Anda di halaman 1dari 12

KEHAMILAN DENGAN DISTOSIA KELAINAN JALAN LAHIR

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji penulis panjatkan kepadaTuhan Yang MahaEsa.Tuhan


semestaalam, karena dengan rahmat dan karuniaNYA lah penulis mendapat kesehatan dan
kekuatan fisik serta fikiran sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat
dalam rangka memenuhi tugas“ASKEB”  untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman
tentang mata kuliah ini.
Tidak lupa pula pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah ”ASKEB V”.Yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah ini .Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih terdapat kekurangan, Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.

i
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
HALAMAN JUDUL............................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latarbelakang.................................................................................................................. 1
B.     Tujuan umum................................................................................................................... 2
C. Tujuan khusus …………………………………………………………………………...2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Distosia kelainan jalan lahir............................................................................ 3
B. Etiologi ............................................................................................................................. 3
C. Patofisiologi...................................................................................................................... 4
D. Tanda-tanda dan Gejala.................................................................................................... 7
E. Komplikasi........................................................................................................................ 8
F. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................... 8
G. Penatalaksanaan................................................................................................................ 10
BABIII
H. Tinjauan kasus……………………………………………………………………………13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................................... 22
B. Kritik dan Saran................................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
 BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG

Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa


intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor ”P” utama
yaitukekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin
(passanger).  Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu ), penolong saat
bersalin, dan posisi ibu saat persalinan.
Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor "P" tersebut,
persalinan normal diharapkan dapat berlangsung.  Bila ada gangguan pada satu atau
lebih faktor “P” ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan.
Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut distosia. Salah satu penyebab dari
distosia karena adalah kelainan  janin. Distosia berpengaruh buruk bagi ibu maupun
janin. Pengenalan dini dan penanganan tepat akan menentukan prognosis ibu dan janin.

B.       TUJUAN

1.      Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan IV (patologi) tentang
komplikasi kelainan    penyakit dalam persalinan (penyulit kala 1 dan kala II) Distosia
kelainan jalan lahir :
·  Kesempitan PAP
·  Kesempitan bidang tengah pelvis
·  Kesempitan PBP
2.      Memahami dan mengerti tentang Distosia yaitu definisi, etiologi, macam- macam
Distosia, Diagnosis, Prognosis distosia, Komplikasi Distosia, Penatalaksanaan.

D.   MANFAAT
Bagi mahasiswa :
1.    Meningkatkan pengetahuan dan teori serta praktek
2.    Mahasiswi bisa lebih kompeten dalam memberi asuhan kebidanan
3.    Mendeteksi dini kemungkinan adanya penyulit / masalah dalam persalinan

Bagi umum :
1.    Mengurangi angka kematian maternal dan neonatal
2.    Meningkatkan kesadaran diri terhadap ibu agar memeriksakan dirinya secara rutin
pada waktu kehamilan agar dapat mengetahui adanya komplikasi pada ibu dan
janinnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A.      DISTOSIA KELAINAN JALAN LAHIR KERAS/KELAINAN PANGGUL

B.      DEFINISI
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia karena
kelainan jalan lahir adalah distosia yang disebabkan karena adanya kelainan pada
jaringan keras / tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul.

C.      Etiologi
Distosia kelainan jalan lahir disebabkan karena adanya kelainan pada jaringan keras /
tulang panggul.(Sujiyatini dkk,2009)
Macam – Macam Distosia Jalan Lahir keras/ kelainan panggul :
a.       Kesempitan Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit kalau konjugata vera kurang dari 10 cm atau kalau
diameter transversa kurang dari 12 cm. kesempitan pada konjugata vera (panggul
picak) umumnya lebih menguntungkan daripada kesempitan pada semua ukuran
(panggul sempit seluruhnya). Oleh karena pada panggul sempit kemungkinan lebih
besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas panggul, maka dalam hal ini serviks uteri
kurang mengalami tekanan kepala. Hal ini dapat mengakibatkan inersia uteriserta
lambannnya pendataran dan pembukaan serviks. Apabila pada panggul sempit pintu
atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh kepala janin, ketuban bisa pecah
pada pembukaan kecil dan ada bahaya pula terjadinya prolapsus funikuli. Pada panggul 
turunnya kepala bisa tertahan dengan akibat terjadinya defleksi kepala, sedang pada
panggul sempit seluruhnya ditemukan rintangan pada semua ukuran; kepala memasuki
rongga panggul dengan hiperfleksi.
Bisa juga melalui perkiraan diameter AP – Pintu Atas Panggul dilakukan melalui
pengukuran Conjugata Diagonalis secara manual (VT) dan kemudian dikurangi 1.5 cm ;
sehingga kesempitan pintu atas panggul sering ditegakkan bila ukuran CD kurang dari
11,5 cm.
Pada kehamilan aterm, ukuran rata-rata diameter biparietal – BPD 9.5 – 9.8 cm.
Sehingga kepala janin yang normal tidak mungkin dapat melalui panggul bila diameter
AP – Pintu Atas Panggul .
Perlu diingat bahwa ibu yang bertubuh kecil, biasanya memiliki panggul yang kecil
namun anak dalam kandungannya biasanya juga kecil. Dalam keadaan normal, bila
ketuban masih utuh dilatasi servik terjadi melalui tekanan hidrostatik pada selaput
ketuban atau bila sudah pecah, dilatasi servik terjadi akibat tekanan langsung bagian
terendah janin terhadap servik. Pada kasus kesempitan panggul dimana kepala janin
masih berada diatas Pintu Atas Panggul, semua tekanan hidrostatik disalurkan pada
bagian selaput ketuban yang berada diatas ostium uteri internum sehingga sering
terjadi peristiwa Ketuban Pecah Dini-KPD pada kasus kesempitan Pintu Atas Panggul.
Setelah ketuban pecah, tidak adanya tekanan hidrostatik selaput ketuban pada servik
dan Segmen Bawah Rahim menyebabkan kontraksi uterus menjadi tidak efektif bagi
jalannya persalinan.
Kesempitan Pintu Atas Panggul merupakan predisposisi terjadinya kelainan
presentasi.Pada wanita dengan kesempitan panggul, angka kejadian letak
muka dan letak lintang meningkat 3 kali lipat dan angka kejadian prolapsus
talipusat meningkat 5 – 6 kali lipat.
b.      Kesempitan Bidang Tengah Panggul
Dengan sacrum melengkung sempurna, dinding-dinding panggul tidak berkonvergensi,
foramen iskiadikum mayor cukup luas, dan spina iskiadika tidak menonjol ke dalam,
dapat diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan menyebabkan rintangan bagi
lewatnya kepala janin. Apabila ukuran antara spina kurang dari 9 cm, perlu kita
waspada terhadap kemungkinan kesukaran pada persalinan, apalagi bila diameter
sagitalis posterior juga pendek. Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering
ditemukan posisi oksipitalis posterior persisten atau presentasi kepala dalam posisi
lintang tetap (transverse arrest).
Kejadian ini sering menyebabkan kejadian “deep tranverse arrest” ( LETAK MALANG
MELINTANG RENDAH ) pada perjalanan persalinan dengan posisi occipitalis posterior (
sebuah gangguan putar paksi dalam akibat kesempitan Bidang Tengah Panggul ).
Bidang obstetrik Bidang Tengah Panggul terbentang dari tepi bawah simfisis pubis
melalui spina ischiadica dan mencapai sacrum didekat pertemuan antara vertebra
sacralis 4 – 5. Garis penghubung kedua spina ischiadica membagi Bidang Tengah
Panggul menjadi bagian anterior dan bagian posterior.
Batas anterior bagian anterior Bidang Tengah Panggul adalah tepi bawah Simfisis Pubis
dan batas lateralnya adalah rami ischiopubic. Batas dorsal bagian posterior Bidang
Tengah Panggul adalah sacrum dan batas lateralnya adalah ligamentum sacrospinosum.
Ukuran rata-rata Bidang Tengah Panggul :
·  Diameter tranversal (interspinous) = 10.5 cm
·  Diameter AP (tepi bawah SP sampai pertemuan S4 – S5) 11.5 cm
·  Diameter Sagitalis Posterior – DSP ( titik pertengahan diameter interspinous dengan
pertemuan S4 – S5) 5 cm
Kesempitan BTP tidak dapat dinyatakan secara tegas seperti halnya kesempitan
PAP. Chen dan Huang ( 1982) : BTP diperkirakan mengalami kesempitan bila jumlah
dari Diameter Interspinous + DSP ( normal 10.5cm + 5cm = 15.5 cm) kurang dari 13.5
cm. Dengan demikian maka BTP diduga mengalami penyempitan bila diameter
interspinous. Dugaan klinik adanya kesempitan BTP adalah bila pada pemeriksaan
panggul teraba adanya penonjolan spina ischiadica yang menyolok.
c.       Kesempitan Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul merurpakan bidang yang tidak datar, tetapi terdiri atas segitiga
depan dan segitiga belakang yang mempunyai dasar yang sama, yakni distansia
tuberum. Apabila ukuran yang terakhir ini lebih kecil daripada biasa, maka sudut arkus
pubis mengecil pula (kurang dari 80°).
Pintu bawah panggul terdiri atas 2 segitiga dengan jarak dengan jarak antar tuberum
sebagai dasar bersamaan.
Ukuran-ukuran yang penting ialah :
1.   Diameter transversa (diameter antar tuberum)   : 11cm
2.   Diameter anterior posterior dari pinggir bawah sympisis ke ujung os sacrum  : 11,5
cm
3.   Diameter sagitalis posterior dari pertengahan diameter antar tuberum ke ujung os
sacrum : 7,5 cm
Maka menurut Thomas, distosia dapat terjadi kalau jumlah ukuran antar tuberum dan
diameter sagitalis posterior < 15 cm (normal 11cm + 7,5 cm = 18,5 cm).Distosia akibat
kesempitan Pintu Bawah Panggul saja jarang terjadi mengingat bahwa kesempitan PBP
hampir selalu disertai dengan kesempitan Bidang Tengah Panggul.
Hubungan antara kepala dengan pintu bawah panggul :
1.  Pintu bawah panggul anak lahir spontan.
2.  Pintu bawah panggul sempit tapi diameter sagitalis posterior cukup, sehingga anak
dapat lahir  tetapi agak kebelakang.
3. Pintu bawah panggul sempit, juga diameter sagitallis posteriornya, sehingga anak tak
dapat lahir.( Obstetri patologi 1984 : 215 )
4. Penatalaksanaan
Cunam tinggi dengan menggunakan axis-traction forceps dahulu dilakukan untuk
membawa kepala janin – yang dengan ukuran besarnya belum melewati pintu atas
panggul – ke dalam rongga panggul dan terus keluar. Tindakan ini ini sangat berbahaya
bagi janin dan ibu, kini diganti oleh seksio sesarea yang jauh lebih aman. Induksi partus
prematurus umumnya juga tidak dilakukan lagi. Keberatan tindakan ini ialah kesulitan
untuk menetapkan apakan janin walaupun belum cukup bulan, sudah cukup tua dan
besar untuk hidup dengan selamat di luar tubuh ibu dan apakah kepala janin dapat
dengan aman melewati kesempitan pada panggul ibu.
Selain seksio sesarea, dapat pula dilakukan partus percobaan, simfisiotomia dan
karsiotomia. Namun simfisiotomia jarang sekali dilakukan di Indonesia, sedangkan
kraniotomia hanya dilakukan pada janin mati.
d.      Seksio sesarea
Seksio sesarea dapat dilakukan secar elektif atau primer, yakni sebelum persalinan
mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder, yakni sesudah persalinan
berlangsung selama beberapa waktu.
Seksio sesarea elektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan cukup
bulan karena kesempitan panggul yang cukup berat, atau karena terdpat disproporsi
sefalopelvik yang nyata. Selain itu seksio tersebut diselenggarakan pada kesempitan
ringan apabila ada factor-faktor lain yang merupakan komplikasi, seperti primigrvida
tua, kelainan letak janin yang tidak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang
mengalami masa infertilitas yang lama, penyakit jantung dan lain-lain.
Seksio sesarea sekundar dilakukan karena persalinan percobaan dianggap gagal, atau
karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin, sedang
syarat-syarat untuk persalinan per vaginam tidak atau belum dipenuhi.
e.       Persalinan percobaan
Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada hamil tua
diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul dalam semua bidang
dan hubungan antara kepala janin dan panggul.
Setelah dicapai kesimpulan bahwa ada harapan bahwa persalinan dapat berlangsung
per vaginam dengan selamat, dapat diambil keputusan untuk menyelenggarakan
persalinan percobaan. Dengan demikian persalinan ini merupakan suatu test terhadap
kekuatan his dan daya akomodasi, termasuk moulage kepala janin; kedua faktor ini
tidak dapat diketahui sebelum persalinan berlangsung selama beberapa waktu.
Pemilihan kasus-kasus untuk persalinan percobaan harus dilakukan dengan cermat. Di
atas sudah dibahas indikasi-indikasi untuk seksio sesarea elektif; keadaan-keadaan ini
dengan sendirinya merupakan kontra indikasi untuk persalinan percobaan. Selain itu,
janin harus berada dalam presentasi kepala dan tuanya kehamilan tidak lebih dari 42
minggu. Karena kepala janin bertambah besar serta lebih sukar mengadakan moulage,
dan berhubung dengan kemungkinan adanya disfungsi plasenta, janin mungkin kurang
mampu mengatasi kesukaran yang dapat timbul pada persalina percobaan. Perlu
disadari pula bahwa kesempitan panggul dalam satu bidang, seperti pada panggul picak,
lebih menguntungkan daripada kesempitan dalam beberapa bidang. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu:
1.    Pengawasan terhadap keadaan ibu dan janin. Pada persalina yang agak lama perlu
dijaga agar tidak terjadi dehidrasi dan asidosis
2.    Pengawasan terhadap turunnya kepala janin dalam rongga panggul. Karena
kesempitan pada panggul tidak jarang dapat menyebabkan gangguan pada pembukaan
serviks
3.    Menentukan berapa lama partus percobaan dapat berlangsung
        f.  Simfisiotomi
Simfisotomi ialah tindakan untuk memisahkan tulang panggul kiri dari tulang panggul
kanan pada simfisis agar rongga panggul menjadi lebih luas. Tindakan ini tidak banyak
lagi dilakukan karena terdesak oleh seksio sesarea. Satu-satunya indikasi ialah apabila
pada panggul sempit dengan janin masih hidup terdapat infeksi intrapartum berat,
sehingga seksio sesarea dianggap terlalu berbahaya.
g.       Kraniotomi
Pada persalinan yang dibiarkan berlarut-berlarut dan dengan janin sudah meninggal,
sebaiknya persalina diselesaikan dengan kraniotomi dan kranioklasi. Hanya jika
panggul demikian sempitnya sehingga janin tidak dapat dilahirkan dengan kraniotomi,
terpaksa dilakukan seksio sesarea.

2.      Klasifikasi
Pembagian panggul sempit :
a.  Kesempitan pintu atas panggul (pelvic inlet)
b. Pembagian tingkatan panggul sempit
o   Tingkat I : CV = 9 -10 cm = borderline
o   Tingkat II : CV = 8 - 9 cm = relatif
o   Tingkat III : CV = 6 - 8 cm = ekstrim
o   Tingkat IV : CV = 6 cm = mutlak (absolut)
c. Pembagian menurut tindakan
o   SC primer = 11 cm partus biasa
o   CV = 8 – 10 cm partus percobaan
o   b)    CV = 6 – 8 cm SC primer
o   c)    CV = 6 cm SC mutlak (absolut)
Inlet dianggap sempit bila CV kurang dari 10cm atau diameter transversa kurang dari
12 cm karena biasanya diukur adalah conjungtiva diagonalis (CD) maka inlet dianggap
panggul sempit bila CD kurang dari 11,5cm

3. Diagnosis
Kita selalu memikirkan kemungkinan panggul sempit, bila ada seorang primigravida
pada akhir kehamilan kepala anak belum masuk pap dan ada kesalahan letak janin
a.    Anamnesis
Kepala tidak masuk pap dan adanya riwayat kesalahan letak ( Lli letak bokong). Partus
yang lalu berlangsung lama, anak mati atau persalinan di tolong dengan alat-
alat(ekstrasi vakum atau forcep) dan operasi.
b.    Inspeksi
Ibu kelihatan pendek ruas tulang-tulangnya atau ada skolrosis. Kelainan panggul
liar(ractritis, dsb) kalau kepala terdepan belum masuk pap kelihatan kontur seperti
kepala menonjol diatas simfisis.
c.    Palpasi
Kepala tidak masuk pap atau masih goyang dan terdapat tanda dan OSBORN, yaitu
kepala didorong kearah pap dengan satu tangan diatas simpisis pubis sedang tangan
lain tegak lurus pada kepala yang menonjol.
(+) = 3jari
(-)  = masuk pap
(±)  = antara
Kesalahan-kesalahan letak
d.    Pelvimetri Klinis
1)    Pemeriksaan panggul luar : apaka ukuranya kurang dari normal
2)    Pemeriksaan dalam (VT) : apakah promotorium teraba, lalu  diukur CD dan CV ;
linea inominata teraba keseluruhan atau tidak, spina ischiadika dll.
e.    Rongen pelvimetri
Dari foto dapat kita tentukan ukuran-ukuran CV ;  CO = apakah kurang dari normal; CT;
serta imbang kepala panggul.

4.      Mekanisme persalinan
Bila panggul sempit dalam ukuran muka belakang dan CV kurang dari 9 cm maka
diaemeter ini tidak dapat dilaluli oleh diameter biparitealis dan janin yang cukup bulan.
Maka dari itu kalau kepala sudah turun biasanya terjadi defleksi sehingga yang
melewati di anterior posterior adalah diameter bitemporalis.
Jadi pada panggul sempit sering ditemukan letak defleksi. Karena panggul sempit maka
persalinan berlangsung lama. Karena adanya obstruksi pada :
KALA I: kepala tidak masuk pap maka pembukaan berlangsung lama dan kemungkinan
ketuban pecah sebelum waktunya. Setelah ketuban pecah, kepala tidak dapat menekan
serviks kecuali his keras sekali sehingga terjadi moulague yang hebat pada kepala.
Jalanya pembukaan dapat menentukan prognosa. Bila pembukaan lancar; baik, bila
pembukaan lambat;maka besar kemungkinan janin tidak dapat melewati panggul.
KALA II: menjadi lama karena dibutuhkan waktu untuk turunya kepala dan moulague.

5.     Komplikasi Pada Kehamilan


a.    Pada kehamilan lanjut, inlet yang sempit tidak dapat dimasuki bagian terbawah
janin menyebabkan fundus ueri tetap tinggi dengan keluhan sesak, sulit bernafas, terasa
penuh di ulu hati, dan perut bsar
b.    Dijumpai komplikasi pada kehamilan seperti, abdomen pendulus (perut gantung)

6.      Tanda dan Gejala


a.    Bagian terbawah anak goyang dan tes osborn (+)
b.    Dijumpai kesalahan-kesalahan letak presentasi dan posisi
c.    Fleksi kepala tidak ada, bahkan setelah persalinan dimulai
d.    Sering dijumpai tali pusat terkemuka dan menumbung

7.      Komplikasi
Saat persalinan komplikasi panggul sempit pada persalinan tergantung pada
kesempitan panggul.
1)    Persalinan akan berlangsung lama
2)    Sering dijumpai ketuban pecah dini
3)    Karena kepala tidak mau turun dan ketuban sudah pecah sering tali pusat
menumbung.
4)    Maulague kepala berlangsung lama
5)    Sering terjadi insertia uterus sekunder
6)    Pada panggul sempit menyeluruh bahkan didapati insersia uteri primer
7)   Partus yang lama akan menyebabkan peregangan SBR dan bila berlarut-larut akan
menyebabkan ruptur uteri.
8)    Dapat terjadi simfisiolisis, infeksi intra partal
9)    Partus lama mengakibatkan penekanan yang lama pada jaringan lunak
menyebabkan edema dan hematoma jalan lahir yang kelak akan menjadi nekrotik
dan terjadilah fistula pada anak
1)    Infeksi intra partal
2)    Kematian janin intra partal
3)    Prolaps funikuli
4)    Perdarahan intrakranial
5)    Caput succedaneum dan chepalo hematoma yang besar
6)    Robekan pada tentorium serebri dan perdarahan otak karena moulage yang hebat
dan lama
7)    Fraktur pada tulang kepala oleh tekanan yang hebat dari his dan oleh karena alat-
alat yang dipakai.
8.      Prognosis
a.    Bahaya pada ibu ialah
1)    Partus berlangsung lama
2)    Terjadi ruptur uteri
3)    Terjadi fistula karena anak terlalu lama menekan pada jalan lahir, terjadi edema,
nekrosis yang kemudian mengakibatkan vesiko vaginal, vesiko-cervical, atau recto-
vaginal fistel
4)    Infeksi intra partum
5)    Simfisiolisis
b.    Bahaya bagi anak ialah
1)    Persalinan lama akan menyebabkan KJIP dan memberikan angka kematian janin
yang tinggi.
2)    Pada panggul sempit sering terjadi ketuban pecah dini dan kemudian infeksi
intrapartum
3)    Terjadi prolaps funikuli
4)    Dengan moulage memang terjadi pengecilan ukuran kepala. Pengecilan sampai 0,5
cm tidak merusak otak, pengecilan melebihi 0,5 cm akan berakibat buruk terhadap
anak atau kemat

9.     Penatalaksanaan
Sebenarnya panggul hanya merupaka salah satu faktor yang menentukan apakah
anak dapat lahir spontan atau tidak, disamping banyak faktor lain yang memegang
peranan dalam prognosa persalinan.
Bila konjugata vera 11 cm, dapat dipastikan partus biasa, dan bila ada kesulitan
persalinan, pasti tidak disebabkan oleh faktor panggul. Untuk CV kurang dari 8,5 cm
dan anak cukup bulan tidak mungkin melewati panggul tersebut.
a.    CV 8,5 - 10 cm dilakukan partus percobaan yang kemungkinan berakhir dengan
partus spontan atau dengan ekstraksi vakum, atau ditolong dengan secio caesaria
sekunder atas indikasi obstetric lainnya.
b.    CV = 6 -8,5 cm dilakukan SC primer
c.    CV = 6 cm dilakukan SC primer mutlak.
Disamping hal-hal tersebut diatas juga tergantung pada:
·    His atau tenaga yang mendorong anak
·    Besarnya janin, presentasi dan posisi janin
·    Bentuk panggul
·    Umur ibu dan anak berharga
·    Penyakit ibu (Sinopsis Obstetri 1998:328)
BAB III
TINJAUAN KHASUS

      Ny. A umur 28 tahun G1P0A0 hamil 40 minggu + 1 hari, inpartu kala I, fase aktif, dengan
partus lama, dan kesempitan PAP(CPD), KU:baik ,TD :120/80 mmHg ,RR   :
20x/menit Nadi: 85x / menit, Suhu : 37,5 ºC, BB : 52 kg, TB : 150 c

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN KESEMPITAN PAP


Ny. A UMUR 25 tahun G1P0A0 UK 40 mggu + 1 hari
Di BPS Permata Indonesia

Tanggal pengkajian           : 21 maret 2012


Di BPS                                    : permata indonesia

Anda mungkin juga menyukai