Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PRE, INTRA DAN POST OPERATIF

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PRE, INTRA DAN POST OPERATIF

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien adalah sesuatu yang
menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini dimungkinkan karena belum adanya pengalaman
dan dikarenakan juga adanya tindakan anestesi yang membuat klien tidak sadar dan membuat klien
merasa terancam takut apabila tidak bisa bangun lagi dari efek anestesi. Tindakan operasi
membutuhkan persiapan yang matang dan benar-benar teliti karena hal ini menyangkut berbagai
organ, terutama jantung, paru, pernafasan. Untuk itu diperlukan perawatan yang komprehensif dan
menyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai dengan benar-benar aman dan tidak
merugikan klien maupun petugas.

2. Tujuan

Tujuan penyusunan laporan pendahuluan ini adalah:

a. Mengerti dan memahami berbagai persiapan tindakan operasi

b. Mengerti dan memahami asuhan keperawatan pre operasi

c. Mengerti dan memahami asuhan keperawatan intra operasi

d. Mengerti dan memahami asuhan keperawatan post operasi.

B. TINJAUAN TEORI

PENGKAJIAN

Hal penting dalam riwayat keperawatan pre operatif:

a. Umur

b. Alergi terhadap obat, makanan

c. Pengalaman pembedahan

d. Pengalaman anestesi

e. Riwayat pemakaian tembakau, alcohol, obat-obatan

f. Lingkungan

g. Kemampuan self care


h. Support system

PEMERIKSAAN FISIK

Pengkajian dasar pre operatif dilakukan untuk:

1. Menentukan data dasar

2. Masalah pengobatan yang tersembunyi

3. Potensial komplikasi berhubungan dengan anestesi

4. Potensial komplikasi post operasi

Fokus: Riwayat dan sitem tubuh yang mempengaruhi prosedur pembedahan.

System kardiovaskuler

Untuk menentukan kekuatan jantung dan kemampuan untuk mentoleransi pembedahan dan
anestesi.

Perubahan jantung  3  kematian perioperatif.

Sistem pernapasan

Lansia, perokok, PPOM  resiko atelektasis, kolap jaringan paru.

 Mencegah pertukaran oksigenO2

 Intoleransi karena perubahan dalam dada dan paru.

 Regiditas cavum thoraks dan menurunnya ekspansi paru  efisiensi ekskresi paru terhadap anestesi
menurun.

Renal system

Abnormal renal fungsi menurunkan rata ekskresi obat dan anestesi

Skopolamin, morphin  konfusi, disorientasi

Neuorologi system

Kemampuan ambulasi

Muskulosceletal

Defomitas  mempengaruhi posisi intra dan post operasi

Artritis  menerima posisi  nyeri post operasi oleh karena immobilisasi

Status Nutrisi

Malnutrisi, obesitas  resiko tinggi pembedahan

Vit. , vit.B diperlukan untuk penyembuhan luka dan pembentukan fibrin.

Obesitas  wondhiling menurun oleh karena jaringan lemak tinggi


Psikososial asesment

Tujuan: menentukan kemampuan coping

Informasi

Support

Laboratorium

Analisa:

1. Pengetahuan kurang berhubungan dengan pengalaman pre operasi

2. Kecemasan berhubungan dengan pengalaman pre operasi

DIAGNOSA DAN RENANA KEPERAWATAN

1. Pengetahuan kurang ( knowledge defisite )

NO dan indikator NI dan aktifitas Rasional

NO: Pengetahuan tentang penyakit, setelah diberikan penjelasan selama 2 x pasien mengerti
proses penyakitnya dan Program perawatan serta Therapi yg diberikan dg:

Indikator:

Pasien mampu:

 Menjelaskan kembali tentang penyakit,

 Mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa cemas NI: Pengetahuan penyakit

Aktifitas:

1. Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya

2. Jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan gejala), identifikasi kemungkinan penyebab. Jelaskan
kondisi tentangklien

3. Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif pengobantan

4. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan untuk mencegah komplikasi

5. Diskusikan tentang terapi dan pilihannya

6. Eksplorasi kemungkinan sumber yang bisa digunakan mendukung

7. Instruksikan kapan harus ke pelayanan

8. Tanyakan kembali pengetahuan klien tentang penyakit, prosedur operasi

NI : Teaching (Pre operatif)

1. Informasikan klien waktu pelaksanaan prosedur operasiperawatan


2. Informasikan klien lama waktu pelaksanaan prosedur operasiperawatan

3. Kaji pengalaman klien dan tingkat pengetahuan klien tentang prosedur operasi yang akan
dilakukan

4. Jelaskan tujuan prosedur operasiperawatan

5. Instruksikan klien utnuk berpartisipasi selama prosedur operasiperawatan

6. Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan setelah prosedur operasiperawatan

7. Instruksikan klien menggunakan tehnik koping untuk mengontrol beberapa aspek selama
prosedur operasiperawatan (relaksasi da imagery)

8. Pastikan persetujuan operasi telah ditandatangani

. Lengkapi ceklist operasi

1. Mempermudah dalam memberikan penjelasan pada klien

2. Meningkatan pengetahuan dan mengurangi cemas

3. Mempermudah intervensi

4. Mencegah keparahan penyakit

5. Memberi gambaran tentang pilihan terapi yang bisa digunakan

6. Mensuport pasien dengan sumber yang dimiliki

7. Memperjelas pengetahuan pasien

8. Mereview pengetahuan pasien

1. Memberikan ketenangan dan pengertian waktu pelaksanaan.

2. Klien mampu mengantisipasi dan mengetahui jalannya operasi

3. Pengalaman mempengaruhi kesiapan klien


4. Memberikan pengetahuan klien tentang peosedur

5. Membantu kelancaran pelaksanaan operasi

6. Klien mampu mengantiasipasi dan mampu bertindak

7. Mengurangi tingkat kecemasan dan stress akibat operasi

8. Memastikan klien menyetujui tindakan

. Mengevaluasi persiapan operasi

Fokus : Edukasi pre operasi

Informasi : Informed consent, pembatasan diit, pre-operatif preparation, post-operatif exersice

Informed onsent:

- Alasan pembedahan

- Pilhan dan resikonya

- Resiko pembedahan

- Resiko anestesi

Pembatasan diit  NPO (nothing per oral ) 6 – 8 jam sebelum pembedahan GI (gastro intestinal )
preparasi:

- Mencegah perlukaan colon

- Melihat jelas area

- Mengurangi bacteri intestinal

Skin preparasi

Tube, drain, IV line

Post operatif exercise:

- Diaphragmatic breating

- Incestive spirometri

- ougling and spinting the surgical wound

- Turning and leg exercise


2. Kecemasan :

NO dan indikator NI dan aktifitas Rasional

NO: kontrol kecemasan dan coping, setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam cemas ps hilang
atau berkurang dg:

Indikator:

Ps mampu:

 Mengungkapkan cara mengatasi cemas

 Mampu menggunakan coping

 Dapat tidur

 Mengungkapkan tidak ada penyebab fisik yang dapat menyebabkn cemas

NI: Penurunan kecemasan

Aktifitas:

1. Bina Hub. Saling percaya

2. Libatkan keluarga

3. Jelaskan semua Prosedur

4. Hargai pengetahuan ps tentang penyakitnya

5. Bantu ps untuk mengefektifkan sumber support

6. Berikan reinfocement untuk menggunakan Sumber oping yang efektif

1. Mempermudah intervensi

2. Mengurangi kecemasan

3. Membantu ps dlam meningkatkan pengetahuan tentang status kes dan meningkatkan kontrol
kecemasan
4. Pasien merasa dihargai

5. Dukungan akan memberikan keyakinan thdp peryataan harapan untuk sembuhmasa depan

6. Penggunaan Strategi adaptasi secara bertahap ( dari mekanisme pertahan, coping, samapi strategi
penguasaan) membantu ps cepat mengadaptasi kecemsan

INTERVENSI KLIEN INTRA OPERATIF

A. ANGGOTA TIM PEMBEDAHAN

Tim pembedahan terdiri dari:

1. Ahli bedah

Tim pembedahan dipimpin oleh ahli bedah senior atau ahli bedah yang sudah melakukan operasi.

2. Asisten pembedahan (1 orang atau lebih): asisten bius dokter, residen, atau perawat, di bawah
petunjuk ahli bedah. Asisten memegang retractor dan suction untuk melihat letak operasi.

3. Anaesthesologist atau perawat anaesthesi

Perawat anesthesi memberikan obat-obat anesthesia dan obat-obat lain untuk mempertahankan
status fisik klien selama pembedahan.

4. irculating Nurse

Peran vital sebelum, selama dan sesudah pembedahan.

Tugas:

 Set up ruangan operasi

 Menjaga kebutuhan alat

 heck up keamanan dan fungsi semua peralatan sebelum pembedahan

 Posisi klien dan kebersihan daerah operasi sebelum drapping

 Memenuhi kebutuhan klien, memberi dukungan mental, orientasi klien

Selama pembedahan:

- Mengkoordinasikan aktivitas

- Mengimplementasikan NP

- Membantu anesthetic

- Mendokumentasikan secara lengkap drain, kateter, dll

5. Surgical technologist atau Nurse scrub; bertanggung jawab menyiapkan dan mengendalikan
peralatan steril dan instrumen, kepada ahli bedahasisten. Pengetahuan anatomi fisiologi dan
prosedur pembedahan memudahkan antisipasi instrumen apa yang dibutuhkan.
B. PENYIAPAN KAMAR DAN TEAM PEMBEDAHAN

Keamanan klien diatur dengan adanya ikat klien dan pengunci meja operasi. Dua faktor penting yang
berhubungan dengan keamanan kamar pembedahan: lay out kamar operasi dan pencegahan infeksi.

1). Lay Out pembedahan

Ruang harus terletak diluar gedung RS dan bersebelahan dengan RR dan pelayanan pendukung
(bank darah, bagian pathologi dan radiology, dan bagian logistik).

Alur lalu lintas yang menyebabkan kontaminasi dan ada pemisahan antara hal yang bersih dan
terkontaminasi  design (protektif, bersih, steril dan kotor).

Besar ruangan tergantung pada ukuran dan kemampuan rumah sakit.

Umumnya:

• Kamar terima

• Ruang untuk peralatan bersih dan kotor

• Ruang linen bersih

• Ruang ganti

• Ruang umum untuk pembersihan dan sterilisasi alat

• Scrub area

Ruang operasi terdiri dari:

• Stretcher atau meja operasi

• Lampu operasi

• Anesthesia station

• Meja dan standar instrumen

• Peralatan suction

• System komunikasi

2). Kebersihan dan Kesehatan Team Pembedahan

Sumber utama kontaminasi bakteri  team pembedahan yang hygiene  dan kesehatan  ( kulit,
rambut, saluran pernafasan).

Pencegahan kontaminasi:

» uci tangan

» Handscoen

» Mandi

» Tidak memakai perhiasan


3). Pakaian bedah

Terdiri : Kap, Masker, gaun, Tutup sepatu, baju OK

Tujuan: Menurunkan kontaminasi

4). Surgical Scrub

uci tangan pembedahan dilakukan oleh:

• Ahli Bedah

• Semua asisten

• Scrub nurse.

•  sebelum menggunakan sarung tangan dan gaun steril

Alat-alat:

• Sikat cucin tangan reuable  disposible

• Anti microbial : betadine

• Pembersih kuku

Waktu : 5 – 10 menit  dikeringkan dengan handuk steril

. ANASTHESIA

Anasthesia (Bahasa Yunani)  Negatif Sensation

Anasthesia menyebabkan keadaan kehilangan rasa secara partial atau total, dengan atau tanpa
disertai kehilangan kesadaran.

Tujuan: Memblok transmisi impuls syaraf, menekan refleks, meningkatkan relaksasi otot.

Pemilihan anesthesia oleh anesthesiologist berdasarkan konsultasi dengan ahli bedah dan factor
klien.

TYPE ANASTHESIA:

Perawat perlu mengenal ciri farmakologic terhadap obat anesthesia yang digunakan dan efek
terhadap klien selama dan sesudah pembedahan.

1. Anasthesia Umum

Adalah keadaan kehilangan kesadaran yang reversible karena inhibisi impulse saraf otak.

Misal : bedah kepala, leher. Klien yang tidak kooperatif.


1) Stadium Anesthesia

- Stadium I : Relaksasi

Mulai klien sadar dan kehilangan kesadaran secara bertahap.

- Stadium II : Excitement

Mulai kehilangan kesadaran secara total sampai dengan pernafasan yang iregulair dan pergerakan
anggota badan tidak teratur.

- Stadium III : Ansethesi pembedahan

Ditandai dengan relaksasi rahang, respirasi teratur, penurunan pendengaran dan sensasi nyeri.

- Stadium IV : Bahaya

Apnoe, ardiapolmunarry arrest, dan kematian.

2) Metode Pemberian

Inhalasi , IV injection. Instilasi rectal

(1) Inhalasi

Metode yang paling dapat dikontrol karena intak dan eliminasi secara primer oleh paru.

Obat anesthesia inhalasi yang diberikan:

1. Gas: Nitrous Axida ( N20).

Paling sering digunakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau. Non iritasi dengan masa induksi dan
pemulihan yang cepat.

a. Folatile: airan yang dapat menguap.

b. Halotan: Non iritasi terhadap saluran pernafasan dan menghasilkan mual dan muntah yang
minimal pada post op. Halotan dapat menekan pada system cardiovaskuler (Hypotensi dan
Bradicardia). Dan berpengaruh terhadap hypotalanus.

c. Ethrane: Anasthesi inhalasi yang menghasilkan relaksasi otot yang adekwat. Ethrane mengurangi
ventilasi klien.dan menurunkan tekanan darah.

d. Penthrane: Pelemas otot yang efektif dan memberikan efek analgetik pada konsentrasi rendah,
toksik pada ginjal dan hanya digunakan untuk pembedahan waktu pendek.

e. Forane: Muscle relaksan, cardio vascular tetap stabil.

(2) Anesthesi Injeksi IV

Memberikan perasaan senang., cepat dan pelepasan obat secara pelan.

a. Barbiturat. Sering digunakan, bekerja langsung pada NS dari sedasi sedang sampai kehilangan
kesadaran, sedikit mengurangi nyeri.
Thiophental sodium;

- Skart acting

- Suplement N20 pada operasi singkat.

- Hipnotik pada anesthesia regional.

- Depresan paten terhadap sistem jantung dan paru

b. Narcotik

- Suplement anesthesia inhalasi

- Narkotik yang sering digunakan Morphin Sulfat, Meperidine, dan Fentanil Sitrate.

- Analgesia post op yang adekwat.

- Menurunkan ventilasi alveolar dan depresan pernafasan.

c. Inovar

- Kombinasi Fentonil sitrat dan Tranguilizer Dropreridol.

- Digunakan dosis kecil untuk supplement N20 dan anesthesia regional.

- Durasi panjang depresi pernafasan, hypoventilasi, apnea, hypotensi selama posat op.

d. Ketamine

- Obat anesthesia yang tersendiri.

- Bekerja pada bagian syaraf tertentu.

- Diberikan pada IV atau IM.

- Menyebabkan penurunan kesadaran secara cepat, analgetika tanpa depresi pernafasan atau
kehilangan tonus otot.

- Merangsang sitem cardiovascular.

- Digunakan : Diagnostik, pembedahan singkat, supplement N20.

- Selama pemberian: mimpi buruk, halusinasi, tindakan irrational.

e. Neuromusculer Brochler

- Muscle relaksan selama pembedahan.

- Mempermudah pemasangan GT Tube

- Bekerja pada garis otot tubuh dengan mempengaruhi impuls pada motor end plate.

Komplikasi anesthesia umum:

Komplikasi jarang tetapi dapat mengancam jiwa.

- Komplikasi sebagian besar minor sebagai akibat tehnik intubasi seperti gigi patah atau trauma vocal
cord. Dapat terjadi akibat hyperektensi leher, rongga mulut kecil, sendi mandibuler yang kaku.

- Anesthesia overdosis pada orang tua atau kelainan klien.


- Hypertermia Maligna. Kerusakan pada membran sel otot  circulasi calcium ,  rata-rata
mertabolisme meningkat dan suhu tubuh 46 derajad celcius. Terjadi pada klien yang sensitip pada
halothane, penthran, succinyl clorida .

Gejala: tacicardi, peningkatan suhu tubuh yang kontinus, sianosis, hipotensi, kaku otot, aritmia.

Tindakan:

- Operasi dihentikan, pendinginan dengan cairan es IV.

- Lavage es nasogastric

- Secara simultan diberikan diuretic dan oksigen 100 .

2. Anestesi Local Atau Regional

Anestesi local atau regional secara sementara memutus transmisi impuls saraf menuju dan dari
lokasi khusus. Luas anestesi tergantung:

- Letak aplikasi

- Volume total anestesi

- Kosentrasi dengan kemampuan penetrasi obat

Penggunaan regional anestesi:

- Kontra indikasi general anestesi

- Klien mengalami reaksi yang merugikan dengan general anestesi

- Pilihan klien

Komplikasi:

- Over dosis

- Teknik pemberian yang salah

- Sensitifitas klien terhadap anestesi

Tanda:

Stimulasi NS diikuti depresi NS dan cardio:

Gelisah, pembicaraan incoherent, sakit kepala, mata kabur, rasa metalik, mual, muntah,
tremor,konfulsi dan peningkatan nadi respirasi , tekanan darah

Komplikasi local: Edema, peradangan, abses, necrosis,gangren.

TEKNIK PEMBERIAN

Anestesi Topikal
Pemberian secara langsung pada permukaan area yang dianestesi

Bentuk: Salep atau spray.

Sering digunakan : prosedur diagnotik atau intubasi, laringoskopi, cistocopi.

Masa kerja 1 (satu ) menit, lama kerja 20 – 30 menit.

Lokal Anestesi

Injeksi obat anestesi secara I  dan S  ke jaringan sekitar insisi, luka atau lesi.

Field Block

Injeksi secara bertahab pada sekeliling daerah yang dioperasi

( hernioraphy , dental prosedur ,bedah plstik )

Nerve Block

Injeksi obat anestesi local ke dalam atau sekitar saraf atau saraf yang mempesarafi daerah yang
dioperasi. Block saraf memutus transmisi sensasi, motor, sympatis.

Tujuan : mencegah nyeri selama prosedur dianostik, mengurangi nyeri dan meningkatkan sirkulasi
pada penyakit vascular.

ontoh : lidocain ( xilocain )

Bupivacain ( makain )

Ephineprin  potensiasi

Spinal Anestesi  Intra Techal

Dicapai dengan injecsi obat anestesi ke dalam ruang sub orachonoid.

Pada L 2 – 3 atau L 3 – 4.

Absorsi ke urat saraf terjadi secara cepat dan menghasilkan analgesia dengan relaksasi.

Efektif untuk operasi abdomen dan panggul.

PENGKAJIAN :

Di ruang penerimaan perawat sirkulasi:

- Memvalidasi identitas klien

- Memvalidasi inform concent

hart Review:

- Memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi kebutuhan actual dan potensial
selama pembedahan.

- Mengkaji dan merencanakan kebutuhan klien selama dan sesudah operasi.


Perawat menanyakan:

- Riwayat allergi, reaksi sebelumnya terhadap anesthesia atau tranfusi darah.

- heck riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.

- heck pengobatan sebelumnya : therapy, anticoagulasi.

- heck adanya gigi palsu, kontaks lens, perhiasan, wigs dan dilepas.

-  Kateterisasi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN.

Resiko infesi, dengan faktor resiko: Prosedur invasif: pembedahan, infus, D

NO: Kontrol infeksi

Selama dilakukan tindakan operasi tidak terjadi transmisi agent infeksi.

Indikator:

 Alat dan bahan yang dipakai tidak terkontaminasi

NI: kontrol infeksi intra operasi

Aktifitas:

1. gunakan pakaian khusus ruang operasi

2. Pertahankan prinsip aseptic dan antiseptik

Dapat mencegah kontaminasi kuman terhadap daerah operasi

Resiko hipotermi dengan faktor resiko: Berada diruangan yang dingin

NO: control temperature

riteria:

 Temperature ruangan nyaman

 Tidak terjadi hipotermi


NI: pengaturan temperature: intraoperatif

Aktivitas:

 Atur suhu ruangan yang nyaman

 Lindungi area diluar wilayah operasi

Membantu menstabilkan suhu klien.

Kehilangan panas dapat terjadi waktu kulit dipajankan

Resiko cedera dengan faktor resiko: Gangguan persepsi sensori karena anestesi NO: control resiko

Indicator: tidak terjadi injuri NI: surgical precousen

Aktifitas:

1. Tidurkan klien pada meja operasi dengan posisi sesuai kebutuhan

2. Monitor penggunaan instrumen, jarum dan kasa

3. Pastikantidak ada instrumen, jarum atau kasa yang tertinggal dalam tubuh klien

Mencegah jatuhnya klien.

Dapat mengetahui

pemakaian intrumen, jarum dan kasa.

Dengan tertinggalnya benda asing dapam tubuh klien dapat menimbulkan bahaya.

INTERVENSI KLIEN POST OPERASI

Stadium ketiga dan terakhir dari preoperasi adalah bila klien masuk ruang pulih sadar, ruang PAR,
atau PAU. Selama periode post operative, klien dirawat oleh perawat di ruang PAR ( Post
Anesthesia Recovary ) dan unit setelah di pindah dari ruang pemulihan.

Waktu yang diperlukan tergantung umur dan kesehatan fisik, type pembedahan, anesthesia dan
komplikasi post operasi. Perawat sirkulasi, anesthesiologist  perawat anesthesia dan ahli bedah
mengantar klien ke area recovery  awal periode post operasi.

Ahli bedah atau anesthesiologist mereview catatan klien dengan perawat PAU dan menjelaskan
type dan luasnya pembedahan, type anesthesia, kondisi patologis, darah, cairan intra vena,
pemberian obat, perkiraan kehilangan darah dan beberapa trauma intubasi.
PENGKAJIAN

Setelah menerima laporan dari perawat sirkulasi, dan pengkajian klien, perawat mereview catatan
klien yang berhubungan dengan riwayat klien, status fisik dan emosi, sebelum pembedahan dan
alergi.

Pemeriksaan Fisik Dan Manifestasi Klinik

System Pernafasan

Ketika klien dimasukan ke PAU, Perawat segera mengkaji klien:

- Potency jalan nafas,  meletakan tangan di atas mulut atau hidung.

- Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < 10 X  menit  depresi narcotic,
respirasi cepat, dangkal  gangguan cardiovasculair atau rata-rata metabolisme yang meningkat.

- Auscultasi paru  keadekwatan expansi paru, kesimetrisan.

- Inspeksi: Pergerakan didnding dada, penggunaan otot bantu pernafasan diafragma, retraksi sternal
 efek anathesi yang berlebihan, obstruksi.

Thorax Drain.

Sistem ardiovasculer

Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tiap 15 menit ( 4 x ), 30 menit (4x). 2 jam (4x) dan setiap
4 jam selama 2 hari jika kondisi stabil.

Penurunan tekanan darah, nadi dan suara jantung  depresi miocard, shock, perdarahan atau
overdistensi.

Nadi meningkat  shock, nyeri, hypothermia.

Kaji sirkulasi perifer (kualitas denyut, warna, temperatur dan ukuran ektremitas).

Homan’s saign  trombhoplebitis pada ekstrimitas bawah (edema, kemerahan, nyeri).

Keseimbangan airan Dan Elektrolit

- Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit, balutan.

- Ukur cairan  NG tube, out put urine, drainage luka.

- Kaji intake  out put.

- Monitor cairan intravena dan tekanan darah.

Sistem Persyarafan

- Kaji fungsi serebral dan tingkat kersadaran  semua klien dengan anesthesia umum.

- Klien dengan bedah kepala leher :  respon pupil, kekuatan otot, koordinasi. Anesthesia umum 
depresi fungsi motor.

Sistem Perkemihan

- Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam post anesthesia inhalasi, IV, spinal.
Anesthesia, infus IV, manipulasi operasi  retensio urine.

Pencegahan : Inspeksi, Palpasi, Perkusi abdomen bawah (distensi buli-buli).

- Dower catheter  kaji warna, jumlah urine, out put urine < 30 ml  jam  komplikasi ginjal.

Sistem Gastrointestinal

- Mual muntah  40  klien dengan GA selama 24 jam pertama dapat menyebabkan stress dan iritasi
luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada bedah kepala dan leher serta TIO meningkat.

- Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus.

- Kaji paralitic ileus  suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus.

- Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post operatif dengan decompresi dan drainase
lambung.

• Meningkatkan istirahat.

• Memberi kesempatan penyembuhan pada GI trac bawah.

• Memonitor perdarahan.

• Mencegah obstruksi usus.

• Irigasi atau pemberian obat.

Jumlah, warna, konsistensi isi lambung tiap 6 – 8 jam.

Sistem Integumen

- Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu. Jika tidak ada infeksi, trauma, malnutrisi, obat-obat steroid.

- Penyembuhan sempurna sekitar 6 bulan – satu tahun.

- Ketidak efektifan penyembuhan luka dapat disebabkan:

• Infeksi luka.

• Diostensi dari udema  palitik ileus.

• Tekanan pada daerah luka.

• Dehiscence.

• Eviscerasi.

Drain dan Balutan

Semua balutan dan drain dikaji setiap 15 menit pada saat di ruang PAR, (Jumlah, warna, konsistensi
dan bau cairan drain dan tanggal observasi), dan minimal tiap 8 jam saat di ruangan.

Pengkajian Nyeri

Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah , drain dan posisi intra operative.

Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan darah, hypertensi, diaphorosis, gelisah,
menangis. Kualitas nyeri sebelum dan setelah pemberian analgetika.
Pemeriksaan Laboratorium.

Dilakukan untuk memonitor komplikasi .

Pemeriksaan didasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat kesehatan dan manifestasi post
operative. Test yang lazim adalah elektrolit, Glukosa, dan darah lengkap.

DIAGNOSA KEPERAWATAN.

1. Gangguan pertukaran gas, berhubungan dengan efek sisa anesthesia, imobilisasi, nyeri.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pemebedahan, drain dan drainage.

3. Nyeri berhubungan dengan incisi pembedahan dan posisi selama pembedahan.

4. Risiko injury berhubungan dengan effect anesthesia, sedasi, analgesi.

5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan intra dan post operasi.

6. Ketidak efektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sekresi.

PERENANAAN

No Diagnosa keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Gangguan pertukaran gas bd spasme bronkus

Gangguan pertukaran gas bd kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan perifer yang
mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung.

Definisi : Kelebihan atau kekurangan dalam oksigenasi dan atau pengeluaran karbondioksida di
dalam membran kapiler alveoli

Batasan karakteristik :

 Gangguan penglihatan

 Penurunan O2

 Takikardi

 Hiperkapnia

 Keletihan

 somnolen

 Iritabilitas
 Hypoxia

 kebingungan

 Dyspnoe

 nasal faring

 AGD Normal

 sianosis

 warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)

 Hipoksemia

 hiperkarbia

 sakit kepala ketika bangun

frekuensi dan kedalaman nafas abnormal

Faktor faktor yang berhubungan :

 ketidakseimbangan perfusi ventilasi

 perubahan membran kapiler-alveolar

NO :

 Respiratory Status : Gas exchange

 Respiratory Status : ventilation

 Vital Sign Status

Kriteria Hasil :

 Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat

 Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan

 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

 Tanda tanda vital dalam rentang normal

NI :

I. AIRWAY MANAGEMENT

• Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

• Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi


• Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

• Pasang mayo bila perlu

• Lakukan fisioterapi dada jika perlu

• Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

• Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

• Lakukan suction pada mayo

• Berika bronkodilator bial perlu

• Barikan pelembab udara

• Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

• Monitor respirasi dan status O2

II. RESPIRATORY MONITORING

• Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi

• atat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot


supraclavicular dan intercostal

• Monitor suara nafas, seperti dengkur

• Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot

• atat lokasi trakea

• Monitor kelelahan otot diagfragma ( gerakan paradoksis )

• Auskultasi suara nafas, catat area penurunan  tidak adanya ventilasi dan suara tambahan

• Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama

• Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya

2. Kerusakan integritas kulit

Definisi : Perubahan pada epidermis dan dermis

Batasan karakteristik :

- Gangguan pada bagian tubuh

- Kerusakan lapisa kulit (dermis)

- Gangguan permukaan kulit (epidermis)

Faktor yang berhubungan :

Eksternal :
- Hipertermia atau hipotermia

- Substansi kimia

- Kelembaban udara

- Faktor mekanik (misalnya : alat yang dapat menimbulkan luka, tekanan, restraint)

- Immobilitas fisik

- Radiasi

- Usia yang ekstrim

- Kelembaban kulit

- Obat-obatan

Internal :

- Perubahan status metabolik

- Tulang menonjol

- Defisit imunologi

- Faktor yang berhubungan dengan perkembangan

- Perubahan sensasi

- Perubahan status nutrisi (obesitas, kekurusan)

- Perubahan status cairan

- Perubahan pigmentasi

- Perubahan sirkulasi

- Perubahan turgor (elastisitas kulit)

NO : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes

Kriteria Hasil :

 Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)

 Tidak ada lukalesi pada kulit

 Perfusi jaringan baik

 Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang

 Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

NI : Pressure Management

 Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar


 Hindari kerutan padaa tempat tidur

 Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

 Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali

 Monitor kulit akan adanya kemerahan

 Oleskan lotion atau minyakbaby oil pada derah yang tertekan

 Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

 Monitor status nutrisi pasien

 Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

3. Nyeri akut

Definisi :

Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau
potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri
Internasional): serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat
diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.

Batasan karakteristik :

- Laporan secara verbal atau non verbal

- Fakta dari observasi

- Posisi antalgic untuk menghindari nyeri

- Gerakan melindungi

- Tingkah laku berhati-hati

- Muka topeng

- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)

- Terfokus pada diri sendiri

- Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi
dengan orang dan lingkungan)

- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain danatau aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)

- Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan
dilatasi pupil)

- Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas
panjangberkeluh kesah)

- Perubahan dalam nafsu makan dan minum

Faktor yang berhubungan :

Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)

NO :

 Pain Level,

 Pain control,

 omfort level

Kriteria Hasil :

 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

 Tanda vital dalam rentang normal

III. Pain Management

 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi

 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

 Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

 Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

 Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
lampau

 Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

 Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan

 Kurangi faktor presipitasi nyeri

 Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)

 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

 Ajarkan tentang teknik non farmakologi


 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

 Tingkatkan istirahat

 Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

 Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration

 Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat

 ek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi

 ek riwayat alergi

 Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu

 Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri

 Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal

 Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur

 Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

 Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

 Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

4. Risiko injury bd kejang tonik klonik, disorientasi

Definsi :

Dalam risiko cedera sebagai hasil dari interaksi kondisi lingkungan dengan respon adaptif indifidu
dan sumber pertahanan

Faktor resiko :

Eksternal

- Mode transpor atau cara perpindahan

- Manusia atau penyedia pelayanan kesehatan (contoh : agen nosokomial)

- Pola kepegawaian : kognitif, afektif, dan faktor psikomotor

- Fisik (contoh : rancangan struktur dan arahan masyarakat, bangunan dan atau perlengkapan)

- Nutrisi (contoh : vitamin dan tipe makanan)

- Biologikal ( contoh : tingkat imunisasi dalam masyarakat, mikroorganisme)


- Kimia (polutan, racun, obat, agen farmasi, alkohol, kafein nikotin, bahan pengawet, kosmetik,
celupan (zat warna kain))

Internal

- Psikolgik (orientasi afektif)

- Mal nutrisi

- Bentuk darah abnormal, contoh : leukositosisleukopenia, perubahan faktor pembekuan,


trombositopeni, sickle cell, thalassemia, penurunan Hb, Imun-autoimum tidak berfungsi.

- Biokimia, fungsi regulasi (contoh : tidak berfungsinya sensoris)

- Disfugsi gabungan

- Disfungsi efektor

- Hipoksia jaringan

- Perkembangan usia (fisiologik, psikososial)

- Fisik (contoh : kerusakan kulittidak utuh, berhubungan dengan mobilitas)

NO : Risk Kontrol

Kriteria Hasil :

 Klien terbebas dari cedera

 Klien mampu menjelaskan carametode untukmencegah injurycedera

 Klien mampu menjelaskan factor resiko dari lingkunganperilaku personal

 Mampumemodifikasi gaya hidup untukmencegah injury

 Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

 Mampu mengenali perubahan status kesehatan NI : Environment Management (Manajemen


lingkungan)

 Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien

 Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan
riwayat penyakit terdahulu pasien

 Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)

 Memasang side rail tempat tidur

 Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

 Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien.

 Membatasi pengunjung

 Memberikan penerangan yang cukup


 Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.

 Mengontrol lingkungan dari kebisingan

 Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan

 Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit.

5 Defisit volume cairan bd kehilangan cairan secara aktif, kurangnya intake cairan

Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, danatau intrasellular. Ini mengarah ke


dehidrasi, kehilangan cairan dengan pengeluaran sodium

Batasan Karakteristik :

- Kelemahan

- Haus

- Penurunan turgor kulitlidah

- Membran mukosakulit kering

- Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan volumetekanan nadi

- Pengisian vena menurun

- Perubahan status mental

- Konsentrasi urine meningkat

- Temperatur tubuh meningkat

- Hematokrit meninggi

- Kehilangan berat badan seketika (kecuali pada third spacing)

Faktor-faktor yang berhubungan:

- Kehilangan volume cairan secara aktif

- Kegagalan mekanisme pengaturan

NO:

 Fluid balance

 Hydration

 Nutritional Status : Food and Fluid Intake


Kriteria Hasil :

 Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal

 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

 Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada
rasa haus yang berlebihan

Fluid management

• Timbang popokpembalut jika diperlukan

• Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

• Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ),
jika diperlukan

• Monitor vital sign

• Monitor masukan makanan  cairan dan hitung intake kalori harian

• Lakukan terapi IV

• Monitor status nutrisi

• Berikan cairan

• Berikan cairan IV pada suhu ruangan

• Dorong masukan oral

• Berikan penggantian nesogatrik sesuai output

• Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

• Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )

• Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk

• Atur kemungkinan tranfusi

• Persiapan untuk tranfusi

6. Bersihan jalan nafas tidak efektif bd disfungsi neuromuskuler.

Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan
untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.

Batasan Karakteristik :

- Dispneu, Penurunan suara nafas


- Orthopneu

- yanosis

- Kelainan suara nafas (rales, wheezing)

- Kesulitan berbicara

- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada

- Mata melebar

- Produksi sputum

- Gelisah

- Perubahan frekuensi dan irama nafas

Faktor-faktor yang berhubungan:

- Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, perokok pasif-POK, infeksi

- Fisiologis : disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas, asma.

- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas
buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.

NO :

 Respiratory status : Ventilation

 Respiratory status : Airway patency

 Aspiration ontrol

Kriteria Hasil :

 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

 Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

 Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas NI :

(3) Airway suction

 Pastikan kebutuhan oral  tracheal suctioning

 Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.

 Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning

 Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.

 Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal


 Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan

 Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal

 Monitor status oksigen pasien

 Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion

 Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan
saturasi O2, dll.

(4) Airway Management

• Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

• Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

• Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

• Pasang mayo bila perlu

• Lakukan fisioterapi dada jika perlu

• Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

• Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

• Lakukan suction pada mayo

• Berikan bronkodilator bila perlu

• Berikan pelembab udara Kassa basah Nal Lembab

• Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

• Monitor respirasi dan status O2

DAFTAR PUSTAKA

• Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EG. Jakarta.

• Engram, Barbara. (18). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I (terjemahan). PT
EG. Jakarta.

• Long, Barbara . (16). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

• Guyton, Arthur , Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit, EG Penerbit buku kedokteran,
Jakarta, 187.

• Johnson., Mass. 17. Nursing Outcomes lassification, Availabel on: www.Minurse.com, 14 Mei
2004
• Mcloskey, Joanne ,. Bulecheck, Gloria M. 16. Nursing Intervention lasssification (NI).
Mosby, St. Louise.

• NANDA, 2002. Nursing Diagnosis : Definition and lassification (2001-2002), Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai