DISUSUN OLEH :
NIM : 152191218
KELOMPOK : 17
Kasus : Pada Ny. Era Umur 26 Tahun G2P1A0 Hamil 20 Minggu Dengan
Abortus Imminen Di RS Ibu dan Anak
b. Pembahasan
Pada kasus abortus imminens memiliki tanda dan gejala yang dapat
diketahui seperti pada saat pemeriksaan dalam serviks tertutup, perdarahan
dapat dilihat dari ostium, tidak ada kelainan pada serviks, tidak terdapat
nyeri goyang serviks. Tes kehamilan positif dan pemeriksaan USG tampak
janin masih hidup. Dalam kasus abortus imminens pemeriksaan yang
dibutuhkan adalah pemeriksaan tanda vital untuk memastikan stabilitas
hemodinamik karena adanya perdarahan pervaginam, serta pemeriksaan
obstetri seperti perabaan tinggi fundus uteri, pemeriksaan bimanual,
inspekulo, dan pemeriksaan denyut jantung janin (Nur Iihaini Sucipto,
2013).
Pada kasus abortus imminens dilakukan pemeriksaan untuk data
objektif diketahui keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal, denyut nadi normal, suhu tubuh normal atau
meningkat. Dalam pemeriksaan fisik didapatkan perdarahan pervaginam
dari sekret vagina bercak darah warna merah segar hingga bercampur
kecoklatan. Untuk pemeriksaan dalam didapatkan ostium uteri tertutup
dan uterus lunak (Nourma Sulistyaningrum. 2016).
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan dalam kasus abortus
imminens adalah plano pregnancy test, laboratorium darah, dan
ultrasonografi (USG). Pada pemeriksaan tersebut pada umumnya untuk
menentukan apakah janin masih hidup atau tidak serta menentukan
prognosis (Nourma Sulistyaningrum. 2016). Pada kasus abortus imminens
didapatkan hasil dari pemeriksaan ultrasonografi adalah konsepsi masih
utuh, sesuai umur kehamilan dan adanya tanda kehidupan janin meliputi
denyut jantung janin dan tidak adanya pembukaan kanalis servikalis. Pada
pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan darah lengkap untuk
mengetahui kadar Hb untuk menilai anemia.
Untuk menentukan prognosis abortu immines dapat dilakukan dengan
melihat kadar hormon hCG pada urin dengan cara melakukan tes urin
kehamilan menggunakan urin tanpa pengenceran. Bila hasil tes urin masih
positif maka prognosisnya adalah baik (dubia ad bonam), bila hasilnya
negatif maka prognosisnya dubia ad malam (cenderung buruk)
(Sarwono,2006).
Ibu hamil dengan abortus imminens dengan kadar hemoglobin yang
rendah <11gr/dl akan mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen dalam
darah. Kehamilan secara fisiologis akan berpengaruh pada kadar
hemogblobin ibu akibat terjadinya peningkatan volume darah selama
proses kehamilan. Sehingga kadar Hb yang rendah dan asupan gizi yang
kurang selama kehamilan dapat meningkatkan terjadinya abortus pada ibu
hamil (Sarwono, 2006).
3. ANALISA
a) Diagnosa Kebidanan, Masalah Dan Kebutuhan Sesuai Kasus
Diagnosa : Ny. E usia 26 Tahun G2P1A0 hamil 20 minggu janin
tunggal hidup intrauterin dengan abortus imminens
Masalah : Ibu merasa cemas terhadap kehamilannya karena keluar
flek-flek darah berwarna merah segar dari jalan lahir dan
nyeri perut bawah
Kebutuhan: 1. Kolaborasi dengan dokter SpOg untuk USG dan
Pemberian terapi obat dan diet seperti :
a. Fenobarbital 3 x 30 mg
b. Sulfas ferosus 600 – 1000 mg
c. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
2. Memberikan KIE tentang penanganan untuk istirahat
yang banyak atau tirah baring
Diagnosa Potensial : Abortus Insipiens
b) Pembahasan
Diagnosa abortus imminens ditegakkan dengan terjadinya
perdarahan pada wanita hamil kurang dari 20 minggu, dan dijumpai
tanda gejala seperti rasa mules, uterus membesar sebagaimana usia
kehamilan, serviks dijumpai tidak membuka, janin masih hidup dan tes
kehamilan hasilnya positif (Martha Hutapea, 2017).
4. PENATALAKSANAAN
a) Planning, Penatalaksanaan Dan Evalusi Sesuai Kasus
Planning :
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan kehamilannya
2. Lakukan kolaborasi dengan dokter Spog untuk USG dan
pemberian terapi
3. Berikan KIE tentang tanda bahaya kehamilan
4. Berikan KIE tentang tirah baring (bed tres) untuk pemulihan
perdarahan
5. Berikan KIE tentang rasa nyaman
6. Berikan KIE tentang mobilisasi
7. Berikan KIE tentang personal hygiene
8. Berikan KIE tentang nutrisi bergizi untuk kehamilannya
9. Berikan KIE tentang support mental kepada ibu dan keluarga
10. Anjurkan untuk kunjungan ulang ANC
Pelaksanaan :
1. Memberitahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu
mengalami gejala atau tanda-tanda abortus imminens
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOg untuk dilakukannya
pemeriksaan usg agar mengetahui kondisi janin dan pemberian
terapi obat yang dibutuhkan seperti Fenobarbital 3 x 30 mg, Sulfas
ferosus 600 – 1000 mg, Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
3. Memberikan KIE kepada ibu tentang tanda bahaya kehamilan yang
dialami ibu, bahwa ibu mengalami abortus imminens yang
mengancam kehamilannya
4. Memberikan KIE kepada ibu untuk istirhat yang cukup melakukan
bed dres total atau tirah baring dan menghindari aktivitas berat
serta tidak melakukan hubungan seksual selama 1-2 minggu agar
menghindari adanya kontraksi uterus dan pembukaan serviks.
5. Memberikan KIE kepada ibu tentang rasa nyaman seperti biasakan
postur tubuh baik, saat istirahat posisikan pinggang dengan
diganjal bantal untuk meluruskan pinggang dan meringankan
tarikan/ketegangan otot-otot belakang.
6. Memberikan KIE kepada ibu untuk melakukan mobilisasi bertahap
seperti duduk, berdiri, berjalan dimulai apabila diyakini tidak ada
perdarahan pervaginam dalam waktu 24 jam.
7. Memberikan KIE kepada ibu untuk menjaga kebersihan genitalia
menggunakan air mengalir agar menghindari adanya infeksi, dan
mengganti pembalut 2-3x sehari.
8. Memberikan KIE kepada ibu untuk makan-makanan dengan gizi
seimbang seperti tinggi protein, mineral, ikan, telur, tahu, tempe,
daging, sayuran hijau hijau dan buah-buahan.
9. Memberikan support mental dan motivasi kepada ibu dan keluarga
dengan memberitahu bahwa abortus yang dialami ibu dapat dicegah
dengan pola hidup dan makan sehat, dan ibu agar tidak terlalu cemas
tetap mengikuti anjuran saran dokter dan bidan agar perdarahan
segera berhenti
10. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang ANC 1 minggu kedepan
jika kondisi tubuh dan perdarahan pervaginam sudah
berkurang/berhenti. Dan jika masih keluar darah lebih banyak bisa
segera konsultasi sebelum 1 minggu.
Evaluasi :
1. Ibu mengerti dengan keadaanya dan bersedia mengikuti arahan
bidan dan dokter.
2. Ibu telah melakukan pemeriksaan usg dengan dokter dengan hasil
janin masih hidup intrauteri, djj terdengar 140x/menit, kondisi
janin baik dan ibu disarankan untuk bed trest dirumah, serta ibu
bersedia mengonsumsi anjuran terapi obat dari dokter
3. Ibu mengerti penjelasan dokter tentang tanda bahaya yang akan
terjadi jika abortus tidak cepat ditangani yaitu terjadinya abortus
insipiens seperti terbukanya mulut rahim sehingga janin dapat
keluar dari uterus.
4. Ibu bersedia melakukan tirah baring dirumah agar menjaga
keselamatan janinnya dan menstabilkan kodisi ibu serta bersedia
menghindari hubungan seksual selama 1-2 minggu atau perdarahan
berhenti
5. Ibu mengerti dan bersedia melakukan posisi tidur yang nyaman
dirumah agar menghindari rasa tidak nyaman saat tirah baring.
6. Ibu bersedia melakukan mobilisasi untuk memulihkan keadaan
tubuh
7. Ibu mengerti penjelasan bidan untuk selalu melakukan personal
hygiene dirumah saat tirah baring agar mngurangi infeksi pada
daerah kewanitaan
8. Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan akan mengonsumsi
makanan bergizi tinggi protein untuk memenuhi kebutuhan
kehamilannya seperti memakan sayuran hijau, kacang-kacangan,
air mineral.
9. Ibu merasa tenang dengan keadaannya sekarang
10. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang saat perdarahan sudah
berkurang/berhenti. Dan bersedia segera melakukan kunjungan
ulang sebelum 1 minggu jika perdarahan keluar lebih banyak
b) Pembahasan
Menurut jurnal ilmiah kohesi, 2017 dijelaskan bahwa penanganan
abortus imminens dengan tirah baring 96% banyak digunakan oleh
dokter umum karena merupakan unsur terpenting untuk melancarkan
aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsangan mekanis pada
rahim ibu. Lakukan pemeriksaan tanda tanda vital, kolaborasi dalam
pemberian sedative (untuk mengurangi rasa sakit dan cemas ibu,
berikan diet tinggi protein dan tambah vitamin C, bersihkan vulva
minimal 2x sehari untuk mencegah infeksi).
Penanganan penderita abortus imminens diminta untuk melakukan
tirah baring sampai perdarahan berhenti karena membatasi aktivitas
selama beberapa hari dapat membantu memberikan rasa lebih aman,
sehingga memberikan pengaruh emosional, tirah baring dilakukan
selama 3x24jam dan hingga perdarahan tidak terjadi lagi. Setelah tirah
baring 3 hari, evaluasi perdarahan jika masih berlanjut maka tirah
baring dilanjurkan kembali hingga kondisi tubuh bisa optimal bagi
pertumbuhan janin, hal ini bertujuan untuk meningkatkan aliran darah
ke janin dan mengurangi rangsangan mekanis. Kemudian pada kasus
abortus imminens ini juga menganjurkan ibu untuk tidak melakukan
hubungan seksual selama 1 minggu atau sampai perdarahan berhenti.
Dianjurkan untuk mobilisasi bertahap seperti miring kanan kiri, duduk,
berdiri, berjalan dimulai apabila diyakini tidak ada perdarahan
pervaginam selama 24 jam ( Aidah Sa’adah, 2016).
DAFTAR PUSTAKA