Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS KOMPLIT

Disusun Oleh:

Tingkat : III Reguler A


Kelompok : 5 (Lima)

ANAYSA SALSABIL
MIFTAHUL AHYAL
MUHAMMAD AFDHAL
MURSIDI SILVA
NABILA RIVANA
RISKA PRAMITA
SYIFA NADIA
TASYA ALRAUDHA DISAR

Dosen pembimbing :
Ritawati, AK, MPH

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES ACEH
PRODI D III KEPERAWATAN
BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penulisan


makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam kami panjatkan kepangkuan
Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari alam
kebodohan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan. Adapun makalah ini berjudul
“Abortus Komplit”.
Dalam penyelesaian penulisan makalah ini, kami banyak mendapat
bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami
menyampaikan ungkapan terima kasih kepada kawan-kawan yang telah banyak
memberikan masukan dan saran dalam penyusunan makalah ini serta telah
memberikan support dan bantuan kepada kami sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan baik dari segi materi maupun penulisan, disebabkan karena kami
mempunyai keterbatasan dalam hal ilmu dan pengetahuan. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan di
masa mendatang. Semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami
semua maupun pembaca, Amin Yarabbal A’lamin.

Banda Aceh, 28 Agustus 2021

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang......................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Abortus....................................................................................3
1. Definisi Abortus..............................................................................3
2. Definisi Abortus Komplit...............................................................3
3. Etiologi............................................................................................5
4. Patofisiologi....................................................................................8
5. Tanda dan Gejala............................................................................9
6. Penatalaksanaan Abortus Komplit..................................................10
7. Resiko Kejadian..............................................................................12
8. Anatomi...........................................................................................13
9. Pencegahan.....................................................................................18
B. Asuhan Keperawatan Abortus Komplit ...............................................19
1. Pengkajian.......................................................................................19
2. Analisa Data....................................................................................25
3. Diagnosa.........................................................................................26
4. Intervensi.........................................................................................26
5. Implementasi ..................................................................................27
6. Evaluasi ..........................................................................................28

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................29
B. Saran.....................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................30

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.sampai saat ini janin
yang terkecil, yang dilaporkan dapat dapat hidup diluar kandungan,
mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena
jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan dibawah 500 gram
dapat hidup terus, maka abortus di tentukan sebagai pengakhiran
kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20
minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan.
Abortus buatan ialah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat
tindakan. Abortus terapeutik ialah abortus buatan yang dilakukan atas
indikasi medik. Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan
banyak tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi; juga karena
sebagian abortus spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga
pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai haid
terlambat. Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10-15%
(Wiknjosastro, 2008).
Lebih dari 80% abortus terjadi pada 12 minggu pertama, dan setelah itu
angka ini cepat menurun. Kelainan kromosom merupakan penyebab lainnya,
paling sedikit separuh dari kasus abortus ini, dan insidennya setelah itu juga
menurun. Resiko abortus spontan meningkat seiring dengan paritas serta usia
ibu dan ayah. Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat dari
12% pada wanita berusia kurang dari 20 tahun menjadi 26% pada mereka
yang usianya lebih dari 40 tahun. Untuk usia ayah yang sama, peningkatan
adalah dari 12% sampai 20%. Akhirnya, insiden abortus meningkat apabila
wanita yang bersangkutan hamil dalam 3 bulan setelah melahirkan bayi
aterm (Cunningham, 2006).

1
Kurang lebih 10 sampai 15% kehamilan yang telah didiagnosis secara
klinis berakhir dengan keguguran. Alasan utama terjadinya keguguran pada
awal kehamilan ialah kelainan genetik, yang mencapai 75% hingga 90% total
keguguran. Alasan lain terjadinya abortus spontan adalah kadar progesteron
yang tidak normal, kelainan pada kelenjar tiroid, diabetes yang tidak
terkontrol, kelainan pada rahim, infeksi, dan penyakit autonium lain (Varney,
2007).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan abortus
komplit.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami konsep abortus komplit.
b. Mengetahui pengkajian pada pasien abortus komplit.
c. Mengetahui diagnosa pada pasien abortus komplit.
d. Mengetahui intervensi pada pasien abortus komplit.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Abortus
1. Definisi Abortus
Abortus adalah berakhirrnya kehamilan melalui cara apapun
sebelum janin mampu bertahan hidup (Cunningham, 2006). Abortus
adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat tertentu) pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup diluar kandungan (Saifuddin).
Keguguran atau abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang
sedang berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat janin
sekitar 500 gram (Manuaba, 2007). Abortus adalah suatu usaha
mengakhiri kehamilan dengan mengeluarkan hasil pembuahan secara
paksa sebelum janin mampu bertahan hidup jika dilahirkan (Varney,
2007).
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu
hidup luar kandungan. Batasan abortus adalah umur kehamilan kurang
dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram (Greenhill, 1965).
Sedangkan menurut WHO/FIGO (1998) adalah jika kehamilan kurang
dari 22 minggu, bila berat janin tidak diketahui. Di Indonesia
umumnya batasan untuk abortus adalah sesuai dengan definisi
Greenhill yaitu jika umur kehamilan kurang dari 20 minggu dan berat
janin kurang dari 500 gram.

2. Definisi Abortus Komplit


Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi
telah dikeluarkan dari kavum uteri (Saifuddin, 2006). Abortus komplitus
merupakan abortus spontan yang tidak dapat dihindari. Abortus
komplitus (keguguran lengkap) adalah abortus yang hasil konsepsi
(desidua dan fetus) keluar seluruhnya sebelum usia kehamilan 20

3
minggu. Ciri terjadinya abortus komplitus adalah perdarahan pervagina,
kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada keluar jaringan,
tidak ada sisa dalam uterus, uterus telah mengecil. Diagnosis komplit
ditegakkan bila jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapannya.
Untuk memastikan rahim sudah bersih atau belum bisa dilakukan
dengan pemeriksaan USG oleh dokter spesialis obstetric dan ginekologi.
Tidak memerlukan penanganan khusus apabila rahim tidak
bersih. Hanya saja pendarahan yang banyak bisa menimbulkan anemia
atau kehilangan hemoglobin dalam jumlah besar sehingga diperlukan
tranfusi darah. Kalau hanya menderita anemia ringan saja, perlu
diberikan tablet besi dan dianjurkan suapaya makan makanan yang
mengandung banyak protein, vitamin, dan mineral. Penanganan spesifik
abortus komplit:
a. Apabila kondisi pasien baik, cukup diberi tablet ergometrin 3×1
tablet/hari untuk 3-5 hari.
b. Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet sulfas
ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu disertai dengan anjuran
mengkonsumsi makanan bergizi. Untuk anemia berat berikan
transfuse darah.
c. Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi
antibiotika, atau apabila khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotik
profilaksis.
d. Anjurkan pasien untuk diet tinggi protein,vitamin dan mineral.
e. Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau
transfusi darah 
f. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
g. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
h. Kirimkan hasil konsepsi untuk pemeriksaan patologi (adanya hasil
konsepsi,membuktikan bahwa bukan mola, kehamilan ektopik, dan
sebagainya)
i. Kuretase tidak diperlukan

4
j. Erogonovin atau metilergonovin maleat diberikan tiga kali sehari
dengan dosis 0,2 mg per oral selama tiga hari, dapat membangtu
kontraksi uterus

3. Etiologi
a. Kelainan Ovum
Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi
hidatid vilu. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan
dari ovum berkurang kemungkinan kalau kehamilan sudah lebih dari
1 bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus
makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum.
Penemuan morfologi yang paling sering terjadi dalam abortus dini
spontan adalah abnormalitas dalam perkembangan zigot, embrio
fase awal janin, atau kadang-kadang, plasenta. Perkembangan
janin yanag abnormal, khususnya dalam trimester pertama
kehamilan, dapat diklasifikasikan menjadi perkembangan janin
dengan kromosom yang jumlahnya abnormal (aneuploidi) atau
perekembangan janin dengan komponen kromosom yang
normal (euploidi).
Abnormalitas kromosom sering terjadi di antara embrio dan
janin fase awal yang mengalami abortus spontan serta menjadi
sejumlah besar atau sebagian besar kehamilan awal yang sia-sia.
Penelitian menyebutkan bahwa 50-60% dari abortus dini spontan
berhubungan dengan anomali kromosom pada saat konsepsi.
Menurut Hertig dkk pertumbuhan abnormal dari fetus sering
menyebabkan abortus spontan, maka 48,9% disebabkan oleh ovum
yang patologis (Mochtar, 1998). Dua keadaan yang mungkin
menjadi penyebab terjadinya abortus diatas: abnormalitas
genetic, sejumlah kasus maternal.

5
b. Pengaruh Endokrin
Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidisme,
diabetes mellitus, dan defisiensi progesterone. Defisiensi
progesterone karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari korpus
luteum atau plasenta, mempunyai kaitan dengan insiden abortus.
Karena progesterone berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi
hormone tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada
hasil konsepsi dan berperan dalam peristiwa kematian janin.

c. Faktor Imonologi
Ada dua mekanisme utama pada abnormalitas imonologi
yang berhubungan dengan abortus, yaitu: mekanisme alloimun dan
mekanisme autoimun. Mekanisme auto imun adalah mekanisme
timbulnya reaksi seluler atau humoral yang ditujukan kepada suatu
lokasi spesifik dalam tubuh hospes. Alogenital digunakan untuk
menjelaskan ketidaksamaan genetik antara binatang dari spesies
yang sama. Janin manusia merupakan cangkokan alogenik yang
diterima dengan baik oleh tubuh ibu berdasarkan alasan yang
tidak diketahui secara lengkap. Beberapa mekanisme
imunologi dilaporkan bekerja untuk mencegah penolakan janin.
Mekanisme tersebut mencakup faktor histokompatibilitas, faktor
penghambat sirkulasi, faktor suppressor lokal dan antibodi
antileukositotolsik maternal atau anti paternal. Tidak adanya atau
tidak disintesisnya salah satu faktor diatas oleh tubuh ibu
menyebabkan terjadinya reaksi imun maternal abnormal yang
berbalik melawan antigen dalam plasenta atau dalam jaringan janin
lainnya dan mengakibatkan abortus.

d. Faktor Gamet yang Menua

6
Baik umur sperma atau ovum dapat mempengaruhi angka
insiden abortus spontan. Gamet yang bertambah tua dalam
traktus genitalis wanita sebelum fertilitasasi, dapat meningkat
kemungkinan terjadinya abortus.

e. Faktor Janin
Kelainan pertumbuhan pada jain sebagai hasil konsepsi
merupakan kelainan yang paling umum sebagian penyebab pada
abortus pada trimester pertama. Hal ini disebabkan karena kelainan
kromosom seperti trisomy autosom, triploidi, tetraploidi, atau
monosomi 45X. Kelainan keromosom ini merupakan penyebab lebih
dari 90% keguguran pada kehamilan kurang dari 8. Penyebab
abortus karena kelainan kromosom pada umumnya tidak diketahui,
tetapi mungkin disebabkan oleh kelainan genetik seperti mutasi
tunggal, berbagai penyakit, dan mungkin beberapa faktor ayah
(Cuningham, et al., 2005).

f. Kelainan genetalia ibu


1) Anomali congenital (hipoplasia uteri, uterus bikornus, dll)
2) Kelainan letak dari uterus seperti retrafleksi uteri fiksata.
3) Tidak sempurnanya persiapan uterus menanti nidasi yang telah
dibuahi.
4) Uterus terlalu cepat teregang (ada, kehamilan ganda).
5) Distorsio uterus

g. Gangguan sirkulasi plasenta


Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit refatis, hipertensi,
hoksemia gravidarum, anomaly plasenta, dan endarteritis oleh lues.

h. Penyakit-penyakit ibu
Misalnya pada :

7
1) Penyakit Infeksi yang memnyebabkan demam tinggi seperti
pneumonia, tifoid, pielitis, rubeola, demam malta, dsb.
Kematian fetus dapat disebabkan karena
2) toksin dari ibu/ invasi kuman/ virus pada fetus.
3) Keracunan nikotin, gas racun, alcohol, dll.
4) Ibu yang arfiksia pada dekompensasi kordis, penyakit paru
berat, anemi gravis.
5) Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid,
kekurangan vitamin A, C, atau E, diabetes melitus.

i. Antagonis Rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak
darah fesus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat
meninggalnya fetus.
1) Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrafis; / faktor serviks
yaitu inkompetensi serviks, servisitis.
2) Perangsangan pada ibu yang memnyebabkan uterus berkontraksi
umpamanya : sangat terkejut, obat-obatan uterotonika,
ketakutan, laparotomi, dll.
3) Penyakit Bapak : umur lanjut, penyakit kronis seperti : TBC,
anemi, dekompensasis kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis,
keracunan (alcohol, nikotin

4. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadilah pendarahan dalm desudua basalis,
kemudian diikuti oleh nekosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut
menyebabkan hasil konsepsi terlepas seluruhnya sehingga menyebabkan
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Hal ini menyebabkan
hormone prostaglandin meningkat sehingga menyebabkan dilatasai pada
serviks dan bisa menyebabkan nyeri.

8
Pada kehamilan kurang dari delapan minggu hasil konsepsi biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena vili koriales belum menembus desudua
secara mendalam. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang
dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu
kemudian plasenta. Pendarahan tidak banyak jika plasenta segera
terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan
dalam bentu miniatur.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagi
bentuk. Ada kalanya kantong amnion kososng atau tampak di dalamnya
benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum), mungkin pula janin
telah mati lama (missed abortion) (prawirohardjo,2007).

Pathway

5. Tanda dan Gejala


a. Ditandai dengan keluarnya seluruh hasil konsepsi

9
b. Perdarahan pervaginam ringan terus berlanjut sampai beberapa
waktu lamanya
c. Umumnya pasien datang dengan rasa nyeri abdomen uang sudah
hilang
d. Umumnya terjadi pervaginam derajat sedang sampai berat disertai
dengan kram pada perut bagian bawah, bahkan sampai ke punggung
e. Janin kemungkinan sudah keluar bersama-sama plasenta pada
abortus yang terjadi sebelum minggu ke 10 tetapi sesudah usia
kehamilan 10 minggu, pengeluaran janin dan plasenta akan terpisah
f. Bila plasenta, seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal dalam uterus
maka perdarahan
g. Cepat atau lambat akan terjadi dan memberikan gejala utama abortus
komplitus
h. Sedangkan pada abortus dalam usia kehamilan yang lebih lanjut,
sering pendarahan berlangsung amat banyak dan kadang-kadang
massif sehingga terjadi hipovolemik berat.

6. Penatalaksanaan Abortus Komplit


Prosedur kerja
a. Anamneses dan pemeriksaan fisik pasien terhadap tanda dan
gejala yang ada.
Keluhan yang terdapat pada pasien abotus antara lain:
1) Perdarahan pervagina sedikit
2) Perut nyeri ringan
3) Pengeluaran seluruh hasil konsepsi
Pemeriksaan fisik:
1) Penilaian tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
2) Periksa konjuntiva: adakah tanda anemia atau tidak
3) Pemeriksa anginekologi

b. Melakukan pemeriksaan penunjang jika diperlukan

10
Pemeriksaan penunjang:
1) Pemeriksaan USG, tidak perlu dilakukan bila pemeriksaan
secara klinin sudah memadai.
2) Pemeriksaan tes kehamilan: biasanya masih positif sampai
7-10 hari setelah abortus

c. Menegakkan diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamneses, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.

d. Penatalaksanaan berupa:
1) Makan makanan yang bergizi (sayur, susu, ikan, daging, telur)
2) Menjaga kebersihan diri, terutama daerah kewanitaandengan
tujuan mencegah infeksi yang bisa mengganggu proses
implantasi janin
3) Hindari rokok, karena nikotin mempunyai efek vasoaktif
sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta
4) Tidak perlu dilakukan evakuasi lagi
5) Observasi keadaan ibu, apabila anemia sedang berikan tablet
sulfa ferosus 600 mg perhari selama 2 minggu, bila anemia
berat berikan transfysi darah.
Rencana follow up:
1) Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional
2) Menganjurkan penggunaan kontrasepsi pasca keguguran,
karena kesuburan dapat kembali kira-kira 14 hari
setelah keguguran. Untuk mencegah kehamilan, AKDR
umumnya dapat dipasang secara aman setelah aborsi
spontan atau diinduksi. Kontraindikasi pemasangan AKDR
pasca keguguran antara lain infeksi pelvik, abortus
septik, atau komplikasi serius lain dari abortus.

11
7. Resiko Kejadian
a. Pendarahan
Pendarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-
sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.
Kematian karena pendarahan dapat terjadi apabila pertolongan
tidak diberikan pada waktunya.

b. Perforasi
Perforasi uterus pada korekan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiper retrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita
perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya perlu segera
dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi,
penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang
dewasa menimbulkan personal gawat karena perlukan uterus
biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukan pada kandung
kemih atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepatian terjadinya
perforasi, laparatomi harus segera dilakuakn untuk menemukan
luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan
seperlunya guna mengatasi komplikasi.

c. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap
abortus tetapi biasanya di temukan pada abortus incomletus dan
lebih sering pada abortus bantuan yang dikerjakan tanpa
memperhatikan asepsis dan atisepsis. Apabila infeksi menyebar
lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan
kemungkinan diikuti oleh syok.

12
d. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan
(syokhemoragik) dan infeksi berat (syok indoseptik).

e. Gagal ginjal akut


Gagal ginjal akut yang persisten pada kasus abortus biasaya
berasal dari efek infeksi dan hipovolemik yang lebih dari satu.
Bentuk syok bacterial yang sangat berat sering disertai dengan
kerusakan ginjal intensif. Setiap kali terjadi infeksi klostridium
yang disertai dengan komplikasi hemoglobenimia intensif, maka
gagal ginjal pasti terjadi. Pada keadaan ini, harus sudah menyusun
rencana untuk memulai dialysis yang efektif secara dini sebelum
gangguan metabolic menjadi berat (Cunningham, 2006).

8. Anatomi

13
a. Vagina
Vagina menghubungkan genetalia eksternal dengan genetalia
internal. Introitus vaginae tertutup pada himen (selaput darah),
suatau lipatan selaput setempat. Pada seorang virgo selaput
darahnya masih utuh, dan lubang selaput darah (hiatus himenalis)
umumnya hanya dapat dilalui oleh jari kelingking.
Pada koitus pertama himen robek di beberapa tempat dan
sisanya dinamakan karunkuae mirtiformes. Bentuk lain yang
ditemukan pada hymen ialah himen kribriformis (menunjukkan
beberapa lubang), himen septus, dan sebagainya; kadang-kadang
himen tertutup sama sekali (himen imperforatus). Besarnya lubang
hymen tidak menentukan apakah wanita tersebut masih virgo atau
tidak.
Pada pertumbuhan janin dalam uterus 2/3 bagian atas vagina
berasal dari duktus milleri (asal dari entoderm), sedangkan 1/3
bagian bawahnya dari lipatan-lipatan ektorderm. Hal ini penting
diketahui dalam menghadapi kelainan-kelainan bawaan. Epitel
vagina terdiri atas epitel skuamosa dalam beberapa lapisan. Lapisan
tidak mengandung kelenjar, akan tetapi dapat mengadakan
transudasi. Pada anak kecil epitel itu amat tipis, sehingga mudah
terkena infeksi, khususnya oleh gonokakkus.
Sebelah luar otot-otot terdapat fasia (jaringan ikat) yang akan
berkurang elastisitasnya pada wanita yang lanjut usianya. Di sebelah
depan dinding vagina bagian bawah terdapat uretra sepanjang 2,5-4
cm. Bagian atas vagina berbatasan dengan kandung kencing sampai
ke forniks vaginae anterior. Dinding belakang vagina lebih panjang
dan membentuk forniks posterior yang jauh lebih luas daripada
forniks anterior. Di samping kedua forniks itu dikenal pula forniks
lateralis sinistra dan dekstra. Umumnya dinding depan dan belakang
vagina dekat mendekati. Pada wanita yang telah melahirkan anak,
pada kedua dinding vagina sering ditemukan tempat yang

14
kondor dan agak merosot (sistokele dan rektokele). Pada
seorang virgo keadaan ini jarang ditemukan.

b. Uterus
Uterus pada seorang dewasa berbentuk seperti buah peer
yang sedikit gepeng. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar
di tempat yang paling lebar 5,25 cm, dan tebal 2,5 cm. Uterus terdiri
atas korpus uteri (% bagian atas) dan serviks uteri (VS bagian
bawah). Di dalam korpus uteri terdapat rongga (kavum uteri), yang
membuka keluar melalui saluran (kanalis servikalis) yang terletak di
serviks. Bagian bawah serviks yang terletak di vagina dinamakan
porsio uteri (pars vaginalis servisis uteri), sedangkan yang berada di
atas vagina disebut pars supravaginalis servisis uteri. Antara korpus
dan serviks masih ada bagian yang disebut isthmus uteri.
Bagian atas uterus disebut fundus uteri, di situ tuba Fallopii
kanan dan kiri masuk ke uterus. Dinding uterus terdiri terutama atas
miometrium, yang merupakan otot polos berlapis tiga; yang sebelah
luar longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler, yang antara kedua
lapisan ini beranyaman. Miometrium dalam keseluruhannya dapat
berkontraksi dan berelaksasi.
Kavum uteri dilapisi oleh selaput lendir yang kaya dengan
kelenjar, disebut endometrium. Endometrium terdiri atas epitel
kubik, kelenjar-kelenjar, dan stroma dengan banyak pembuluh-
pembuluh darah yang berkeluk-keluk. Di korpus uteri endometrium
licin, akan tetapi di serviks berkelok-kelok; kelenjar-kelenjar itu
bermuara di kanalis servikalis (arborvitae). Pertumbuhan dan fungsi
endometrium dipengaruhi sekali oleh hormon steroid ovarium.
Uterus pada wanita dewasa umumnya terletak di sumbu tulang
panggul dalam anteversiofleksio (serviks ke depan atas) dan
membentuk sudut dengan vagina, sedang korpus uteri berarah ke
depan dan membentuk sudut 120°-130° dengan serviks uteri. Di

15
Indonesia uterus sering ditemukan dalam retrofleksio (korpus uteri
berarah ke belakang) yang pada umumnya tidak memerlukan
pengobatan.
Perbandingan antara panjang korpus uteri dan serviks
berbeda-beda dalam pertumbuhan. Pada bayi perbandingan itu
adalah 1:2, sedangkan pada wanita dewasa 2:1. miometrium, dan
endometrium. Uterus mendapat darah dari arteria uterina, ranting
dari arteria iliakainterna, dan dari arteria ovarika.

c. Tuba
Tuba Fallopii ialah saluran telur berasal seperti juga uterus
dari duktus Miilleri. Rata-rata panjangnya tuba 11-14 cm. Bagian
yang beradadi dinding uterus dinamakan pars intertisialis, lateral
dari itu (3-6 cm) terdapat pars isthmika yang masih sempit
(diameter 2-3 mm), dan lebih kearah lateral lagi pars ampullaris
yang lebih lebar (diameter 4-10 mm) dan mempunyai ujung terbuka
menyerupai anemon yang disebut infundibulum. Bagian luar tuba
diliputi oleh peritoneum viserale, yang merupakan bagian dari
ligamentum latum.
Otot di dinding tuba terdiri atas (dari luar ke dalam) otot
longitudinal dan otot sirkuler. Lebih ke dalam lagi terdapat mukosa
yang berlipat-lipat ke arah longitudinal dan terutama dapat
ditemukan di bagian ampulla.
Tuba terdiri atas epitel kubik sampai silindrik, yang
mempunyai bagian-bagian dengan serabut-serabut dan yang
bersekresi. Yang bersekresi mengeluarkan getah, sedangkan yang
berserabut dengan getarannya menimbulkan suatu arus ke arah
kavum uteri.

d. Ovarium

16
Indung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari tangan,
terletak dikiri dan di kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa
ovarika. Ovarium berhubungan dengan uterus dengan ligamentum
ovarii proprium. Pembuluh darah ke ovarium melalui ligamentum
Suspensorium ovarii (ligamentum infundibulopel- vikum).
Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum.
Sebagian besar ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi
oleh peritoneum. Bagian ovarium kecil berada di dalam ligamentum
latum (hilus ovarii). Disitu masuk pembuluh-pembuluh darah dan
saraf ke ovarium. Lipatan yang menghubungkan lapisan belakang
ligamentum latum dengan ovarium dinamakan mesovarium.
Bagian ovarium yang berada di dalam kavum peritonei dilapisi
olehepitel kubik-silindrik, disebut epithelium germinativum. Di
bawah epitel initerdapat tunika albuginea dan di bawahnya lagi baru
ditemukan lapisan tempat folikel-folikel primordial. Pada wanita
diperkirakan terdapat banyak folikel. Tiap bulan satu folikel,
kadang-kadang dua folikel, berkembang menjadi folikel de Graaf.
Folikel-folikel ini merupakan bagian ovarium yang terpenting,
dan dapat ditemukan di korteks ovarii dalam letak yang beraneka
ragam, dan pula dalam tingkat-tingkat perkembangan dari satu sel
telur yang dikelilingi oleh satu korpus luteum lapisan sel-sel saja
sampai folikel deGraaf yang matang. Folikel yang matang ini
terisi dengan likuor follikuli yang mengadung estrogen, dan siap
untuk berovulasi.
Pada waktu dilahirkan bayi mempunyai sekurang-kurangnya
750.000 oogonium. Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan
degenerasi folikel-folikel. Pada umur 6-15 tahun ditemukan
439.000, pada 16-25 tahun 159.000, antara umur 26-35 tahun
menurun sampai 59.000, dan antara 34-45 hanya 34.000. Pada
masa menopause semua folikel sudah menghilang.

17
e. Vulva
Vulva ialah tempat bermuaranya sistem urogenital. Di sebelah luar
vulva dilingkari oleh labia majora (bibir besar) yang ke belakang
menjadi satu dan membentuk kommissura posterior dan perineum.
Di bawah kulitnya terdapat jaringan lemak serupa dengan yang ada
di mons veneris. Medial dari bibir besar ditemukan bibir kecil (labia
minora) yang ke arah perineum menjadi satu dan membentuk
frenulum labiorum pudendi. Didepan frenulum ini terletak fossa
navikulare. Kanan dan kiri dekat pada fossa navikulare ini dapat
dilihat dua buah lubang kecil tempat saluran kedua glandulae
Bartholini bermuara. Ke depan labia minora menjadi satu dan
membentuk prepusium klitoridis dan frenulum klitoridis. Di
bawah prepusium klitoridis terletak klitoris. Kira-kira 1,5 cm di
bawah klitoris terdapat orifisium urethrae eksternum (lubang
kemih). Di kanan kiri lubang kemih ini terdapat dua lubang kecil
dari saluran yang buntu.

9. Pencegahan
a. Menerapkan pola makan sehat dan seimbang, terutama
meningkatkan konsumsi makanan dengan kandungan serat tinggi
b. Tidak merokok, mengkonsumsi minuman keras, dan menggunakan
obat- obatan terlarang selama kehamilan
c. Mencegah infeksi-infeksi tertentu selama masa kehamilan, misalnya
dengan menerima vaksin sesuai anjuran dokter
d. Menjaga berat badan yang sehat sebelum dan saat hamil
e. Menangani penyebab keguguran yang bisa dideteksi, seperti otot
serviks yang lemah. Kelainan ini dapat diatasi melalui operasi

18
pengencangan otot serviks, sehingga dapat menurunkan resiko
keguguran
f. Melakukan making pregnancy safer (MPS) dengan 3 pesan kunci
yaitu:

1) Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan


terlatih
2) Semua komplikasi obstetric dan neonatal mendapat
pelayaan adekuat
3) Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan
penanganan komplikasi abortus yang aman
g. Penuhi ADIK (asam folat, dua asam amino, iron dan alsium)

B. Asuhan Keperawatan Abortus Komplit


1. Pengkajian
a. Nama
Dikaji dengan tujuan agar dapat mengenal penderita dan tidak keliru
dengan penderita abortus yang lain.
b. Umur
Resiko abortus semakin tinggi dengan semakin bertambahnya usia
ibu, insiden abortus dengan trisomi meningkat dengan bertambahnya
usia ibu. Resiko ibu mengalami aneuploidi yaitu diatas 35 tahun
karena kelainan kromosom akan meningkat pada usia diatas 35
tahun. Serta untuk ibu hamil yang diusia < 20 tahun dan > 35 tahun
agar sering memeriksakan kehamilannya agar tidak terjadi abortus
(Prawirohardjo, 2002).
c. Jenis kelamin
Misalnya pada ibu yang menderita
1) Anomaly kongital ( hipoplasia uteri, uterus bikornis, dll )
2) Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.

19
3) Tidak sempurnanya persiapan fetus dalam menanti nidasi dari
ovum yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesterone dan
estrogen, endometriosis, mioma submukosa
4) Uterus terlalu cepat teregang ( kehamilan ganda, mola )
5) Distorsia uteri misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis
d. Aktivitas
Untuk mengetahui apakah pekerjaan ibu sehari-hari berat,
sehingga dapat mempengaruhi kehamilan. (wildan dan hidayat,2008)
e. Pekerjaan
Berkaitan dengan keadaan pasien maka pekerjaan keadaan terlalu
berat sehongga dapat eningkatkan resiko terjadinya keadaan yang
lebih parah (wildan,2008).
f. Alamat
Dikaji untuk mengetahui ibu tinggal dimana dan diperlukan
bila mengadakan kunjungan pada pasien
g. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Pada masalah abortus insipiens klien mengeluh Perdarahan
pervaginam, keluar gumpalan darah. Rasa mules atau keram
perut, nyeri karena kontraksi rahim kuat, Pembukaan osteum
uteri, serviks terbuka dan teraba ketuban.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Menurut wildan dan hidayat (2008) riwayat kesehatan ini dikaji
untuk mengetahui adakah penyakit yang diderita pasien seperti :
penyakit jantung, asma hipertensi dan DM.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Ibu tidak mempunyai penyakit menular dan menahun seperti
penyakit jantung, asma, hipertensi, diabetes mellitus.
4) Riwayat kesehatan keluarga.
Menurut wildan dan hidayat (2008) riwayat kesehatan ini dikaji
untuk mengetahui adakah penyakit menular dikeluarnya

20
tersebut, selain itu juga dikaji adakah riwayat kecatatan dalm
keluarga dan riwayat bayi kembar.
h. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Pola nutrisi
Menggambarkan tentang kebutuhan nutrisi ibu selama hamil,
apakah sesuai dengan gizi seimbang untuk ibu hamil (wildan
dan hidayat,2008).
2) Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi eksresi, kebiasaan BAB
(Frekuensi, jumlah, konsistensi, bau, dan kebiasaan BAK
(warna,frekuensi, jumlah, dan terakhir kali ibu BAB dan
BAK) karena jika ibu mengalami ksulitan BAB maka
kemungkinan ibu sering mengejan sehingga uterus berkontraksi
(Wildan dan Hidayat, 2008).
3) Pola istirahat
Menggambarkan tentang pola istirahat ibu, yaitu beberapa jam
ibu tidur siang dan bebrapa jam ibu tidur malam, karena
berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan ibu, (wildan dan
hodayat, 2008)
4) Personal hygiene
Menggambarkan pola hygine pasien misalnya: beberapa kali
ganti pakaian dalam, mandi, gosok gigi, dalam sehari, dan
keramas dalam satu minggu, pola ini perlu dikaji untuk
mengetahui apakah pasien menjaga kebersihan dirinya.
(wildan dan hidayat, 2008)
5) Pola aktivitas
Untuk mengetahui apakah pekerjaan ibu sehari-hari berat,
sehingga dapat mempengaruhi kehamilan. (wildan dan
hidayat,2008).
i. Pemeriksaan tanda-tanda vital
1) Tekanan darah

21
Pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui tekanan
diastolic darah. Dengan pemeriksaan ini dapat mengetahui
apakah adanya kelainan pada system kardiovaskuler. (Uliyah,
2006).
2) Pemeriksaan nadi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan
irama jantung. Frekuensi nadi diabatas normal atau tidak.
(uliyah,2006)
3) Pemeriksaan pemeriksaan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan,
irama, kedalaman, dan tipe atau pola pernapasan. Frekuensi
normal orang dewasa yaitu sekitar 16-24 kali permenit. (uliyah,
2006).
4) Pemeriksaan suhu
Pemeriksaan ini untuk mengetahui keadaan suhu tubuh ibu,
sehingga bisa digunakan untuk medeteksi dini suatu penyakit.
Pemeriksaan ini bisa dilakukan melalui oral, rectal, dan axial.
Suhu tubuh normal 36-37 º C (Uliyah, 2006).
j. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Rambut : Tidak ditemukan kelainan
Kepala : rambut tampak bersih, tidk ada ketobe dan kutu,
rambut tidak bercabang
Mata : Bentuk mata biasanya cowong,air mata tidak ada
Hidung : Tidak ada kelainan
Telinga : Tidak ada kelainan
Mulut : Mukosa mulut tampak kering
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
pembesaran
vena Jungularis.
Dada : Pada dehidrasi sedang dan berat sering

22
ditemukan pernafasan cepat dan dalam
Abdomen : Tidak adanya bekas operasi, tonus otot longar
Genetalia : Terjadinya pengeluaran flek-flek tidak adanya
odema.
Ekstremitas : Tidak ditemukan kelainan.
2) Auskultasi
Auskultasi abdomen harus dilakukan sebelum palpasi atau
perkusi untuk menghindari perubahan bising usus. Auskultasi
abdomen untuk mengkaji bising usus (perhatikan ada tidaknya
atau hiperaktifitas).
3) Palpasi
Auskultasi palatum lunak dan keras untuk kemungkinan efek
palpasi abdomen untuk menentukan adanya nyeri tekan,
rigiditas,massa, dan organomegali.
4) Perkusi
Lakukan perkusi pada abdomen untuk mengetahui adanya gas
yang berlebihan, massa, cairan, dan pembesaran hepar
k. Riwayat bio-psiko-sosial-dan sspiritual (Virginia handerson)
Hal-hal yang dikaji:
1) Pola respirasi
Pada pola pernafasan yang perlu diperhatikan adalah frekuensi,
pernafasan, gerak dinding dada, pernafasan cuping hidung,
apakah klien merasa sesak, pada klien dengan gastrointestinal
mengalami gangguan pada system pencernaan.
2) Pola nutrisi
Pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah nafsu makan, diet
khusus, suplemen yang dikonsumsi, instruksi, diet sebelumnya,
jumlah cairan dan makanan yang masuk perhari, ada tidaknya
mual, muntah dan kesulitan menelan.
3) Pola eliminasi

23
Pada pola eliminasi yang perlu ditanyakan adalah jumlah
kebiasaan defekasi perhari, ada tidaknya konstipasi, diare,
inkotinesia, kebiasaan berkemih, ada/tidaknya disuria,
nokturia,urgensi, hmaturia, retensi dan inkotinensia
4) Pola aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui
aktivitas tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat
membantu kelancaran proses defekasi, sehingga proses gerakan
peristaltik pada daerah kolon dapat bertambah baik dan
memudahkan dalam membantu proses kelancaran proses
defekasi.
5) Kebutuhan istirahat tidur
Pengkajian pola kebutuhan tidur ini yang ditanyakan adalah
jumlah jam tidur pada malam hari, pagi, dan siang, merasa
tenang setelah tidur, masalah selama tidur. Pada klien dengan
gangguan eliminasi biasanya mengalami masalah dalam
istirahat tidurnya.
6) Mempertahankan temperature tubuhnya .
Pada anak dengan diare mengalami gangguan dalam pengaturan
suhu tubuh, anak biasanya mengalami hipertermia.
7) Kebutuhan personal hygiene
Pada klien dengan diare kemungkinan kebutuhan personal
hygiene nya tidak terpenuhi, tergantung ibu dan keluarga dalam
menjaga personal hyginenya.
8) Kebutuhan rasa aman nyaman.
Pada klien dengan diare biasanya akan ditemukan gangguan
rasa aman nyaman, dalam kebutuhan rasa aman nyaman ini
perlu ditanyakan apakah klien tetap merasakan aman dan
terlindungi oleh keluarganya. Anak biasanya rewel dan gelisah.
Anak akan merasa nyaman didekat ibunya.
9) Berkomunikasi dengan orang lain

24
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga serta bagaimana
klien berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
10) Kebutuhan bekerja
Bagaimana klien saat bekerja
11) Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pada pengumpulan data ini, hal yang perlu diperhatikan adalah
hal-hal apa yang dapat membuat klien senang.
12) Kebutuhan berpakaian
Tidak mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan
berpakaian.
13) Kebutuhan belajar
Kebutuhan klien dalam memperoleh ilmu pengetahuan
14) Kebutuhan spiritual
Kepercayaan dan keyakinan dalam beragama

2. Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
1. DS: Prostaglandin ↑ Nyeri akut
- Perdarahan ↓
pervagina Dilatasi servik
- Keluarnya ↓
seluruh hasil Nyeri
konsepsi
- Nyeri abdomen
- Keram perut
bagian bawah

DO:
- Pasien mengeluh
kesakitan
- Gelisah dan

25
merintih
kesakitan
- Posisi untuk
menghilangkan
nyeri

3. Diagnosa
Nyeri akut

4. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri akut. NOC: NIC:
Ditandai dengan Setelah - Lakukan
hasil konsepsi dilakukan tindakan pengkajian nyeri
keluar keperawatan secara
seluruhnya, 3x24 jam koprehensif
perdarahan diharapkan pasien: termasuk lokasi,
pervaginam, karakteristik,
- Frekuensi nyeri
keram pada durasi, frekuensi,
klien berkurang
abdomen. kualitas dan
- Mampu
faktor presipitasi
mengkontrol
nyeri (tahu - Observasi reaksi
penyebab nyeri) nonverbal dari
- Mampu ketidaknyamana
menggunakan n
tehnik
- Bantu pasien dan
nonfarmakoterap
keluarga untuk
i
mencari dan

26
- Memlaporkan menemukan
saat nyeri dukungan
berkurang - Kontrol
- Menyatakan lingkungan yang
rasa nyaman dapat
setelah nyeri mempengaruhi
berkurang. nyeri seperti
suhu ruangan,
pencahayaan,
dan kebisingan
- Kurangi faktor
presipitasi nyeri
- Kaji tipe dan
sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi
- Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi:
Nafas dalam.
Relaksasi,
distraksi,
kompres
hangat/dingin.
- Berikan
informasi tentang
nyeri seperti
penyebab nyeri.

5. Implementasi

27
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria Hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam
Potter & Perry, 1997).
Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait
dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi,
pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah
kesehatan yang muncul dikemudian hari.
Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar
sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai
kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan
interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses
pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien,
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi. (Prawirohardjo,
2010).

6. Evaluasi
Meskipun proses keperawatan mempunyai tahap-tahap,
namun evaluasi berlangsung terus menerus sepanjang pelaksanaan proses
keperawatan (Alfaro-LeFevre, 1998). Tahap evaluasi merupakan
perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam
keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan
yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah
dikeluarkan dari kavum uteri (Saifuddin, 2006). Abortus komplitus
merupakan abortus spontan yang tidak dapat dihindari. Abortus komplitus
(keguguran lengkap) adalah abortus yang hasil konsepsi (desidua dan
fetus) keluar seluruhnya sebelum usia kehamilan 20 minggu. Ciri
terjadinya abortus komplitus adalah perdarahan pervagina, kontraksi
uterus, ostium serviks sudah menutup, ada keluar jaringan, tidak ada sisa
dalam uterus, uterus telah mengecil.

B. Saran
Setelah membaca makalah tentang asuhan keperawatan abortus komplit,
diharapkan ada kritik dan saran yang dapat membangun sehingga saya dapat
menyempurnakan tugas kami ini. Dan kami berharap semoga tugas ini
bermanfaat bagi para pembaca.

29
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif.A,H. dan Kusuma . H. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan


berdasarkan diagnosa medis & NANDA NIC-NOC, Jogyakarta:
MediAction.
Rahmani L.R. 2014. Faktor-faktor resiko kejadian abortus di RS Prikasih
Jakarta selatan, Jakarta: Universitas Islam Negri Syarif Hidyatullah
Matjino S.H. 2013. Faktor risiko kejadian abortus di RSUD dr. Chasan
Boesoirie Ternate Provinsi Maluku Utara, Makasar: Universitas Hasanudin

NOTE: TUJUAN, PATHWAY, SARAN,

30

Anda mungkin juga menyukai