PERDARAHAN MATERNAL
• Perdarahan awal kehamilan
• Perdarahan kehamilan lanjut
• Perdarahan pasca persalinan
Abortus Buatan
• MEDIS/ TERAPEUTIK
• NON MEDIS/ELEKTIF (Abortus Provokatus Kriminalis)
Abortus Spontan
• KELAINAN PERTUMBUHAN JANIN ( DEFEK KROMOSOM )
• KELAINAN PLASENTA
• KELAINAN IBU/ PENYAKIT IBU
• KELAINAN TRAKTUS UG
ABORTUS INSIPIENS
• Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan < 20 minggu, terdapat dilatasi serviks
uteri, hasil konsepsi masih dalam uterus.
• Gejala :
Mules sering & kuat, perdarahan bertambah banyak.
• Penanganan
• Pengeluaran hasil konsepsi bisa dengan kuret vakum atau cunam ovum, disusul
dengan kerokan.
• Bila janin sudah keluar, plasenta tertinggal pengeluaran plasenta secara
digital kerokan.
ABORTUS INKOMPLIT
• Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan < 20 minggu, dengan sisa
yang tertinggal dalam uterus.
• Diagnosis
• Kanalis servikalis terbuka
• Jaringan dapat teraba dalam kavum uteri atau menonjol dari OUE
• Dapat terjadi perdarahan banyak, tak akan berhenti sebelum sisa konsepsi
dikeluarkan dpt terjadi syok
• Terapi
• Penanganan syok infus NaCl/RL transfusi kerokan ergometrin im
ABORTUS KOMPLIT
• Semua hasil konsepsi sudah keluar.
• Gejala
• Perdarahan sedikit, ostium uteri eksternum (OUE) tertutup, uterus mengecil.
• Penanganan
• Bila anemis tablet Sulfas Ferrosus.
B. ABORTUS INFEKSIOSA
• Abortus infeksiosus : abortus yang disertai infeksi traktus Genitalia.
• Abortus septik : abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam
peredaran darah atau peritoneum.
• Gejala :
• Demam, takikardi, perdarahan pervaginam berbau, uterus membesar, lembek, nyeri
tekan, lekositosis. Bila sepsis demam , menggigil, Tekanan Darah .
• Penanganan ; infus transfusi, Antibiotik. Kuretase dilakukan dalam 6 jam
Inkompetensia Serviks
Dilatasi ostium serviks tanpa nyeri, tanpa disertai tanda bersalin
Dapat terjadi keguguran atau kelahiran prematur.
Insiden inkompetensia serviks adalah 20% or lebih pada semua keguguran/imaturitas pd trimester
II.
Penanganan
Penanganan Konservatif :
• Tirah baring
• Tokolisis
Penanganan Aktif:
• Jahitan serviks (cerclage) sampai kehamilan cukup bulan
• Dilepas saat masa persalinan persalinan spontan
Kehamilan Ektopik
Definisi:
Kehamilan yang bernidasi diluar lokalisasi
endometrium yg normal (cavum uteri)
Lokalisasi
Kehamilan tuba
– Interstisial
– Ampula tubae
– Isthmus tubae
– Kehamilan pd osteum tubae
eksternum
Kehamilan servikal
Kehamilan ovarium
Kehamilan abdomen
Kehamilan intraligramentur (diligamentum rotundum)
DIAGNOSIS KET
Anamnesa trias KET
Pemeriksaan fisik
– Fisik umum
• anemis
• Nyeri hebat
• Kesadaran bisa baik, bisa menurun --> koma
• Ekstremitas dingin, nadi meningkat, TD turun sampai syok
• Pemeriksaan abdomen : perut kembung,, nyeri saat perabaan
– Pemeriksaan khusus melalui vagina
. Nyeri goyang pd pemeriksaan serviks
. Kavum douglas menonjol dan nyeri
. Mungkin terasa tumor disamping uterus
KEHAMILAN ABDOMINAL
Terdapat gejala:
– Janin msh hdp / sdh meninggal
– Janin teraba dbawah kulit
– Nyeri saat janin bergerak
– Pemeiksaan dalam (VT) → uterus kosong
Mola Hidatidosa
Mola hidatiosa Adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar
Tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi
hidropik.
Secara makroskopik terlihat gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dg
ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai 1 atau 2 cm.
Janin tidak berkembang, yang berkembang hanya plasenta
Plasenta abnormal : lebih besar dan terjadi gelembung kecil berisi air ( hamil anggur )
Ada 2 tipe :
- mola komplit ( tidak ada janin )
- mola parsial ( ada janin + mola)
Diagnosis
• Anamnesa : terlambat haid, perdarahan pervaginam kadang disertai gelembung mola, mual muntah
hebat
• Pemeriksaan Fisik : Uterus lebih besar dari usia kehamilan, bila mola komplit : tidak terdengar DJJ,
banyak gelembung
• Lab : hCG (+)
• USG : snow flake pattern
Penatalaksanaan
• Gejala :
- Anemia : transfusi,
- Pre eklampsia : anti hypertensi
• Evakuasi : kuretase, hysterectomy PA
• Kemoterapi : jika level hCG tidak turun
• Monitoring : 1- 2 tahun, dianjurkan memakai kontrasepsi
• Kesembuhan dari adanya keganasan apabila hilangnya semua tanda klinis dan tanda hormonal
(HCG) selama 5 tahun.
Prognosis
• Penyebab kematian : perdarahan pervaginam , pre eklampsia
• 5,56% : korio karsinoma
• 41,5 % kehamilan (+)
PERDARAHAN KEHAMILAN LANJUT
Perdarahan Ante Partum
• Perdarahan pervaginam pada kehamilan > 22 minggu
• Penyebab :
- Kelainan plasenta : solusio plasenta, plesenta previa
- Lain-lain : vasa previa, erosi porsio, ca serviks, polip serviks, varises vulva, trauma
Plasenta Previa
• Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir
• Klasifikasi :
1. Plasenta previa totalis
2. Plasenta previa parsialis
3. Plasenta previa marginalis
4. Plasenta letak rendah : 3-4 cm dari
OUI
Etiologi
• Penyebab pasti belum diketahui
• Multiparitas,
• Hipoplasia endometrium: hamil pada umur muda
• Usia > 35 th,
• Endometrium cacat pada riwayat persalinan berulang-ulang, SC, kuretase, dan manual plasenta
• Tumor-tumor seperti mioma uteri, polip endometrium
Gambaran klinis
• Perdarahan pervaginam
• Perdarahan pertama biasanya tidak banyak, berulang : banyak
• Tanpa nyeri
• Darah merah segar
• Turunnya bagian terbawah janin ke PAP terhalang
• Kelainan letak
Diagnosis
• Anamnesa : perdarahan pervaginam tanpa nyeri, tanpa alasan
• Palpasi: Bagian terbawah janin blm masuk PAP, kelainan letak
• Inspekulo : perdarahan dari ostium uteri eksternum
• USG : plasenta berimplantasi pada corpus depan, menutupi/ mencapai ostium uteri internum
Penatalaksanaan Medis
• Rujuk ke RS dg fasilitas transfusi, operasi
• Jangan dilakukan periksa dalam !
• Penanganan pasif/konservatif :
- < 36 minggu, perdarahan yg tidak membahayakan ibu dan janin
- Bed rest, pemberian tokolisis, pematangan paru : deksametason 12 mg iv
- Observasi : his/kontraksi, perdarahan, detak jantung janin, bila ada perburukan : persiapan operasi SC
• Penanganan aktif :
- Perdarahan banyak (preterm, aterm)
- Perdarahan sedikit pada aterm
- Plasenta previa totalis : SC
- Plasenta previa marginalis, parsialis, letak
rendah : SC/partus pervaginam
- Gawat janin : SC
Etiologi
• Belum diketahui
• Berisiko : multiparitas, ibu usia tua, hipertensi, pre eklampsia, trauma (trauma langsung jatuh, ditendang, tali
pusat pendek, versi luar/memutar janin), malnutrisi
Patofisiologi
• Perdarahan sedikit, gejala tidak jelas
• Perdarahan berlangsung terus hematoma
retroplasenter semakin besarplasenta lepas sebagian/
seluruhnya
• Darah : menyusup dibawah selaput ketuban: keluar,
menembus selaput ketuban : air ketuban kemerahan,
ekstravasasi diantara serabut otot uterus : Uterus
Couvelaire
Sedang – Berat
• Plasenta terlepas ¼ sampai seluruh plasenta
• Sakit perut terus menerus
• Ibu bisa syok, gawat janin/meninggal
• Perdarahan pervaginam kehitaman
• Uterus tegang terus menerus tegang seperti papan
• Kelainan pembekuan darah, kerusakan ginjal
Diagnosis
• Kadang-kadang sulit, terutama untuk solusio plasenta ringan USG
• Sakit perut terus menerus
• Perdarahan pervaginam kehitaman
• Nyeri tekan dan uterus tegang terus,
• Syok
• DJJ (-)
• Air ketuban kemerahan
Komplikasi
• Perdarahan, syok
• Kelainan pembekuan darah : hipofibrinogenemia < 100 mg%
• Oliguria
• Kerusakan ginjal
• Gawat janin, janin meninggal
PERDARAHAN POSTPARTUM
Konsep Perdarahan Post Partum
• Pengertian: perdarahan Postpartum adalah kehilangan darah 500 ml/lebih selama atau setelah melahirkan
• Gejala klinik: lemah, keringat dingin, menggigil, hiperpnea, TD sistolik <90 mm HG, nadi >100 x /m, Hb <8 g%.
• Penyebab : atonia uteri, robekan jalan lahir, retensio plasenta, tertinggalnya sebagian plasenta, inversio uteri,
endometritis
Gejala Klinik
1. Atonia uteri
Uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan segera setelah anak lahir.
Penyulit: syok, bekuan darah pada serviks atau posisi terlentang akan menghambat aliran darah keluar
2. Robekan jalan lahir
Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir, uterus berkontraksi keras dan plasenta lengkap
Penyulit; anemia/pucat, lemah dan menggigil
3. Retensio plasenta
Plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, uterus berkontraksi dan keras
Penyulit: talipusat putus akibat traksi berlebihan, inversio uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
4. Tertinggalnya sebagian plasenta
Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap, perdarahan segera
Penyulit: uterus berkontraksi, tinggi fundus tidak berkurang
5. Inversio uteri
Uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak talipusat. Penyulit; neurogenik syok, pucat dan
limbung
Penanganan
Atonia Uteri
• Menegakkan diagnosis atonia
• Pemasangan infus dan pemberian uterotonika dan
kompresi bimanual.
• Transfusi darah bila perlu
• Uji beku darah untuk kofirmasi
• Bila masih terjadi perdarahan, lakukan :
SYOK HEMORAGIK
Klasifikasi syok hemoragik
1. Ringan, jika perdarahan < 20% vol darah
2. Sedang, sudah timbul oliguria dan penurunan perfusi organ ke hati, usus dan ginjal
3. Berat, nadi tak teraba dan penurunan kesadaran
Penanganan syok
Resusitasi syok hemoragik
1. Atasi perfusi jaringan
2. Baringkan terlentang dengan kaki ditinggikan
3. Bebaskan jalan napas
4. Beri O2 5-10 l/m
Resusitasi cairan
1. Pasang abocath no 16 G dan ambil contoh darah dan pasang kateter vena sentral
2. Berikan RL atau Nacl fisiologis sebanyak 2-3 x darah yg keluar dgn tetesan cepat selama 20-30 menit
3. Pertahankan tekanan vena sentral 3-8 cmH2O
4. Pada syok hemoragik berat dapat diberika cairan koloid seperti dekstran sebanyak 10-20 ml/kg berat badan
Pemberian obat-obatan
• Sodium bikarbonat, bila pH arteri <7,2,diberikan dgn rumus base excess x BB x 1/3, separuh diberikan bolus iv,
sisanya melalui infus
• Vasokonstriktor (mis. dopamin), sudah diberikan resusitasi cairan
• Kortikosteroid
• Antibiotika,dosis tinggi dan kombinasi (mis. clindamisin 600 mg/6jam dan garamisin 2mg/kg bb/8 jam
• Heparin bila terjadi DIC
• Terapi yang dilakukan adalah tranfusi darah dan produk nya seperti plasma beku segar, trombosit,
fibrinogen, dan heparinisasi atau pemberian EACA( Epsilon Amino Caproic acid)
Pencegahan
1. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki KU dan mengatasi penyakit kronis
2. Mengenal faktor predisposisi HPP/PP
3. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan partus lama
4. Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di RS rujukan
5. Kehamilan resiko rendah tenaga kesehatan
6. Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi HPP/PP
ENDOMETRIOSIS
PENGERTIAN:
Endometriosis adalah pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus (ovarium, kavum douglas, ligamen
uterosakrum, septum rektrovaginal, kolon sigmoid, ligamen rotundum, peritonium pelvik, kandung kemih) termasuk
kelenjar dan stroma
Klasifikasi Endometriosis:
o Endometriosis Interna, yaitu endometriosis di dalam
miometrium, lazim disebut Adenomiosis.
o Endometriosis Eksterna, yaitu endometriosis di luar uterus
Etiologi:
Sampai saat ini belum ada penyebab pasti dari endometriosis. Ada
beberapa teori yang menerangkan terjadinya endometriosis:
• Teori genetik insiden lebih tinggi pada wanita yang ibunya
juga mengalami endometriosis
• Teori Retrograde menstruation (menstruasi yang bergerak mundur/regurgitas) menurut teori ini, endometriosis
terjadi karena sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi mengalir kembali melalui tuba ke
dalam rongga pelvis.
Patologi:
• Lokasi paling sering terdapat pd kedua ovarium yang menampakkan kista-kista biru kecil sampai besar berisi darah
tua menyerupai coklat (endometrioma).
• Kista coklat robek masuk rongga peritoneum akut abdomen.
• Kista luka darah keluar sedikit2 dapat menyebabkan perlengketan antara permukaan ovarium dgn uterus,
sigmoid & dinding panggul
Gambaran klinik
Gejala :
- Nyeri perut bawah yang progretif dekat paha dan selama haid.
- Dismenorea---Nyeri pada waktu haid
- Hypermenorea
- Infertilitas
Diagnosis:
Laparaskopi
Laparatomi
USG Intravagina
Pengobatan :
Mengatasi nyeri & memperbaiki infertilitas
Terapi medikamentosa untuk supressi hormon
Intervensi surgikal untuk membuang implant endometriosis
Hipogonadotropik
• Simtoma penurunan aktivitas kelenjar gonad (ovarium atau testis)
yang memproduksi hormon reproduksi beserta sel gamet, ovum
atau spermatozoid
Gejala:
Amenorea primer atau sekunder
Penatalaksanaan
• Gonadotropin atau hormon pengganti GnRH untuk meningkatkan
kesuburan dan mempertahankan karakteristik seks sekunder
KELUARGA BERENCANA (KB) DAN JENIS METODE KONTRASEPSI
INFERTILITAS
PEMECAHAN MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA
• Keputusan Presiden Nomor 8 tahun 1970 tentang pembentukan BKKBN
• Menurunkan tingkat kelahiran dengan program KB
• Meratakan penyebaran pendudukan melalui transmigrasi
• Memberikan pengertian dan pemahaman tentang kependudukan dan KB, serta merubah dan menerima sikap menuju
NKKBS
PENGERTIAN
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan mengatur jarak
kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi.
Tujuan Program KB
• Tujuan Demografis: Mengendalikan tingkat pertumbuhan penduduk angka fertilitas menurun
• Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama dan menjarangkan
kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
• Mengobati kemandulan atau infertilitas
• Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah
• Tujuan Normatif : Dihayatinya NKKBS dan pd suatu waktu akan menjadi falsafah hidup masyarakat & bangsa
Indonesia.
PELAYANAN KONTRASEPSI
Tujuan Umum :
Memberikan dukungan & pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS
Tujuan Pokok :
Penurunan angka kelahiran secara bermakna
KONTRASEPSI
Kontrasepsi adalah metode-metode untuk mencegah terjadinya kehamilan (Prawirohardjo, 2009)
Syarat :
• Aman pemakaiannya dan dpt dipercaya
• Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan
• Lama pemakaian dpt diatur menurut keinginan
• Tidak mengganggu hubungan suami isteri
• Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yg ketat selama pemakaiannya
• Cara penggunaannya sederhana
• Harganya murah supaya dpt dijangkau masyarakat luas
• Dapat diterima oleh pasutri (pasangan suami isteri)
KONTRASEPSI SEDERHANA
1. Sanggama Terputus (Coitus Interuptus)
Cara Kerja :
• Penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi, air mani sengaja ditumpahkan di luar liang sanggama
untuk mencegah fertilisasi. Berdasarkan kenyataan bahwa refleks ejakulasi datangnya dpt disadari oleh
sebagian besar pria.
Efektivitas :
• Angka kegagalan tinggi (18 – 38 %), penyebab kegagalan : adanya pengeluaran cairan sblm ejakulasi yg
mengandung sel mani, apalagi coitus berulang
• Terlambat mengeluarkan penis dari liang sanggama
• Bila semen tumpah di vulva, sel mani masuk ke dalam
Efek Samping :
• Dpt mnyebabkan gangguan neurologis, psikologis, keluhan prostat dsb.
Efektivitas :
• Bagi wanita dg siklus haid teratur efektivitasnya lebih tinggi dibandingkan wanita yg haidnya tdk teratur.
Angka kegagalan berkisar antara 6 – 12
Efek samping :
• Terlalu lama berpantang tdk dapat dipertahankan, terutama bila masa berpantang terlalu lebar (lama).
5. Metode Barier
a. Kondom
Kondom bekerja menghalangi pertemuan sperma dengan sel telur dengan cara menahan sprema diujung
selubung karet sehingga tidak mengarah ke dalam saluran reproduksi wanita
b. Diafragma
Lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel yang akan menutup mulut rahim bila dipasang dalam liang vagina 6
jam sebelum senggama.
c. Spermisid
Bahan kimia aktif untuk 'membunuh' sperma, berbentuk cairan, krim atau tisu vagina yang harus
dimasukkan ke dalam vagina 5 menit sebelum senggama. Efektivitasnya 70%.
KONTRASEPSI HORMONAL
Pil Kontrasepsi : Pil Kombinasi
Adalah pil kontrasepsi berisi estrogen dan progesteron
• Cara Kerja :
– Menghalangi produksi gonadotropin dr hipofise secara terus menerus, shg tidak terjadi ovulasi
– Merubah konsistensi lendir serviks menjadi tebal dan kental, sehingga penetrasi & transportasi
sperma sulit atau tdk dpt sama sekali
– Merubah peristaltik tuba & rahim, sehingga mengganggu transportasi sperma & sel telur
– Menimbulkan perubahan pd endometrium, shg tdk memungkinkan terjadinya nidasi
– Merubah kepekaan indung telur terhadap rangsangan gonadotropin
• Efektivitas :
• Secara teoritis hampir 100 %, dg angka kegagalan 0,1 – 0,7
Kelebihan :
• Efektivitas tinggi, dpt dipercaya jika dimakan sesuai aturan pakai
• Pemakai pil dpt hamil lagi (kesuburan kembali cepat)
• Tdk mengganggu kegiatan seksual pasutri
• Siklus haid menjadi teratur
• Dpt m’hilangkan keluhan nyeri haid (dismenorea)
• Untuk pengobatan kemandulan, kadang dpt dipakai untuk memancing kesuburan
• Untuk mengobati wanita dg perdarahan yg tdk teratur
• Dpt memperbaiki perdarahan tdk teratur yg dsbbkan pemberian kontrasepsi hormonal lainnya
• Dpt mengurangi angka kejadian kanker ovarium
Kekurangan :
• Pil hrs dimakan setiap hari, kurang cocok bagi yang pelupa
• Harus memiliki motivasi hrs intensif
• Tetap ada efek samping
Efek Samping :
Ringan :
• Mual, muntah, p’tambahan BB, perdrhan tdk teratur, edem, sakit kepala, timbul jerawat, alopesia, &
keluhan ringan lainnya, ini b’langsung pd bulan-bulan pertama pemakaian pil.
Berat :
• Dpt tjd trombo-embolisme, dg angka kejadian 4-9 kali lebih tinggi dr wanita bukan pemakai pil
Kontra-indikasi :
• Absolut :
Gangg fungsi hati, tromboflebitis atau riwayat trombflebitis, kelainan serebrovaskuler, keganasan
pd kelenjar mammae dan alat reproduksi, serta varises berat
• Relatif :
Hipertensi, DM, penyakit tiroid, perdarahan abnormal pervaginam yg tdk jelas penyebabnya, penyakit
jantung, migrain hebat, mioma uteri.
KONTRASEPSI SUNTIK
Merupakan kontrasepsi yg banyak dipakai di Indonesia karena pemakaiannya praktis & relatif murah
Jenis : Depo-Provera, Cyclopem, Noristerat
1. Depo-Provera :
Adalah Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) produksi Upjohn, AS. Kemasan 1 btl 3 ml @ 50 mg/ml
Cara Kerja :
Menghalangi ovulasi dg jalan menekan pembentukan LHRF (Luteinizing Hormone Releasing Factor) dan
FSHRF (Follicle Stimulating Hormone Releasing Factor)
Merubah lendir serviks mjd kental shg m’hambat penetrasi sperma
Menimbulkan perubahan pd endometrium shg tdk memungkinkan terjadi nidasi
Merubah kecepatan transportasi ovum melalui tuba.
Cara Pemberian :
• Pd ibu postpartum dpt dberikan pd hr ke 3-5 postpartum; sesudah ASI b’produksi atau sblm ibu pulang dr
RS; atau 6-8 mgg postpartum asal dipastikan bhw. Ibu tdk hamil atau blm mlakukan koitus
• Post abortus, dpt dberikan segera setelah selesai kuretase atau sewaktu hdk pulang dr RS, atau 30 hr pasca
abortus, asal ibu blm hamil lg.
• Masa interval dberikan pd hari 1 – 5 haid
• Depo-Provera disuntikkan secara IM pd muskulus gluteus (bokong) agak dlm, sblm disuntikan, botol obat
harus dikocok dulu sampai seluruh obat kelihatan larut & tercampur baik.
Suntikan diberikan sekali setiap 3 bulan.
Efektivitas :
• Tinggi, cara pemberian sederhana, cukup aman, kesuburan dpt kembali, namun stlh beberapa lama dan
cocok untuk ibu-ibu menyusui. Angka kegagalan adl. 0 – 0,8.
Efek Samping :
Gangguan haid berupa amenorea, spoting, dan menoragia, mual, sakit kepala, berat badan bertambah,
kadang ibu mengeluh libido menurun.
Penanganan efek samping perubahan pola haid :
• Beri motivasi shg tdk perlu pengobatan khusus
• Bila perlu berikan obat perdarahan : Adona AC 17, vit K
• Selanjutnya berikan tablet lynoral 0,05-0,1 mg/hr selama 7- 10 hr atau pil kombinasi sampai
perdarahan berhenti.
• Bila perdarahan banyak & tdk sembuh oleh pengobatan dilakukan kuretase.
2. Noristerat (Norigest) :
• Adalah Nor-ethisterone enanthate produksi Schering
Cara Kerja :
• Merubah lendir serviks mjd kental sekali, shg penetrasi sperma tidak bisa sama sekali.
Cara pemberian :
• Ampul berisi 200 mg zat aktif, disuntik IM agak dalam pd otot gluteus untuk 6 bln p’tama dberikan setiap 8
mgg stlh itu setiap 12 mgg.
Efektivitas :
• Siklus haid lebih stabil, amenorea lbh jarang dan fertilitas lbh cepat kembali stlh bhenti mjd akseptor. Angka
kegagalan sama dg pil kombinasi.
Bentuk IUD
• Mulai dikembangkan bentuk cincin dari bahan benang sutera yang berupa spiral.
• Kini AKDR telah pada generasi ketiga seperti, lippes loop Copper T, Copper 7, Ypsilon-Y, Progestarsert,
Kontraindikasi
a) Kehamilan
b) Peradangan panggung
c) Perdarahan uterus abnormal
d) Karsinoma organ
e) Malformasi rahim
f) Mioma uteri
g) Dismenorea berat
Keuntungan
• Efektif untuk proteksi jangka panjang (5 tahun atau lebih)
• Kesuburan segera kembali sesudah AKDR diangkat
• Tidak mengganggu hubungan seksual suami istri
• Pemeriksaan ulang diperlukan hanya sekali dalam satu tahun
• Cocok untuk klien yang menyusui
Waktu pemasangan
• Saat haid berlangsung
• Post partum
• Post abortus
• Masa interval
• Sewaktu SC
KONTRASEPSI MANTAP
Sterilisasi (MOW dan MOP)/Kontrasepsi mantap
1. Tubektomi
• Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas seorang wanita secara permanen.
• Mekanismenya adalah mengoklusi tuba (mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak
bisa bertemu ovum.
Keuntungan
• Sangat efektif
• Tidak mempengaruhi proses menyusui
• Tidak mengganggu sanggama
• Merupakan kontrasepsi pilihan bagi pasien apabila hamil merupakan resiko kesehatan yang serius
• Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual atau produksi hormon
Keterbatasan Tubektomi
• Pembedahan sederhana memerlukan anestesi lokal dilakukan oleh dokter yang terlatih (diperlukan dokter
spesialis ginekologi atau spesialis bedah untuk laparoskopi)
• Tidak melindungi diri dari IMS termasuk HIV
• Tuba dapat bergabung dan menjadi fertil (subur) kembali (jarang terjadi)
2. Vasektomi
Vasektomi adalah oklusi vasa deferens sehingga alur trasnportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi
tidak terjadi.
Keuntungan kontrasepsi
• Sangat efektif dan permanen
• Tidak ada efek samping jangka panjang
• Tindakan lebih aman dan sederhana
INFERTILITAS
• FERTILISASI pertemuan sperma dengan sel telur.
• INFERTILITAS pasangan usia subur yang tidak mampu mengalami konsepsi (pembuahan) setelah satu tahun
melakukan hubungan seksual tidak subur (infertile).
• 15% dari pasangan suami istri mempunyai kesulitan untuk mendapatkan keturunan. Penyebab dari pasangan
infertilitas 35% dari pihak pria, 40% dari pihak wanita dan 25% dari keduanya
Beberapa hal yang bisa menghambat atau menganggu kesuburan seorang wanita
• Lendir serviks menjadi kental sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa
• Endometrium yg kurang baik untuk implantasi dari ovum yang telah di buahi.
• Siklus haid yang lebih panjang dari normal berhubungan erat dengan unovulatory (tidak adanya sel telur yang
dihasilkan indung telur).
• Siklus haid yang tidak teratur karena adanya kista ovarium, kondisi stress, kecapean, faktor lain keseimbangan
hormon
Rokok
Merokok dapat menghambat dan menimbulkan masalah pada kesuburan.
• Dalam asap rokok terdapat lebih dari 4000 zat racun seperti karbon monoksida (CO), Nitrogen oksida, sianida,
ammonia, asetilen, benzaldehide, methanol, nikotin, dan lain sebagainya.
• Pada wanita, merokok dapat menyebabkan penurunan produksi sel telur sehingga dapat menganggu kesuburan.
DISTOSIA
• Persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima
faktor persalinan.
Penyebab Distosia
1. PERSALINAN DISFUNGSIONAL
• Kontraksi uterus yang tidak normal yang menghambat kemajuan dilatasi serviks normal, kemajuan pandataran
dan atau kemajuan penurunan hipertonik dan hipotonik
• Kekuatan ekspulsi volunter yang tidak adekuat
• Komplikasi risiko asfiksia neonatal, cedera atau fraktur pada janin, dan laserasi vagina pada ibu
• DISPROPORSI SEFALOPELVIS
a. Ukuran janin yang berlebihan (4000 gram atau lebih) terjadi pada 5% kelahiran aterm
b. Distosia bahu kondisi dimana kepala janin dapat dilahirkan tetapi bahu anterior tidak dapat melewati
bagian bawah
c. Kelahiran pervaginam Manuver Mc Roberts
• MALPOSISI
Posisi oksipitoposterior kanan atau kiri, terjadi pada sekitar 25% persalinan
• MALPRESENTASI JANIN
a. Presentasi bokong
i. External cephalic version (ECV)
ii. SC
b. Presentasi muka dan dahi
i. Forsep
ii. SC
c. Presentasi bahu
i. ECV
ii. SC
• KEHAMILAN MULTI JANIN
a. Tingginya insiden komplikasi dan mortalitas perinatal
b. Komplikasi janin kelainan kongenital dan presentasi abnormal
c. Satu janin posisi verteks dan janin lain posisi bokong
d. Bagian terendah janin kembar bukan dalam posisi verteks SC
7. POSISI IBU
• Hubungan fungsional antara kontraksi uterus, janin, dan panggul ibu berubah akibat perubahan posisi ibu
• Pengaturan posisi kemajuan persalinan
8. RESPONS PSIKOLOGIS
• Hormon yang dilepas sebagai respons thd stress dapat menyebabkan distosia
• Hormon β – endorfin, adrenokortikotropik (ACTH), kortisol, epinefrin
• Sumber stress nyeri dan suppor sistem, tirah baring dan pembatasan gerak ibu
• Stress akan menghambat dilatasi serviks normal
PERAWATAN KOLABORATIF
2. PERCOBAAN PARTUS
• TRIAL OF LABOR (TOL)
• Suatu periode yang bisa diterima (4 sampai 6 jam) untuk persalinan aktif
• Pengkajian kelahiran per vaginam yang aman untuk ibu dan bayi
• Serviks harus lunak dan dapat berdilatasi
• Evaluasi adanya persalinan aktif kontraksi adekuat, penurunan, pendataran dan dilatasi serviks
• Selama TOL kaji aktivitas uterus, perubahan serviks, TTV ibu, status janin
3. INDUKSI PERSALINAN
• Dimulainya kontraksi persalinan sebelum awitan spontannya untuk tujuan mempercepat kelahiran.
• Oksitosin intravena
• Amniotomi
6. EKSTRAKSI VAKUM
• Metode pelahiran dg memasang sebuah mangkuk vakum di kepala janin dan tekanan negatif
• Indikasi sama dg forsep
• Syarat penggunaan:
1. Presentasi verteks
2. Ketuban sudah ruptur
3. Tidak ada disproporsi fetopelvis
7. KELAHIRAN SESARIA
• Kelahiran janin melalui insisi transabdomen pada uterus
• Tujuan memelihara kesehatan dan kehidupan ibu dan janin
PERSALINAN PREMATUR
PENGERTIAN
Persalinan premature Persalinan yang terjadi pada umur
kehamilan 20 - 37 minggu
Obat tokolitik
• simpatomimetik (Ritodrine, terbutalin)
• Inhibitor prostaglandin sintetase (indometasin)
• Magnesium sulfat
• Nifedipine (calcium-channel blocker)
• Progestagen (17-hydroxyprogesterone caproate)
• Oxytocin receptor blokade (atosiban)
• Nitrogliserin
Terapi tambahan
• Thyrotropin releasing hormone
• Pemberian glukokortikoid antenatal(24-34 minggu)
• Antibiotika (ampisilin, metronidasol)
Cara persalinan
• Cara persalinan tidak dipengaruhi umur kehamilan (tidak ada manfaat melahirkan per abdomen pada janin preterm
dengan presentasi kepala)
• Toleransi janin prematur terhadap beban/stress yang lebih rendah
• Manfaat forsep profilaksi masih kontroversial
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
• Mendeteksi persalinan prematur scr dini
• Menekan aktivitas uterus
• Meningkatkan perawatan intrapartum pada janin yang direncanakan dilahirkan lebih awal
• Skrining faktor resiko pada kunjungan prenatal awal
DX KEPERAWATAN
• Nyeri Akut
• Koping Tidak Efektif
• Ansietas
• Kurang Pengetahuan
PRETERM INFANT
• A weight less than 2500 gr at birth
• Low birth weight 1500 – 2500 gr
• Very low birth weight 1000 – 1500 gr
• Extremely very low birth weight 500 – 1000 gr
• Neonatal intensive care respiratory distress syndrome
CAUSES
• Preterm infant deaths account for 80% to 90 % of the infant mortality in the first year of life.
• Risk factor of preterm birth
ASSESSMENT
• Pregnancy history
• Self esteem and guilt
• Appearance of the baby
PERSALINAN POSTMATUR
PENGERTIAN
Masa kehamilan yang melebihi 42 minggu (> 294 hari) dihitung dari hari pertama menstruasi yang terakhir (HPM)
Faktor Risiko
• HPM tidak diketahui dengan akurat
• Kehamilan ekstrauterin
• Kehamilan lewat waktu sebelumnya
Problem maternal
1. Serviks yang tidak masak (70% kasus)
2. Kecemasan
3. Persalinan traumatik karena makrosomia
(20%)
4. Risiko bedah sesar meningkat
5. Risiko perdarahan postpartum meningkat
Problem fetal
• Abnormalitas pertumbuhan janin
– Macrosomia (3-7x)
– Sindrom disfungsi plasenta
• Oligohidramnion
Pemeriksaan pasien
• Penentuan perkiraan tanggal kelahiran (HPL)
• Penilaian janin
– USG
– Kardiotokografi (NST, CST)
– Profil biofisik
• Penilaian kematangan serviks
Cara Persalinan
• Menilai faktor persalinan untuk memperkirakan prognosis persalinan per vaginam
• Mulai diterminasi pada umur kehamilan 41 minggu
Serviks matang (skor Bishop 7)
• Induksi bila tanpa makrosomia
• Bedah sesar dilakukan bila TBJ 4500 g (non diabetik), dan 4000-4200 (diabetik)
• Perlu monitoring janin intrapartum
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
• Kaji adanya tanda persalinan
• Hitung gerakan janin setiap hari
• Hubungi petugas kesehatan jika ketuban pecah
• Tes pengkajian janin atau pemeriksaan serviks
• Datang ke RS segera setelah persalinan dimulai
• Beri dukungan emosional
TRAUMA MELAHIRKAN: FISTULA GENETALIA
• Lubang yang terbentuk antara vagina, rectum dan atau kandung kemih yang disebabkan persalinan lama dan
terhambat dan dapat menyebabkan inkontinensia urin dan fecal
• Vesicovaginal fistula dan rectovaginal fistula
Patogenesis
• Persalinan yang macet menyebabkan nekrosis iskemik jaringan lunak antara vagina dan kandung kemih atau
rektum.
• Ini terjadi ketika kepala janin tersumbat di panggul dan tekanan yang berkepanjangan pada dinding vagina anterior
dan leher atau uretra kandung kemih yang mendasari ketika jaringan dikompresi antara kepala janin dan aspek
posterior dari simfisis pubis.
• Jaringan nekrotik mengelupas dalam waktu sekitar 10 hari, setelah itu mengalami inkontinensia (Harris 2010, Tebeu
2012).
• Kekuatan dan durasi kompresi juga menentukan sifat dan tingkat cedera ibu. Jika kompresi terjadi sebelum
pelebaran serviks penuh dan sebelum penurunan kepala janin yang baik, kubah vagina dan serviks mengalami
nekrosis tekanan yang mengakibatkan fesula vesico-serviks-vagina atau uterovaginal (Wall 2001).
• Kasus fistula kebidanan disertai dengan kehilangan janin. Tebeu et al. (2012) dalam meta-analisis mereka
menemukan bahwa di lebih dari 78% kasus fistula kebidanan, ada kehilangan janin.
• Robekan langsung dari jaringan lunak juga dapat menyebabkan pembentukan fistula selama persalinan endapan.
• Episiotomi dan persalinan instrumental selama persalinan macet juga berkontribusi, menyebabkan sebagian besar
fistula rektovaginal (Tebeu 2012).
Pencegahan
• Menurunkan resiko komplikasi selama kehamilan screening perawatan antenatal untuk mendeteksi persalinan
lama atau terhambat
• Pemasangan kateter urin
Penatalaksanaan Keperawatan
• Deteksi komplikasi kehamilan dan resiko persalinan berisiko pada saat kunjungan antenatal
• Perawatan preop dan postop fistula repair
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
DEFINISI
Penyakit Menular Seksual adalah infeksi atau penyakit yang di tularkan melalui hubungan seks atau penyakit
kelamin atau infeksi yang di tularkan melalui hubungan seks yang dapat menyerang alat kelamin dengan atau tanpa
gejala dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, serta organ tubuh lainnya, misalnya
HIV/AIDS, Hepatitis B
2. Sifilis
disebabkan oleh spirokaeta Treponema pallidum, merupakan penyakit kronik dan bersifat sistemik
Fase sifilis primer :ditandai dengan munculnya tukak baik tunggal maupun multipel
Sifilis sekunder dapat timbul berupa ruam pada kulit, selaput lendir dan organ tubuh dan dapat disertai demam
dan malaise
4. Clamidia
Disebabkan oleh chlamydia Tranchomatis. Sifat bakteri yang di miliki Infektivitas hilang pada suhu 600C
selama 10 menit, pada suhu -500C sampai -700C infektivitas bertahan bertahun-tahun.
Gejala : keluar keputihan encer berwarna putih kekuningan. Rasa terbakar saat buang air kecil, bengkak, merah,
sakit dan supuratif (1 minggu – 2 bulan) & kasus kronis terjadi elefanfiasi genital oleh karena obstruksi saluran
limfe
Komplikasi yang terjadi pada penyakit Clamidia: kemandulan, Rasa sakit kronis di rongga panggul, Infeksi
mata berat, Infeksi pneumonia pada bayi baru lahir, Memudahkan penularan HIV
5. Herpes Genetalis
bersifat kronik, rekuren dan dapat dikatakan sulit di obati
Penyebab penyakit ini Virus Herpes Simplek tipe II dengan gelembung-gelembung berisi cairan di vulva,
vagina, dan serviks, yang di kenal dengan nama herpes simpleks
Gejala yang mungkin di timbulkan yaitu: Rasa sangat nyeri, Demam, disuria dan malaise, Limfe denopati
inguinal
6. Hepatitis B
sebabkan oleh virus hepatitis B, penularannya melalui darah dan produk darah yaitu bisa bisa melalui luka,
kontak seksual, operasi, medikasi, infus dan injeksi serta vertika dan ibu kepada bayinya
Gejala akut meliputi demam, nyeri tekan perut kanan atas, mual, muntah, anoreksia, dan malaise serta ikterik
7. Ulkus Mole
infeksi menular seksual yang di tandai dengan ulkus pada daerah genetalia di sertai dengan pembengkakan
kelenjar limfe inguinal
bakteri heamophilus ducrey
bakteri masuk kedalam tubuh sekitar 7 hari muncul pustuls ysng kemudian pecah dan meninggalkan ulkus yang
dalam.Luka infeksi mengakibatkan kematian jaringan di sekitarny. Gejala yang ditimmbulkan masa inkubasi 4-
10 hari, rasa nyeri yang hebat.
8. Candidiasiasi Vaginalis
inveksi yang di sebabakan oleh jamur kandida albicans, yang terjadi di sekitar vagina
Keputihan dengan rasa gatal yang hebat Jika tidak di obati dapat menjalar ke uretra yang dapat mengakibatkan
infeksi saluran kemih
INFEKSI TORCH
TORCH adalah sebuah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yang
menyebabkan kelainan bawaan, yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit
infeksi ini sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil.
Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal dengan nama Toxoplasma gondii
Sumber infeksi :
- Tinja kucing ( mengandung ookista )
- Hewan potong yang terinfeksi ( mengandung kista )
- Ibu yang terinfeksi pada saat hamil
- Organ/ darah donor yang terinfeksi
PENGOBATAN
Ibu hamil yang terinfeksi toksoplasmosis, penanganannya saat terjadinya infeksi dan pengaruh janin:
- Sebelum minggu 16 diberikan antibiotik spiramycin
- Sesudah minggu 16 diberikan pyrimethamine dan sulfadiazine
UPAYA PENCEGAHAN
Masaklah daging sampai matang
Cucilah permukaan dan peralatan dapur yang bersentuhan dengan daging mentah
Cuci bersih daging, buah dan sayur yang akan dimasak
Pakailah sarung tangan apabila menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi kotoran kucing
JENIS JENSI PENYAKIT TORCH
1. Rubella
• Penyakit ini disebabkan oleh virus Rubella yang termasuk famili Togaviridae dan genus Rubivirus, infeksi
virus ini terjadi karena adanya kontak dengan sekret orang yang terinfeksi; pada wanita hamil penularan ke
janin secara intrauterin
• Rubella menjadi penting karena penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan pada janin. Sindroma rubella
congenital terjadi pada 90% bayi yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi rubella selama trimester
pertama kehamilan, resiko kecacatan ini menurun hinggga kira-kira 10-20% pada minggu ke 16 dan lebih
jarang terjadi bila ibu terkena infeksi pada usia kehamilan 20 minggu
• Gejala:
o Terjadi demam ringan, sakit kepala, rasa lelah, sakit tenggorokan dan batuk
o Ruam akan timbul sekitar 16-18 hari setelah terpapar
o Pada orang dewasa kadang disertai dengan sakit persendian
2. CMV
• Penyakit ini disebabkan oleh Human cytomegalovirus, subfamili betaherpesvirus, famili herpesviridae.
Penularannya lewat paparan jaringan, sekresi maupun ekskresi tubuh yang terinfeksi
• urine, ludah, air susu ibu, cairan vagina, dan lain lain
• Infeksi CMV menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan organ-organ pada janin.
• CMV juga merupakan penyebab terbanyak dari gangguan pendengaran, gangguan perkembangan saraf, dan
retardasi mental pada anak.
• Cara penularan
o Kontak langsung dengan sumber infeksi (saliva, urin, sekresi serviks dan vagina, sperma, asi)
o Melalui tranfusi dan transplantasi organ
o Secara vertikal dari ibu ke janin
• Upaya pencegahan
o Jangan mencium anak dibawah umur usia dibawah usia 6 thn pada mulut dan pipi
o Cucilah tanggan dgn sabun dan air etelah mengganti popok bayi atau setelah kontak dengan air liur
o Cucilah mainan anak dengan sabun dan air
o Petugas di pusat perawatan/ penitipan bayi sebaiknya mengganti sarung tangan saat mengganti
popok
3. Herpes
• Penyakit ini disebabkan infeksi Herpes simplex virus (HSV); ada 2 tipe HSV yaitu tipe 1 dan 2. Tipe 1
biasanya mempunyai gejala ringan dan hanya terjadi pada bayi karena adanya kontak dengan lesi genital yang
infektif; sedangkan HSV tipe 2 merupakan herpes genitalis yang menular lewat hubungan seksual
• HSV 1 menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa mulut, wajah dan
sekitar mata.
• HSV 2 atau herpes genital ini ditularkan melalui hubungan seksual dan menyebabkan vagina terlihat seperti
bercak dengan luka mungkin muncul iritasi, penurunan kesadaran yang disertai pusing dan kekuningan pada
kulit, kesulitan bernafas dan kejang
• Infeksi pertama HSV adalah dimulai setelah masa inkubasi 4 – 6 hari, gejala yang ditimbulkan meliputi nyeri,
inflamasi, dan diikuti pembentukan gelembung – gelembung kuning yang berisi cairan bening dan
berkembang menjadi nanah
• Upaya pencegahan
o Hindari melakukan hubungan seksual bila terdapat lesi pada alat genetal
o Sebaiknya gunakan kondom, main aman pakai pengaman
o Proses kelahiran dilakukan dengan “caesarean section”, bila terdapat lesi (mencegah transmisi ibu ke
bayi)
•
HUMAN PAPILLOMA VIRUS (HPV)
Human papillomavirus (HPV) adalah virus deoxyribonucleic acid (DNA) untaian ganda yang menular secara
seksual dan menginfeksi permukaan kulit dan mukosa epitel (Kahn, 2009)
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks yang terdapat pada bagian
terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.(Diananda,Rama, 2009 ).
Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar
penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam rahim (Sarjadi, 2001).
ETIOLOGI HPV
Saat ini sudah dikenal lebih kurang 100 tipe HPVyang penomorannya dibuat berdasarkan urutan ditemukannya.
Partikel HPV terdiri dari sekitar 8000 pasang molekul DNA yang membentuk lingkaran dan terbungkus oleh protein
yang terdiri dari 2 molekul (L1 dan L2).
Terdapat gen-gen yang mempunyai kapasitas mengkode protein-protein, temasuk diantaranya protein awal (E1, E2,
E4-E7) yang sangat diperlukan pada proses replikasi virus DNA dan pembentukan partikel virus pada sel-sel yang
terinfeksi olehnya.
HPV tipe 16 dapat bertahan lebih lama dibandingkan tipe lain, namun hal ini tidak berhubungan langsung dengan
proses karsinogenisitas.
PENCEGAHAN HPV
Vaksinasi HPV (human papilloma virus).
Gunakan kondom.
Jangan berganti-ganti pasangan seks.
Lakukan pemeriksaan pap smear minimal 1 tahun sekali.
Jangan merokok.
Etiologi
o Infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam organ kandungan maupun kuman dari luar yang
sering menyebabkan infeksi. Berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi:
o Ektogen (kuman datang dari luar)
o Autogen (kuman dari tempat lain)
o Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri)
o Bakteri yang dapat menyebabkan infeksi postpartum : Streptococcus Haemolyticus Aerobic, Staphylococcus Aerus,
Escheria Coli, Clostridium Welchii
Pencegahan
Selama kehamilan Selama persalinan Selama postpartum
Perbaikan gizi Membatasi masuknya kuman kuman ke Perawatan luka post partum dengan
dalam jalan lahir teknik aseptik
Sebaiknya tidak Membatasi perlukaan jalan lahir Penderita dengan infeksi postpartum
melakukan sebaiknya diisolasi dalam ruangan
hubungan seksual khusus
saat kehamilan tua
Etiologi
Kebanyakan PID merupakan sekuele dari infeksi serviks karena penyakit menular seksual yang terutama disebabkan
oleh Neisseria gonorrhoeae dan Chlamidia trachomatis.
Selain kedua organisme ini, mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya PID adalah:
Cytomegalovirus (CMV) : CMV ditemukan di saluran genital bagian atas pada wanita yang mengalami, diduga
merupakan penyebab yang penting untuk terjadinya PID
Bacteroides fragilis, yang dapat menyebabkan dekstruksi tuba dan epitel
Manifestasi Klinis
Gejala pelvic inflamatory desease :
Tegang nyeri abdomen bagian bawah
Tegang nyeri adneksa unilateral dan bilateral
Tegang nyeri pada pergerakan servik
Temperatur di atas 38 o C
Pengeluaran cairan servik atau vagina abnormal
Peningkatan C reaktif protein
Pada pemeriksaan lendir servik dijumpai clamidia trachomatis atau neisseria gonorhoe
Laju endap darah meningkat
Komplikasi Infeksi
Penyakit menahun dengan keluhan ketidaknyamanan di daerah kemaluan, gangguan menstruasi nyeri saat
menstruasi (dismenorea), nyeri saat berhubungan seks (disparenia). Dan keputihan (leukorea) yang sulit sembuh.
Adanya infeksi penyakit hubungan seks atau melakukan gugur kandung yang kurang sesuai prosedur.
Pengobatan penyakit hubungan sekssual yang gagal, yang mengakibatkan gangguan fungsi alat genetalia bagian
dalam.
Penatalaksanaan Infeksi
Terapi Parenteral
Rekomendasi terapi parenteral A:
Sefotetan 2 g intravena setiap 12 jam.
Sefoksitin 2 g intravena setiap 6 jam.
Doksisiklin 100 mg oral atau parental setiap 12 jam.
Rekomendasi terapi parenteral B:
Klindamisin 900 mg setiap 8 jam ditambah.
Gentamisin dosis muatan intravena atau intramuskuler (2 mg/kg berat badan) diikuti dengan dosis
pemeliharaan (1,5 mg/kg berat badan) setiap 8 jam. Dapat digantikan dengan dosis tunggal harian.
Terapi parenteral alternatif
Terapi Oral
Terapi oral dapat dipertimbangkan untuk penderita PID ringan atau sedang karena kesudahan klinisnya sama dengan
terapi parenteral. Pasien yang mendapat terapi oral dan tidak menunjukkan perbaikan setelah 72 jam harus dire-
evaluasi untuk memastikan diagnosanya dan diberikan terapi parenteral baik dengan rawat jalan maupun inap.
Rekomendasi terapi A
Levofloksasin 500 mg oral 1x setiap hari selama 14 hari atau doksisiklin 400 mg 2x sehari selama 14 hari,
dengan atau tanpa
Metronidazol 500 mg oral 2x sehari selama 14 hari.
Rekomendasi terapi B
Seftriaxon 250 mg intramuskuler dosis tunggal ditambah doksisiklin oral 2x sehari selama 14 hari dengan
atau tanpa metronidazol 500 mg oral 2x sehari selama 14 hari, atau
Sefoksitin 2 g intramuskuler dosis tunggal dan probenesid ditambah doksisiklin oral 2x sehari selama 14
hari dengan atau tanpa metronidazol 500 mg oral 2x sehari selama 14 hari, atau
Sefalosporin generasi ketiga (misal seftizoksin atau sefotaksim) ditambah doksisiklin oral 2x sehari
selama 14 hari dengan atau tanpa metronidazol 500 mg oral 2x sehari selama 14 hari.
DIABETES MELLITUS GESTASIONAL
o Diabetes mellitus dengan kehamilan (diabetes melitus gestational/DMG) adalah kehamilan normal yang disertai
dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia).
o Pada golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara selama masa kehamilan, artinya kondisi diabetes atau
intoleransi glukosa pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga
Etiologi
o Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat untuk makanan janin dan persiapan untuk
menyusui. Bila tidak mampu meningkatkan produksi insulin yang mengakibatkan hyperglikemia atau DM
kehamilan (DM yang timbul dalam kehamilan).
o Penyebab umum DM adalah:
1. Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.
2. Genetik
3. Kerusakan atau kelainan pangkreas sehingga kekurangan produksi insulin
4. Meningkatnya hormone anti insulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan epineprin.
5. Obat-obatan.
6. Wanita obesitas
Klasifikasi DMG
• Kelas I : Gestasional diabetes Yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan menghilang setelah melahirkan.
• Kelas II : Pregestasional diabetes Yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut setelah hamil.
• Kelas III : Pregestasional diabetes Yag disertai dengan komplikasi penyakit seperti retinopati, nefropati, penyakit
pemburuh darah panggul dan pembuluh darah perifer.
Patofisiologi
o Penyakit ini akan menyebabkan perubahan – perubahan metabolic dan hormonal pada penderita.
o Beberapa hormon tertentu mengalami peningkatan jumlah, misalnya hormone kortisol, estrogen, dan human
placental lactogen (HPL).
o Peningkatan jumlah semua hormon tersebut saat hamil ternyata mempunyai pengaruh terhadap fungsi insulin dalam
mengatur kadar gula darah.
o Kondisi ini menyebabkan suatu kondisi yang kebal terhadap insuin yang disebut sebagai resisten insulin. Sehingga
menimbulkan dampak peningkatan kadar glukosa pada ibu hamil.
Manifestasi Klinis
1. Mudah lapar
2. Mudah lelah
3. Sering haus
4. Sering BAK
5. BB turun
6. Mata buram
7. Mual
8. Luka sulit sembuh
9. Kesemutan
Pemeriksaan diagnosic
o Untuk penegakan diagnosis DM tipe II yaitu dengan pemeriksaan glukosa darah dan pemeriksaan glukosa peroral
(TTGO).
o Sedangkan untuk membedakan DM tipe II dan DM tipe I dengan pemeriksaan C-peptide.
Penatalaksanaan medis
1. Penatalaksanaan secara keperawatan
• Penyuluhan/pendidikan kesehatan
• Perencanaan makanan
• Olahraga
ETIOLOGI
Mual dan muntah disebabkan oleh kombinasi hormon estrogen dan progesteron, walaupun belum diketahui secara pasti,
tetapi
DUGAAN UTAMA antara lain;
1. Faktor Hormonal dari dalam tubuh
Pengaruh Peningkatan HcG (Human Chorionic Gonadotropin) Dalam darah, yang dapat menginduksi
ovarium untuk memproduksi esterogen yang dapat merangsang mual dan muntah
2. Faktor Hormonal psikologis
Seperti dapat berupa kehamilan yang tidak dinginkan, adanya beban kerja berat ataupun finansial yang kurang
3. Faktor Nutrisi
Seperti kekurangan makanan bergizi dan juga kekurangan Vitamin B6 & B12
PATOFISIOLOGI
o disebabkan karena peningkatan Hormone Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor mual dan muntah.
o Peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi
sehingga motilitas menurun dan lambung akan menjadi kosong
o Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan
terdapatnya non protein nitrogen, dan penurunan klorida dalam darah, kekurangan vitamin B1, B6, B12, dapat
mengakibatkan terjadinya anemia (Mitayani, 2009 hal 56).
MANIFESTASI KLINIS
• TINGKAT 1
• Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum.
• Pada tingkatan ini ibu hamil merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri
pada epigastrium
• TINGKAT 2
• Ibu hamil tampak lebih lemas, turgor kulit lebih menurun, lidah kering ,nadi kecil dan cepat, tekanan darah
turun,berat badan turun
• TINGKAT 3
• Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil
dan cepat, tekanan darah menurun,
PENCEGAHAN
• Memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik.
• Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang–kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan
muda dan akan hilang setelah
• kehamilan 4 bulan.
• Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering.
• Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
• Menghindari kekurangan kardohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung
gula.
HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
• Hipertensi yang terjadi saat kehamilan berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan atau lebih selama
20 minggu usia kehamilan pada wanita yang sebelumnya normotensif,
• tekanan darah mencapai nilai 140/90 mmhg, atau
• kenaikan tekanan sistolik 30 mmhg dan tekana diastolik 15 mmhg diatas nilai normal.
pecahnya ketuban sebelum waktunya tanpa disertai tanda inpartu dan setelah 1 jam tetap tidak diikuti dengan proses
inpartu sebagaimana mestinya.
Klasifikasi
KPD Preterm
Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya ketuban yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes
fern atau IGFBP-1 (+) pada usia <37 minggu sebelum onset persalinan. KPD sangat preterm adalah pecahnya
ketuban saat umur kehamilan ibu antara 24 sampai kurang dari 34 minggu, sedangkan KPD preterm saat umur
kehamilan ibu anatara 34 sampai kurang dari 37 minggu minggu.
KPD Aterm
Ketuban pecah dini aterm adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya yag terbukti dengan vaginal pooling, tes
nitrazin dan tes fern (+), IGFBP-1 (+ ) pada usia kehamilan ≥37 minggu.
• Selama kehamilan, risiko terjadinya gangguan jantung akibat perubahan hemodinamika cukup kerap terjadi, wanita
hamil dengan penyakit jantung juga mempunyai risko untuk mengalami komplikasi neonatal, komplikasi yang
terjadi pada bayi yang dikandungnya.
• Komplikasi neonatal tersebut berisko enam kali lipat pada bayi yang terlahir dari ibu yang mempunyai gangguan
jantung daripada kontrolnya.
• Komplikasi ini menyebabkan bayi mengalami kelahiran prematur, Small For Gestational Age (SGA),dan lahir mati.
• Saat kehamilan datang, kelainan kardiovaskular pada wanita hamil sangat sukar diketahui karena gejala penyakit
jantung seperti kelelahan, dispneau, ortopnea, edema tungkai, dan nyeri dada juga terjadi pada wanita normal. Oleh
karena itu, wanita dengan penyakit jantung wajib melakukan pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC).
• Wanita dengan risiko ringan dan moderate (kelas risiko I dan II) dapat melakukan ANC setidaknya satu kali selama
trimester pertama. Sementara wanita dengan kelas risiko III dan IV harus melakukan kunjungan antenatal setiap
bulan selama kehamilannya.
ANEMIA
• Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan,
maupun nifas dan masa selanjutnya.
• Penyulit penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah:
o keguguran (abortus),
o kelahiran prematur, persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri),
o perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi
o otot rahim (atonia uteri),
o syok,
o infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan
dekompensasi kordis.
• Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan,
PENYEBAB ANEMIA
• Zat besi yang masuk melalui makanan tidak mencukupi kebutuhan.
• Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, terutama ibu hamil, masa tumbuh kembang pada remaja,
penyakit kronis, seperti tuberculosis dan infeksi lainnya.
• Perdarahan yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang, malaria, haid yang berlebihan dan melahirkan
Pencegahan Anemia
• Mengonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh sayuran warna hijau, kacang – kacangan, protein hewani,
terutama hati.
• Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti jeruk, tomat, mangga dan lain–lain yang dapat
meningkatkan penyerapan zat besi. Lebih cepat bila mengupayakan perbaikan menu makanan. Misalnya dengan
konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang-kacangan (tahu,
oncom, kedelai, kacang hijau, sayuran berwarna hijau, sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam) dan buah-
buahan (jeruk, jambu biji dan pisang).
• Diagnosa Keperawatan
Resiko penurunan curah jantung b.d peningkatan volume sirkulasi, distritmia, perubahan kontraktilitas, miokard dan
perubahan inotropik pada jantung.
• Intervensi keperawatan
Tujuan : Klien dapat mempertahankan curah jantung yang adekuat
Kriteria Hasil:
- Mengidentifikasi perilaku untuk meminimalkan stressor dan memaksimalkan fungsi.
- Mentoleransi tekanan dari peningkatan volume darah sesuai indikasi sampai dengan nadi dalam
batas yang tepat secara individu.
- Mendemonstrasikan sirkulasi plasenta yang adekuat
Intervensi
- Pantau TTV klien
- Berikan informasi tentang perlunya istirahat yang adekuat
- Selidiki adanya keluhan nyeri dada dan palpitasi, anjurkan pembatasan kafein dengan cepat
• Rasional
- Permulaan tahap dekompensasi karena toleran terhadap beban sirkulasi, infeksi atau ansietas dapat terlihat
pertama-tama dari perubahan yang membahayakan pada pola tanda vital, berkenaan dengan peningkatan
suhu, nadi, pernapasan, dan TD.
- Meminimalkan stress jantung dan menghemat energy, klien kelas IV memerlukan tirah baring selama
kehamilan
- Klien dengan prolaps katup mitral dapat terjadi aritmia terlihat pada nyeri dada dan palpitasi, pembatasan
kafein dapat menurunkan ferkuensi terjadinya.