Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI


Untuk Memenuhi Prasyarat Target Praktik Semester 1
Stage Nifas dan Menyusui Program Studi Profesi Bidan

STAGE NIFAS DAN MENYUSUI FISIOLOGIS

NAMA MAHASISWA : Artati Nurjanah

NIM : P1337424822083

RUANG : KIA-KB

TANGGAL PRAKTIK : 7 November-26 November 2022

PEMBIMBING : Sri Rahayu., Skp, Ns, Str.Keb.M.Kes

BERKAS YANG DIKUMPULKAN ; Laporan Pendahuluan Nifas dan


Menyusui
HARI TANGGAL PENYERAHAN ;

PENERIMA ;

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN


KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui telah diperiksa dan
disahkan pada:

Hari :

Tanggal :

Semarang, November 2022


Pembimbing Klink (CI) Mahasiswa

Tety Vanda Rumondor., S.Tr Keb Artati Nurjanah


NIP. 19710220 199103 2 003 NIM.P1337424822083
Mengetahui
Pembimbing Institusi

Sri Rahayu., Skp, Ns, Str.Keb.M.Kes


NIP. 19740818 199893 2 001

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan
“Laporan Pendahuluan Asuhan Nifas dan Menyusui”
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya
makalah ini tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik
dari penyusunan hingga tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerika saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.
Semarang, November 2022

Penyusun

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................... i

Halaman Pengesahan................................................................................. ii

Kata Pengantar........................................................................................... iii

Daftar Isi.................................................................................................... iv

A. Tinjauan Teori ..................................................................................... 1

B. Tinjauan Teori Kebidanan.................................................................... 14

C. Evidence Based Practice....................................................................... 16

Daftar Pustaka........................................................................................... 18

4
TINJAUAN TEORI
NIFAS
A. TINJAUAN TEORI MEDIS
1. DEFINISI

Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta


sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Sarwono 2011). Pada masa
nifas ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis maupun psikologis, yakni :
perubahan fisik, involusi uterus dan pengeluaran lokhia, laktasi atau
pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh lainnya untuk kembali
ke kondisi sebelum hamil serta perubahan psikis (Vita 2019)

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai


standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga
kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan
pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dan meningkatkan cakupan
keluarga berencana pasca persalinan dengan melakukan kunjungan nifas
minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu yaitu : Kunjungan nifas
pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah persalinan,
kunjungan nifas ke dua dalam waktu hari ke-4 sampai dengan hari ke-28
setelah persalinan, dan kunjungan nifas ke tiga dalam waktu hari ke-29
sampai dengan hari ke-42 setelah persalinan(Arifin et al. 2013)

2. Tujuan asuhan masa nifas adalah :


a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi.
b. Melaksanakan skrining secara komperehensif, deteksi dini, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu berkaitan dengan: gizi,
menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya, dan perawatan bayi
sehat.
d. Memberikan pelayanan KB

5
3. PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS
a. SISTEM REPRODUKSI
1) Involusi Uterus

Pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi normal setelah


kelahiran bayi diketahui sebagai involusi. Pada akhir kala 3 dari
persalinan uterus berada pada garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah
umbilicus; dengan fundus menetap pada sacral promontorium,
ukuran uterus kurang lebih sama dengan umur kehamilan 16
minggu. Uterus mempunyai panjang kira-kira 14 cm, lebar 12 cm,
dan tebal 10 cm, serta berat 1000 gr.

Dalam 12 jam persalinan, fundus berada kurang lebih 1 cm di


atas umbilicus. Dari waktu ini, involusi berlangsung sangat cepat.
Dalam 3 hari post partum TFU kira-kira 3 jari di bawah umbilicus.
Setelah 9 hari post partum uterus harus sudah tidak teraba pada
abdominal dengan berat 500 gr. Pada minggu ke-6 tidak teraba lagi
dan beratnya 50/60 gr.

Tabel tinggi fundus uterus dan berat uterus selama involusi uteri :

INVOLUSI TFU BERAT


UTERUS
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat dan simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram

6
2) Kontraksi Uterus

Intensitas kontraksi uterus meningkat segera setelah bayi lahir


yang merupakan respon untuk segera mengurangi jumlah volume
intra uterus. Kontraksi uterus mempunyai peran untuk
keseimbangan oleh penekanan intra mural pembuluh-pembuluh
darah pada waktu pertama keadaan ibu ditinggikan sehingga fundus
meetap dengan tega. Periode relaksasi dan kontraksi dengan kuat
adalah lebih umum ada pada kehamilan dan menyebabkan nyeri
pada perut yang disebut afterpain yang terus berlangsung selama
masa nifas.

3) Tempat Pelepasan Plasenta

Setelah plasenta dan membran-membran dikeluarkan terjadi


konstriksi vaskular dan trombus untuk menutupi tempat tumbuhnya
plasenta dengan suatu nodul-nodul yang irregular dan area elevasi.
Pelepasan jaringanjaringan yang nekrose diikuti dengan
pertumbuhan endometrium untuk mencegah terjadinyascar. Proses
yang unik ini adalah karakteristik penyembuhan luka yang normal.
Itu memungkinkan endometrium untuk segera memulai siklus
perubahan dan untuk mempersiapkan tempat tumbuhnya dan
pembentukan plasenta pada kehamilan yang akan datang. Regenerasi
endometrium sempurna pada akhir minggu ketiga post partum
kecuali pada tempat pelepasan plasenta. Regenerasi tempat
pelepasan plasenta seringkali tidak sempurna hingga minggu ke-6
setelah persalinan.

4) Lochea

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas.

7
 Lochea rubra (1-3 hari post partum)
 Jumlahnya sedang, berwarna merah dan hitam.
 Lochea sanguinolenta (4-7 hari post partum)
 Jumlahnya berkurang, berwarna putih bercampur merah.
 Lochea serosa (8-14 hari post partum)
 Jumlahnya sedikit, berwarna kekuningan.
 Lochea alba (15-42 hari post partum)
 Berwarna putih
5) Serviks

Setelah kala III dan segmen uterus merupakan struktur tipis,


kolap, dan lembek. Pada ekstroserviks akan mendapat luka kecil dan
memar, yang merupakan kondisi optimal untuk terjadinya infeksi
setelah melahirkan, lubang serviks akan dilatasi hingga 10 cm dan
berangsur-angsur menutup tetapi ostium eksternum akan kembali
dan akan terbentuk seperti mulut ikan.

6) Vagina dan Perineum

Awalnya introitus vagina eritema dan edema pada area


episiotomi. Melakukan perawatan dengan hati-hati pada area
tersebut, mencegah dan mengobati segera hematom dan menjaga
kebersihan dengan baik selama 2 minggu pertama.

7) Payudara

Payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas.


Payudara menjadi lebih besar, lebih kencang, dan mula-mula lebih
nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta
dimulainya laktasi.

4. SISTEM GASTRO INTESTINAL

Rasa sering timbul segera setelah persalinan karena banyaknya energi


yang dikeluarkan selama proses persalinan :
8
a. Haus dan ingin banyak minum, akibat banyaknya cairan yang keluar
selama proses persalinan, baik berupa darah, keringat, kemih, dan
pernafasan.
b. Buang air besar sering kurang lancar karena tonus otot menurun,
tekanan intra abdominal menurun dan nyeri akibat uka perineum, serta
kadangkadang oleh hemoroid.
5. SISTEM KARDIOVASKULER
Tanda-tanda vital :

Suhu dalam 24 jam pertama mungkin akan meningkat menjadi 380C


disebabkan oleh kelelahan dan dehidrasi. Bila lebih dari 380C setelah 24
jam pertama sampai dengan hari kesepuluh, kemungkinan terjadi infeksi.

Tekanan darah harus stabil, bila terjadi penurunan sedikit, ini normal
karena adanya proses adaptasi terhadap penurunan rongga panggul dan
perdarahan. Tetapi bila ada peningkatan dan keluhan pusing, perlu
diawasi lebih lanjut.

Bradikardi dengan frekuensi 50-70 x/menit adalah normal untuk 6-


10 jam pertama karena penurunan aliran darah dari jantung.

6. SISTEM ENDOKRIN

Hormon estrogen dan progesteron menurun. Hormon prolaktin


meningkat sehingga merangsang untuk mengeluarkan air susu. Bila ibu
tidak menyusui maka akan lebih cepat menstruasi ± 12 minggu post partum
dan hormon estrogen akan meningkat dan akan terjadi ovulasi. Bila ibu
menyusui bayinya, menstruasi ± 36 post partum dan tidak terjadi ovulasi.

7. SISTEM HEMATOLOGI

Pada akhir periode post partum, darah harus sudah mulai kembali ke
keadaan semula. Leukositosis normal pada kehamilan rata-rata sekitar

9
12.000/mm3. Selama 10 sampai 12 JAM pertama setelah bayi lahir, nilai
leukosit antara 20.000 dan 25.000/ mm3 (Bobak, Jensen, and Perry 2017)

Kehilangan darah yang normal (250-500 cc) pada persalinan normal


Haemoglobin dan nilai eritrosit bervariasi selama masa nifas dini, tetapi
harus kembali normal dalam 2-6 minggu post partum.

8. SISTEM INTEGUMEN

Kloasma akibat kehamilan biasanya akan hilang sampai masa


kehamilan berlalu. Terjadi hiperpigmentasi pada areola dan linea nigra
mungkin akan hilang setelah melahirkan. Namun pada beberapa wanita ada
yang menetap pada daerah tersebut. Perubahan daerah vaskuler yang
abnormal akan menimbulkan nyeri, kemerahan, dan epulis, yang merupakan
respon dari penurunan estrogen setelah melahirkan.

9. SISTEM IMUNOLOGI

Imunologi A merupakan suatu antibodi yang terdapat pada colostrum


dan ASI yang berfungsi untuk mencegah menempelnya bakteri permukaan
mukosa terutama pada traktus gastrointestinal.

10. PERUBAHAN PSIKOLOGIS

Adaptasi psikologi masa nifas melalui tahap fase yang dikemukakan oleh
seorang psikolog REVA RUBIN (2004). Mengenai perubahan pada masa
nifas terdapat 3 fase yaitu:

a. Fase taking in ( 1-2 hari post partum )

Sebagai suatu masa ketergantungan dengan ciri-ciri membutuhkan


tidur yang cukup, nafsu makan meningkat, berharap untuk
menceritakan pengalaman partusnya dan bersikap sebagai penerima,
menunggu apa yang disarankan dan apa yang diberikan.

b. Fase taking hold ( 2-4 hari post partum )

10
Terlihat sebagai suatu usaha terhadap pelepasan diri dengan cirri-
ciri bertindak sebagai pengatur bergerak untuk bekerja, kecemasan
makin kuat, perubahan mood mulai terjadi dan sudah mengerjakan
tugas keibuan.

c. Fase letting go ( > 4 hari post partum )

Terjadi biasanya setelah pulang ke rumah dan sangat dipengaruhi


oleh waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. Pada masa ini
ibu mengambil tugas atau tanggung jawab terhadap perawatan bayi
sehingga ia harus beradaptasi terhadap kebutuhan bayi yang
menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan social.

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

1. Pengkajian
Pada langkah pertama ini adalah mengumpulkan semua informasi
yang relevan dan lengkap dari sumber yang berkaitan dengan klien, hasil
anamnesa,pemeriksaan laborat dan dari dokumentasi pasien atau catatan
tenaga kesehatan yang lain. Data riwayat kesehatan pasien menjadi data
yang mendasari dan penting, untuk selanjutnya mencari data dengan
pemeriksaan fisik yang sesuai dengan kebutuhan serta pemeriksaan lain
untuk memperoleh data penunjang dan penegakan diagnosa melalui
catatan-catatan yang memungkinkan ada.

Langkah berikutnya adalah menganalisa data yang diperoleh dengan


menganalisa kelengkapan data ,selanjutnya melakukan proses interpretasi
yang benar. Oleh sebab itu dalam pendekatan ini haruslah komprehensif
melalui data subjektif,data objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi atau menilai kondisi klien yang sebenarnya dan
pasti, setelah mengumpulkan data lakukan kaji ulang data yang sudah
dikumpulkan. Apakah data tersebut sudah tepat, lengkap dan akurat.
Sebagai contoh informasi yang perlu digali ada pada formulir pengkajian
adalah bagian yang tidak terpisah dari catatan rekam medis yang ada di
11
Rumah sakit, Puskesmas, Klinik Bersalin maupun tempat pelayanan
kebidanan lainnya

1. Merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan

Merumuskan diagnosa atau sering disebut dengan masalah kebidanan


dilakukan melalui langkah menganalisa data dasar dan
menginterpretasikanya secara akurat dan logis, sehingga dapat merumuskan
diagnosa atau masalah kebidanan . Rumusan diagnosa merupakan
kesimpulan dari kondisi klien dengan menyimpulkan ditemukannya
kesenjangan yang terjadi antara yang ditemukan dengan keadaan yang
seharusnya.

2. Interpretasi data dasar


Interpretasi data dasar pada langkah ini dilakukan identifikasi yang
benar terhadap diagnosa atau masalahdan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yangdikumpulkan. Data dasar
yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan
masalah atau diagnosa yang spesifik. Kata masalah dan
diagnosakeduanya digunakan, karena beberapa masalah tidak dapat
diselesaikan sepertidiagnosa tetapi sungguh membutuhkan penanganan
yang dituangkan kedalam sebuahrencana asuhan terhadap klien.
3. Mengantisipasi diagnosa atau masalah potensial

Langkah ini merupakan langkah antisipasi sehingga kita dapat


melakukan asuhan kebidanan dan bidan dituntut untuk mengantisipasi
permasalahan yang akan timbul dari kondisi yang ada atau sudah terjadi
dengan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial yang
akan terjadi berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah ada dan
merumuskan tindakan apa yang perlu diberikan untuk mencegah atau
menghindari masalah atau diagnosa potensial yang akan terjadi, pada
langkah antisipasi ini diharapkan bidan selalu waspada dan bersiap-siap
mencegah diagnosa atau masalah potensial agar benar-benar tidak terjadi,

12
langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman, dalam
langkah ini perlu dilakukan secara optimal karena sering terjadi dalam
kondisi emergency

4. Menetapkan kebutuhan segera

Pada saat ini bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera, baik


tindakan intervensi, tindakan konsultasi, kolaborasi dengan dokter lain atau
rujukan berdasarkan kondisi klien.

Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses


penatalaksanaan Kebidanan yang terjadi dalam kondisi emergency, dapat
terjadi pada saat mengelola ibu hamil bersalin nifas dan bayi baru lahir
berdasarkan hasil analisa data, ternyata kondisi klien membutuhkan
tindakan segera untuk menangani dan mengatasi diagnosa atau masalah
yang terjadi.

Bidan harus mengetahui penyebab langsung masalah yang ada,


sehingga dapat segera untuk mengetahui penyebab masalah, jadi tindakan
segera bisa juga berupa observasi atau pemeriksaan.

Ada beberapa data yang mungkin menunjukan kegawatan, sehingga


bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau
bayi,misal menghentikan perdarahan kala 3 dan mengatasi distosia bahu
pada kala 2. Pada tahap ini mungkin juga klien memerlukan tindakan dari
seorang dokter misal terjadinya prolaps tali pusat sehingga perlu tindakan
rujukan dengan segera. Apabila ditemukan tanda-tanda awal dari
preeklamsi, kelainan panggul adanya penyakit jantung, diabetes atau
masalah medik yang serius, makabidan perlu melakukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter, dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin
juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim
kesehatan lainnya seperti ahli gizi . Dalam hal ini bidan harus mampu
mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa
konsultasi dan kolaborasi yang tepat dalam penatalaksanaan asuhan klien

13
5. Menyusun Rencana Asuhan Secara Menyeluruh

Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh


langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
penatalaksanaan terhadap masalah / diagnosa yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi, baik sifatnya segera maupun rutin pada langkah ini informasi
data yang tidak lengkap dapat dilengkapi dengan merumuskan tindakan
yang sifatnya mengevaluasi / memeriksa kembali maupun perlu dilakukan
yang sifatnya follow up.

Asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi penanganan masalah


yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan tetapi juga tindakan yang bentuknya antisipasi seperti penyuluhan
dan konseling. Begitu pula tindakan rujukan yang dibutuhkan klien bila ada
masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi kultur atau masalah
psikolog. Dengan perkataan lain asuhan terhadap wanita tersebut sudah
mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan kebidanan
setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak yaitu oleh
bidan dan klien agar dapat dilakukan dengan efektif karena klien juga akan
melaksanakan rencana tersebut atau inform konsen. Oleh karena itu pada
langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan
hasil pembahasan rencana asuhan bersama klien kemudian membuat
kesepakatan bersama sebelum melakukannya, baik lisan maupun tertulis.

6. Implementasi

Implementasi merupakan wujud tindakan yang harus dilakukan pada


setiap pasien atau klien. pada langkah keenam ini rencana asuhan
menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilakukan
secara efisien. efektif dan aman. Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau bersama-sama dengan klien atau dengan anggota tim
kesehatan lainnya jika di perlukan . Apabila ada tindakan yang tidak
dilakukan oleh bidan tetapi dilakukan oleh dokter atau tim kesehatan

14
lainnya bidan tetap memegang tanggung jawab untuk keseimbangan
asuhan berikutnya misal memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar
dilakukan dan sesuai dengan kebutuhan klien. Dalam situasi dimana
kolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami
komplikasi maka keterlibatan bidan dalam pelaksanaan asuhan bagi klien
adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana yang
menyeluruh tersebut . Pelaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu
dan biaya serta mengingatkan mutu dan asuhan klien

7. Mengevaluasi

Pada langkah evaluasi ini dapat digunakan untuk melihat keefektifan


dari asuhan yang sudah diberikan yang meliputi pemenuhan kebutuhan
asuhan . Apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang
telah diidentifikasikan di dalam diagnosa / masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar benar efektif dalam pelaksanaannya,
dalam evaluasi bukan berarti akhir dari sebuah kegiatan asuhan akan tetapi
hal ini merupakan proses suatu kegiatan yang berkesinambungan dan
kembali mengulang dari awal setiap asuhan . Yaitu dengan melihat
efektivitas asuhan yang telah dilakukan melalui pengkajian (Ngadiyono
2018)
C. Evidence Based
Judul :Analisa Faktor-Faktor Penyebab Terjadainya Bay Blues
Syndrom pada Ibu Nifas
Penulis : Lina Wahyu Susanti dan Anik Sulistiyanti, tahun 2017
Resume : hasil penelitian menjelaskan bahwa Penelitian dilakukan
terhadap 72 responden dengan hasil ada hubungan antara jenis
persalinan dengan kejadian baby blues syndrome karena nilai
signifikansi jenis persalinan 0,010 dengan nilai PValue 0,005.
Terdapat hubungan antara kesiapan ibu dengan baby blues
syndrome karena didapatkan nilai siginifikansi kesiapan ibu
adalah 0,36 dengan nilai P-value 0.05. Terdapat hubungan

15
antara dukungan suami dengan baby blues syndrome karena
nilai siginifikan dukungan suami sebesar 0,001 dengan nilai P-
value 0,005. Ketiga factor tersebut memberikan kontribusi
terhadap baby blues syndrome
Judul : Efektifitas Metode Doubel D terhadap Depresi Postpartum
Pada Ibu Nifas fase Latting Go di Kelurahan Wonokromo
Surabaya
Penulis : Siti Maimunah dan Elly Dwi Masita, Tahun 2019
Resume : menjelaskan hasil penelitiannya bahwa Uji analitik yang
digunakan adalah mann whitney dengan nilai p< 0.005. Hasil uji
analisis didapatkan p = 0.001 yang berarti efektif metode double
D (Doa dan Dzikir) terhadap penurunan tingkat depressi post
partum pada ibu nifas fase letting go (hari ke 7) (Maimunah and
Masita 2019)
Judul :Dukungan Bidan Dalam Pemberian ASI Esklusif di Desa
Sumbersari Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal
Penulis :Noveri Aisyaroh, Tahun 2016
Resume : Hasil penelitian karakteristik responden sebagian besar 25
(69,4%) berusia < 30 tahun, 21 (58,3%) pendidikan SLTP dan
19 (52,8%) tidak bekerja atau sebagai Ibu Rumah Tangga.
Tingkat pengetahuan responden sebagian besar baik 23 (63,9%)
dan 19 (52,8%) mengatakan bahwa bidan memberikan
dukungan dengan baik terhadap pemberian ASI eksklusif.
Berdasarkan uji statistik chi-square pvalue 0,037, Ha diterima,
berarti ada hubungan antara dukungan bidan dengan pemberian
ASI eksklusif dan berdasarkan uji statistik chi-square pvalue
0,089, Ha ditolak, berarti tidak ada hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif (Aisyaroh 2005)
Judul : Dukungan Suami dan Keluarga Terhadap Angka Kejadian
Baby Blues di Puskesmas II Kembaran Banyumas
Penulis :Evicenna Naftuchah Riani Tahun 2017

16
Resume : Hasil penelitian didapatkan bahwa dukungan suami
mempengaruhi terjadinya baby blues. Seorang suami disarankan
untuk selalu mendampingi istrinya membantu kesulitan-
kesulitan istri dalam merawat bayinya, dapat menerima keluh
kesah istri serta dapat meyakinkan istri bahwa dia akan selalu
berada disisinya. Selain itu dukungan keluarga juga sangat
mempengaruhi kondisi psikologi klien, dimana keluarga
membantu klien untuk mengurus dan merawat bayinya(Riani
2017)
Judul : Gambaran Adaptasi Psikologis Ibu Nifas Di Desa Bandungan
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang
Penulis : Mamik Ratnawati, Bayu Mahardika dan Yuliatu Alie Tahun
2013
Resume : Analisa data menggunakan distribusi frekuensi dengan
prosentase adaptif, mal adaptif. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa sebanyak 13
responden ( 43,3% ) Adaptif 17 responden (56,7%) mal adaptif.
Oleh karena itu untuk meningkatkan perilaku adaptasi
psikologis ibu nifas dapat dilakukan dengan memberikan
konseling atau penyuluhan, kelas ibu hamil, oleh tenaga
kesehatan (Bidan, Dokter, atau Perawat) dan diharapkan antara
ibu nifas dan tenaga kesehatan dapat bekerja sama dengan baik
(mamik ratnawati, bayu mahardika 2013)

17
DAFTAR PUSTAKA

Aisyaroh, Noveri. 2005. “Dukungan Bidan Dalam Pemberian Asi Eksklusif Di


Desa Sumbersari Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal.”
http://research.unissula.ac.id/file/publikasi/210104090/3581Dukungan_Bida
n_dlm_ASI_Eksklusif.pdf.
Arifin, S., F. Rahman, A. Wulandari, and V.Y. Anhar. 2013. “Buku Dasar-Dasar
Manajemen Kesehatan.” Journal of Chemical Information and Modeling
53(9): 1689–99.
Bobak, Irebe M, Maegaret Duncan Jensen, and Shannon E Perry. 2017. Buku Ajar
Keperawatan Maternitas Edisi 4. ed. Renata Komalasari. Jakarta: EGC.
Maimunah, Siti, and Elly Dwi Masita. 2019. “Efektifitas Metode Double D
Terhadap Depressi Post Partum Pada Ibu Nifas Fase Letting Go Di
Kelurahan Wonokromo Surabaya.” Jurnal Ners dan Kebidanan (Journal of
Ners and Midwifery) 6(3): 320–25.
mamik ratnawati, bayu mahardika, yuliatie alie. 2013. “( A Description of
Psichologic Adaptation Mother Childhood At Bandung Village
Kecamatan.” : 23–27.
Ngadiyono. 2018. Etika Profesi Dan Perundang-Undangan Dalam Kebidanan.
Yogyakarta: Pustaka Panasea.
Riani, Evicenna Naftuchah. 2017. “Dukungan Suami Dan Keluarga Terhadap
Angka Kejadian Baby Blues Di Puskesmas II Kembaran Banyumas.”
Medsains 3(02): 02.
https://jurnal.polibara.ac.id/index.php/medsains/article/view/55.
Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. 4th ed. eds. Abdul Bari
Saifuddin, Triatmojo Rachimhadhi, and Gulardi H. Wijnjosastro. Jakarta:
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Vita, Andina. 2019. Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui Teori Dalam Praktik
Kebidanan Profesional. ed. ratna Widianing Putri. Yogyakarta: Pustaka baru.

18

Anda mungkin juga menyukai