Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KELAINAN PERSALINAN

OLEH :

RICO NAZA PUTRA


209.121.0052

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2016

Pendahuluan
LATAR BELAKANG
Kehamilan dan persalinan bukanlah suatu penyakit. Mempunyai bayi adalah
kodrat wanita, dan selalu menjadi bagian hidup perempuan. Kebanyakan wanita
menginginkan hal yang sempurna dan bisa melahirkan bayi tanpa ada banyak
bantuan. Perempuan diseluruh dunia menikmati kehamilannya dengan bergaya
hidup baik dan selalu menjaga kesehatannya, wanita dengan mudah dapat
melahirkan bayinya dengan selamat. Adalah suatu hal yang sangat
memprihatinkan, ketika kita mendengar wanita meninggal karena melahirkan
bayinya.
Di Amerika atau Kanada melahirkan bayi menjadi hal yang sangat aman karena
kita banyak menjumpai masyarakat yang peduli dan sadar dengan lingkungannya.
Sementara itu, Indonesia telah melakukan usahausaha untuk meluaskan
jangkauan pelayanan kesehatan ke dalam masyarakat, serta meningkatkan kualitas
pelayanan yang diberikan oleh para petugas kesehatan. Pelayanan kesehatan ibu
dan anak merupakan prioritas yang paling tinggi di samping pelayananpelayanan
kesehatan yang lain. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa masih tinggi angka
kematian bayi dan ibu karena kelahiran. Menurut Prawirohardjo (2005, hal. 22)
kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil, melahirkan, atau dalam
42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi
kehamilan.
RUMUSAN MASALAH
1. Definisi ketuban pecah dini?
2. Bagaimana dampak ketuban pecah dini?
3. Bagaimana penanganan ketuban pecah dini?
4. Definisi kehamilan ektopik?
5. Apa penyebab dan tanda gejala kehamilan ektopik?
6. Bagaimana penanganan kehamilan ektopik?
7. Definisi pre eklampsia?
8. Bagaimana tanda dan gejala pre eklampsia?
9. Bagaimana penanganan pre eklampsia?
10. Definisi partus lama?
11. Faktor penyebab partus lama?
12. Bagaimana penanganan partus lama?

TUJUAN
1.
2.
3.
4.

Memahami definisi, dampak, dan penanganan ketuban pecah dini


Memahami definisi, penyebab, dan penanganan kehamilan ektopik
Memahami definisi, gejala, dan penanganan preeklampsia
Memahami definisi, penyebab, dan penanganan partus lama

Pembahasan
Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini: yaitu pecahnya ketuban atau robeknya selaput
ketuban yang kemudian diikuti dengan memancarnya cairan, sebelum atau diawal
munculnya tanda-tanda persalinan. Penyebab peristiwa ini belum jelas, namun
banyak terjadi pada Ibu dengan infeksi alat kelamin, kehamilan preterm, dan
kelainan cerviks. Bila tidak segera ditangani maka nyawa janin terancam karena
hidup dalam rahim kekurangan atau bahkan kehabisan cairan ketuban.
Penyebab:

Inkompetensi serviks (leher rahim)

Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

Riwayat KPD sebelumya

Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

Kehamilan kembar

Trauma

Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan


23 minggu

Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis

Dampak
a.

kehamilan multipel : kembar dua (50%), kembar tiga (90%)

b. riwayat persalinan preterm sebelumnya


c.

tindakan sanggama

d. pendarahan
e.

bakteriuria

f.

pH vagina di atas 4.5

g. servix tipis / kurang dari 39 mm


h.

flora vagina abnormal

i.

fibronectin > 50 ng/ml

j.

kadar CRH (corticotropin releasing hormone) maternal tinggi misalnya pada

stress psikologis, dsb, dapat menjadi stimulasi persalinan preterm


Penanganan
- deteksi faktor risiko
- deteksi infeksi secara dini
- USG : biometri dan funelisasi
Trimester pertama : deteksi faktor risiko, aktifitas seksual, pH vagina, USG,
pemeriksaan Gram, darah rutin, urine.
Trimester kedua dan ketiga : hati-hati bila ada keluhan nyeri abdomen, punggung,
kram di daerah pelvis seperti sedang haid, perdarahan per vaginam, lendir merah
muda, discharge vagina, poliuria, diare, rasa menekan di pelvis.
Kehamilan Ekstrauteri (Ektopik)
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi diluar
.endometrium kavum uteri
a) Penyebab
Gangguan ini adalah terlambatnya transport ovum karena obstruksi mekanis pada
jalan yang melewati tuba uteri. Kehamilan tuba terutama di ampula, jarang terjadi
.kehamilan di ovarium
b) Tanda dan Gejala
Nyeri yang terjadi serupa dengan nyeri melahirkan, sering unilateral abortus tuba),
hebat dan akut (rupture tuba), ada nyeri tekan abdomen yang jelas dan menyebar.
Kavum douglas menonjol dan sensitive terhadap tekanan. Jika ada perdarahan
:intra-abdominal, gejalanya sebagai berikut
(1) Sensitivitas tekanan pada abdomen bagian bawah, lebih jarang pada
abdomen bagian atas.
(2) Abdomen tegang.
(3) Mual.

(4) Nyeri bahu.


(5) Membran mukosa anemis.
c) Diagnosis
Ditegakkan melalui adanya amenore 3-10 minggu, jarang lebih lama, perdarahan
.per vagina tidak teratur (tidak selalu)
d) Penanganan
Penanganan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
(1) Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi.
(2) Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit
bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan.
(3) Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut
sebanyak mungkin dikeluarkan.
: Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu
(1) Kondisi penderita pada saat itu,
(2) Keinginan penderita akan fungsi reproduksinya,
(3) Lokasi kehamilan ektopik.
(4) Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian
tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar
HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan
masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
: Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan
(1) Transfusi, infus, oksigen,
(2) Atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan
antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat
mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di
rumah sakit
e) Terapi
Terapi untuk gangguan ini adalah dengan infuse ekspander plasma (Haemaccel,
.Macrodex) 1000 ml atau merujuk ke rumah sakit secepatnya
Preeklampsia

Adalah bila ditemukannya hipertensi yang ditambah dengan proteinuria dan


oedema. Proteinuria adalah tanda yang penting pada preeklampsia, tidak adanya
tanda ini akan membuat diagnosa preeklampsia dipertanyakan. Proteinuria jika
kadarnya lebih dari 300 mg dalam urine 24 jam atau lebih dari 100 mg dalam urin
6 jam.Ibu hamil mana pun dapat mengalami preeklampsia. Tapi,umumnya ada
: beberapa ibu hamil yang lebih berisiko, yaitu
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Ibu hamil untuk pertama kali


Ibu dengan kehamilan bayi kembar
Ibu yang menderita diabetes
Memiliki hipertensi sebelum hamil
Ibu yang memiliki masalah dengan ginjal
Hamil pertama di bawah usia 20 tahun atau di atas 35 tahun.
7)
Ibu yang pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan
sebelumnya akan ada kemungkinan berulang pada kehamilan berikutnya.
Sayangnya penyebab preeklampsia sampai saat ini masih merupakan misteri. Tak
bisa diketahui dengan pasti, walaupun penelitian yang dilakukan terhadap
penyakit ini sudah sedemikian maju. Yang jelas, preeklampsia merupakan salah
.satu penyebab kematian pada ibu hamil, di samping infeksi dan perdarahan
: Gejala Yang Muncul
1) Kondisi preeklampsia sangat kompleks dan sangat besar pengaruhnya pada
ibu maupun janin. Gejalanya dapat dikenali melalui pemeriksaan
kehamilan yang rutin. Kendati tak jarang si ibu merasa dirinya sehat-sehat
saja.
2) Adanya preeklampsia bisa diketahui dengan pasti, setelah pada
pemeriksaan didapatkan hipertensi, bengkak, dan protein dalam urin
3) Preeklampsia biasanya muncul pada trimester ketiga kehamilan. Tapi bisa
juga muncul pada trimester kedua. Bentuk nonkompulsif dari gangguan ini
terjadi pada sekitar 7 % kehamilan. Gangguan ini bisa terjadi sangat ringan
atau parah.
: Aspek Klinik Dari Preeklampsia
1) Gambaran klinik : Dua gejala yang sangat penting preeklampsia adalah
hipertensi dan proteinuria

2) Tekanan darah : Kelainan dasar pada preeklampsia adalah vasospasme


arteriol, peningkatan tekanan darah adalah tanda peringatan awal dari
preeklampsia. Tekanan diastolik lebih bermakna dari pada tekanan sistolik,
tekanan diastolik sebesar 90 mmhg atau lebih yang menetap menunjukkan
keadaan abnormal.
3) Kenaikan Berat Badan : Peningkatan berat badan yang tiba-tiba dapat
mendahului serangan preeklampsia, peningkatan BB lebih dari 1 kg
perminggu atau 3kg perbulan kemungkinan terjadinya preeklampsia.
4) Proteinuria : Merupakan indikator penting untuk menentukan beratnya
preeklampsia
5) Nyeri kepala : Sering didaerah frontal dan kadang-kadang oksipital yang
tidak sembuh dengan analgetik biasa
6) Nyeri epigastrium : Sering merupakan gejala preeklampsia berat
7) Gangguan penglihatan : Disebabkan vasospasme, iskemia dan perdarahan
petekie pada korteks oksipital atau spasme arteriol.

Perbedaan preeklampsia ringan dan preeklampsia berat


1) Preeklampsia ringan
a. Kenaikan tekanan diastolik 15 mmhg atau > 90 mmhg dalam 2
pengukuran berjarak 1 jam atau tekanan diastolik sampai 110 mmhg
b. Proteinuria (+)
2) Preeklampsia berat
a. Tekanan diastolik > 110 mmhg
b. Proteinuria (++)

c. Oliguria
d. Hiperrefleksia
e. Gangguan penglihatan
f. Nyeri epigastrium
Penanganan Preeklampsia Ringan
Jika kehamilan < 37 minggu dan tidak ada tanda-tanda perbaikan lakukan
: penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan
1) Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin.
2) Lebih banyak istirahat
3) Diet biasa
4) Tidak perlu diberi obat-obatan
5) Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat dirumah sakit :
a.Diet biasa
b.
Pantau tekanan darah 2 x sehari, proteiuria 1x sehari
c.Tidak perlu obat-obatan
d.
Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat oedema paru, dekompensasi
kordis atau gagal ginjal akut
e.Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan
f. Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklampsia
g.
Kontrol 2 kali seminggu
h.
Jika tekanan diastolik naik lagi rawat kembali
i. Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan tetap dirawat
j. Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat pertimbangan
terminasi kembali
k.
Jika protein meningkat tangani sebagai preeklampsia berat
Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi

Penanganan Preeklampsia Berat


1) Penanganan aktif
Adalah kehamilan diakhiri atau diterminasi bersamaan dengan pemberian obat
kejang (sama dengan pengobatan kejang pada eklampsia). Penderita harus segera
dirawat dan sebaiknya dirawat diruangan khusus di daerah kamar bersalin, tidak
diperlukan ruangan yang gelap tetapi rungan dengan penerangan yang cukup.
Penderita yang ditangani dengan aktif bila didapatkan satu atau lebih keadaan
: yaitu
a. Ibu dengan kehamilan 35 minggu atau lebih
b. Adanya tanda-tanda impending eklampsia
c. Adanya syndrome HELLP (haemolysis elevated liver enzymes and low
platelet) atau kegagalan penanganan konservatif
d. Adanya gawat janin atau IUGR
2) Penanganan konservatif
Adalah kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian pengobatan
.kejang (sama dengan penanganan kejang pada eklampsia)
Pada kehamilan < 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia
.dengan keadaan janin baik dilakukan penanganan secara konservatif
Partus Lama
Partus lama merupakan persalinan yang sulit yang ditandai adanya
hambatan kemajuan dalam persalinan, kemajuan persalinan dinilai dari kemajuan
pembukaan serviks, kemajuan bagian terendah janin, dan bila janin sudah sampai
dibidang hodge III atau lebih rendah dinilai dari ada atau tidaknya putaran paksi
dalam.
Pada partus lama dapat ditemukan pemanjangan fase laten atau fase aktif
ataupun kedua-duanya dari kala pembukaan.5 Pada fase latent terjadi pembukaan
yang sangat lambat dari 0 sampai 3cm dan lamanya 8 jam. 9 Tetapi pada partus
lama terjadinya fase laten lebih dari 8 jam. Menurut Friedman dan Sachtleben
mendefinisakan fase latent berkepanjangan apabila lama fase ini lebih dari 20 jam
pada nulipara dan 14 jam pada multipara. 7 Pada fase aktif frekuensi dan lamanya
kontraksi uterus meningkat , serviks membuka dari 4 ke 10 cm, terjadi penurunan

bagian terbawa janin, dan fase ini tidak lebih dari 6 jam, akan tetapi pada partus
yang lama terjadinya fase ini lebih dari 6 jam.
Suatu persalinan dikatakan lama jika persalinan telah berlangsung lebih
dari 14 jam atau lebih untuk primigravida dan lebih dari 8 jam untuk multigravida.
Selain itu juga pada partus lama didapatkan dilatasi serviks dikanan garis waspada
pada partograf.

:Disebabkan beberapa faktor

kecemasan dan ketakutan


pemberian analgetik yang kuat atau pemberian

.1

.2

analgetik yang terlalu cepat pada persalinan dan pemberian


.anastesi sebelum fase aktif
abnormalitas pada tenaga ekspulsi

.3

abnormalitas pada panggul

.4

kelainan pada letak dan bentuk janin

.5

Diagnosis
Untuk mendiagnosa faktor pada jalan lahir, seperti karena adanya kelainan
panggul, dapat ditegakkan atas pemeriksaan radiologis seperti pelvimetri
radiologi, CT Scan, MRI (Magnetic resonance imaging). Dengan melakukan
pemeriksaan radiologis, akan didapatkan kriteria diagnosis mengenai ukuran
panggul.
Kriteria diagnosisnya sebagai berikut:
a. Kesempitan pintu atas panggul:
- Panggul sempit relatif: jika konjugata vera > 8,5 10 cm
- panggul sempit absolut: jika konjugata vera < 8,5 cm
b. Kesempitan panggul tengah:

Kalau jumlah diameter interspinarum dan diametersagitalis posterior pelvis


mencapai < 13,5 cm dan diameter interspinarum <10 cm, dinding panggul
konvergen, dan sakrum lurus atau konveks.
c. Kesempitan pintu bawah panggul:
Bila arkus pubis <900, atau sudut lancip.
Sedangkan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis faktor janin dapat
menggunakan ultrasonografi.

Penanganan
1. Penanganan Umum
-

Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin (termasuk tanda vital
dan hidrasinya)

Kaji kembali partograf apakah pasien dalam keadaan persalinan, nilai


frekuensi dan lamanya his.

Perbaiki keadaan umum dengan dukungan emosi, perubahan posisi,


berikan cairan dan upayakan buang air kecil.

Berikan analgesia: tramadol atau petidin 25 mg IM atau morfin 10 mg


IM, jika pasien merasakan nyeri yang sangat.

2. Penanganan khusus
a. Persalinan palsu / belum inpartu (false labor)
Periksa apakah ada infeksi saluran kemih atau ketuban pecah. Jika
didapatkan adanya infeksi obati secara adekuat.
b. Fase laten memanjang
Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan ,
lakukan penilaian ulang terhadap serviks:
-

Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks dan
tidak ada gawat janin , mungkin pasien belum inpartu.

Jika ada kemajuan dalam pendataran atau pembukaan serviks, lakukan


amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin,
lakukan penilaian ulang setiap 4 jam, jika pasien tidak masuk fase aktif

setelah dilakukan pemberian oksitosin selama 8 jam , lakukan seksio


sesarea.
-

Jika didapatkan tanda-tanda infeksi, lakukan akselerasi persalinan dengan


oksitosin, berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan: Ampisilin 2 gr
I.V setiap 6 jam ditambah gentamisisn 5 mg/kgBB I.V setiap 24 jam. Jika
terjadi persalinan pervaginum stop antibiotik pasca persalinan, tetapi jika
dilakukan seksio sesarea lanjutkan antibiotik ditambah metronidazole 500
mg I.V setiap 8 jam.

c. Fase aktif memanjang


-

Jika tidak ada tanda-tanda disproporsi sefalopelvik atau obstruksi dan


ketuban masih utuh, pecahkan ketuban.

Nilai his, jika his tidak adekuat pertimbangkan inersia uteri, jika his
adekuat pertimbangkan adanya disproporsi, obstruksi, malposisi, atau
malpresentasi. Lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki his
dan mempercepat kemajuan persalinan.

d. Disproporsi sefalopelvik
-

Jika diagnosis disproporsi, lakukan seksio sesarea


Jika bayi mati, lakukan kraniotmi atau embriotomi dan jika tidak
memungkinkan lakukan seksio sesarea.

e. Obstruksi
-

Jika bayi hidup, pembukaan serviks sudah lengkap dan penurunan kepala
1/5, lakukan ekstraksi vakum.

Jika bayi hidup dengan pembukaan serviks belum lengkap atau kepala
bayi masih terlalu tinggi untuk eksrtaksi vakum, lakukan seksio sesarea.

Jika bayi mati, lakukan dengan kraniotomi atau embriotomi.

f. His tidak adekuat ( inersia uteri)


-

Pecahkan ketuban dan lakukan akselerasi persalinan denga oksitosin

Evaluasi kemajuan prsalinan dengan pemeriksaan vaginal 2 jam setelah


his adekuat, jika tidak ada kemajuan lakukan seksio sesarea, tetapi jika ada
kemajuan lanjutkan infus oksitosin dan evaluasi setiap 2 jam.

g. Kala II memanjang

Jika malpresentasi dan tanda tanda obstruksi bisa disingkirkan , berikan


infus oksitosin.

Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala:

jika kepala tidak lebih dari 1/5 diatas simphisis pubi, atau bagian tulang
kepala di stasion 0, lakukan ekstraksi vakum.

Jika kepala diantara 1/5 3/5 diatas simphisis pubis , atau bagian tulang
kepala antara stasion (0 ) (-2), lakukan ektraksi vakum.

Jika kepala lebih dari 3/5 diatas simphisis pubis, atau bagian tulang
kepala diatas stasion -2, lakukan seksiso sesarea.

PENUTUP

Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan


pengetahuan serta kekurangan dalam penulisan. Hal tersebut terjadi karena
penulis masih dalam tahap pembelajaran sehingga diharapkan untuk kritik dan
.saran untuk dapat membimbing dan membantu pembelajaran lebih lanjut

DAFTAR PUSTAKA

1. Robert Resnik, Jay P lams, Maternal fetal medicine, 5th Edition,


Saunders, Philadelphia, 2004
2. Jhon J. Sciarra, Gynecology and Obstetrics, revised edition, J-B Lippincott
company Philadelphia, 1995
3. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi FK Unpad,
Bandung
4. Current Obstetric and Gynecologic, Diagnosis treatment, ninth Edition
International, 2003
5. sastrawinata Sulaiman, Ilmu kesehatan Reproduksi, Obstetri Patologi,
Ed.2 Jakarta: EGC, 2004
6. Geoffrey chamberlain, prolonged pregnancy Turn Bulls Obstetric, 3 rd
Edition, Churchill Livingstone.
7. Cunningham F Gary, Obstetri Williams, ED.21- Jakarta : EGC, 2005
8. Joy saju, MD, Diagnosis of Abnormal Labour at www.emedicine.com
9. Obstetri Fisiologi, Bagian obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran Bandung.

10. Saifuddin Abdul bari, Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal, Ed.1, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2004
11. Hacker, Moore, Essential of Obstetric and Gynecology, 2nd Edition, W.B
Saunders Company, 1992

Anda mungkin juga menyukai