I. PERTEMUAN
XV
II. HARI/TANGGAL
10 Juli 2020
IV. INDIKATOR
Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Ibu dan Janin
V. MATERI POKOK
A. Tanda Bahaya Dalam Masa Kehamilan Muda
1. Perdarahan Pervaginam
2. Hipertensi Gravidarum
3. Hiperemesis Gravidarum
B. Tanda Bahaya Dalam Masa Kehamilan Lanjut
1. Perdarahan Pervaginam
2. Sakit Kepala Yang Hebat
3. Penglihatan Kabur
4. Bengkak di Wajah dan Jari-jari tangan
5. Keluar Cairan Pervaginam
6. Gerakan Janin Tidak Terasa
7. Nyeri Perut yg Hebat
Abortus
b. Patofisiologis
Pada awal abortus, terjadi perdarahan di dalam desidua besalis kemudian diikuti
oleh nekrosis jaringan sekitarnya à menyebabkan hasil konsepsi terlepas
sebagian atau seluruhnya sehingga menjadi benda asing dalam uterus.
Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.
c. Anamnesis
1) Riwayat terlambat haid
2) Riwayat trauma
3) Waktu, jumlah, dan sifat darah
4) Mules
5) Riwayat keluar jaringan dari vagina
6) Kenaikan suhu badan
7) K/U lemah atau pingsan
d. Pemeriksaan Fisik
1) TTV
2) Pemeriksaan ginekologi
3) Perhatikan adanya darah, jaringan, bau, rasa nyeri dan massa
d) Missed Abortion à keadaan janin yang sudah mati, namun tetap berada
dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Fetus yang
meninggal dapat mengalami hal-hal berikut :
Keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan setelah fetus mati
Mengering dan menipis sehingga disebut Fetus papyraceus
Dasar Diagnosis:
Anamnesis
- Buah dada mengecil
- Tanpa terasa nyeri
- Perdarahan bisa ada/tdk
Pemeriksaan fisik
- Hilangnya tanda kehamilan
- Tidak ada bunyi jantung
- BB turun
- Fundus uteri mengecil dr umur kehamilan
Pemeriksa penunjang
- USG à janin tidak utuh
- Lab HB, trombosit
Intervensi
- Rujuk untuk proses kuretase
Karena tuba tidak dan bukan merupakan tempat normal bagi kehamilan à 6 –
10 minggu kehamilan. Hasil konsepsi dapat berakhir hal-hal berikut :
Terjadi abortus tuba (65 %)
Terjadi ruptur tuba
2) Kehamilan Intramuralis (Interstisialis)
Bisa mencapai 4 bln atau lebih, jika pecah bisa menyebabkan perdarahan
banyak dan keluarnya janin dari rongga perut
3) Kehamilan Istmus
Dinding tuba lebih tipis à 2-3 bulan sudah pecah
4) Kehamilan Ampula dan Fimbria
Sama dengan kehamilan di istmus à 1 – 2 bln.
Diagnosa dan gejala klinis
Anamnesis:
- Terlambat haid
- Gejala kehamilan lainnya
- Nyeri perut lokal atau menyeluruh bisa sampai pingsan atau nyeri bahu
- Perdarahan perveginam
Pemeriksaan fisik
- Tanda-tanda syok hypovolemik
Hipertensi
Takikardi
Pucat, anemis, ekstremitas dingin
- Nyeri abdomen
Perut tegang
Nyeri tekan dan nyeri lepas abdomen
- Nyeri bahu à perangsangan diafragma
Tanda Cullen à sekitar pusat atau linea alba biru/kehitaman
Pemeriksaan ginekologi
- Nyeri goyang serviks
Korpus uteri sedikit membesar dan lunak
- Pemeriksaan penunjang
HB, Leukosit à Lab
USG à kantong kehamilan adanya massa di rongga panggul
Intervensi
Lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat
2. Mola Hidatidosa
a. Definisi
Suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang
menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili korialis disertai dengan degenerasi
hidrolik
b. Etiologi
Ovum sudah patologis sehingga mati
Panas tinggi
Kekurangan protein
c. Patologi
Jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan kista-kista
kecil seperti anggur, didalamnya tidak berisi cairan
d. Diagnosis
Amenorea
Hiperemesis gravidarum
Perdarahan
Uterus terlihat lebih besar
Muka dan badan kelihatan pucat kekuningan
Tidak teraba bagian-bagian janin
Tidak terdengar DJJ
Pemeriksaan lab kadar HCG tinggi
USG à gelembung vesikel
3. Hipertensi Gravidarum
a. Definisi
Hipertensi yang menetap oleh sebab apapun, yang sudah ditemukan pada umur
kehamilan 20 mgg atau hipertensi yang menetap setelah 6 mgg pascasalin.
b. Diagnosis
Nyeri kepala
Gangguan penglihatan
Tekanan diastolik 90mmHg
Protein urin (+)
4. Nyeri Perut
a. Definisi
Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang à gejala kehamilan ektopik
atau abortus
b. Deteksi dini nyeri perut pada kehamilan muda
Kista ovarium à nyeri perut, perdarahan ringan, teraba tumor
Apendisitis à Nyeri perut bagian bawah, demam, mual, muntah, anoreksia, perut
membengkak
Sistitis à Disuria, sering berkemih
5. Hiperemesis Gravidarum
a. Definisi
Muntah berlebihan menyebabkan cairan tubuh semakin berkurang sehingga
darah menjadi kental (hemokonsetrasi) yang dapat melambatkan peredaran
darah= konsumsi O2 & makanan ke jaringan berkurang à kerusakan jaringan.
Muntah yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler
pada lambung & esofagus sehingga muntah bercampur darah
Mual (nausea) & muntah (emesis) adalah gejala yang wajar & sering terjadi pada
kehamilan trimester I. Biasanya terjadi pada pagi hari, dapat pula malam hari
atau setiap saat
Terjadi ± 6 minggu setelah HPHT dan berlangsung ± 10 minggu
Batasan yang jelas antara mual muntah fisiologik degan HG tidak ada, tetapi jika
K/U ibu menjadi buruk & pekerjaan sehari-hari tergangguàHiperemesis
Gravidarum
b. Etiologi
Belum diketahui secara pasti
Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah gravida, molahidatidosa
dan kehamilan ganda
Masuknya vili khorialis dalam serkulasi maternal
Alergi
Faktor psikologis
c. Tanda dan gejala
Menurut berat ringannya dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan:
Tingkat I
Muntah terus menerus, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, BB menurun,
nyeri epigastrium, nadi 100 x/mnt, TD sistolik menurun, turgor kulit mengurang,
lidah mengering dan mata cekung
Tingkat II
Penderita tampak lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah mengering
& tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang2 naik, BB turun & mata menjadi
cekung, TD ¯, oliguria dan konstipasi. Tercium bau aseton dalam hawa nafas &
dapat pula ditemukan dalam urine
Tingkat III
K/U lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma,
nadi kecil dan cepat, suhu meningkat & TD ¯, Timbulnya ikterus menunjukkan
adanya payah hati.
d. Penanganan
KIE
Obat-obatan à B6 dan B1
Isolasi
Terapi psikologi
Cairan parenteral
Perdarahan pada trimester terakhir sampai bayi dilahirkan pada kehamilan lanjut
perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan kadang-kadang disertai rasa nyeri.
Jenis-jenis perdarahan pada kehamilan lanjut :
1. Plasenta Previa
a. Definisi
Plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian atau seluruh
OUI (implantasi normal dinding depan, belakang atau di daerah fundus)
b. Tanda dan Gejala
Perdarahan tanpa nyeri, bisa terjdi secara tiba-tiba dan kapan saja
Bagian terendah rahim tinggi karena plasenta terletak pada bagian bawah rahim
c. Deteksi dini
Perdarahan tanpa keluhan dan berulang
Tanyakan ibu karakteristik darah, kapan mulai, banyaknya dan warnanya
Periksa TD, suhu, nadi dan DJJ
Jangan lakukan pemeriksaan dalam
USG
2. Solusio Plasenta
a. Definisi
Lepasnya plasenta sebelum waktunya
b. Tanda dan Gejala
Perdarahan disertai rasa nyeri.
Kadang-kadang perdarahan tidak keluar dan terkumpul dibelakang plasenta,
rahim keras seperti papan.
Nyeri abdomen saat di pegang.
Palpasi sulit dilakukan
Fundus makin lama makin naik.
DJJ biasanya tidak ada.
c. Diteksi dini
Tanyakan ibu karakteristik perdarahan, kapan mulai, banyaknya dan warnanya
Tanyakan ibu apakah merasakan nyeri ketika mengalami perdarahan
3. Sakit Kepala Hebat
a. Definisi
Sakit kepala seringkali merupakan ketidaknyaman yang normal dalam
kehamilan. Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah serius adalah sakit kepala
menetap dan tidak hilang bila dibawa istirahat à pre eklampsi
b. Deteksi Dini
Tanyakan pada ibu apakah mengalami oedem pada muka dan tangan
Periksa TD, protein, urin, refleks patella dan oedem
Periksa suhu à suhu tinggi à malatta
4. Penglihatan Kabur
a. Definisi
Wanita hamil yang mengeluh penglihatan kabur à perubahan hormonal.
Ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan
b. Tanda dan gejala
Masalah penglihatan mengindikasikan keadaan mengancam jika terjadi secara
mendadak à kabur dan berbayang
Disertai sakit kepala hebat à pre eklampsi
c. Deteksi dini
Periksa TD, protein, urin dan oedem
5. Bengkak di wajah dan jari tangan
a. Tanda dan gejala
Menjadi masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah
istirahat disertai keluhan fisik lain à anemia, gagal jantung atau pre eklampsi.
b. Deteksi dini
Tanyakan pada ibu apakah mengalami masalah penglihatan & sakit kepala
Periksa TD, protein urin, oedem dan HB
6. Keluar Cairan Pervaginam
a. Definisi
Keluar cairan berupa air pada vagina pada trimester III
Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum persalinan
Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm
b. Deteksi dini
Konfirmasi usia kehamilan à USG
Periksakan inspekulo menilai cairan keluar (jumlah, warna dan bau)
Tentukan ada tidaknya infeksi
Tentukan tanda-tanda inpartu
7. Gerakan Janin tidak terasa
a. Definisi
Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan trimester III
Normalnya gerakan janin terasa selama bulan ke 5 atau 6
b. Tanda dan gejala
Gerakan bayi kurang dari 3 kali dlm periode 3 jam
c. Deteksi dini
Jika bayi sebelumnya bergerak kemudian tidak bergerak à tanyakan kapan
terakhir bergerak
Raba gerakan bayi
Dengarkan DJJ
USG
6. Pre eklamsia
a. Definisi
Kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan selama masa nifas
terdiri atas trias gejala: hipertensi, protein urin dan oedem.
b. Etiologi
Belum diketahui terjadi pada primigravida, gemelli, hidramnion dan mola
Periksa TD, protein, urin, refleks patella dan oedem
Frekuensi tinggi seiring bertambahnya usia kehamilan à Trimester III
c. Klasifikasi Pre Eklamsia
1) Pre eklamsia Ringan
Tanda dan gejala
- TD sistolik 140 MmHg atau kenaikan 30 MmHg à 6 jam
- TD diastolik 90 MmHg atau kenaikan 15 MmHg à 6 jam
- Kenaikan BB 1 kg atau lebih dalam 1 mgg
- Protein urin 0,3 gr atau lebih dengan kualitatif plus 1 – 2
2) Pre eklamsia Berat
Tanda dan gejala
- TD 160 MmHg
- Oligouria turun 400 cc 24 jam
- Protein turun lebih dari 3 gr
- Keluhan subyektif nyeri epigastrium, Gangguan visus, edema paru dan
sumsum, gangguan kesadaran
KUIS PERTEMUAN IX – X
1. Seorang wanita usia 30 tahun hamil 19 minggu datang ke BPM dengan keluhan kram perut
bagian bawah, keluar darah bercak. Hasil pemeriksaan TD: 120/80 mmHg, N : 97 x/menit,
RR: 24 x/menit, S: 24 C, VT: servik tertutup.
Diagnosa pada kasus diatas adalah …
a. Abortus komplet
b. Abortus insipiens
c. Abortus Iminent
d. Abortus inkomplet
e. Mola Hidatidosa
2. Terapi yang dianjurkan untuk kasus diatas adalah . . .
a. Istirahat Total dan tidak memerlukan terapi khusus
b. Evakuasi kuret
c. Terapi hormonal
d. Oksitosin drip
e. Tokolitik
3. Seorang ibu hamil berusia 25 tahun G1P0A0 usia kehamilan 29 minggu datang ke BPS
dengan keluhan mengeluarkan banyak darah dari jalan lahir, merah segar, tidak disertai
nyeri perut. Hasil pemeriksaan TD 90/60mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 16 x/menit,
KU lemah pucat.
Apakah diagnose yang tepat untuk kasus diatas ?
a. Solusio plasenta
b. Plasenta previa
c. Ruptur uteri
d. Abortus iminens
e. Abortus inkomplet
4. Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke klinik mengeluh sudah 2 bulan tidak
menstruasi, perut kiri bawah nyeri dan mengeluarkan bercak darah berwarna coklat, hasil
VT belum ada pembukaan dan nyeri goyang servik, hasil PP test positif. Apa diagnose yang
tepat untuk kasus tersebut …
a. Mola hidatidosa
b. Abortus insipiens
c. Abortus imminent
d. Abortus inkomplet
e. Kehamilan ektopik terganggu
5. Seorang perempuan GIV PIII AII usia 30 tahun hamil usia 29 minggu datang ke rumah sakit
dengan keluhan perdarahan pervaginam merah kehitaman, nyeri perut menetap, gerakan
janin tidak dirasakan oleh ibu. Hasil pemeriksaan DJJ negative, palpasi perut teraba keras
TD 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, S: 36 C. Diagnosa yang tepat untuk kasus tersebut
adalah …
a. Vasa previa
b. Plasenta previa
c. Solusio plasenta
d. Plasenta letak rendah
e. Hipertensi kehamilan
PERTEMUAN XI – XII
Bakteri E. coli yang paling sering menyebabkan ISK berasal dari usus,
sehingga umum bersarang pada anus. Makanya, membersihkan kelamin
dengan menyeka dari belakang ke depan (dubur dulu kemudian ke vagina)
dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih. Seharusnya, Anda menyeka
atau membersihkan kelamin dari depan (saluran kencing) baru ke belakang
(anus/dubur). Ini berguna agar bakteri dari dubur tidak berpindah ke saluran
kencing setelah selesai BAB/BAK.
4) Perubahan hormon hamil
Peningkatan hormon turut dapat meningkatkan risiko infeksi pada ibu hamil,
termasuk infeksi saluran kemih atau ISK. Perubahan hormon membuat bakteri
jadi lebih mudah berkembang di vagina yang lembab.
Terlebih lagi, lokasi antara lubang vagina dan lubang kencing sangat
berdekatan sehingga akan lebih mudah bagi bakteri berpindah dan menginfeksi.
5) Berhubungan seks
Berhubungan seks saat hamil boleh-boleh saja, dan bahkan dalam kondisi
tertentu disarankan dokter. Akan tetapi, berhubungan seks saat hamil berisiko
membuat ibu hamil rentan terkena ISK. ISK pada ibu hamil yang berhubungan
seks disebabkan karena penetrasi memungkinkan bakteri di dekat vagina
(termasuk E. coli) terdorong dan berpindah ke dalam uretra. Maka dari itu,
penting untuk buang air kecil sebelum dan sesudah berhubungan seks agar tidak
ada bakteri yang tertinggal di area intim.
Beberapa faktor risiko lainnya dari ISK pada ibu hamil antara lain:
Pernah beberapa kali kena ISK (ISK berulang)
10 T Uraian
T1 (Timbang) berat badan & ukur Tinggi Badan
T2 Ukur (Tekanan) darah
T3 Ukur (Tinggi) fundus uteri
T4 (Tentukan) Presentasi janin dan DJJ
T5 Ukur LILA (Nilai status gisi)
T6 Pemberian Tablet zat besi, minimal 90 tablet selama
kehamilan
T7 Tes Laboratorium (rutin dan khusus)
T8 Skrining status imunisasi TT dan berikan imunisasi TT
bila diperlukan
T9 Tes terhadap penyakit menular seksual
T 10 Temu wicara dalam rangka Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
Kategori Gambaran
Kehamilan normal o Keadaan umum ibu baik
o Tekanan darah < 140/90 mmHg
o Bertambahnya BB sesuai, minimal 8
kg selama kehamilan (1 kg tiap bulan)
atau sesuai IMT ibu
o Edema hanya pada ekstrimitas
o DJJ 120-160 kali/menit
o Gerakan janin dapat dirasakan setelah
usia kehamilan 18-20 minggu hingga
melahirkan
o Tidak ada kelainan riwayat obstetri
o Ukuran uterus sesuai dengan usia
kehamilan
o Pemeriksaan fisik dan lab dalam
batas normal
Kehamilan dengan masalah o Seperti masalah keluarga/psikososial,
khusus KDRT, kebutuhan finansial, dll
Kehamilan dengan masalah o Riwayat pada kehamilan
kesehatan yang membutuhkan sebelumnya : janin atau neonatus mati,
rujukan untuk konsultasi dan keguguran ≥ 3x, bayi < 2500 gr atau >
atau kerjasama penanganannya 4500 gr, hipertensi, pembedahan pada
organ reproduksi
o Kehamilan saat ini : kehamilan
ganda, usia ibu < 16 atau > 40 tahun, Rh
(-), hipertensi, penyakit jantung, penyakit
ginjal, DM, malaria, HIV, sifilis, TBC,
anemia berat, drug & alcohol abuse,
LILA < 23,5 cm, TB < 145 cm, kenaikan
BB < 1 kg atau > 2 kg tiap bulan/tidak
sesuai IMT, TFU tidak sesuai UK, PJT,
ISK, penyakit kelamin,
malposisi/malpresentasi, gangguan
kejiwaan, dll
Kehamilan dengan kondisi o Perdarahan, preeklampsia, eklampsia,
kegawatdaruratan yang KPD, gawat janin, atau kondisi
membutuhkan rujukan segera kegawatdaruratan lain yang mengancam
ibu dan bayi
Faktor risiko/masalah terjadi jika kondisi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan
kemungkinan risiko/bahaya terjadinya komplikasi pada persalinan yang dapat
menyebabkan kematian/kesakitan. Faktor risiko dikelompokkan dalam 3 kelompok, yaitu
:
a. Kelompok I APGO (Ada Potensi Gawat Obstetri) : ada 10 faktor risiko 7 terlalu 3
pernah
b. Kelompok II AGO (Ada Gawat Obstetri) : ada 8 faktor risiko. Tanda bahaya pada
kehamilan, ada keluhan tapi tidak darurat
c. Kelompok III AGDO (Ada Gawat Darurat Obstetri) : ada 2 faktor risiko, total
seluruh faktor risiko ada 20
Skrining antenatal pada ibu hamil merupakan komponen penting dalam pelayanan
kehamilan yang harus diikuti dengan KIE pada ibu hamil & suami untuk persiapan
persalinan aman & antisipasi rujukan terencana. Beberapa faktor risiko yang ada pada ibu
hamil akan dapat diprediksi kemungkinan komplikasi yang akan terjadi. Misal prediksi
persalinan macet pada ibu hamil dengan TB 140 cm. Skrining harus dilakukan berulang
kali sehingga dapat ditemukan secara dini faktor risiko yang berkembang pada umur
kehamilan lebih lanjut.
Pada semua ibu hamil dilakukan skrining. Skrining pertama untuk memisahkan
kelompok ibu hamil tanpa faktor risiko dan kelompok dengan risiko. Skrining kedua agar
dapat dipisahkan lagi kelompok ibu hamil denga faktor risiko tinggi yang membutuhkan
rujukan & penanganan namun masih bisa ditunda. Dan juga kelompok ibu hamil dengan
risiko sangat tinggi yang harus segera dirujuk dan ditangani dengan tindakan segera.
Dalam pendekatan risiko, kegiatan skrining antenatal berbasis keluarga di masyarakat.
Skrining harus dilakukan dengan teliti dan sistematis pada semua ibu hamil, berulang kali
selama kehamilan sampai dekat persalinan. Saat ini skrining dilakukan oleh kader yang
terlatih. Kedepannya skrining dapat dilakukan oleh ibu hamil sendiri, suami dan keluarga.
1. Seorang perempuan berusia 27 tahun, G1P0A0 usia kehamilan 14 minggu datang ke klinik
bidan ingin memeriksakan kehamilannya. Kemudian bidan melakukan pemeriksaan ibu
hamil yaitu menimbang berat badan, memeriksa tekanan darah, memeriksa umur kehamilan
dan besarnya janin, memberikan imunisasi TT, dan menyarankan ibu untuk makan makanan
bergizi setiap hari dan meminum obat tablet tambah darah.
Berapakah obat tablet tambah darah yang harus diberikan bidan selama kehamilan?
a. Minimal 90 tablet selama hamil
b. Maksimal 90 tablet selama hamil
c. Minimal 120 tablet selama hamil
d. Maksimal 120 tablet selama hamil
e. 280 tablet selama hamil
2. Seorang perempuan berusia 27 tahun, G1P0A0 usia kehamilan 14 minggu datang ke klinik
bidan ingin memeriksakan kehamilannya. Kemudian bidan melakukan pemeriksaan ibu
hamil yaitu menimbang berat badan, memeriksa tekanan darah, memeriksa umur kehamilan
dan besarnya janin, memberikan imunisasi TT, dan menyarankan ibu untuk makan makanan
bergizi setiap hari dan meminum obat tablet tambah darah, selain itu bidan juga
menganjurkan ibu rutin melakukan kunjungan untuk memeriksakan kehamilannya.
Kapankah waktu kunjungan yang harus dianjurkan bidan sesuai kebijakan program
antenatal?
a. 15 kali kunjungan selama kehamilan
b. 10 kali kunjungan selama kehamilan
c. 9 kali kunjungan selama kehamilan
d. 4 kali kunjungan selama kehamilan
e. Melakukan kunjungan jika ibu merasa ada keluhan
3. Seorang perempuan berusia 30 tahun, G1P0A0 usia kehamilan 26 minggu datang ke klinik
bidan ingin memeriksakan kehamilannya. Mengeluh cepat lelah dan cemas dengan
kehamilannya. Hasil pemeriksaan TD 130/90 mmHg, nadi 84 x/menit, suhu 36°C, respirasi
22 x/menit, palpasi TFU setinggi pusat, punggung kanan, letak bokong, belum masuk PAP,
DJJ 136 x/menit.
Apakah informasi penting yang harus di sampaikan bidan pada kunjungan usia kehamilan 26
minggu berdasarkan hasil pemeriksaan di atas?
a. Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu
b. Motivasi hidup sehat (nutrisi, latihan, kebersihan, istirahat, dsb)
c. Kewaspadaan khusus mengenai pre eklampsia
d. Palpasi abdomen untuk mendeteksi kehamilan ganda
e. Deteksi kelainan letak/kondisi lain yang memerlukan kelahiran di RS
4. Pada usia berapakah pemeriksaan fisik obstetri TFU dengan menggunakan metlin?
a. Usia kehamilan > 20 minggu
b. Usia kehamilan < 20 minggu
c. Usia kehamilan < 25 minggu
d. Usia kehamilan > 25 minggu
e. Usia kehamilan 28 minggu
5. Apakah pemeriksaan penunjang yang ditawarkan untuk ibu hamil yang tinggal di daerah
epidemi meluas dan terkonsentrasi?
a. Pemeriksaan USG
b. Pemeriksaan kadar hemoglobin
c. Pemeriksaan golongan darah ABO, rhesus
d. Pemeriksaan tes HIV
e. Pemeriksaan rapid test
6. Apakah pemeriksaan penunjang untuk ibu hamil pada daerah endemik?
a. Pemeriksaan USG
b. Pemeriksaan kadar hemoglobin
c. Pemeriksaan golongan darah ABO, rhesus
d. Pemeriksaan tes HIV
e. Pemeriksaan rapid test
7. Seorang perempuan berusia 28 tahun, G2P1A0 usia kehamilan 28 minggu, datang ke klinik
bidan ingin memeriksakan kehamilannya. Hasil pemeriksaan keadaan umum ibu baik,
gerakan janin telah dirasakan ibu sejak usia 18 minggu, BB ibu bertambah 1 kg tiap bulan,
TD 120/90 mmHg, ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan, tidak ada kelainan riwayat
obstetri, dan pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
Termasuk klasifikasi kehamilan manakah kategori gambaran kehamilan pada kasus di atas?
a. Kehamilan normal
b. Kehamilan dengan masalah khusus
c. Kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan untuk konsultasi
d. Kehamilan dengan kondisi kegawatdaruratan
e. Kehamilan yang membutuhkan rujukan segera
8. Seorang perempuan berusia 45 tahun, G1P0A0 usia kehamilan 28 minggu, datang ke klinik
bidan ingin memeriksakan kehamilannya. Hasil pemeriksaan saat ini DJJ terdengar + 2
(kehamilan ganda), TD 140/100 mmHg, LILA 21 cm, TD 145 cm, dan TFU tidak sesuai UK
.
Manakah kategori gambaran klasifikasi kehamilan pada kasus di atas?
a. Kehamilan normal
b. Kehamilan dengan masalah khusus
c. Kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan untuk konsultasi
d. Kehamilan dengan kondisi kegawatdaruratan
e. Kehamilan yang membutuhkan rujukan segera
9. Seorang perempuan berusia 45 tahun, G1P0A0 usia kehamilan 28 minggu, datang ke klinik
bidan ingin memeriksakan kehamilannya. Hasil pemeriksaan saat ini DJJ terdengar + 2
(kehamilan ganda), TD 140/100 mmHg, LILA 21 cm, TD 145 cm, dan TFU tidak sesuai UK
.
Apakah langkah awal dalam identifikasi komplikasi dalam kehamilan pada kasus di atas?
a. Rujuk ke dokter untuk konsultasi dan membantu ibu untuk menentukan pilihan yang
tepat untuk konsultasi (dokter SpOG)
b. Melampirkan kartu kesehatan ibu hamil berikut surat rujukan
c. Teruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan
d. Menyepakati rencana kelahiran dengan pengambilan keputusan
e. Merencanakan pendanaan untuk biaya transportasi dan perawatan
10. Seorang perempuan berusia 30 tahun G4P2A1 usia kehamilan 34 minggu datang ke IGD
dengan keluhan sejak subuh bagun tidur daerah bokongnya sudah penuh dengan darah
namun tidak ada mules dan nyeri pada daerah perut. Hasil pemeriksaan pada daerah
perineum dan labia terdapat darah segar, DJJ 140 x/menit, HB 9,8 gr%.
Apakah data yang menjadi faktor resiko pada kasus di atas?
a. Multipara
b. Perdarahan
c. Riwayat aborsi
d. Anemia
e. Usia
11. Seorang perempuan berusia 23 tahun diantar oleh suaminya ke Puskesmas untuk
memeriksakan kehamilannya yang pertama kalinya, dengan keluhan sudah tidak
mendapatkan haid sejak 3 bulan yang lalu, namun HPHTnya lupa, dan ingin memastikan
apakah benar hamil/tidak karena selama ini tidak mersakan adanya mual muntah seperti
pada umumnya ibu hamil.
Apakah pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa pasti
kehamilan?
a. Mengkaji adanya hiperpigmentasi kulit
b. Adanya perubahan pada payudara
c. Mengukur tinggi fundus
d. Melakukan pemeriksaan USG
e. Merasakan gerakan janin
12. Seorang perempuan berusia 30 tahun G1P0A0 usia kehamilan 28 minggu datang ke klinik
bidan di antar oleh suaminya untuk memeriksakan kehamilannya, dengan keluhan kepala
pusing dan sangat berat serta kaki juga membengkak. Hasil pemeriksaan tekanan darah
150/100 mmHg, nadi 84 kali/menit, respirasi 24 kali/menit, suhu 36,6°C, kaki oedema, HB 9
gr/dl, protein urine (++), glukosa 3+.
Apakah yang dilakukan bidan dalam mendukung keberhasilan tujuan pendekatan risiko agar
ibu hamil, suami dan keluagra sadar dan waspada terhadap risiko pada kasus di atas?
a. KIE (komunikasi, informasi, edukasi)
b. Membuat bobot perkiraan dari berat ringannya risiko/bahaya
c. Mengklasifikasi risiko kehamilan
d. Merujuk pasien ke dokter SpOG
e. Penanganan adekuat di RS pusat rujukan
13. Seorang perempuan berusia 37 tahun datang ke Puskesmas ingin memeriksakan kondisinya
saat ini karena tidak haid sudah 3 bulan. Hasil anamnesa ibu sudah menikah 5 tahun dan
belum pernah hamil, pemeriksaan PP Test (+), tinggi badan ibu 145 cm, berat badan 48 kg,
tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 kali/menit, respirasi 22 kali/menit, suhu 36,5°C, usia
kehamilan 13 minggu, ballotement (+), DJJ 128 kali/menit.
Manakah klasifikasi risiko kehamilan yang sesuai pada kasus di atas?
a. APGO 7 telalu 3 pernah
b. APGO 7 terlalu
c. APGO 3 pernah
d. AGO
e. AGDO
14. Seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke Puskesmas ingin memeriksakan kondisinya
saat ini karena tidak haid sudah 2 bulan. Hasil anamnesa ibu pernah melahirkan 1 kali dan
tidak pernah keguguran, anak pertama berusia 12 tahun dengan riwayat melahirkan operasi
sesar, hasil pemeriksaan PP Test (+), tinggi badan 145 cm, berat badan 48 kg, tekanan darah
100/60 mmHg, nadi 78 kali/menit, respirasi 20 kali/menit, suhu 36,5°C, usia kehamilan 8
minggu.
Manakah klasifikasi risiko kehamilan yang sesuai pada kasus di atas?
a. APGO 7 telalu 3 pernah
b. APGO 7 terlalu
c. APGO 3 pernah
d. AGO
e. AGDO
15. Seorang perempuan berusia 27 tahun G1P0A0 usia kehamilan 17 minggu datang ke
Puskesmas ingin memeriksakan kehamilannya dengan keluhan sering merasa lemas, mudah
lelah dan mata berkunang-kunang. Hasil pemeriksaan perut ibu sangat besar dari usia
kehamilannya saat ini, DJJ terdengar ada 2, tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 82
kali/menit, respirasi 20 kali/menit, suhu 36,5°C , HB 9 gr/dl.
Manakah klasifikasi risiko kehamilan yang sesuai pada kasus di atas?
a. APGO 7 telalu 3 pernah
b. APGO 7 terlalu
c. APGO 3 pernah
d. AGO
e. AGDO
16. Seorang perempuan berusia 28 tahun G1P0A0 usia kehamilan 30 minggu datang ke
Puskesmas ingin memeriksakan kehamilannya dengan keluhan sakit kepala. Hasil
pemeriksaan tekanan darah 140/100 mmHg, nadi 84 kali/menit, respirasi 22 kali/menit, suhu
37°C, palpasi 3 jari di atas pusat, DJJ 140 kali/menit, bengkak tungkai/wajah, protein urine
(+++).
Manakah klasifikasi risiko kehamilan yang sesuai pada kasus di atas?
a. APGO 7 telalu 3 pernah
b. APGO 7 terlalu
c. APGO 3 pernah
d. AGO
e. AGDO
17. Seorang perempuan berusia 28 tahun G1P0A0 usia kehamilan 30 minggu datang ke
Puskesmas ingin memeriksakan kehamilannya dengan keluhan sakit kepala. Hasil
pemeriksaan tekanan darah 140/100 mmHg, nadi 84 kali/menit, respirasi 22 kali/menit, suhu
37°C, palpasi 3 jari di atas pusat, DJJ 140 kali/menit, bengkak tungkai/wajah, protein urine
(+++).
Apakah yang dibutuhkan berdasarkan faktor risiko pada kasus di atas?
a. KIE (komunikasi, informasi, edukasi)
b. Pengenalan dini dan rujuk segera tepat waktu
c. Skrining antenatal pada ibu hamil
d. Membuat bobot perkiraan dari berat ringannya risiko/bahaya
e. Mengklasifikasi risiko kehamilan