Anda di halaman 1dari 5

Nama: Nella simatupang

nim: P07524118063
kls : Dlll- 2b

Deteksi Kegawatdaruratan Maternal


Anda diharapkan mampu untuk melakukan deteksi kegawatdaruratan maternal dengan tepat. Setelah
menyelesaikan materi ini, Anda diharapkan mampu untuk:
1. Melakukan deteksi pre eklamsia/eklamsia dengan tepat
2. Melakukan deteksi perdarahan pada kehamilan dan persalinan dengan tepat
3. Melakukan deteksi perdarahan post partum dengan tepat
4. Melakukan deteksi terjadinya Infeksi akut kasus obstetric dengan tepat

Deteksi Pre-Eklamsia
Preeklamsia/Eklamsia merupakan suatu penyulit yang timbul pada seorang wanita hamil dan umumnya
terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan ditandai dengan adanya hipertensi dan protein uria.
Pada eklamsia selain tanda tanda preeklamsia juga disertai adanya kejang. Preeklamsia/Eklamsia
merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu di dunia. Tingginya angka kematian ibu pada kasus
ini sebagian besar disebabkan karena tidak adekuatnya penatalaksanaan di tingkat pelayanan dasar
sehingga penderita dirujuk dalam kondisi yang sudah parah, sehingga perbaikan kualitas di pelayanan
kebidanan di tingkat pelayanan dasar diharapkan dapat memperbaiki prognosis bagi ibu dan bayinya
Deteksi/Skrining
Identifikasi wanita dengan risiko preeklampsia mempunyai keuntungan sebagai berikut :
a. Pengawasan lebih ketat
b. Diagnosis lebih akurat
c. Intervensi tepat waktu
d. Pencegahan komplikasi sejak dini
Metode skrining preeklamasia/eklamsia
-Anamnesa Faktor Risiko Preeklampsia
-Pemeriksaan Tekanan Darah
-Penggunaan USG Untuk Skrining Preeklampsia
-serum blomasker

ALUR PENGELOLAAN PENDERITA PREEKLAMSIA BERAT/EKLAMSIA


-Skrining/Deteksi Perdarahan dalam Kehamilan, Persalinan dan Nifas
-Perdarahan pada kehamilan muda
-ABORTUS
Langkah pertama dari serangkaian kegiatan penatalaksanaan abortus inkomplit adalah penilaian
kondisi klinik pasien. Penilaian ini juga terkait dengan upaya diagnosis dan pertolongan awal
gawatdarurat. Melalui langkah ini, dapat dikenali berbagai komplikasi yang dapat mengancam
keselamatan pasien seperti syok, infeksi/sepsis, perdarahan hebat (massif) atau trauma intraabdomen.
Pengenalan ini sangat bermanfaat bagi upaya penyelamatan jiwa pasien. Walau tanpa komplikasi, abortus
inklompit merupakan ancaman serius bila evakuasi sisa konsepsi tak segera dilaksanakan.
I n g a t : Beberapa jenis komplikasi abortus inkomplit, dapat timbul secara bersama sehingga dibutuhkan
kecermatan petugas kesehatan atau penolong agar dapat membuat skala prioritas dalam menanggulangi
masing-masing komplikasi tersebut.
-Gejala dan Tanda
Untuk wanita yang masih dalam usia reproduksi, sebaiknya dipikirkan suatu abortus inklomplit
apabila :  Terlambat haid (tidak datang haid lebih dari satu bulan, dihitung dari haid terakhir)  Terjadi
perdarahan per vagina  Spasme atau nyeri perut bawah (seperti kontraksi saat persalinan)  Keluarnya
massa kehamilan (fragmen plasenta)
-Penapisan Komplikasi Serius
-Riwayat Medik
-Informasi medik
-Pemeriksaan Fisik
-Pemeriksaan Abdomen
-Pemeriksaan Panggul 8
-Derajat Abortus
-Kehamilan Ektopik yang Terganggu
Kehamilan ektopik ialah terjadinya implantasi (kehamilan) diluar kavum uteri. Kebanyakan
kehamilan ektopik di tuba, hanya sebagian kecil di ovarium, kavum abdomen, kornu. Kejadian kehamilan
ektopik ialah 4,5-19,7/1000 kehamilan. Beberapa faktor risiko ialah : radang pelvik, bekas ektopik, operasi
pelvik, anomalia tuba, endometris dan perokok. Gejala trias yang klasik ialah : amenorrhea, nyeri perut
dan perdarahan pervaginam. Pada kondisi perdarahan akan ditemukan renjatan, dan nyeri hebat di perut
bawah. Uterus mungkin lebih besar sedikit, dan mungkin terdapat massa tumor di adneksa. Dengan USG
kehamilan intrauterin akan dapat ditentukan, sebaliknya harus dicari adanya kantong gestasi atau massa
di adneksa/kavum douglas
-Penatalaksanaan Bila ditemukan keadaan abdomen akut
maka tindakan terbaik ialah hemostasis KET. Jenis tindakan yang akan diambil, harus
memperhitungkan pemulihan fungsi kedua tuba. Bila ibu masih ingin hamil maka lakukan salpingostomi.
Bila kondisi gawatdarurat, tidak ingin hamil lagi, robekan tidak beraturan, terinfeksi, perdarahan tak dapat
dikendalikan maka lakukan salpingektomi. Pada umumnya akan dilakukan prosedur berikut ini :  Pasang
infus untuk substitusi kehilangan cairan dan darah  Transfusi Hb < 6g%, Bila tidak segera tersedia darah,
lakukan autotransfusi selama prosedur operatif  Lakukan prosedur parsial salpingektomi atau eksisi
segmental yang dilanjutkan dengan salpingorafi (sesuai indikasi)  Lakukan pemantauan dan perawatan
pascaoperatif  Coba infus dan transfusi setelah kondisi pasien stabil

PERDARAHAN PADA KEHAMILAN LANJUT DAN PERSALINAN


Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan merupakan perdarahan dalam kehamilan yang
terjadi setelah usia gestasi diatas 22 mg. Masalah yang terjadi pada perdarahan kehamilan lanjut adalah
morbiditas dan mortalitas ibu yang disebabkan oleh perdarahan pada kehamilan diatas 22 minggu hingga
menjelang persalinan (sebelum bayi dilahirkan), perdarahan intrapartum dan prematuritas, morbiditas
dan mortaltas perinatal pada bayi yang akan dilahirkan.
PERDARAHAN PASCA KEHAMILAN
Pada pascapersalinan, sulit untuk menentukan terminologi berdasarkan batasan kala persalinan
dan jumlah perdarahan yang melebihi 500 ml. pada kenyataannya, sangat sulit untuk membuat
determinasi batasan pascapersalinan dan akurasi jumlah perdarahan murni yang terjadi. Berdasarkan
temuan diatas maka batasan operasional untuk periode pascapersalinan adalah periode waktu setelah
bayi dilahirkan. Sedangkan batasan jumlah perdarahan, hanya merupakan taksiran secara tidak langsung
dimana disebutkan sebagai perdarahan abnormal yang menyebabkan perubahan tanda vital (pasien
mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, sistolik < 90 mmHg, nadi > 100
x/menit, kadar Hb < 8 g%).

SEPSIS PUERPERIUM
Sepsis berhubungan dengan 45 kematian ibu, memberikan kontribusi 10% penyebab langsung
obstetri dan 8% dari semua kematian ibu. MMR karena sepsis adalah 7/100.000. Sebagian besar ibu
dengan sepsis (93%) diperiksa oleh tenaga kesehatan sebelum meninggal. Pelayanan di bawah standar
yang diberikan oleh dokter spesialis obstetri merupakan hal penting yang bisa dihindari dan memberikan
kontribusi 38% dari kematian karena sepsis. Pelayanan di bawah standar yang diberikan oleh paraji juga
memainkan peran penting dalam menyebabkan kematian karena sepsis genitalia. Beberapa paraji
melakukan sejumlah pemeriksaan dalam yang berlebihan dan mungkin berupaya membuat pembukaan
serviks dengan jarinya. Sepsis puerperium didefinisikan sebagai infeksi saluran genital yang terjadi setelah
pecah ketuban atau mulas persalinan hingga 42 hari setelah persalinan atau aborsi. Selain demam, salah
satu dari gejala berikut ini mungkin terjadi : a. Nyeri panggul dan ngilu b. Cairan per vaginam yang
abnormal c. Cairan berbau tidak normal atau busuk d. Terhambatnya involusi uterus Demam didefinisikan
sebagai suhu oral > 380C yang diukur pada dua waktu di luar 24 jam pasca persalinan, atau suhu > 38,50C
pada saat apapun.

SOAL
1. Seorang perempuan, umur 30 tahun, G2P1A0, usia kehamilan 38 minggu, Kala II di BPM Hasil
anamnesis: ingin meneran seperti mau BAB. Hasil pemeriksaan: TD 120/80 mmHg,, N 90x/mnt, TFU 34 cm,
DJJ 144x/ menit, teratur, kontraksi 4x/10’/45’’, pembukaan lengkap, kepala sudah membuka vulva 5-6 cm.
telah dipimpin meneran selama 1 jam dan belum menunjukkan kemajuan. Tindakan apakah yang paling
tepat sesuai kasus tersebut?
A. Lakukan Rujukan
B. Monitor kontraksi dan DJJ
C. Pasang infus, ibu dipuasakan
D. Rawat pasien sebelum inpartu
E. Lanjutkan memimpin persalinan
2.Seorang perempuan, umur 28 tahun, G1P0A0 hamil 32 minggu, datang ke BPM dengan keluhan sering
pusing sejak 1 minggu yang lalu. Hasil anamnesis: ibu mudah lelah. Hasil pemeriksaan: TD 100/70 mmHg,
N 80x/ menit, P 20 x/menit, S 36,5 0 C, TFU 30 cm, DJJ 146x/menit, teratur, Hb 10 gram%, protein urine (-).
Tindakan pertama apakah yang tepat dilakukan bidan pada kasus tersebut?
A. Konseling persiapan kegawatdaruratan
B. Memberikan suplemen tambah darah
C. Melakukan kolaborasi dengan dokter
D. Konseling penambahan nutrisi
E. Melakukan rujukan ke RS

3. Seorang perempuan, umur 24 tahun, G1P0A0 hamil 36 minggu, datang ke BPM untuk kunjungan ulang.
Hasil anamnesis: ibu mudah lelah. Hasil pemeriksaan: TD 120/70 mmHg, N 80x/menit, P 20 x/menit, S 36,5
0C, TFU 30 cm, DJJ 164 x/menit, Hb 10 gram%, protein urine (-) Tindakan awal apakah yang paling tepat
dilakukan bidan pada kasus tersebut :
A. Melakukan rujukan
B. Memasang infus RL
C. Resusitasi intrauterine
D. Konseling persiapan gawat darurat
E. Melakukan kolaborasi dengan dokter

4,Seorang perempuan, 30 tahun, G2P1A0, hamil 34 minggu, datang ke puskesmas mengeluh keluar
gumpalan darah dari jalan lahir sejak 1 jam yang lalu. Hasil anamnesis: terasa nyeri pada abdomen,
gerakan janin dirasakan berkurang. Hasil pemeriksaan: TD 100/60 mmHg, N 100 x/menit, P 24 x/menit,
TFU 34 cm, DJJ (+) kurang jelas, palpasi sulit dilakukan, ekstemitas bawah oedema, tampak bercak darah
berwarna bergumpal berwarna hitam. Asuhan apakah yang paling tepat dilakukan pada kasus tersebut?
A. Pemasangan infus
B. Pemeriksaan USG
C. Bedrest di puskesmas
D. Rujuk ke rumah sakit
E. Kolaborasi dengan dokter

5. Seorang perempuan, umur 21 tahun, G2P1A0, usia kehamilan 38 minggu, datang ke BPM dengan
keluhan mulas. Hasil anamnesis: ketuban pecah sejak 1 jam yang lalu. Hasil pemeriksaan: KU baik, TD
120/80 mmHg, N 90x/mnt, P 20x/menit, TFU 33 cm, letaklintang, DJJ 140x/mnt, teratur, kontraksi
3x/10’/35’’, porsio tipis lunak, pembukaan 5 cm, ketuban (-). Rencana tindakan apakah yang paling tepat
pada kasus tersebut?
A. Lakukan rujukan
B. Monitor kontraksi dan DJJ
C. Pasang infus, ibu dipuasakan
D. Rawat pasien sebelum inpartu
E. Nilai air ketuban dengan lakmus
5. Seorang perempuan, umur 30 tahun, G2P1A0, usia kehamilan 38 minggu, Kala II di BPM Hasil
anamnesis: ingin meneran seperti mau BAB. Hasil pemeriksaan: TD 120/80 mmHg,, N 90x/mnt, TFU 34 cm,
DJJ 144x/ menit, teratur, kontraksi 4x/10’/45’’, pembukaan lengkap, kepala sudah membuka vulva 5-6 cm.
telah dipimpin meneran selama 1 jam dan belum menunjukkan kemajuan. Tindakan apakah yang paling
tepat sesuai kasus tersebut?
A. Lakukan Rujukan
B. Monitor kontraksi dan DJJ
C. Pasang infus, ibu dipuasakan
D. Rawat pasien sebelum inpartu
E. Lanjutkan memimpin persalinan

Anda mungkin juga menyukai