Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KEHAMILAN POSTMATUR (POSTTERM)

KELOMPOK 3

1. ANNISA MUZRIAH
2. DEDE WIDYA NINGSIH
3. DWI DARMAYANTI
4. EMA MAULINA

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S.1

MATARAM

2020

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Salawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam nabi besar
muhammad SAW, seorang nabi yang telah membawa kita dari jaman kegelapan
menuju jaman yang terang benerang seperti yang kita rasakan seperti saat sekarang
ini.
Ucapan terima kasih juga kami haturkan kepada Ibu dosen yang telah ikut serta
dalam memberikan tugas makalah “Kehamilan postmatur (postterm)”. Makalah ini
kami susun berdasarkan beberapa sumber buku yang telah kami peroleh. Kami
berusaha menyajikan makalah ini dengan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
memberikan sumbang dan sarannya untuk menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan,
hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang kami
miliki. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin.

Mataram, 16 April 2020


Kelompok 3
Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Konsep Dasar Kehamilan postmatur (postterm) 3
A. Definisi 3
B. Etiologi 4
C. Tanda dan gejala 6

D. Manifestasi klinis 7

E. Patofisiologi 8
F. Pathway 9

G. Pemeriksaan Penunjang 10

H. Komplikasi 10

I. Penatalaksanaan 11

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 16


A. Pengkajian 16

B. Diagnosa Keperawatan 16

C. Intervensi Keperawatan 17

D. Evaluasi 19

BAB III PENUTUP 21

3.1 Kesimpulan 21

iii
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kehamilan postmatur merupakan salah satu bentuk kegawat daruratan medis yang
terjadi pada ibu hamil dan ibu yang akan bersalin. kehamilan postmatur adalah
kehamilan yang melampaui umur 294 hari (42 minggu) dengan segala kemungkinan
komplikasinya (Manuaba, 1999).
Pada umumnya, kehamilan berlangsung selama 40 minggu (280 hari) dihitung dari
HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir). Kehamilan normal (aterm) ialah usia kehamilan
antara 38-42 minggu. Namun, sekitar 3,4-14 % atau rata-rata 10 % kehamilan
berlangsung sampai 42 minggu atau lebih. Prevalensi ini bervariasi bergantung pada
kriteria yang dipakai oleh peneliti (Prawirohardjo, 2008).
Penentuan usia kehamilan berdasarkan rumus Neagele, dihitung dari HPHT, jadi
untuk menentukan kehamilan Postmatur harus diketahui umur kehamilan yang tepat.
Selain dari haid, penentuan umur kehamilan dapat dibantu secara klinis dengan
mengevaluasi kembali umur kehamilan dari saat pertama kali ibu datang. Makin awal
pemeriksaan kehamilan dilakukan, umur kehamilan makin mendekati kebenaran.
Pemeriksaan USG sangat membantu taksiran umur kehamilan dan bila dilakukan
sebelum trimester kedua, hasilnya lebih akurat (FK Unpad, 2005).
Pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dari pelayanan dasar yang
terjangkau oleh seluruh masyarakat. Salah satunya berupa pelayanan kesehatan ibu
yang berupaya agar setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan dan persalinannya dengan
selamat. Seorang perawat dituntut agar mampu memberikan pelayanan yang tepat dan
akurat. Oleh karena itu, dalam memberikan pelayanan kesehatan perawat harus
memiliki pengetahuan yang cukup.

1
1.2 Rumusan masalah
1. Apa definisi dari kehamilan postmatur ?
2. Bagaimana etiologi dari kehamilan postmatur ?
3. Bagaimana patofisiologi dari kehamilan postmatur ?
4. Bagaimana WOC dari kehamilan postmatur ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari kehamilan postmatur ?
6. Bagaimanakah pemeriksaan diagnostik untuk kehamilan postmatur ?
7. Bagaimana penatalaksanaan untuk kehamilan postmatur ?
8. Seperti apakah komplikasi dari kehamilan postmatur ?
9. Bagaimanakah asuhan keperawatan dari kehamilan postmatur ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari kehamilan postmatur.
2. Mengetahui etiologi dari kehamilan postmatur
3. Mengetahui patofisiologi dari kehamilan postmatur.
4. Mengetahui WOC dari kehamilan postmatur.
5. Mengetahui manifestasi klinis dari kehamilan postmatur.
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik untuk kehamilan postmatur.
7. Mengetahui penatalaksanaan untuk kehamilan postmatur.
8. Mengetahui komplikasi dari kehamilan postmatur.
9. Mengetahui asuhan keperawatan dari kehamilan postmatur

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Kehamilan postmatur (postterm)


A. Devinisi
Kehamilan postmatur (postterm) disebut juga kehamilan lewat waktu/bulan
merupakan kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih,
dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid
rata-rata 28 hari (Prawirohardjo, 2008). Sedangkan menurut Manuaba (1999),
kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu dan
belum terjadi persalinan. Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280
hari dari hari pertama haid terakhir.
Definisi standar untuk kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah hari
pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan
(postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman
mengenai lama kehamilan dan maturitas janin (Helen, 2007). Berdasarkan beberapa
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kehamilan postmatur adalah kehamilan
lebih dari 40 minggu.
Kehamilan yang berlangsung melebihi 42 minggu, antara lain kehamilan
memanjang, kehamilan lewat bulan, kehamilan postterm, dan pascamaturitas.
Kehamilan lewat bulan, suatu kondisi antepartum, harus dibedakan dengan sindrom
pasca maturitas, yang merupakan kondisi neonatal yang didiagnosis setelah
pemerikasaan bayi baru lahir. Definisi standar untuk kehamilan lewat bulan adalah
294 hari setelah hari pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi.
Istilah lewat bulan ( postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung
pemahaman mengenai lama kehamilan dan maturitas janin. (Varney Helen, 2007)
Kehamilan yang berlangsung melebihi 42 minggu, antara lain kehamilan
memanjang, kehamilan lewat bulan, kehamilan postterm, dan pascamaturitas.
Kehamilan lewat bulan, suatu kondisi antepartum, harus dibedakan dengan sindrom
pasca maturitas, yang merupakan kondisi neonatal yang didiagnosis setelah
pemerikasaan bayi baru lahir. Definisi standar untuk kehamilan lewat bulan adalah

3
294 hari setelah hari pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi.
Istilah lewat bulan ( postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung
pemahaman mengenai lama kehamilan dan maturitas janin.(Varney Helen, 2007)

B. Etiologi
Penyebab terjadinya kehamilan postterm/ postmature sampai saat ini masih
belum diketahui secara jelas. Namun faktor yang dikemukaan adalah hormonal,
yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan
sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain seperti
herediter, karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu
(Rustam, 1998).
Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin
tubuh dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap
rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak
sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan pada
rahim (Manuaba, 1998).
Penurunan kadar esterogen pada kehamilan normal umumnya tinggi. Faktor
hormonal yaitu kadar progesterone tidak cepatturun walaupun kehamilan telah
cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Factor lain
adalah hereditas, karena post matur sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu.
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun
setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta.
Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai
oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi
uteroplasenta berkurang sampai 50%. Volume air ketuban juga berkurang karena
mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik
untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi, yaitu 30%
prepartum, 55% intrapartum, dan 15% postpartum. Beberapa faktor penyebab
kehamilan lewat waktu adalah sebagai berikut :

4
1. Kesalahan dalam penanggalan, merupakan penyebab yang paling sering.
2. Tidak diketahui.
3. Primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan.
4. Defisiensi sulfatase plasenta atau anensefalus, merupakan penyebab yang
jarang terjadi.
5. Jenis kelamin janin laki-laki juga merupakan predisposisi.
6. Faktor genetik juga dapat memainkan peran. (Sujiyatini, 2009)

Menurut (Sarwono,2010) beberapa teori yang diajukan di antaranya:


1. Pengaruh Progresteron
Penurunan hormon progresteron dalam kehamilan dipercaya merupakan
kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu prose biomolekuler
pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin,
sehingga terjadinya kehamilan postterm adalah karena masih berlangsungnya
pengaruh progresteron.
2. Teori Oksitosin
Pemakaian okstitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan dipercaya
bahwa oksitosin secara fisiologis memgang peranan penting dalam
menimbulkan persalinan dan pelepasan okstitosin dari neurohipofisis ibu hamil
yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu penyebab
kehamilan postterm.
3. Teori Kortisol/ ACTH Janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk dimulainya
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol
plasma janin. Kortisol janin akan memperngaruhi plasenta sehingga prosuksi
progresteron berkurang dan memperbesar sekresi esterogen, selanjutnya
berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan
janin seperti anesefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar
hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan
baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.

5
4. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada
pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah
masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan
postterm.
5. Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami kehamilan
posterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan pada
kehamilan berikutnya. Mogren menyatakan bahwa bilamana seorang ibu
mengalami kehamilan posterm saat melahirkan anak perempuan, maka besar
kemungkinan anak perempuan akan mengalami kehamilan posterm.

Menurut (Bayu,2009) penyebab Postmatur pasti belum diketahui, faktor


yang dikemukakan adalah :
1. Hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah
cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.
2. Herediter, karena post naturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu
3. Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan kerentanan
akan stress merupakan faktor tidak timbulnya His
4. Kurangnya air ketuban
5. Insufiensi plasenta.

C. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dari serotiunus tidak terlalu dirasakan, hanya dilihat dari
tuanya kehamilan. Biasanya terjadi pada masyarakat di pedesaan yang lupa akan
hari pertama haid terakhir. Bila tanggal hari pertama haid terakhir dicatat dan
diketahui wanita hamil diagnosis tidak sukar, namun bila wanita hamil lupa atau

6
tidak tahu l, hal ini akan sukar memastikan diagnosis. Pada pemeriksaan USG
dilakukan untuk memeriksa ukuran diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah
air ketuban (Muchtar,1998).

Menurut Achdiat (2004), umur kehamilan melewati 294 hari genap 24 minggu
saat dilakukan palapa sih teraba bagian-bagian janin lebih jelas karena
berkurangnya air ketuban. Kemungkinan dijumpai abnormalitas detak jantung janin,
dengan pemeriksaan au school tasi maupun kardiotografi (KTG). Air ketuban
berkurang dengan atau tanpa pengapuran (klasifikasi) plasenta diketahui dengan
pemeriksaan USG.

D. Manifestasi klinis
Manifestasi yang mungkin terjadi antara lain
1. Gerakan janin yang jarang, yaitu secara subjektif kurang dari 7 kali/ 20 menit
atau secara objektif dengan KTG (karditopografi) kurang dari 10 kali/ 20menit.
(Echa, 2012)
2. Postterm dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono,2010) :
a. Stadium I Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi
berupa kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
b. Stadium II Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada
kulit

7
c. Stadium III Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat

3. Menurut Bayu, 2009 manifestasi yang ditunjukkan yaitu bayi postmature


a. Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram) dan tummbuh semakin
besar sehingga angka kematiannya bayi postmatur di miggu ke 43
jumlahnya lebih besar

b. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur


c. Moulding kepala kurang.
Maka akan sering dijumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia uteri,
distosia bahu dan perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikan angka
mordibitas dan mortalitas.

d. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang


e. Verniks kaseosa di bidan kurang
f. Kuku-kuku panjang
g. Rambut kepala agak tebal
h. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
i. Volume cairan amnion mengalami penurunan sekitar 300 ml

8
j. Cairan amnion keruh, terdapat feces bayi, resiko terjadi aspirasi meconium
k. O2 supply kepada jani mengalami penurunan: Resiko asfiksi
l. Hipoglikemy pada janin, akibat kurang asupan dan simpanan glukosa Pada
janin

E. Patofisiologi
Penyebab daripada terjadinya bayi lahir postmatur adalah faktor hormonal,
yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan,
sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang (Mochtar, Rustam, 1999).
Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin. Selain itu,
kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga berhubungan dengan
kehamilan lewat waktu. Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42
minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar
estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta.
Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan
tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%.
Sehingga janin dapat mengalamo pengecilan ukuran janin dan kurang nutrisi.
Volume air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi pada organ ginjal
dan usus dari janin. Mekonium yang diaspirasi kembali oleh janin mengakibatkan
sindrom aspirasi mekonium yang dapat mengakibatkan atelektasis. Keadaan-
keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian
perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15%
postpartum. (Mochtar, Rustam, 1999).

9
F. Path way

G. Pemeriksaan penunjang
Menurut Sujiyatini dkk (2009), pemeriksaan penunjang yaitu usg untuk menilai
usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas plasenta. KTG untuk menilai
ada atau tidaknya gawat janin. penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau

10
amniostomi (tes tanpa tekanan dinilai apakah reaktif atau tidak ada tes tekanan
oksitosin). Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik.

Menurut Mochtar (1998), pemeriksaan penunjang sangat penting dilakukan


seperti pemeriksaan berat badan ibu, diikuti kapan berkurangnya berat badan,
lingkaran perut dan jumlah air ketuban.

Pemeriksaan yang dilakukan seperti:

1. Bila wanita hamil tidak tahu atau lupa dengan hari terakhir setelah persalinan
yang lalu, dan ibu menjadi hamil maka ibu harus memeriksa kehamilannya
dengan teratur, dapat diikuti dengan tinggi fundus uteri mulainya gerakan janin
dan besarnya janin dapat membantu diagnosis.
2. Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk memeriksa ukuran diameter
biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban.

3. Pemeriksaan berat badan ibu dengan memantau kenaikan berat badan setiap
kali periksa, terjadi penurunan atau kenaikan berat badan ibu.
4. Pemeriksaan MRCP dilakukan untuk melihat derajat ke keluhan air ketuban
menurut warnanya yaitu bila keruh dan kehitaman berarti air ketuban

11
bercampur mekonium dan bisa mengakibatkan gawat janin (Prawirohardjo,
2005).

H. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu adalah rasa cemas dan takut karena
terlambat melahirkan dan akan menjalani operasi sehingga mengakibatkan perdarahan
post patum, yaitu atonia uteri.

Komplikasi yang terjadi pada bayi antara lain:

a. Kematian janin (3 kali resiko pada kehamilan aterm) yaitu 30% sebelum partus,
55% intrapartum, 15% post natal.
b. Gawat janin karena aspirasi mekoneum, hipoksia, kompresi tali pusat
c. Kelainan letak seperti defleksi, oksiput posterior, distosia bahu, dan trauma kepala
janin

d. Gangguan pembekuan darah

12
Pada kondisi postmatur ini dapat terjadi beberapa komplikasi yang lain, yaitu:
a. Menurut Prawirohardjo (2008), komplikasi yang terjadi pada kehamilan
serotinus yaitu komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi pada janin
seperti gawat janin, gerakan janin berkurang, kematian janin, asfiksia
neonaturum dan kelainan letak.
b. Menurut Achdiat (2004), komplikasi yang terjadi seperti kelainan kongenital,
sindroma aspirasi mekonium, gawat janin dalam persalinan, bayi besar
(makrosomia) atau pertumbuhan janin terlambat, kelainan jangka pangjang
pada bayi.

I. Penatalaksanaan
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2008) dalam pengelolaan kehamilan
postmatur ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Menentukan apakah kehamilan memang telah berlangsung lewat bulan atau
bukan. Dengan demikian, penatalaksanaan ditujukan pada dua variasi dari
postmatur ini.
2. Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin.
3. Periksa kematangan serviks dengan skor Bishop. Kematangan serviks ini
memegang peranan penting dalam pengelolaan kehamilan postmatur. Sebagian
besar kepustakaan sepakat bahwa induksi persalinan dapat segera dilaksanakan
baik pada usia 41 maupun 42 minggu bilamana serviks telah matang.
Menurut Arif Mansjoer (2000) penatalaksanaan kehamilan lewat waktu
bila keadaan janin baik dapat dilakukan dengan cara:
1. Tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai gerakan janin
dan tes tanpa tekanan 3 hari kemudian, Bila hasil positif, segera lakukan seksio
sesarea.
2. Induksi Persalinan.

13
Induksi persalinan merupakan suatu usaha supaya persalinan mulai berlangsung
dengan jalan merangsang timbulnya his. Ada dua cara yang biasanya dilakukan
untuk memulai proses induksi, yaitu mekanik dan kimia. Kedua cara ini pada
dasarnya dilakukan untuk mengeluarkan zat prostaglandin yang fungsinya
sebagai zat penyebab otot rahim berkontraksi.
3. Secara mekanik, biasanya dilakukan dengan sejumlah cara, seperti
menggunakan metode stripping, vibrator, kateter, serta memecahkan ketuban.
4. Secara kimia, ibu akan diberikan obat-obatan khusus. Ada yang diberikan
dengan cara diminum, dimasukan ke dalam vagina, diinfuskan, atau pun
disemprotkan pada hidung. Biasanya, tak lama setelah salah satu cara kimia itu
5. dilakukan, ibu hamil akan merasakan datangnya kontraksi

Penatalaksanaan pada bayi postmatur antara lain :


1. Bila bayi mengalami ketidakefektifan termoregulasi tindakan yang dapat
diberikan antra lain :
a. Hangatkan inkubator atau penghangat radian sebelumnya, pastikan bahwa
handuk dan atau selimut yang tipis yang telah dihangatkan telah tersedia.
Pertahankan suhu ruang bersalin pada suhu 22 C, dengan kelembaban
relatif 60%-65%.
b. Bersihkan bayi baru lahir, dari darah dan verniks yang belebihan,
khususnya yang ada di kepala, dengan handuk yang telah dihangatkan
sebelumnya
c. Letakkan bayi baru lahir di bawahpenghangat radian
d. Bungkus bayi dengan selimut yang telah dihangatkan dan pindahkan bayi
ke ibu
e. Rangkul bayi sehingga menempel pada dada ibu dan dibedong dengan
selimut yang hangat
2. Resiko cidera

14
a. Evaluasi dengan alat elektronik respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus selama asuhan intrapartum
b. Kaji kadar glukosa darah dengan menggunakan strip kimia sebelum
pemberian ASI dan sebelum 2 jam setelah kelahiran
c. Kaji tanda-tanda hipoglikemi
d. Ajarkan orang tua untuk memperkirakan perubahan pada kemampuan infan
e. Diskusikan dengan orang tua perlunya pemantauan konstan terhadap infan

2.2 ASUHAN K EPERAWATAN


A. pengkajian
pengkajian menurut dorthea orem :
pengkajian adalah suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien. Pada tahan pengkajian, perawt mengumpulkan data berdasarkan konsep
sentral orem yaitu meliputi :
Identitas klien : nama, umur, ras, gravida, alamat, status perkembangan,
agama,status perkawinan, riwayat diagnostik dan pengobatan, faktor sistem
keluarga, pola hidup dan faktor lingkungan,

1. manusia
pengkajian dengan konsep sentral manusia di dasari oleh tingkat kebuthan self
care pasien yang meliputi :
a. universal self care requisites (kebuthan perawat dari universal )
kebuthan yang umumnya dibutuhkan oleh manusia selama siklus
kehidupan.Kebutuhan perawat diri universal meliputi kebutuhan udara, air,
makanan eleminasi, aktifitas, istirahat, dan lain-lain. Sehingga dari
kebuthannya di butuhkan, perawat perlu mengkaji kebuthan yang belum
dapat terpenuhi oleh pasien sendiri. Misalnya, pasien menderita patah tulang
sehingga tidak dapat memnuhi kebuthan aktifitasnya.

15
b. Development self care requisites (kebuthan perawatan diri dan
pengembangan).
Kebuthan yang berhubungan dengan proses perutmbuhan manusia dan
proses pengembangannya. Misalnya, pada ibu hamil meskipun kondisinya
sehat namun tetap masih memerlukan perawtan karenaadanya manusia baru
dalam rahimnya yangmembutuhkan asupan nutrisi lebih banyak yang
berguna untuk pertumbuhan bayi tersebut.
c. Health deviation selfcare requistes (kebutuhan perawatan diri penyimpangan
kesehatan)
Merupakan kebuthan yang sangat diperlukan oleh orang sakit. Kebuthan
perawatan diri penyimpangan kesehatan berhubungan dengan faktor genetic
kerusakan struktur manusia, kerusakan atau penyimpangan struktur atau
fungsi dan peran organ tubuh yang dapat mengganggu kemampuan
seseorang utnuk melakukan self care. Peran perawt disini yaitu adalah dapat
mengumpulkan data data dari pasien mengenai masalah atau keluhan yang
dialami. Cara cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data yaitu dengan
wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik dan studi dokumtasi.
2. Lingkungan
a. Lingkungan fisik
Merupakan segala bentuk lingkungan secara fisik yang dapat mempengaruhi
perubahan status kesehatan seseorang, seperti daerah yang terjangkit
penyakit atau wabah dan pemukiman kumuh.
Disini perawt harus melakukan pengkajian tetnag lingkungan daerah tinggal
pasien.
b. Lingkungan psikologis
Merupakan keadaan yang mempengaruhi tergangguanya psikologogis
seseorang. Disini perawat mengkaji tetang kondisi lingkungan tempat
tinggal pasien seperti lingkungan yang kurang nyaman yang meinmbulkan
kecemasan dan ketakutan.

16
Seperti sering terjadi pertengkaran yang menimbulkan kecemsan dan
ketakutan dan bisamengalmi kondisi pada psiko dan ibu hamil
c. Lingkungan sosial
Merupakan lingkungan masyarakat yang dimana individu tumbuh dan
berkembag serta mempengaruhi status kesehatan seseorang.
d. Lingkungan budaya
Merupakan lingkungan yang mmeiliki adat istidat dan tradisi yang berbeda-
beda dengan daerah yang lain.
e. Lingkungan spiritual
Hal ini mempengaruhi tindak lanjut dalam proses keperawatan karena
berkaitan dengan kepercayaan yang dianut oleh pasien sehingga perawt
mengkaji untukmenghargai privasi pasien dalam melakukan tindakan
kperawatan selanjutanya.

3. Sehat sakit
Sehat dimana individu mampu memenuhi kebuthan keperawatan dirinya
sendiri. Sehat bukan berarti sehat fisiknya saja nmun sehat jiwa, sehat
meliputi aspek fisik, psikologis, interpersonal, interpersonal dan social.
Sakit merupakan pergeseran status individu dari self care agency menjadi
pasien atau menerima asuhan keperawatan. Disini perawat perlu mengkaji
keluhan, masalh yang dialami pasien.
4. System keperawatan
a. Wholly compensatory nursing system
Merupakan system keperawatan yang membantu pasien dalam pemenuhan
kebutuhan selfcarenya secara keseluruhan.
b. Partial compensatory nursing system
Merupaka system keperawatan yang membantu pasien dalam pemenuhan
kebutuhan selfcarenya secara sebagaian..
c. Supportive-education compensatory nursing system

17
Merupakan system keperawatan yang membantu pasien dalam pemenuhan
kebutuhan self carenya dengan dukungan dan pendidikan. Misalnya pasien
yang menderita diabetes dan tidak dirawat di rumah sakit dianjurkan untuk
tidak mengkonsumsi.

B. Diagnosa keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan setres proses kelahiran lama
2. Nyeri berhubungan dengan luka post operasi section caesarea
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi section caesarea.

C. Intervensi keperawatan

no Diagnose Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (NIC )


(Noc)

1 Ansietas Setelah dilakukan tndakan a. Gunakan


berhubungan dengan asuhan keperwatn selama pendekatan yang
stress proses 1x24 jam, pasien mampu : menenagkan
kelahiran lama a. Mengidentifikasi b. Jelaskan semua
dan mengungkapkan prosedur dan apa
tanda cemas yang akan di
b. Menunjukkan teknik rasakan selama
untuk mengontrol prosedur
cemas c. Temani pasien
c. TTV dalam batas untuk memberikan
normal keamanan dan
d. Postur tubuh, mengurangi takut
ekspresi wajah, d. Berikan informasi
bahasa tubuh dan factual mengenai

18
tingkat aktivitas diagnose dan
menunjukkan tindakan prognosis
berkurangnya e. Libatkan keluarga
kecemasan untuk mendampingi
pasien
f. Intrusikan kepada
pasien untuk
menggunakan
rekalsasi
g. Monitor TTV

2 nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji lokasi nyeri,


dengan luka post asuhan keperawatan selama karakteristik, durasi,
operasi section 3x24 jam pasien mampu : frekuensi ,kualitas,
caesarea a. Mengontrol nyeri dan faktor
b. Mengenal nyeri presipitasi nyeri
c. Melaporkan derajat b. Observasi reaksi
nyeri berkurang nonverbal dari
d. Tidur dengan ketidaknyamanan
nyenyak c. Control lingkungan
e. TTV dalam batas d. Ajarkan teknik non
normal farmakologi : nfas
dalam , relaksasi
disrtarasi, komres
hangat
e. Berikan analgesic
untuk mengurangi
nyeri
f. Monitor TTV

19
3 Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan tindakan a. Kaji kondisi
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 keluaran dischart
luka post operasi jam asien mampu: yang keluar : jumlah
section caesarea a. Mengetahui warna danbaru dari
pentingnya luka post op
perawatan luka post b. Terangkan
operasi pentingnya
b. Mengidentifikasi perawatan luka
tanda-tanda infeksi c. Lakukan perawatan
c. TTV dalam batas luka
normal d. Teranglan cara
d. Tidka ada tanda- mengidentifikasi
tanda infeksi tanda-tanda infeksi
pada luka post op
e. MonitorTTV

D. Implementasi
Pada proses keperawatan implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Berdasarkan termonologi NIC,
implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan keperawatan
khusus yang di perlukan untuk melaksanakan intervensi (atau program
keperawatan). Perawat melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan
untk intervensi yang di susun dalam tahap perencanaan dan kemudian mengahiri
tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respon klien
terhadap tindakan tersebut.

20
Implementasi mencangkup melakukan,membantu,atau mengarahkan kinerja
aktivitas kehidupan sehari-hari memberikan arahan perawatan untuk mencapai
tujuan yang berpusat pada klien,menyelia dan mengevaluasi kerja anggota stap,dan
mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan
kesehatan berkelanjutan dari klien..
E. Evaluasi
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon klien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan klien dalam proses pencapaian tujuan. Data di
kumpulkan dengan dasar berkelanjutan untuk mengukur perubahan dalam fungsi
dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam ketersediaan atau pnggunaan sumber
eksternal (Carnevali dan Thomas, 1993). Evaluasi terjadi kapan saja perawatat
berhubungan dengan klien. perawata mengevaluasi apakah perilaku atau respon
klien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan
atau pemeliharaan status yang sehat. Selama evaluasi, perawata memutuskan
apakah langkah proses keperawatan sebelumnya apakah efektif dengan menelaah
respon klien dan membandingkanya dengan perilaku yang di sebutkan dalam hasil
yang di harapkan.

21
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kehamilan postmatur (postterm) disebut juga kehamilan lewat waktu/bulan


merupakan kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih,
dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-
rata 28 hari (Prawirohardjo, 2008). Sedangkan menurut Manuaba (1999), kehamilan
lewat waktu merupakan kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu dan belum terjadi
persalinan. Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama
haid terakhir.
Penyebab terjadinya kehamilan postterm/ postmature sampai saat ini masih belum
diketahui secara jelas. Namun faktor yang dikemukaan adalah hormonal, yaitu kadar
progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan
uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain seperti herediter, karena postmaturitas
sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu (Rustam, 1998).
Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh
dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap
rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitif
terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim (Manuaba,
1998).

22
DAFTAR PUSTAKA

Bayu. 2009. Landasan Teori Seronitus. Diambil melalui


http://thieryabdee.wordpress.com/2009

Helen, Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
Arcan.
Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Nanda Internasional, (2012). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Manuaba, Ida Bagus Gede. 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi


Wanita.Jakarta. Arcan

Ahyl, Evha Vella. 2012. Postmatur. Diambil melalui http://id.scribd.com/doc

fakhrur, r. (2017, februari 25). asuhan keperawatan kehamilan postmatur. 17.

23

Anda mungkin juga menyukai