Anda di halaman 1dari 16

“Kehamilan Ektopik Terganggu dan

Kehamilan Molahidatidosa”

Disusun Oleh :
Naflah Zerlina Elysia (2131900010)
Nurul Qomariyah (2131900006)
A. Pembahasan Kehamilan Ektopik
1. Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi
dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami
abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik
terganggu.
Kehamilan ektopik dapat terjadi diluar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga
perut, tetapi dapat juga terjadi didalam rahim misalnya dalam cervix, pars interstitialis
tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim. Kehamilan ektopik terganggu merupakan suatu
kegawatdaruratan dalam obstetri yang perlu penanganan segera. Perlunya diagnosis dini
maupun observasi klinis sangat diperlukan mengingat pentingnya kelangsungan hidup ibu
maupun prognosis reproduksi selanjutnya(aisyah,2019).
2. Tanda Gejala Kehamilan Ektopik

a. Amenorhea
b. Nyeri perut bagian bawah
c. Gejala kehamilan muda
d. Level hormone Human Chorionic Gonadotropin (HCG) rendah
e. Perdarahan pervaginam berwarna coklat tua
3. Faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan Ektopik
Terganggu
a. Umur
Ketidakmatangan organ reproduksi mempermudah terjadinya infeksi menular seksual
sehingga menyebabkan rusaknya organ-organ reproduksi seperti penyempitan saluran pada
tuba yang dapat meningkatkan kejadian kehamilan ektopik terganggu (Dewi, 2016).
b. Gravida
Semakin meningkatnya jumlah kehamilan akan meningkatkan risiko terjadinya kehamilan
ektopik terganggu, hal ini dikaitkan dengan riwayat kehamilan terdahulu seperti riwayat
abortus dan riwayat kehamilan ektopik terdahulu yang merupakan faktor risiko terjadinya
kehamilan ektopik terganggu.
c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat infeksi menular seksual


Infeksi menular seksual oleh bakteri Chlamydia Trakomatis dapat mengakibatkan
kerusakan pada tuba yang dapat meningkatkan kejadian kehamilan ektopik terganggu
(Aisyah dan Amanda, 2019).
2) Penyakit radang panggul
Penyakit radang panggul juga akan sangat mempengaruhi perjalanan hasil
konsepsi sehingga tidak dapat mencapai rahim untuk berkembang.
4. Diagnosis dan Gejala Klinis

a. Anamnesis : Terjadi amenorea, yaitu haid terlambat mulai beberapa hari sampai beberapa
bulan atau hanya haid yang tidak teratur. Kadang-kadang dijumpai keluhan hamil muda dan
gejala hamil lainnya.
b. Jika terjadi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) :
1) Pada abortus tuba, keluhan dan gejala kemungkinan tidak begitu berat, hanya rasa sakit
di perut dan perdarahan pervaginam. Hal ini dapat dikacaukan dengan abortus biasa.
2) Jika terjadi rupture tuba, gejala akan lebih hebat dan membahayakan jiwa si ibu.
3) Perasaan nyeri dan sakit tiba-tiba di perut, seperti diiris dengan pisau disertai muntah
dan dapat jatuh pingsan.
4) Tanda-tanda akut abdomen : nyeri tekan yang hebat (defance musculair), muntah, gelisah, pucat
anemis, nadi kecil dan halus, tensi rendah atau tidak terukur (syok).
5) Nyeri bahu : karena perangsangan diafragma.
6) Adanya nyeri ayun : jika porsio dan servik digerakkan, ibu akan merasa sakit yang sangat.
7) Kavum douglasi lebih menonjol karena terkumpulnya darah, selain teraba massa retrouterin (massa
pelvis).
8) Pada palpasi perut dan perkusi : terdapat tanda-tanda perdarahan intra-abdominal (shifting dullness).
9) Pemeriksaan laboratorium :
a) Pemeriksaan hemoglobin seri setiap 1 jam menunjukkan penurunan kadar Hb.
b) Adanya leukosit
10) Dengan diagnostic laparoskopik.
11) Dengan ultrasonografi
5. Penanganan Kehamilan Ektopik

a. Obat suntik
Suntik methotrexate dapat diberikan untuk menghentikan kehamilan ektopik tahap awal.
Setelah pemberian suntikan, dokter akan memantau kadar hormon hCG dalam darah tiap 2–3
hari hingga kadarnya menurun. Menurunnya kadar hCG menandakan kehamilan sudah tidak
lagi berkembang.
b. Operasi laparoskopi
Kehamilan ektopik bisa merusak tuba falopi dan jaringan sekitarnya. Jika salah satu atau
kedua tuba falopi rusak, dokter akan melakukan operasi laparoskopi untuk mengangkat tupa
falopi tersebut. Namun, bila memungkinkan, bagian tuba falopi tersebut cukup diperbaiki
tanpa harus diangkat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan peluang hamil di kemudian hari.
c. Operasi laparotomy
Operasi ini dilakukan dengan membuat sayatan besar di perut sebagai jalan untuk
mengangkat janin dan memperbaiki tuba falopi yang pecah. Setelah pengobatan, dokter
akan menyarankan pasien memberi jeda waktu 3 bulan sebelum merencanakan
kehamilan berikutnya. Tujuannya adalah agar rahim pulih sempurna dan mengurangi
risiko kehamilan ektopik terjadi lagi.
d. Pemeriksaan penunjang yang menjadi pilihan adalah ultrasonography (USG) dan
pemeriksaan Human Chorionic Gonadotropin (HCG) urin maupun serum.
B. Pembahasan Kehamilan Molahidatdosa
1. Definisi Kehamilan Molahidatdosa
Mola hidatidosa atau lebih dikenal dengan hamil anggur merupakan penyakit trofoblastik
gestasional yang sering ditemukan dan merupakan salah satu kelainan dari kehamilan yang ditandai
dengan perkembangan embrionik yang abnormal.
Gejala-gejala yang biasanya muncul pada mola hidatidosa meliputi perdarahan terus menerus
pada minggu ke-12 kehamilan, dimana kondisi ini bervariasi yaitu dapat berupa bercak bercak saja
hingga perdarahan dalam jumlah banyak dengan warna kecoklatan sehingga beresiko menyebabkan
anemia. Selain itu ditemukan juga manifestasi klinis seperti pembesaran perut (ukuran rahim) yang
tidak sesuai dengan usia kehamilan, mual dan muntah yang sering dengan durasi yang lebih lama,
peningkatam tekanan darah terkait dengan kehamilan, nyeri abdomen, tidak ada tanda-tanda
adanya janin, kadar hormone korionik gonadotropin (HCG) yang meningkat di dalam darah dan
urine ibu, tidak nafsu makan, denyut nadi cepat dan jantung berdebar-debar(anasari tri,2018).
2. Faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan
Molahidatidosa

a. Usia ibu
Menurut Berek, ovum dari wanita yang lebih tua lebih rentan terhadap pembuahan
yang abnormal. Resiko untuk molahidatidosa komplet meningkat 2,0 kali lipat untuk
wanita yang lebih tua dari 35 tahun dan 7,5 kali lipat untuk wanita yang lebih tua dari
40 tahun .
b. Status gizi
Dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi
yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan
dan perkembangan.
c. Riwayat obstetri
Resiko untuk MHK dan MHP meningkat pada wanita dengan riwayat aborsi spontan sebelumnya. Ibu
multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena trauma kelahiran atau
penyimpangan tranmisi secara genetik.
d. Genetik
Ada kemungkinan, pada wanita dengan kelainan sitogenetik seperti ini, lebih banyak mengalami
gangguan proses meiosis berupa nondysjunction, sehingga lebih banyak terjadi ovum yang kosong atau
intinya tidak aktif.
e. Kontrasepsi oral dan perdarahan irreguler
Kontrasepsi oral, peningkatan resiko MH dengan lamanya 12 penggunaan. Sepuluh tahun atau
lebih meningkatkan resiko lebih dari 2 kali lipat.
f. Golongan darah
Ibu dengan golongan darah A dan ayah dengan golongan darah A atau O memiliki resiko meningkat
dibandingkan dengan semua kombinasi golongan darah lain .
g. Merokok, konsumsi alkohol, infeksi
Merokok dapat meningkatkan resiko GTD (Gestational Trophoblastic Disease).
3. Diagnosis dan Gejala Klinis

a. Anamnesis/keluhan
1) Terdapat gejala-gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari kehamilan biasa.
2) Kadang kala terdapat tanda toksemia gravidarum
3) Terdapat perdarahan sedikit atau banyak, tidak teratur, warna tengguli tua atau kecoklatan
seperti bumbu rujak.
4) Pembesaran uterus tidak sesuai UK (lebih besar) dengan tua kehamilan yang seharusnya.
5) Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada), yang
merupakan diagnosis pasti
b. Reaksi kehamilan : karena kadar HCG tinggi maka uji biologic dan uji imunologik akan
positif setelah pengenceran.
c. Pemeriksaan dalam
1) Pastikan besarnya Rahim, Rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian janin,
terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina serta evaluasi
keadaan serviks.
2) Uji sonde : sonde dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis
dan kavum uteri. Jika tidak ada tahanan, sonde diputar secara ditarik sedikit. Jika tidak
ada tahanan, kemungkinan mola.
d. Foto ronsen abdomen : tidak terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan 3-4 bulan).
e. USG pada mola akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak terlihat janin.

Diagnosis Banding
a. Kehamilan ganda
b. Hidramnion
c. Abortus
4. Penanganan Kehamilan Molahidatdosa
a. Menggunakan obat-obatan
Obat akan diberikan untuk membuat rahim kontraksi sehingga dapat mengeluarkan isinya melalui
vagina.
b. Dilasi dan kuretase (D&C)
Dilasi adalah proses untuk melebarkan serviks karena leher rahim ibu tidak bisa membuka dengan
sendirinya. Setelah dibuka, baru dilakukan kuretase atau pengeluaran jaringan di dalam rahim untuk
membersihkan sisa hamil anggur.
c. Histerektomi
Prosedur ini dilakukan dengan cara membedah dan mengangkat rahim untuk dikeluarkan dari dalam
tubuh.
d. Pemantauan kadar HCG
Tes ini bisa dilakukan dengan pemeriksaan urine dan darah.hCG merupakan hormon yang diproduksi
oleh plasenta selama kehamilan. Namun, hormon ini juga bisa diproduksi saat ada jaringan abnormal
yang tumbuh di dalam rahim seperti pada kasus hamil anggur
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai