terapi deuretik
- Keterbatasan mobilitas
- Inkontinensia refleks berhubungan dengan
- Penggunaan anestesi untuk pembedahan
- Inkontinensia stress berhubungan dengan
- Peningkatan tekanan intraabdominal
- Kelemahan otot panggul
- Inkontinensia urgensi
- Iritasi mukosa kendung kemih
- Penurunan kapasitas kandung kemih
7
- Retensi urin
- Obstruksi leher kandung kemih
b. Intervensi
- Tingkatkan kesehatan untuk memelihara serta melindungi fungsi sistem kemih yang
sehat
- Penyuluhan klien
- Tingkatkan perkemihan normal
- Wanita jongkok / duduk meningkatkan kontraksi otot panggul dan intra abdomen. yang
membantu mengontrol sfingter serta membantu kontraksi kandung kemih.
- berdiri.Laki-laki
- Stimulus sensori : suara air yang mengalir, menepuk paa bagian dalam, meletakkan
tangan dlm panci berair.
- Mempertahankan kebiasaan eliminasi
- Mempertahankan asupan cairan yg adekuat mengekskresikan partikel yg dapat
berkumpul dlm sistem perkemihan. 2000 s.d 2500 ml / hari, but 1200 s.d 1500 biasanya
adekuat.
- Hindari minum 2 jam sebelum tidur  nokturia
- Meningkatkan pengosongan kandung kemih secara lengkap.
- Pencegahan infeksi
- Pemeliharaan pirenium yang baik
- Asupan cairan yang adekuat meningkatkan  pengeluaran urin & mikroorganisme dari
uretra
- Mengasamkan urin menghambat pertumbuhan bakteri
- Mempertahankan kebiasaan eliminasi
- Obat-obatan (merelaksasikan kandung kemih, menstimulasi kontraksi kandung kemih,
merelaksasi otot polos prostat.
            Perawatan Akut
 Kateterisasi
 Memasukkan selang plastik aau karet mll uretra ke kandung kemih.
 Tipe kateter.
  kateter lurus sekali pakaiIndweling/intemiten
 Kateter menetap/ foley kateter  menetap untuk periode waktu tertentu
 Kateter caude  ujungnya melengkung, untuk pria yang mengalami pembesaran prostat
 Indikasi pemasangan kateter intermiten
 Meredakan rasa tidak nyaman akibat distensi kandung kemih
 Mengambil spesimen urin steril
 Mengkaji residu urin setelah pengosongan kandung kemih
 Penatalaksanaan jangka panjang klien yang mengalami cidera medula spinalis
 Indikasi pemasangan kateter meneta sementara
 Obstruksi pd aliran urin (pembesaran prostat)
 Perbaikan kandung kemih, uretra dan struktur disekeliling mll embedahan
 Mencegah obstruksi uretra akibat adanya bekuan darah
 Mengukur haluran urin
 Irigasi kandung kemih
 Keteter menetap jangka panjang
 Retensi urin berat
 Ruam kulit, ulkus dan iritasiakibat kontak dgn urin
 Penderita penyakit terminal
 Perawatan restorasi
 Menguatkan otot panggul
 Kegel exercise  meningkatkan kontraksi otot dasar panggul.
 Mempertahankan integritas kulit
 Cuci kulit yg teriritasi urin dgn sabun dan air hangat
 Pakai pelembabBila sudah teriritasi dokter dpt meresepkan salep steroid.
8
 Bladder training
 Melatih kembali kandung kemih untuk mengembalikan pola normal perkemihan dengan
menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih.

9
Melakukan Kateterisasi

                                    Pada wanita                                                    Pada Pria

a. Pengertian
Katerisasi merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam
kandung kemih melalui uretra yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan eliminasi
dan sebagai pengambilan bahan pemeriksaan. Pelaksanaan katerisasi dapat dilakukan
melalui dua cara : intermiten (straight kateter) dan indwelling (foley kateter).

Indikasi
Tipe Intermiten
- Tidak mampu berkemih 8-12 jam setelah operasi
- Retensi akut setelah trauma uretra
- Tidak mampu berkemih akibat obat sedatif atau analgestik
- Cedera pada tulang belakang
- Degenerasi neuromuskular secara progresif
- Pengeluaran urin residual
Tipe Indwelling
- Obstruksi aliran urin
- Pascaoperasi uretra dan struktur di sekitarnya
- Obstruksi uretra
- Inkontinensia dan disorientasi berat

a. Tujuan
- Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih
- Untuk pengumpulan spesimen urine
- Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih
- Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan

b. Alat
- Tromol steril berisi
- Gass steril
- Deppers steril
- Handscoen
- Cucing
- Neirbecken
- Pinset anatomis
- Doek
- Kateter steril sesuai ukuran yang dibutuhkan
- Tempat spesimen urine jika diperlukan
- Urobag
- Perlak dan pengalasnya
- Disposable spuit
- Selimut
c. Prosedur kerja
Untuk Pasien Pria
- Cuci tangan
- 2.      Jelaskan prosedur
- Atur ruangan / pasang sampiran
- Pasang perlak / alas
- Gunakan sarung steril
10
- Pasang duk steril
- Pegang penis dengan tangan sebelah kiri, lalu preputium ditarik sedikit ke pangkalnya
dan bersihkan dengan kapas sublimat / savlon.
- Beri minyak pelumas atau jeli pada ujung kateter (kurang lebih 12,5-17,5 cm), lalu
masukkan pelan-pelan (kurang lenih 17,5-20 cm) sambil anjurkan untuk menarik napas.
- Jika tertahan jangan dipaksa/tegangkan
- Setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya untuk yang
dipasang tetap, dan bila tidak dipasang tetap tarik kembali sambil pasien disuruh napas
dalam.
- Sambung kateter dengan urobag dan fiksasi ke arah atas paha / abdomen
- Rapikan alat
- Cuci tangan

Untuk Pasien Wanita


1.  Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur
3. Atur ruangan / pasang sampiran
4. Pasang perlak / alas
5. Gunakan sarung steril
6. Pasang duk steril\
7. Bersihkan vulva dengan kapas sublimat dari atas ke bawah (kurang lebih 3 kali hingga
bersih)
8. Buka labia mayor dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri lalu bersihkan bagian dalam
9. Beri minyak pelumas atau jeli pada ujung kateter (kurang lebih 2,5-5 cm), lalu masukkan
pelan-pelan sambil anjurkan untuk menarik napas (kurang lenih 2,5-5 cm) atau hingga
urin keluar.
10. Setelah selesai, isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya menggunakan spuit
untuk yang dipasang tetap dan bila tidak dipasang tetap tarik kembali sambil suruh
pasien untuk napas dalam.
11. Sambung kateter dengan urobag dan fiksasi ke arah samping
12. Rapikan alat
13. Cuci tangan

2.7 Evaluasi
- Klien mampu berkemih secara normal tanpa mengalami gejala-gejala ggn perkemihan
-  Karakteristik urin : kekuningan, jernih, tidak mengandung unsur yg abnormal
- Mampu mengidentifikasi faktor-faktor yg mempengaruhi eliminasi
- Tidak terjadi komplikasi akibat perubahan pola eliminasi

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Eliminasi urin merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh. Urin dikeluarkan melalui
paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan.
2. Sistem perkemihan terdiri dari dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, dua ureter yang
membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), satu vesika urinaria (VU),
tempat urin dikumpulkan, dan satu uretra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
3. Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine yaitu diet dan asupan (intake), respons
keinginan awal untuk berkemih, gaya hidup, stres psikologis, tingkat , aktivitas,tingkat
perkembangankondisi penyakit, sosiokultural, kebiasaan seseorang, tonus otot, pengobatan,
dan pemeriksaan diagnostik

3.2 Saran
1. Kita  harus  lebih  memperhatikan  kebutuhan  eliminasi  urin dalam kehidupan kita sehari-
hari. 
2. Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urine. 

12
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Penerbit Salemba Mediak.


Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan . Jakarta : EGC.
Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta : EGC
Teguh Subianto. 2011. Prosedur Pemasangan Kateter Kandung
Kemih.http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/prosedur-pemasangan-kateter-kandung.html.
Diakses tanggal 10 Maret 2012 Pukul 21.11

13

Anda mungkin juga menyukai