Anda di halaman 1dari 34

MATA KULIAH KEPERAWATAN MATERNITAS

KONTAK DINI (IMD) DAN PERAWATAN BAYI BARU


LAHIR

Oleh :

Kelompok 6

Nama Anggota Kelompok :

1. Ni Wayan Dian Yulianti (P07120220026)


2. Ni Kadek Putri Widiastini (P07120220027)
3. Putu Devi Urbayanti (P07120220028)
4. Luh Sri Anggayoni Julia Padmi (P07120220029)
5. Ni Kadek Ayik Risma Putri (P07120220030)
6. Ni Kadek Dwi Sawitri (P07120220046)

Kelas 2A Sarjana Terapan Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kontak Dini (IMD) dan Perawatan Bayi Baru Lahir”. Tujuan penulisan makalah
ini adalah untuk melengkapi atau memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan
Maternitas.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih
selama menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan pengetahuan tentang
“Kontak Dini (IMD) dan Perawatan Bayi Baru Lahir” agar dapat dikenali dan
dijadikan ilmu untuk kedepannya. Tentunya pembuatan karya tulis ini tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang setulus-tulusnya kepada PJMK dan Dosen atas segala bantuan dan
bimbingannya, serta seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung
telah membantu pembuatan karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritikan dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini mampu
memberikan manfaat bagi kehidupan kita semua.

Denpasar, 6 Agustus 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD).......................................................3

2.2 Perawatan Bayi Baru Lahir............................................................................6

2.3. Asuhan Keperawatan Pemberian Prosedur IMD Untuk Mengatasi Risiko


Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir.......................................................................12

2.4. Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru Lahir...............................................17

BAB III PENUTUP................................................................................................27

3.1 Kesimpulan...................................................................................................27

3.2 Saran.............................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan program yang sedang gencar


dianjurkan pemerintah. IMD adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya
sendiri menyusu dalam 1 jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak
kulit (skin to skin contact) antara kulit ibu dengan kulit bayinya. Menyusu dan
bukan menyusu merupakan gambaran bahwa IMD bukan program ibu
menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri putting susu
ibu. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru
lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan
putting susu ibu untuk menyusu. IMD harus dilakukan langsung saat lahir,
tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi
juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. IMD mula
diperkenalkan kepada masyarakat pada akhir tahun 2007, karena IMD
diharapkan mampu mengurangi jumlah bayi yang tidak mendapat kolostrum
pada satu jam pertama setelah lahir.

Merawat bayi baru lahir menjadi tantangan bagi orangtua, terutama


yang pertama memiliki bayi. Memang perawatan bayi baru lahir tidak bisa
sembarangan karena ia baru hadir di dunia setelah sembilan bulan tinggal di
rahim ibu. Bayi baru lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang
disebabkan oleh paparan virus dan kuman selama proses persalinan maupun
beberapa saat setelah lahir. BBL membutuhkan perawatan dan perhatian
karena bayi menjalani perubahan dari dunia dalam rahim ke dunia luar.

Perawatan BBL yang tidak tepat dapat menimbulkan masalah


kesehatan pada bayi sampai kematian. Kesalahan dalam perawatan bayi yang
dialami masyarakat dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan dalam
perawatan bayi, pendidikan dan sosial ekonomi yang masih rendah. Kesalahan
dalam perawatan bayi terutama di daerah desa dan pelosok banyak dijumpai
ibu yang

1
baru melahirkan yang merawat bayinya dengan menggunakan cara tradisional.
Selain itu juga dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan dan kesiapan ibu
dalam perawatan BBL.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa itu Inisiasi Menyusu Dini (IMD)?


1.2.2 Bagaimanakah perawatan bayi baru lahir?
1.2.3 Bagaimana Asuhan Keperawatan pada kasus IMD?
1.2.4 Bagaimana Asuhan Keperawatan pada kasus perawatan bayi baru lahir?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari disusunnya makalah ini ialah :


1.3.1 Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai IMD.
1.3.2 Untuk mengetahui perawatan bayi baru lahir.
1.3.3 Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada kasus IMD.
1.3.4 Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada kasus perawatan bayi baru
lahir.

1.4 Manfaat Penulisan

Makalah ini dibuat agar kami dapat memahami dan mengaplikasikan


materi ini di dalam praktik sebagai tenaga kesehatan. Sebagai masukan,
literatur, dan pengembangan bagi Mahasiswa Politeknik Kesehatan Denpasar
dan menambah pengetahuan serta wawasan mengenai IMD dan Perawatan
Bayi Baru Lahir.
BAB II

PEMBAHASA

2.1 Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini


adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi
manusia seperti juga bayi mamalia lain mempunyai kemampuan untuk
menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya,
setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. IMD adalah proses
membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri menyusu dalam 1 jam pertama
setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit (skin to skin contact) antara kulit
ibu dengan kulit bayinya.

Sesaat setelah ibu melahirkan maka biasanya bayi akan dibiarkan atau
diletakkan di atas dada si ibu agar sang anak mencari sendiri puting ibunya, ini
disebut dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Pemberian ASI secara dini juga
membiasakan bayi agar terbiasa mengkonsumsi ASI untuk pertumbuhan dan
perkembangannya, sebab untuk ASI merupakan makanan yang memiliki nilai
gizi yang tinggi yang didalam ASI mengandung unsur-unsur gizi lengkap
yang diperlukan bayi dalam pertumbuhan dan perkembangannya kelak.
Kesimpulan dari berbagai pengertian diatas, Inisiasi Menyusu Dini adalah
bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir yang diletakkan antara kulit
ibu dan kulit bayi.

Ada beberapa intervensi yang dapat mengganggu kemampuan alami


bayi untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya. Seperti obat
kimiawi yang diberikan saat ibu melahirkan dapat sampai ke janin yang
mungkin menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibu. Sebelum
melakukan tindakan IMD ini sangat dianjurkan untuk menciptakan suasana
yang tenang, nyaman, dan penuh kesabaran untuk memberikan kesempatan
bayi untuk merangkak mencari payudara ibu. Adapun manfaat Inisiasi
Menyusui Dini (IMD), yaitu :
2.1.1 Manfaat Kontak Kulit dengan Kulit untuk Bayi

a. Optimalisasi fungsi hormonal ibu dan bayi.


b. Kontak kulit ke kulit dan IMD.
c. Menstabilkan pernapasan.
d. Mengendalikan temperatur tubuh bayi.
e. Memperbaiki/mempunyai pola tidur yang lebih baik.
f. Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan
efektif.
g. Meningkatkan kenaikan berat badan (bayi kembali ke berat lahirnya
dengn lebih cepat.
h. Meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi.
i. Bayi tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama.
j. Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu didalam perut bayi
sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi.

2.1.2 Manfaat Inisiasi Menyusui Dini untuk Ibu

a. Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu.


b. Stimulasi kontraksi uterus dan menurunkan risiko perdarahan pasca
persalinan.
c. Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi ASI.
d. Keuntungan dan hubungan mutualistik ibu dan bayi.
e. Ibu menjadi lebihtenang, fasilitasi kelahiran plasenta dan pengalihan
rasa nyeri dari berbagai prosedur pascapersalinan lainnya.
f. Meningkatkan produksi ASI.
g. Membantu ibu mengatasi stres terhadap berbagai rasa kurang nyaman.
h. Member efek relaksasi pada ibu setelah bayi selesai menyusu.
i. Menunda ovulasi.

2.1.3 Manfaat Inisiasi Menyusui Dini Untuk Bayi

a. Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal. Mendapat


kolostrum segera disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
b. Segera memberikan kekebalan pasif pada bayi. Kolostrum adalah
imunisasi pertama bagi bayi.
c. Meningkatkan kecerdasan.
d. Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan hisap, telan dan
napas.
e. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi.

Pada saat bayi dapat menyusu segera setelah lahir, maka kolostrum
makin cepat keluar sehingga bayi akan lebih cepat mendapatkan kolostrum ini,
yaitu cairan pertama yang kaya akan antibody dan sangat penting untuk
pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap infeksi yang dibutuhkan bayi demi
kelangsungan hidupnya. Bayi akan belajar menyusu dengan nalurinya sendiri.
Sentuhan, kuluman/emutan dan jilatan pada puting ibu akan merangsang
oksitosin ibu yang penting dalam menyebabkan kontraksi rahim, sehingga
membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan, merangsang
hormon lain yang membuat ibu merasa tenang, rileks dan merangsang
pengaliran ASI dari payudara.

Secara psikologis pemberian ASI pada satu jam pertama akan


memberikan manfaat yaitu bayi akan mendapat terapi psikologis berupa
ketenangan dan kepuasan. Terpenuhinya rasa aman dan nyaman akibat
kelelahan selama proses persalinan karena kepala bayi harus melewati pintu
atas panggul, panggul dalam dan dasar panggul yang membuat bayi stress.
Dengan menemukan puting susu ibu, bayi mendapatkan ketenangan kembali.
Pelukan ibu membuat bayi merasa aman dan nyaman seperti dalam rahim ibu.
Hal ini merupakan terapi bagi bayi yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan psikologis, karena ia mendapat modal pertama membentuk
kepercayaan diri terhadap lingkungan.

Menurut Roesli (2010), tahapan yang biasanya dilakukan bayi pada


saat IMD adalah :

a) Istirahat sebentar dalam keadaan siaga untuk menyesuaikan diri dengan


lingkungannya.
b) Memasukkan tangan ke mulut.
c) Menghisap tangan dan mengeluarkan suara.
d) Bergerak ke arah payudara dengan aerola sebagai sasaran.
e) Menyentuh puting susu dengan tangannya.
f) Menemukan puting susu.
g) Melekat pada puting susu.
h) Menyusu untuk pertama kalinya.

2.2 Perawatan Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang


disebabkan oleh paparan virus dan kuman selama proses persalinan maupun
beberapa saat setelah lahir. Perawatan BBL yang tidak tepat dapat
menimbulkan masalah kesehatan pada bayi sampai kematian. Kesalahan
tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan dan kesiapan ibu dalam
perawatan BBL. Kesalahan dalam perawatan bayi yang dialami masyarakat
dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan dalam perawatan bayi,
pendidikan dan sosial ekonomi yang masih rendah. Kesalahan dalam
perawatan bayi terutama di daerah desa dan pelosok banyak dijumpai ibu
yang baru melahirkan yang merawat bayinya dengan menggunakan cara
tradisional. Selain itu, juga dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan dan
kesiapan ibu dalam perawatan BBL Perkawinan di bawah umur semakin
marak terjadi.

Beberapa komponen esensial dalam asuhan kebidanan pada bayi baru


lahir selama masa nifas (Kemenkes RI, 2013) adalah sebagai berikut :

1. Pastikan bayi tetap hangat dan jangan mandikan bayi hingga 24 jam
setelah persalinan. Jaga kontak kulit antara ibu dan bayi (bonding
attachment) pada saat inisiasi menyusu dini serta tutup kepala bayi dengan
topi.
2. Tanyakan pada ibu dan atau keluarga tentang masalah kesehatan pada ibu :
a. Keluhan tentang bayinya
b. Penyakit ibu yang mungkin berdampak pada bayi (TBC, demam saat
persalinan, KPD > 18 jam, hepatitis B atau C, siphilis, HIV, AIDS, dan
penggunaan obat).
c. Cara, waktu, tempat bersalin dan tindakan yang diberikan pada bayi
jika ada.
d. Warna air ketuban.
e. Riwayat bayi buang air kecil dan besar.
f. Frekuensi bayi menyusu dan kemampuan menghisap.
3. Lakukan pemeriksaan fisik dengan prinsip sebagai berikut :
a. Pemeriksan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis).
b. Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan dan
tarikan dinding dada bawah, denyut jantung serta perut.

Pemeriksaan Fisik yang Keadaan Normal


Dilakukan
Lihat postur, tonus dan aktivitas Posisi tungkai dan lengan fleksi.
- Bayi sehat akan bergerak aktif
Lihat kulit Wajah, bibir, dan selaput lendir
berwarna merah muda, tanpa
adanya kemerahan atau bisul.
Hitung pernapasan dan lihat tarikan  Frekuensi napas normal 40-60
dinding dada bawah ketika bayi kali permenit.
sedanga tidak menangis  Tidak ada tarikan dinding dada
bawah yang dalam.
Hitung denyut jantung dengan Frekuensi denyut jantung normal
meletakkan stetoskop di dada kiri 120- 160 menit
setinggi apeks kordis
Lakukan pengukuran suhu ketiak Suhu normal 36,5°C - 37,5°C.
dengan termometer
Lihat dan raba bagian kepala  Bentuk kepala terkadang
asimetris karena penyesuaian
pada saat proses persalinan,
umumnya hilang dalam 48 jam.
 Ubun-ubun besar rata atau tidak
membonjol, dapat sedikit
membonjol saat bayi menangis.
Lihat mata Tidak ada kotoran, sekret atau pus.
Lihat bagian dalam mulut  Bibir, gusi, langit-langit utuh
Masukkan satu jari yang dan tidak ada bagian yang
menggunakan sarung tangan ke terbelah.
dalam mulut, raba langit-langit  Nilai kekuatan isap bayi, bayi
akan mengisap kuat jari
pemeriksa.
Lihat dan raba perut  Perut bayi datar, teraba lemas.
Lihat tali pusat  Tidak ada perdarahan,
pembengkakan, nanah, bau
yang tidak enak pada tali pusat,
atau kemerahan sekitar tali
pusat.
Lihat punggung dan raba tulang Kulit terlihat utuh, tidak terdapat
belakang lubang dan benjolan pada tulang
belakang.
Lihat ekstremitas  Hitung jumlah jari tangan dan
kaki, lihat apakah kaki
posisinya baik atau bengkok ke
dalam atau keluar.
 Lihat gerakan ekstremitas.
Lihat lubang anus  Terlihat lubang anus dan
 Hindari memasukkan alat atau periksa apakah mekoneum
jari dalam memeriksa anus sudah keluar.
 Tanyakan pada ibu apakah bayi  Biasanya mekoneum keluar
sudah buang air besar dalam 24 jam setelah lahir.
Lihat dan raba alat kelamin luar  Bayi perempuan kadang
 Tanyakan pada ibu apakah bayi terlihat cairan vagina berwarna
sudah buang air kecil putih atau kemerahan.
 Bayi laki-laki terdapat lubang
uretra pada ujung penis
 Pastikan bayi sudah buang air
kecil dalam 24 jam setelah lahir.
Timbang bayi  Berat lahir normal pada kisaran
 Timbang bayi dengan 2,5 – 4 kg.
menggunakan selimut, hasil  Dalam minggu pertama, berat
dikurangi selimut bayi mungkin turun dahulu
baru kemudian naik kembali.
Penurunan berat maksimal
10%.
Mengukur panjang dan lingkar  Panjang lahir normal 48 – 52
kepala bayi cm.
 Lingkar kepala normal 33 – 37
cm.
Menilai cara menyusui, minta ibu Kepala dan badan dalam garis
untuk menyusui bayinya lurus, wajah bayi menghadap
payudara ibu, mendekatkan bayi
ke tubuhnya. Bibir bawah
melengkung keluar, sebagian
besar areola berada di dalam
mulut bayi. Menghisap dalam
dan pelan
kadang disertai berhenti sesaat.

4. Catat seluruh hasil pemeriksaan. Bila terdapat kelainan, apabila Anda


berada pada fasilitas pelayanan primer atau praktik mandiri bidan, maka
lakukan rujukan sesua pedoman MTBS (Manajemen Terpadu Balita
Sakit).
5. Berikan ibu nasihat tentang cara merawat tali pusat bayi dengan benar.
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat.
b. Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau
bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasihatkan hal ini kepada ibu dan
keluarga.
c. Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan
apabila terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena
menyebabkan tali pusat basah atau lembab.
d. Sebelum meninggalkan bayi, lipat popok di bawah puntung tali pusat.
e. Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa tali
pusat mengering dan terlepas sendiri.
f. Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan
sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain
bersih.
g. Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat : kemerahan pada kulit sekitar
tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda infeksi,
nasihati ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan.

Perawatan bayi baru lahir yang biasa dilakukan antara lain perawatan
tali pusat, memandikan bayi, memberi minum, membersihkan telinga,
membersihkan alat kelamin, mengganti popok bayi, dan menggunting kuku.

a. Perawatan tali pusat


Sebelum melakukan perawatan tali pusat, ibu harus mencuci tangan
terlebih dahulu dan jika tali pusat terkena kotoran, segera cuci dengan air
bersih dan sabun, lalu keringkan dengan kain bersih hingga benar-benar
kering.
b. Memandikan bayi
Memandikan bayi adalah salah satu cara perawatan untuk memelihara
kesehatan dan kenyamanan. Bayi tidak perlu dimandikan dan dikeramas
setiap hari. Dua sampai tiga kali seminggu sudah cukup selama area
genital dan wajah tetap dibersihkan setiap hari. Keramas yang sering justru
menyebabkan kulit kepala bayi kering. Gunakan waslap lembut dan sabun
yang ringan, mulai dengan membersihkan wajah bayi, telinga kemudian
lehernya. Pada saat memandikan, perhatikan lipatan leher dan sela-sela jari
tangan dan jari kaki, demikian juga jika memandikan dengan waslap saja
kemudian bilas sampai bersih.
c. Memberi minum
Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi atau sesuai keinginan
ibu (jika payudara penuh) atau sesuai kebutuhan bayi setiap 2-3 jam
(paling sedikit 4 jam), berikan secara bergantian.
d. Membersihkan telinga
Menjaga kebersihan sangatlah penting bagi kesehatan bayi, apalagi pada
bagian telinga. Selain bermanfaat untuk mencegah menumpuknya kotoran,
membersihkan telinga juga bisa menghilangkan sel-sel mati yang telah
menumpuk pada lipatan telinga. Telinga yang tidak dijaga kebersihannya,
akan menimbulkan infeksi pada telinga karena menumpuknya kotoran
pada telinga. Kotoran pada telinga yang tidak rajin dibersihkan akan
mengganggu kesehatan telinga bayi. Dalam penelitian ini sebagian besar
ibu dalam membersihkan telinga bayinya tidak masih takut, takut kalau
nanti masuknya kapas batang terlalu dalam dan ada juga yang takut
sehingga tidak dibersihkan karena belum pernah melakukannya
sebelumnya.
e. Membersihkan alat kelamin
Setiap kali bayi buang air besar, maka segera bersihkan daerah bokong
bayi, agar tidak lecet dan mengganggu kenyamanan bayi, karena jika
daerah bokong lembab dan kotor mudah mengalami lecet sehingga
nantinya bayi akan rewel. Untuk membersihkan daerah bokong, sebaiknya
memakai air bersih hangat dan sabun, kemudian segera keringkan dengan
handuk secara lembut.
f. Mengganti popok bayi
Waktu terbaik untuk mengganti popok adalah setelah bayi BAB dan
setelah bayi ngompol. Mengganti popok biasanya 10- 12 kali sehari. Akan
tetapi, yang akan membuat kewalahan untuk mengurusnya. Apabila bayi
tidak mengalami masalah ruam popok serius, tidak perlu selalu mengganti
popok pada malam hari. Jika bayi dapat tidur nyenyak, dapat dipastikan
bayi merasa nyaman. Dalam mengganti popok bayi, harus selalu diganti
apabila bayi BAB dan BAK, karena kalau tidak segera diganti akan
membuat bayi
rewel dan sering menangis. Tidak segera mengganti popok pada saat bayi
BAB atau BAK juga akan menyebabkan iritasi pada kulit bayi karena
lembab.
g. Menggunting kuku
Menjaga agar kuku bayi baru lahir tetap pendek adalah hal yang penting
untuk perlindungan bayi itu sendiri. Selama bayi bermain dengan jari-
jarinya, dengan mudah dapat mencakar wajahnya sendiri jika kuku jarinya
tidak pendek dan dipotong dengan rata. Seiring dengan makin besarnya
bayi, kuku jari yang pendek adalah untuk perlindungan ibu. Kuku bayi
harus dijaga dengan baik karena kuku yang panjang akan menjadi tempat
bakteri. Kuku bayi juga harus selalu digunting apabila sudah terlihat
panjang karena kalau kuku bayi panjang akan membahayakan bayi itu
sendiri, bisa mencakar kulit wajah bayi.

2.3. Asuhan Keperawatan Pemberian Prosedur IMD Untuk Mengatasi


Risiko Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir

Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis


dalam melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok, dan
masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari
respons pasien terhadap penyakitnya.

2.3.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan merupakan proses yang kontinyu


dilakukan disetiap tahapan proses keperawatan. Semua tahap proses
keperawatan bergantung pada pengumpulan data (informasi) yang
lengkap dan akurat. Proses pengkajian mencakup empat kegiatan yaitu
pengumpulan data, penyusunan data, validasi data, dan pencatatan data
(Sumijatun, 2017).

Pengkajian umum yang biasa dilakukan pada bayi BBL yang


meliputi mengkajian mengenai biodata (termasuk data subyektif) dan
pengkajian pemeriksaan fisik (termasuk juga data obyektif)
a. Biodata meliputi identitas bayi (nama, jenis kelamin, berat badan,
tinggi badan/panjang, lingkar kepala, lingkar dada), identitas
orangtua (nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat.
b. Riwayat kesehatan meliputi riwayat antenatal (keadaan ibu selama
hamil, kehamilan dengan dengan resiko, pemeriksaan kesehatan
yang tidak kontinyuitas, HPHT), riwayat natal, riwayat post natal
(apgar skore bayi baru lahir, berat badan bayi baru lahir, adanya
kelainan kongenital pada bayi).
c. Pada pemeriksaan pola kebiasaan sehari-hari dilakukan pemeriksaan
pada pola respirasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas, istirahat tidur, suhu
tubuh (banyak factor yang mengpengaruhi ketidakstabilan suhu
tubuh pada bayi antara lain karena permukaan tubuh yang relatif
luas, lemak subkutan yang kurang.

2.3.2 Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu diagnosis


negatif dan diagnosis positif. Diagnosis negatif menunjukkan bahwa
pasien dalam kondisi sakit atau berisiko mengalami sakit sehingga
penegakkan diagnosis ini akan mengarahkan pemberian intervensi
keperawatan yang bersifat penyembuhan, pemulihan dan pencegahan.
Diagnosis ini terdiri dari diagnosis aktual dan diagnosis risiko.
Sedangkan diagnosis positif menunjukkan bahwa pasien dalam kondisi
sehat dan dapat mencapai kondisi yang lebih sehat atau optimal.
Diagnosis ini disebut juga dengan diagnosis promosi kesehatan (SDKI &
Pokja, 2016)

a. Risiko Hipotermia
 Kategori : Lingkungan
 Subkategori : Keamanan dan Proteksi
 Definisi : Berisiko mengalami kegagalan termogulasi yang dapat
mengakibatkan suhu tubuh berada dibawah rentang normal.
 Faktor Risiko :
1. Berat badan ekstrem
2. Trauma
3. Bayi baru lahir

2.3.3 Perencanaan Keperawatan

Perencanaan merupakan tahap proses keperawatan yang


sistematik, mencakup pembuatan keputusan dan pemecahan masalah.
Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan
yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan
intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut
(Sumijatun, 2017).

Diagnosis Tujuan dan Kriteria


Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Hasil
Risiko SLKI Label : SIKI Label :
hipotermia Termogulasi Manajemen Hipotermia
berhubungan 1. Kulit merah 1) Observasi
dengan faktor menurun a. Monitor suhu tubuh.
risiko bayi 2. Akrosianosis b. Identifikasi penyebab risiko
baru lahir menurun hipotermia (mis. Terpapar
3. Dasar kuku suhu lingkungan rendah,
sianotik menurun pakaian tipis, kerusakan
4. Suhu tubuh hipotalamus, penurunan laju
meningkat (lebih metabolism, kekurangan
dari 36,5°C) lemak subkutan).
c. Monitor tanda dan gejala
akibat hipotermia.

2) Terapiutik
a. Sediakan lingkungan yang
hangat (mis. Atur suhu
ruangan, inkubator).
b. Ganti pakaian dan atau linen
yang basah.
c. Lakukan penghangatan pasif
(mis. Selimut, menutup
kepala, pakaian tebal).
d. Lakukan penghangatan aktif
eksternal (mis. Metode
kangguru, kompres hangat,
botol hangat, dan selimut
hangat).
e. Lakukan penghangatan aktif
internal (mis. infuse cairan
hangat, oksigen hangat,
lavase peritoneal dengan
cairan hangat).

3) Edukasi
a. Anjurkan makan/minum
hangat

Risiko SLKI Label : Inisiasi Menyusui Dini


Hipotermia Termogulasi 1) Observasi
berhubungan 1. Kulit merah a. Identifikasi tanda-tanda
dengan faktor menurun kesiapan menyusu (mis.
risiko bayi 2. Akrosianosis Keluar air liur, memasukkan
baru lahir menurun tangan kedalam mulut, bayi
3. Dasar kuku sianotik terjaga).
menurun b. Monitor tanda vital ibu dan
4. Suhu tubuh bayi.
meningkat (lebih c. Monitor jalan napas bayi
dari 36,5°C)
2) Terapeutik
a. Buka pakaian bagian atas
ibu.
b. Keringkan tubuh bayi,
kecuali bagian tangan yang
akan menuntun bayi untuk
mencari putting.
c. Letakkan bayi dengan posisi
tengkurap untuk kontak kulit
ke kulit, diantara dua
payudara dan kepala bayi
dimiringkan ke salah satu
sisi
d. Berikan selimut pada
punggung dan penutup
kepala bayi.

3) Edukasi
a. Anjurkan ibu membiarkan
bayi mencari putting ibu.
b. Anjurkan ibu membiarkan
bayi di perut ibu sampai 1
jam atau menyusu sampai
selesai.

2.3.4 Pelaksanaan Keperawatan

Menurut SIKI & Pokja(2018), tindakan keperawatan adalah


perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Implementasi terdiri atas
melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan
keperawatan khusus yang digunakan untuk melaksanakan intervensi.
Adapun implementasi yang dapat dilakukan pada bayi dengan risiko
hipotermia yaitu :

a. Mengidentifikasi tanda – tanda kesiapan menyusu.


b. Mengeringkan tubuh bayi, kecuali bagian tangan yang akan
menuntun bayi untuk mencari putting.
c. Metakkan bayi dengan posisi tengkurap untuk kontak kulit ke kulit,
diantara dua payudara dan kepala bayi dimiringkan ke salah satu sisi.
d. Menganjurkan ibu membiarkan bayi mencari putting ibu.
e. Menganjurkan ibu membiarkan bayi di perut ibu sampai 1 jam atau
menyusu sampai selesai.

2.3.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan menurut Kozier (2010) adalah fase kelima


atau terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi
struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu
menghasilkan umpan balik selama program berlangsung. Sedangkan
evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan
informasi efektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan
keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif,
assessment, planning) (Achjar, 2010). Adapun kriteria hasil yang
diharapkan :

a. Aktivitas otot normal (bayi dapat menggerakkan kedua tangan dan


kaki secara spontan).
b. Denyut jantung normal (100x/menit).
c. Warna kulit kemerahan.
d. Reflek gerak normal (jika bayi dapat merespon rangsangan yang
diberikan).
e. Pernapasan normal (menangis dengan kencang dan kuat).

2.4. Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru Lahir

2.4.1 Pengkajian Keperawatan

1. Posture/bentuk tubuh
2. Inspeksi
Bayi baru lahir akan memperlihatkan posisi di dalam rahim selama
beberapa hari.
3. Riwayat persalinan
Tekanan saat dalam rahim pada anggota gerak atau bahu dapat
menyebabkan ketidaksimetrisan wajah untuk sementara atau
menimbulkan tahanan saat ekstremitas akstensi.
4. Tanda-tanda vital
a. Suhu : aksila 36,5-37°C, suhu stabil setelah 8-10 jam kelahiran
b. Frekuensi Jantung : 120-140 denyut/menit, bisa tidak teratur
untuk periode singkat, terutama setelah menangis
c. Pernafasan : 30-60 kali/menit
d. Tekanan Darah :
 78/42mmHg
 Pada waktu lahir, sistolik 60-80mmHg dan diastolik 40-
50mmHg
 Setelah 10 hari, sistolik 95-100mmHg dan diastolik sedikit
meningkat
 Tekanan darah bayi baru lahir bervariasi seiring perubahan
tingkat aktivitas (terjaga, menangis atau tidur).
5. Pengukuran umum
a. Berat : berat badan lahir 2500-4000gr
b. Panjang badan : dari kepala sampai tumit 45-55cm
c. Lingkar kepala : diukur pada bagian yang terbesar yaitu oksipito-
frontalis 33-35cm
d. Lingkar dada : mengukur pada garis buah dada, sekitar 30-33cm
e. Lingkar abdomen : mengukur di bawah umbilikalis, ukuran sama
dengan lingkaran dada.
6. Integumen
a. Warna : biasanya merah muda, ikterik fisiologis dialami oleh
50% bayi cukup bulan dan hiperpigmentasi pada areola, genetalia
dan linia nigra. Perubahan warna normal seperti akrosianosis-
sianosis
tangan dan kaki dan kurtis marmorata-motting sementara ketika
bayi terpapar suhu rendah.
b. Kondisi : hari kedua sampai ketiga, mengelupas, kering. Tidak
terdapat edema kulit, beberapa pembuluh darah terlihat jelas di
abdomen. Vernik kaseosa, putih seperti keju, tidak berbau
dengan jumlah dan tempat yang bervariasi, Lanugo di daerah
bahu, pinna, telinga dan dahi dengan jumlah yang bervariasi.
c. Turgor kulit : dengan mencubit kulit bagian daerah perut dan
paha bagian dalam, turgor kulit baik saat kulit segera kembali
kekeadaan semula setelah cubitan dilepas. Indikator terbaik untuk
dehidrasi adalah kehilangan berat badan pada bayi baru lahir
kehilangan 10% BB setelah lahir adalah normal.
7. Kepala
a. Kulit kepala: rambut keperakan, helai rambut satu-satu, jumlah
bervariasi. Kadang terdapat kaput suksedaneum: bisa
memperlihatkan adanya ekimosis.
b. Bentuk dan ukuran : ukuran kepala bayi baru lahir seperempat
panjang tubuh, kadang sedikit tidak simetris akibat posisi dalam
rahim.
c. Fontanel : fontanel anterior bentuk berlian, 2-5 sampai 4,0 cm.
Fontanel posterior bentuk segitiga 0,5 sampai 1 cm. Fontanel
harus datar, lunak dan padat.
d. Sutura : teraba dan tidak menyatu.
8. Mata
a. Letak : pada wajah dengan jarak antar mata masing-masing 1/3
jarak dari bagian luar kantus ke bagian luar kantus yang lain.
b. Bentuk dan ukuran : ukuran dan bentuk simetris, kedua bola mata
ukuran sama, refleks kornea sebagai respons terhadap sentuhan,
refleks pupil sebagai respo terhadap cahaya, reflek berkedip
sebagai respon terhadap cahaya atau sentuhan. Gerakan bola
mata acak, dapat fokus sebentar, dan dapat melihat kearah garis
tengah.
9. Hidung
Berada di garis tengah wajah, tampak tidak ada tulang hidung, datar,
lebar, terdapat sedikit mucus tetapi tidak ada lender yang keluar.
Kadang bersin untuk membersihkan hidung.
10. Telinga
Terletak pada garis sepanjang kantus luar, terdiri dari tulang rawan
padat, berespon terhadap suara dan bayi.
11. Mulut
Gerakan bibir simetris, gusi berwarna merah muda, palatum lunak
dan palatum keras utuh, uvula digaris tengah, terdapat reflek
menghisap, rooting dan ekstrusi.
12. Leher
Leher pendek, dikelilingi lipatan kulit dan tidak terdapat selaput.
Kepala terdapat digaris tengah. Muskulus strenokleidomastoideus
sama kuat dan tidak teraba massa, bebas bergerak dari satu sisi ke
sisi lain, terdapat reflek leher tonik, reflek neck-righting dan reflek
orolith- ligthing.
13. Dada
Bentuk hampir bulat (sperti tong), gerakan dada simetris, gerakan
dada dan perut sinkron dengan pernapasan. Putting susu menonjol
dan simetris, nodul payudara sekitar 6 mm pada bayi cukup bulan.
14. Abdomen
Bentuk abdomen bulat, menonjol, hati teraba 1-2 cm di bawah batas
iga kanan. Tidak teraba massa, tidak distensi. Bising usus terdengar
1- 2 jam setelah lahir, mekonium keluar 24-28 jam setelah lahir.
Batas antara tali pusat dan kulit jelas, tidak terdapat usus halus
didalamnya, tali pusat kering didasar dan tidak berbau.
15. Genetalia
a. Wanita : labia dan klitoris biasanya edema, labia minora lebih
besar dari labia mayora, meatus uretral di belakang klitoris,
vernika kaseosa di antara labia, berkemih dalam 24 jam.
b. Laki-laki : lubang uretra pada puncak glen penis, testis dapat
diraba di dalam setiap skrotum, skrotum biasanya besar, edema,
pendulus, dan tertutup dengan rugae, biasanya pigmentasi lebih
gelap pada kulit kelompok etnik. Smegma dan berkemih dalm 24
jam.
c. Periksa anus ada atau tidak menggunakan termometer anus.
16. Ekstremitas
Mempertahankan posisi seperti dalam rahim. Sepuluh jari tangan dan
jari kaki, rentang gerak penuh, punggung kuku merah muda, dengan
sianosis sementara segera setelah lahir. Fleksi ekstremitas atas dan
bawah. Telapak biasanya datar, Ekstremitas simetris, Tonus otot
sama secara bilateral, Nadi brakialis bilateral sama.

2.4.2 Diagnosa Keperawatan yang Muncul

1. Resiko terjadinya gangguan keseimbangan suhu tubuh sehubungan


dengan bayi baru lahir dalam keadaan terbuka.
2. Resiko terjadinya infeksi sehubungan dengan tali pusat yang masih
basah dan belum lepas.
3. Resiko terjadinya integritas kulit sehubungan dengan popok bayi
sering basah.

2.4.3 Intervensi Keperawatan

1. Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus


berlebihan, posisi tidak tepat.
Intervensi keperawatan :
a. Hisap mulut dan naso faring dengan spuit bulb sesuai kebutuhan.
b. Tekan bulb sebelum memasukkan dan mengaspirasi faring,
kemudian hidung untuk mencegah aspirasi cairan.
c. Dengan alat penghisap mekanis, batasi setiap upaya penghisapan
sampai lima detik dengan waktu yang cukup antara upaya
tersebut memungkinkan reoksigenisasi.
d. Posisikan bayi miring ke kanan setelah memberikan makan untuk
mencegah aspirasi.
e. Posisikan bayi telungkup atau miring selama tidur.
f. Lakukan sedikit mungkin prosedur pada bayi selama jam pertama
dan sediakan oksigen untuk digunakan bila terjadi distress
pernapasan.
g. Ukur tanda vital sesuai kebijakan institusional dan lebih sering
bila perlu. Observasi adanya tanda-tanda distres pernapasan dan
laporkan adanya hal berikut dengan segera: tacipnea, mengorok,
stridor, bunyi napas abnormal, pernapasan cuping hidung,
sianosis.
h. Pertahankan popok, pakaian dan selimut cukup longgar untuk
memungkinkan ekspansi paru maksimum (abdomen) dan untuk
menghindari terlalu panas.
i. Bersihkan lubang hidung dari sekresi kering selama mandi atau
bila perlu.
j. Periksa kepatenan lubang hidung.
2. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan kontrol
suhu yang imatur, perubahan suhu lingkungan.
Intervensi keperawatan :
a. Selimuti bayi dengan rapat dalam selimut hangat.
b. Tempatkan bayi dalam lingkungan yang dihangatkan sebelumnya
di bawah penghangat radian atau di dekat ibu.
c. Tempatkan bayi pada permukaan yang diberi bantalan dan
penutup.
d. Ukur suhu bayi pada saat tiba di tempat perawatan atau kamar
ibu: lakukan sesuai kebijakan rumah sakit mengenai metode dan
frekuensi pemantauan.
e. Pertahankan temperatur ruangan antara 24°C-25,5°C dan
kelembaban sekitar 40% sampai 50%.
f. Berikan mandi awal sesuai kebijakan rumah sakit, cegah
menggigil pada bayi sebelum mandi dan tunda mandi bila ada
pertanyaan mengenai stabilisasi suhu tubuh.
g. Beri pakaian dan popok pada bayi dan bedong dalam selimut.
h. Berikan penutup kepala pada bayi bila kehilangan panas menjadi
masalah karena area permukaan besar dari kepala memungkinkan
terjadinya kehilangan panas.
i. Buka hanya satu area tubuh untuk memeriksa atau prosedur.
j. Waspada terhadap tanda hipotermia atau hipertermia.
3. Resiko tinggi infeksi atau inflamasi berhubungan dengan kurangnya
pertahanan imunologis, faktor lingkungan, penyakit ibu
Intervensi keperawatan :
a. Cuci tangan sebelum dan setelah merawat setiap bayi.
b. Pakai sarung tangan ketika kontak dengan sekresi tubuh.
c. Periksa mata setiap hari untuk melihat adanya tanda-tanda
inflamasi.
d. Jaga bayi dari sumber potensial infeksi.
e. Bersihkan vulva pada arah posterior untuk mencegah
kontaminasi fecal terhadap vagina atau uretra.
4. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan ketidakberdayaan fisik
Intervensi keperawatan :
a. Hindari penggunaan termometer rektal karena resiko perforasi
rektal.
b. Jangan pernah meninggalkan bayi tanpa pengawasan di atas
permukaan tinggi tanpa pagar.
c. Jaga agar objek tajam atau runcing berada jauh dari tubuh bayi.
d. Jaga agar kuku jari sendiri tetap pendek dan tumpul, hindari
perhiasan yang dapat melukai bayi.
e. Lakukan metode yang tepat dalam penanganan dan pemindahan
bayi.
5. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan imaturas, kurangnya pengetahuan orang tua
Intervensi keperawatan :
a. Kaji kekuatan menghisap dan koordinasi dengan menelan untuk
mengidentifikasi kemungkinan masalah yang mempengaruhi
makan.
b. Berikan masukan awal sesuai keinginan orang tua, kebijakan RS
dan protokol praktisi.
c. Siapkan untuk pemberian makan yang dibutuhkan dari bayi yang
minum ASI, pemberian makan malam ditentukan oleh kondisi
dan keinginan ibu.
d. Berikan yang makan dengan botol 2-3 formula setiap 3-4 jam
atau sesuai kebutuhan.
e. Dukung dan bantu ibu menyusui selama pemberian makan awal
dan lebih sering bila perlu.
f. Hindari pemberian makan suplemen atau air rutin untuk bayi
yang minum ASI.
g. Dorong ayah atau orang tua pendukung lain untuk tetap bersama
ibu untuk membantu ibu dan bayi dalam merubah posisi,
relaksasi dll.
h. Dorong ayah atau orang pendukung lain untuk berpartisipasi
dalam pemberian makan dengan botol.
i. Tempatkan bayi miring ke kanan setelah makan untuk mencegah
aspirasi.
j. Observasi pola feces.
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis maturasi,
kelahiran bayi cukup bulan, perubahan dalam unit keluarga
Intervensi keperawatan :
a. Segera mungkin setelah kelahiran dorong orang tua untuk
melihat dan menggendong bayi, tempatkan bayi baru lahir dekat
ke wajah orang tua untuk menciptakan kontak sosial.
b. Idealnya lakukan perawatn mata setelah pertemuan awal bayi
dengan orang tua, dalam 1 jam setelah kelahiran bila bayi terjaga
dan paling mungkin untuk berhubungan secara visual dengan
orang tua.
c. Identifikasikan untuk orang tua prilaku khusus yang ditunjukkan
pada bayi (misal : kesadaran, kemampuan untuk melihat,
penghisapan yang kuat, rooting dan perhatiakn pada suara
manusia).
d. Izinkan saudara kandung untuk berkunjung dan menyentuh bayi
baru lahir bila mungkin.
e. Jelaskan perbedaan fisik pada bayi baru lahir, seperti kepala
botak, potongan tali pusat dan klemnya dl.
f. Jelaskan pada saudara kandung harapan realistis mengenai
kemampuan pada bayi baru lahir contoh : memerlukan perawatan
komplit, bukan teman bermain.
g. Dorong saudara kandung untuk berpartisipasi dalam perawatan
dirumah agar mereka merasa menjadi bagian dari pengalaman.
h. Dorong orang tua untuk menghabiskan waktu dengan anak-
anaknya yang lain dirumah untuk mengurangi perasaan cemburu
terhadap saudara baru.

2.4.4 Penatalaksanaan

1. Mengeringkan dengan segera dan membungkus bayi dengan kain


yang cukup hangat untuk mencegah hipotermi.
2. Menghisap lendir untuk membersihkan jalan nafas sesuai kondisi
dan kebutuhan.
3. Memotong dan mengikat tali pusat, memberi ntiseptik sesuai
ketentuan setempat.
4. Bonding Attacment (kontak kulit dini) dan segera ditetekan pada
ibunya.
5. Menilai apgar menit pertama dan menit kelima.
6. Memberi identitas bayi: Pengecapan telapak kaki bayi dan ibu jari
ibu, pemasangan gelang nama sesuai ketentuan setempat.
7. Mengukur suhu, pernafasan, denyut nadi.
8. Memandikan/membersihkan badan bayi, kalau suhu sudah stabil
(bisa tunggu sampai enam jam setelah lahir).
9. Menetesi obat mata bayi untuk mencegah opthalmia – neonatorum.
10. Pemerikksaan fisik dan antropometri.
11. Pemberian vitamin K oral/parenteral sesuai kebijakan setempat.
12. Rooming in (rawat gabung): penuh atau partial.

2.4.5 Evaluasi Keperawatan

Perawatan setelah bayi pulang kerumah: Beri pengetahuan


kepada keluarga :

1. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI minimal 2 atau 3 jam sekali,


namun jika bayi memerlukan lebih dari itu maka sebaiknya
disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
2. Anjurkan pada keluarga untuk menjemur bayi 5 sampai 10 menit tiap
pagi hari.
3. Anjurkan kepada keluarga untuk selalu merawat tali pusat selama tali
pusat belum lepas.
4. Anjurkan keluarga untuk selalu memandikan bayi atau selalu
memperhatikan kebersihan bayi.
5. Anjurkan keluarga untuk selalu memberikan imunisasi kepada anak
mereka.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Inisisasi menyusu dini (IMD) adalah bayi mulai menyusu sendiri


segera setelah lahir yang diletakkan antara kulit ibu dan kulit bayi. Alasan
penting melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah karena suhu dada ibu
dapat menyesuaikan suhu ideal (thermogulator) yang diperlukan bayi. Kulit
dada ibu yang melahirkan 1o c lebih panas dari ibu yang tidak melahirkan.

Bayi baru lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan
oleh paparan virus dan kuman selama proses persalinan maupun beberapa saat
setelah lahir. Perawatan BBLyang tidak tepat dapat menimbulkan masalah
kesehatan pada bayi sampai kematian. Perawatan BBL yang dimaksud antara
lain perawatan tali pusat, memandikan bayi, memberi minum, membersihkan
telinga, membersihkan alat kelamin, mengganti popok bayi, dan menggunting
kuku.

3.2 Saran

Pada saat bayi baru lahir (BBL) sebaiknya segara melakukan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) karena sangat bermanfaat bagi ibu dan janin yaitu dapat
meningkatkan hubungan kasih saying ibu dan bayi, mengurangi risiko
perdarahan pasca persalinan, serta sangat membantu dalam keberlangsungan
pemberian ASI dan lama menyusui (merupakan tahap awal yang sangat baik
dalam pemberian ASI eksklusif 6 bulan pertama). Dengan demikian, dapat
mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari kebawah dan bayi akan
terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun, dan dapat meningkatkan
kekebalan tubuh bayi serta mencegah anak kurang gizi.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Apa itu IMD?. Terdapat pada : https://med.unhas.ac.id/obgin/?


p=103 (Diakses pada 4 Agustus 2021)

Kurniasari. 2018. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini (IMD).


Terdapat pada : http://repository.unimus.ac.id/2083/4/BAB%20II.pdf
(Diakses pada 4 Agustus 2021)

dr. Damar Upahita. 2021. Panduan Lengkap Perawatan Bayi Baru Lahir untuk
Orangtua Baru. Terdapat pada :
https://hellosehat.com/parenting/bayi/perawatan-bayi/perawatan-bayi-baru-
lahir/ (Diakses pada 4 Agustus 2021)

Dian Rahmawati, dkk. 2017. PERAWATAN BAYI BARU LAHIR (BBL) PADA
IBU USIA PERKAWINAN KURANG DARI 18 TAHUN. Terdapat pada :
https://akbid-dharmahusada-kediri.e-
journal.id/JKDH/article/view/50#:~:text=Perawatan%20BBL%20yang%20d
imaksud%20antara,popok%20bayi%2C%20dan%20menggunting%20kuku.
(Diakses pada 4 Agustus 2021)

Elly Dwi Wahyuni,SST,M.Keb. 2018. ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN


MENYUSUI. Terdapat pada :
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2018/09/Asuhan-Kebidanan-Nifas-dan-Menyusui_SC.pdf
(Diakses pada 5 Agustus 2021)

Sri Handayani, A.Md. Keb, S.Pd, MKM. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Merupakan Awal Sempurna Pemberian ASI Eksklusif dan Penyelamat
Kehidupan Bayi. Terdapat pada : https://www.poltekkesjakarta1.ac.id/wp-
content/uploads/legacy/jurnal/dokumen/85Inisiasi%20Menyusu%20Dini%2
0(IMD)%20Merupakan%20Awal%20Sempurna%20%20Pemberian%20ASI
%20Eksklusif%20Dan%20Penyelamat%20Kehidupan%20Bayi.pdf
(Diakses pada 6 Agustus 2021)
Lilis Fatmawati. 2020. DIKTAT MATERNITAS BAYI BARU LAHIR. Terdapat
pada : http://elibs.unigres.ac.id/680/1/DIKTAT%20BAYI%20BARU
%20LAHIR.p df (Diakses pada 7 Agustus 2021)

NKAN Savitri. 2018. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat pada :


http://repository.poltekkes- denpasar.ac.id/5022/3/BAB%20II
%20Tinjauan%20Pustaka.pdf (Diakses pada 7 Agustus 2021)

Anda mungkin juga menyukai