Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENGELOLAAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY. ERA UMUR 26 TAHUN G2P1A0 HAMIL 20 MINGGU


DENGAN ABORTUS IMMINEN

Dosen Pembimbing : Risma A. Putri, S.SiT.,MPH

DISUSUN OLEH :

NAMA : RETNO DEWY ANDRYANTI

NIM : 152191218

KELOMPOK : 17

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
LAPORAN PENGELOLAAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU
HAMIL DENGAN ABORTUS IMMINENS

Kasus : Pada Ny. Era Umur 26 Tahun G2P1A0 Hamil 20 Minggu Dengan
Abortus Imminen Di RS Ibu dan Anak

1. ANALISIS DATA SUBYEKTIF


a. Data Fokus Kasus
1) Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua usia 20 minggu
2) Ibu mengatakan anak hidup 1
3) Ibu mengatakan tidak pernah keguguran
4) Ibu mengatakan HPHT 27-02-2020
5) Ibu mengatakan ada keluar flek-flek darah berwarna merah segar
dari jalan lahir sejak pagi jam 08.00 wita
6) Ibu mengatakan perut terasa mules dan nyeri pinggang bawah
sejak pagi jam 08.00 wita saat keluarnya darah
7) Ibu mengatakan seorang pekerjaan ibu rumah tangga

b. Pembahasan (dikaitkan dengan teksbooks dan hasil penelitian)


Abortus Imminens adalah terjadinya perdarahan dari rahim yang
menujukkan ancaman terhadap kehamilan sebelum kehamilan
mencapai usia 20 minggu atau berat janin <500gram, dimana janin
masih berada didalam rahim dan tanpa disertai pembukaan dari leher
rahim (Khmaira M, 2012).
Abortus imminens adalah keguguran membakar dan akan terjadi.
Dalam hal ini keluarnya fetus masih bisa dicegah dengan memberikan
obat-obat hormonal dan antispasmodika serta istirahat. Kalau
perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka perlu ditentukan
apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi kehamilan 2 kali
berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret)
(Rustam Mochtar, 2009).
Wanita dengan abortus imminens (threatened) memiliki tanda
gejala pada trimester pertama kehamilan yang pertama kali muncul
adalah adanya perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
hasil konsepsi masih berada dalam uterus, tanpa ada dilatasi serviks,
perdarahan melalui ostium utei eksternum, tes kehamilan positif,
kemudian disertai nyeri perut atau tidak sama sekali. Nyeri abortus
mungkin terasa seperti rasa mulas ringan, nyeri perut dan punggung
belakang dan pinggang bawah yang semakin hari bertambah buruk
dengan atau tanpa kelemahan (Nur Iihaini Sucipto, 2013)

Berbagai faktor diduga sebagai penyebab abortus imminens,


diantaranya adalah faktor janin, faktor ibu dan faktor eksternal.
Abortus karena faktor janin bisa disebabkan oleh kelainan kromosom.
Faktor ibu seperti usia, paritas, mempunyai riwayat keguguran
sebelumnya, infeksi pada daerah genital, penyakit kronis yang diderita
ibu (hipertensi, anemia, tuberkulosis paru aktif, nefritis dan diabetes
yang tidak terkontrol), bentuk rahim yang kurang sempurna, mioma,
gaya hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok,
mengkonsumsi minuman beralkohol, minum kopi, pengguna ganja dan
kokain, minum obat-obatan yang dapat membahayakan kandungan,
stress atau ketakutan, hubungan sek dengan orgasme sewaktu hamil
dan kelelahan karena sering bepergian dengan kendaraan. Faktor
lingkungan juga bisa menyebabkan abortus seperti seperti trauma fisik,
terkena pengaruh radiasi, polusi, pestisida, dan berada dalam medan
magnet di atas batas normal (Puscheck, 2006 )
Penyebab yang dapat dipertimbangkan sebagai penyebab abortus
yaitu melakukan aktivitas berat yang melelahkan dan riwayat koitus.
Seperti diketahui melakukan aktivitas yang berat dapat berisiko
terkena benturan atau trauma pada usia awal kehamilan yang dapat
menyebabkan abortus, dan riwayat koitus atau hubungan seksual yang
dilakukan saat usia awal kehamilan terutama saat orgasme bisa
menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat keguguran.
Orgasme akan menyebabkan kontraksi uterus dimana hal ini biasa
mengakibatkan terjadinya abortus (Farrer, 2011).

2. ANALISIS DATA OBJEKTIF


a. Data Fokus Kasus
1) Data Objektif
Kesadaran : Composmentis Suhu : 36,5oC
Keadaan Umum : Cukup BB sebelum Hamil : 45 kg
Tekanan Darah : 110/70 mmhg BB sekarang : 54 kg
RR : 20x/menit Tinggi Badan : 155 cm
Nadi : 78x/menit Lila :24cm
2) Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
a) Wajah : Simetris, tidak ada odem, tidak ada kelainan,
b) Mata : Sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak pucat,
c) Leher : Tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe,tiroid
dan vena jugularis
d) Payudara : Simetris, areola hiperpigmentasi,putting menonjol,

tidak ada benjolan dan colostrum belum keluar


e) Abdomen : Pembesaran sesuai usia kehamilan, ada nyeri tekan

bagian perut bawah, striae nigra dan albicans ada,


luka bekas oprasi tidak ada.
f) Ekstremitas atas dan bawah : Simetris, tidak ada odema, tidak
ada varises
g) Genitalia :Labia mayora dan minora simetris, tampak keluar
lendir dan darah berwarna merah segar dari jalan
lahir, tidak ada gumpalan, tidak ada jaringan yang
keluar, tidak tampak cairan ketuban, tidak ada
odema, tidak ada kemerahan, tidak ada varises.
h) Pemeriksaan Inspekulo : Porsio tertutup, Uterus lunak,
Palpasi :
i) Leopold I : Teraba ballotemen, TFU 2 jari dibawah pusat
j) Leopold II, III & IV : Tidak dilakukan
k) DJJ : Terdengar, teratur 140x/menit
Perkusi :
l) Reflek Patella : kanan dan kiri positif
3) Pemeriksaan Penunjang
Darah : GolDa = B
Hemoglobin = 10,2 gr/dl
Urine : Protein = Negatif
Pregnancy Test = Positif
Kadar Hormon HCG = dubia ad bonam (Baik)
USG : Tampak kantung kehamilan, keadaan janin baik, janin
tunggal hidup intrauteri, terdengar denyut jantung janin,
usia kehamilan 20 minggu, djj 140x/menit, tafsiran berat
janin 300gram.

b. Pembahasan
Pada kasus abortus imminens memiliki tanda dan gejala yang dapat
diketahui seperti pada saat pemeriksaan dalam serviks tertutup, perdarahan
dapat dilihat dari ostium, tidak ada kelainan pada serviks, tidak terdapat
nyeri goyang serviks. Tes kehamilan positif dan pemeriksaan USG tampak
janin masih hidup. Dalam kasus abortus imminens pemeriksaan yang
dibutuhkan adalah pemeriksaan tanda vital untuk memastikan stabilitas
hemodinamik karena adanya perdarahan pervaginam, serta pemeriksaan
obstetri seperti perabaan tinggi fundus uteri, pemeriksaan bimanual,
inspekulo, dan pemeriksaan denyut jantung janin (Nur Iihaini Sucipto,
2013).
Pada kasus abortus imminens dilakukan pemeriksaan untuk data
objektif diketahui keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal, denyut nadi normal, suhu tubuh normal atau
meningkat. Dalam pemeriksaan fisik didapatkan perdarahan pervaginam
dari sekret vagina bercak darah warna merah segar hingga bercampur
kecoklatan. Untuk pemeriksaan dalam didapatkan ostium uteri tertutup
dan uterus lunak (Nourma Sulistyaningrum. 2016).
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan dalam kasus abortus
imminens adalah plano pregnancy test, laboratorium darah, dan
ultrasonografi (USG). Pada pemeriksaan tersebut pada umumnya untuk
menentukan apakah janin masih hidup atau tidak serta menentukan
prognosis (Nourma Sulistyaningrum. 2016). Pada kasus abortus imminens
didapatkan hasil dari pemeriksaan ultrasonografi adalah konsepsi masih
utuh, sesuai umur kehamilan dan adanya tanda kehidupan janin meliputi
denyut jantung janin dan tidak adanya pembukaan kanalis servikalis. Pada
pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan darah lengkap untuk
mengetahui kadar Hb untuk menilai anemia.
Untuk menentukan prognosis abortu immines dapat dilakukan dengan
melihat kadar hormon hCG pada urin dengan cara melakukan tes urin
kehamilan menggunakan urin tanpa pengenceran. Bila hasil tes urin masih
positif maka prognosisnya adalah baik (dubia ad bonam), bila hasilnya
negatif maka prognosisnya dubia ad malam (cenderung buruk)
(Sarwono,2006).
Ibu hamil dengan abortus imminens dengan kadar hemoglobin yang
rendah <11gr/dl akan mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen dalam
darah. Kehamilan secara fisiologis akan berpengaruh pada kadar
hemogblobin ibu akibat terjadinya peningkatan volume darah selama
proses kehamilan. Sehingga kadar Hb yang rendah dan asupan gizi yang
kurang selama kehamilan dapat meningkatkan terjadinya abortus pada ibu
hamil (Sarwono, 2006).
3. ANALISA
a) Diagnosa Kebidanan, Masalah Dan Kebutuhan Sesuai Kasus
Diagnosa : Ny. E usia 26 Tahun G2P1A0 hamil 20 minggu janin
tunggal hidup intrauterin dengan abortus imminens
Masalah : Ibu merasa cemas terhadap kehamilannya karena keluar
flek-flek darah berwarna merah segar dari jalan lahir dan
nyeri perut bawah
Kebutuhan: 1. Kolaborasi dengan dokter SpOg untuk USG dan
Pemberian terapi obat dan diet seperti :
a. Fenobarbital 3 x 30 mg
b. Sulfas ferosus 600 – 1000 mg
c. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
2. Memberikan KIE tentang penanganan untuk istirahat
yang banyak atau tirah baring
Diagnosa Potensial : Abortus Insipiens

b) Pembahasan
Diagnosa abortus imminens ditegakkan dengan terjadinya
perdarahan pada wanita hamil kurang dari 20 minggu, dan dijumpai
tanda gejala seperti rasa mules, uterus membesar sebagaimana usia
kehamilan, serviks dijumpai tidak membuka, janin masih hidup dan tes
kehamilan hasilnya positif (Martha Hutapea, 2017).

4. PENATALAKSANAAN
a) Planning, Penatalaksanaan Dan Evalusi Sesuai Kasus
Planning :
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan kehamilannya
2. Lakukan kolaborasi dengan dokter Spog untuk USG dan
pemberian terapi
3. Berikan KIE tentang tanda bahaya kehamilan
4. Berikan KIE tentang tirah baring (bed tres) untuk pemulihan
perdarahan
5. Berikan KIE tentang rasa nyaman
6. Berikan KIE tentang mobilisasi
7. Berikan KIE tentang personal hygiene
8. Berikan KIE tentang nutrisi bergizi untuk kehamilannya
9. Berikan KIE tentang support mental kepada ibu dan keluarga
10. Anjurkan untuk kunjungan ulang ANC

Pelaksanaan :
1. Memberitahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu
mengalami gejala atau tanda-tanda abortus imminens
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOg untuk dilakukannya
pemeriksaan usg agar mengetahui kondisi janin dan pemberian
terapi obat yang dibutuhkan seperti Fenobarbital 3 x 30 mg, Sulfas
ferosus 600 – 1000 mg, Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
3. Memberikan KIE kepada ibu tentang tanda bahaya kehamilan yang
dialami ibu, bahwa ibu mengalami abortus imminens yang
mengancam kehamilannya
4. Memberikan KIE kepada ibu untuk istirhat yang cukup melakukan
bed dres total atau tirah baring dan menghindari aktivitas berat
serta tidak melakukan hubungan seksual selama 1-2 minggu agar
menghindari adanya kontraksi uterus dan pembukaan serviks.
5. Memberikan KIE kepada ibu tentang rasa nyaman seperti biasakan
postur tubuh baik, saat istirahat posisikan pinggang dengan
diganjal bantal untuk meluruskan pinggang dan meringankan
tarikan/ketegangan otot-otot belakang.
6. Memberikan KIE kepada ibu untuk melakukan mobilisasi bertahap
seperti duduk, berdiri, berjalan dimulai apabila diyakini tidak ada
perdarahan pervaginam dalam waktu 24 jam.
7. Memberikan KIE kepada ibu untuk menjaga kebersihan genitalia
menggunakan air mengalir agar menghindari adanya infeksi, dan
mengganti pembalut 2-3x sehari.
8. Memberikan KIE kepada ibu untuk makan-makanan dengan gizi
seimbang seperti tinggi protein, mineral, ikan, telur, tahu, tempe,
daging, sayuran hijau hijau dan buah-buahan.
9. Memberikan support mental dan motivasi kepada ibu dan keluarga
dengan memberitahu bahwa abortus yang dialami ibu dapat dicegah
dengan pola hidup dan makan sehat, dan ibu agar tidak terlalu cemas
tetap mengikuti anjuran saran dokter dan bidan agar perdarahan
segera berhenti
10. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang ANC 1 minggu kedepan
jika kondisi tubuh dan perdarahan pervaginam sudah
berkurang/berhenti. Dan jika masih keluar darah lebih banyak bisa
segera konsultasi sebelum 1 minggu.

Evaluasi :
1. Ibu mengerti dengan keadaanya dan bersedia mengikuti arahan
bidan dan dokter.
2. Ibu telah melakukan pemeriksaan usg dengan dokter dengan hasil
janin masih hidup intrauteri, djj terdengar 140x/menit, kondisi
janin baik dan ibu disarankan untuk bed trest dirumah, serta ibu
bersedia mengonsumsi anjuran terapi obat dari dokter
3. Ibu mengerti penjelasan dokter tentang tanda bahaya yang akan
terjadi jika abortus tidak cepat ditangani yaitu terjadinya abortus
insipiens seperti terbukanya mulut rahim sehingga janin dapat
keluar dari uterus.
4. Ibu bersedia melakukan tirah baring dirumah agar menjaga
keselamatan janinnya dan menstabilkan kodisi ibu serta bersedia
menghindari hubungan seksual selama 1-2 minggu atau perdarahan
berhenti
5. Ibu mengerti dan bersedia melakukan posisi tidur yang nyaman
dirumah agar menghindari rasa tidak nyaman saat tirah baring.
6. Ibu bersedia melakukan mobilisasi untuk memulihkan keadaan
tubuh
7. Ibu mengerti penjelasan bidan untuk selalu melakukan personal
hygiene dirumah saat tirah baring agar mngurangi infeksi pada
daerah kewanitaan
8. Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan akan mengonsumsi
makanan bergizi tinggi protein untuk memenuhi kebutuhan
kehamilannya seperti memakan sayuran hijau, kacang-kacangan,
air mineral.
9. Ibu merasa tenang dengan keadaannya sekarang
10. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang saat perdarahan sudah
berkurang/berhenti. Dan bersedia segera melakukan kunjungan
ulang sebelum 1 minggu jika perdarahan keluar lebih banyak

b) Pembahasan
Menurut jurnal ilmiah kohesi, 2017 dijelaskan bahwa penanganan
abortus imminens dengan tirah baring 96% banyak digunakan oleh
dokter umum karena merupakan unsur terpenting untuk melancarkan
aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsangan mekanis pada
rahim ibu. Lakukan pemeriksaan tanda tanda vital, kolaborasi dalam
pemberian sedative (untuk mengurangi rasa sakit dan cemas ibu,
berikan diet tinggi protein dan tambah vitamin C, bersihkan vulva
minimal 2x sehari untuk mencegah infeksi).
Penanganan penderita abortus imminens diminta untuk melakukan
tirah baring sampai perdarahan berhenti karena membatasi aktivitas
selama beberapa hari dapat membantu memberikan rasa lebih aman,
sehingga memberikan pengaruh emosional, tirah baring dilakukan
selama 3x24jam dan hingga perdarahan tidak terjadi lagi. Setelah tirah
baring 3 hari, evaluasi perdarahan jika masih berlanjut maka tirah
baring dilanjurkan kembali hingga kondisi tubuh bisa optimal bagi
pertumbuhan janin, hal ini bertujuan untuk meningkatkan aliran darah
ke janin dan mengurangi rangsangan mekanis. Kemudian pada kasus
abortus imminens ini juga menganjurkan ibu untuk tidak melakukan
hubungan seksual selama 1 minggu atau sampai perdarahan berhenti.
Dianjurkan untuk mobilisasi bertahap seperti miring kanan kiri, duduk,
berdiri, berjalan dimulai apabila diyakini tidak ada perdarahan
pervaginam selama 24 jam ( Aidah Sa’adah, 2016).

Progestogen merupakan substansi yang memiliki aktivitas


progestasional atau memiliki efek progesteron, diresepkan pada 13-
40% wanita dengan abortus imminens. Progesteron merupakan produk
utama korpus luteum dan berperan penting pada persiapan uterus
untuk implantasi, mempertahankan serta memelihara kehamilan.
Sekresi progesteron yang tidak adekuat pada awal kehamilan diduga
sebagai salah satu penyebab keguguran sehingga suplementasi
progesteron sebagai terapi abortus imminens diduga dapat mencegah
keguguran, karena fungsinya yang diharapkan dapat menyokong defi
siensi korpus luteum gravidarum dan membuat uterus relaksasi.
Pemberian hormon progesteron untuk mencegah terjadinya abortus
(Crisdiono, 2005).
Terapi suportif pada wanita hamil yang mengalami perdarahan
juga perlu dilakukan oleh suami dan seluruh anggota keluarga. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi faktor stress pada ibu (Kiki, 2015).
Makanan yang kaya asupan protein sehat seperti ikan, daging tanpa
lemak, dan daging unggas. Jenis makanan ini mengandung protein dan
zat besi untuk membantu membangun kembali simpanan zat besi yang
mungkin hilang selama perdarahan (Melena, 2020). 

DAFTAR PUSTAKA

Darmawati. 2011. Mengenali Abortus Dan Faktor Yang Berhubungan


Dengan Kejadian Abortus. Idea Nursing Jurnal Vol. II No. 1
Dr.Chrisdiono. 2005. Buku Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Farrer, H. 2011. Perawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta.: Balai Pustaka.
Hutapea Martha. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian
Abortus Dirumah Sakit Bangkatan PTPN II BINJAI TAHUN 2018.
Jurnal Ilmiah Kohesi. Vol 1 No. 1
Kusuma Aulia.2016.Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Kejadian
Abortus Imminens Pada Ibu Hamil Di Sukadana Kabupaten
Kayong Utara. Pontianak:Fakultas Ilmu Kesehatan
Melena, 2020. Asupan Nutrisi Yang Dapat Mencegah Perdarahan. Jakarta
Mochtar Rustam, 2009. Buku Sinopsis Obstetri. Jakarta:Buku Kedokteran
EGC
Puscheck, dkk. 2006. First Trimester Pregnancy Loss.
Emedicine.Medscape.http://emedicine.medscape.com/article/266317-
overview.
Rinawati Dias Asteria. 2013. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil.UMP:Kebidanan
DIII.
Sanjaya Kiki, 2015. Laporan Kasus Abortus Imminens Factor Resiko,
Pathogenesis, Dan Penatalaksanaan. Jurnal ISM Vol. 3 No. 1
Sa’adah Aidah, 2016. Asuhan Kebidanan Dengan Abortus Imminens Dan
Anemia Ringan Dirumah Sakit PMI Bogor.Bandung:Poltekkes Kemenkes
Sulistyaningrum Nourma. 2016. Faktor Yang Mempengaruhi Abortus
Imminens Atau Insipiens Di Rs Koesnadi Bondowoso. Jurnal
Kebidanan Vol 3. No.1
Sucipto Nur Ilhaini, 2013. Abortus Imminens: Upaya Pencegahan,
Pemeriksaan, Dan Penatalaksanaan. Vol. 40 No. 7

Anda mungkin juga menyukai