Anda di halaman 1dari 56

PERDARAHAN MATERNAL

Masalah Kesehatan Maternal Di Indonesia


• Angka kematian ibu (AKI) masih tinggi. Bahkan tertinggi di kawasan Asia. Berdasarkan SDKI th. 2007 AKI
Indonesia 228 per 100.000 kelahiran.
• SDKI th. 2012 AKI meningkat: 359 per 100.000 kelahiran.
• SUPAS (2015) menurun menjadi 305/100.000.
• Penyebab pertama kematian ibu  PERDARAHAN

PERDARAHAN MATERNAL
• Perdarahan awal kehamilan
• Perdarahan kehamilan lanjut
• Perdarahan pasca persalinan

PERDARAHAN AWAL KEHAMILAN


PERDARAHAN AWAL KEHAMILAN< 22 MINGGU
 Abortus Spontan
 Abortus  terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup viabel
 Viabilitas janin dicapai pada sekitar minggu 20 – 24 dengan berat janin > 500 gr atau lingkar kepala
> 18 cm  bayi dapat tetap hidup dengan adanya kemajuan teknologi.

Abortus Buatan
• MEDIS/ TERAPEUTIK
• NON MEDIS/ELEKTIF (Abortus Provokatus Kriminalis)

Abortus Spontan
• KELAINAN PERTUMBUHAN JANIN ( DEFEK KROMOSOM )
• KELAINAN PLASENTA
• KELAINAN IBU/ PENYAKIT IBU
• KELAINAN TRAKTUS UG

Ada tiga jenis abortus:


• Abortus Spontan  oleh sebab-sebab alami
• Abortus Terapeutik kehamilan sengaja dihentikan karena alasan medis
• Abortus Elektif  alasan pribadi

Abortus spontan dini: terjd. sebelum usia kehamilan 12 minggu


Sekitar 15% kehamilan berakhir dg abortus spontan
- Setengah dari kejadian abortus spontan
disebabkan perkembangan abnormal
embrionik, defek kromosom, kelainan plasenta
- Kelainan/penyakit ibu /penyakit herediter
- Kelainan traktus urogenital

Abortus spontan tahap lanjut: minggu 12 – 20 kehamilan


Abortus spontan tahap lanjut disebabkan oleh penyebab maternal  usia tua, dan paritas, penyakit infeksi,
penyakit kronis yg mengganggu, nutrisi buruk, & pemakaian obat-obatan yg dilarang.

JENIS – ABORTUS BERDASARKAN PERJALANAN KLINIS


A. ABORTUS SPONTAN
 ABORTUS IMMINENS
Peristiwa perdarahan dari uterus pada kehamilan < 20 minggu, hasil konsepsi masih
dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks
Gejala:
Perdarahan dari OUE, sedikit mules, besarnya uterus sesuai usia gestasi, OUI
tertutup, tes kehamilan positif.
Penanganan:
• Bedrest, cegah stres dan orgasme
• USG  janin hidup/ mati
Prognosa :
Tergantung lamanya perdarahan. Prognosa kurang baik jika perdarahan lama,
disertai mules dan serviks terbuka.

 ABORTUS INSIPIENS
• Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan < 20 minggu, terdapat dilatasi serviks
uteri, hasil konsepsi masih dalam uterus.
• Gejala :
Mules sering & kuat, perdarahan bertambah banyak.
• Penanganan
• Pengeluaran hasil konsepsi bisa dengan kuret vakum atau cunam ovum, disusul
dengan kerokan.
• Bila janin sudah keluar, plasenta tertinggal  pengeluaran plasenta secara
digital  kerokan.

 ABORTUS INKOMPLIT
• Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan < 20 minggu, dengan sisa
yang tertinggal dalam uterus.
• Diagnosis
• Kanalis servikalis terbuka
• Jaringan dapat teraba dalam kavum uteri atau menonjol dari OUE
• Dapat terjadi perdarahan banyak, tak akan berhenti sebelum sisa konsepsi
dikeluarkan  dpt terjadi syok
• Terapi
• Penanganan syok  infus NaCl/RL transfusi kerokan ergometrin im

 ABORTUS KOMPLIT
• Semua hasil konsepsi sudah keluar.
• Gejala
• Perdarahan sedikit, ostium uteri eksternum (OUE) tertutup, uterus mengecil.
• Penanganan
• Bila anemis  tablet Sulfas Ferrosus.

B. ABORTUS INFEKSIOSA
• Abortus infeksiosus : abortus yang disertai infeksi traktus Genitalia.
• Abortus septik : abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam
peredaran darah atau peritoneum.
• Gejala :
• Demam, takikardi, perdarahan pervaginam berbau, uterus membesar, lembek, nyeri
tekan, lekositosis. Bila sepsis  demam , menggigil, Tekanan Darah .
• Penanganan ; infus  transfusi, Antibiotik. Kuretase dilakukan dalam 6 jam

C. ABORTUS JANIN MATI (MISSED ABORTION)


• Kematian janin < 20 Mg, tapi tidak dikeluarkan selama  8 Minggu
• Gejala
• Diawali dengan abortus imminens yang kemudian menghilang spontan.
• Gejala subyektif kehamilan menghilang, mammae mengendor, uterus mengecil, tes
kehamilan (-). Sering disertai gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia.
• Terapi
• Tergantung KU & kadar fibrinogen serta psikis pasien.
Jika < 12 Mg  D&C (dilatasi dan kuretase)
jika > 12 Mg  infus oksitosin 10 IU dalam Dextrose 500 cc atau Prostagalndin E

D. ABORTUS HABITUALIS (BERULANG)


• Abortus spontan yang terjadi  3x berturut-turut
• Etiologi :
Abortus spontan, imunologik/ kegagalan, reaksi terhadap antigen.
• Penanganan :
• Anamnesa lengkap, pemeriksaan golongan darah suami & isteri, inkompatibilitas darah,
pemeriksaan kromosom pada trimester 2 Bila
inkompeten serviks  cerclage/pengikatan serviks
• Tatalaksana tergantung etiologi

 Inkompetensia Serviks
 Dilatasi ostium serviks tanpa nyeri, tanpa disertai tanda bersalin
 Dapat terjadi keguguran atau kelahiran prematur.
 Insiden inkompetensia serviks adalah 20% or lebih pada semua keguguran/imaturitas pd trimester
II.

Penyebab Inkompetensia Serviks


• Riwayat kelahiran traumatik
• Dilatasi dan kuretase (DC) yang dipaksakan
• Serviks pendek atau anomali
• Ibu terpapar dietilstilbesterol (DES)

Penanganan
 Penanganan Konservatif :
• Tirah baring
• Tokolisis
 Penanganan Aktif:
• Jahitan serviks (cerclage) sampai kehamilan cukup bulan
• Dilepas saat masa persalinan  persalinan spontan

 Kehamilan Ektopik
Definisi:
Kehamilan yang bernidasi diluar lokalisasi
endometrium yg normal (cavum uteri)
Lokalisasi
 Kehamilan tuba
– Interstisial
– Ampula tubae
– Isthmus tubae
– Kehamilan pd osteum tubae
eksternum
 Kehamilan servikal
 Kehamilan ovarium
 Kehamilan abdomen
 Kehamilan intraligramentur (diligamentum rotundum)

Sebab kehamilan ektopik


 Kegagalan fungsi tuba falopii
– Terjadi penyempitan saluran tuba
 Salpingitis kronis
 Endometriosis
 Tekanan tumor
– Perlekatan tuba  saluran menyempit/buntu
 Infeksi menahun
 endometriosis
 Terlambat nidasi setelah melalui kavum uteri→ kehamilan servikalis
 Ovum terjebak dalam ovarium →spematozoa masuk makula pelusida ovum, terjadi konsepsi →
tumbuh & berkembang dalam ovum
 Konsepsi diluar tuba
konsepsi dan nidasi terjadi dicavum abdominalis → primer
implantasi sekunder dalam kavum abdominalis →kehamilan abdominalis sekunder
GEJALA KLINIK
 Trias gejala klinik
– Amenore
– Nyeri perut
– Perdarahan intra-abdominal dan transvaginal
 Terdapat tanda kehamilan
– Tanda tidak pasti, tanda mungkin, tanda pasti hamil
 Amenore
– Lamanya amenore bervariasi
– Dg amenore terdapat tanda2 hamil lainnya
 Nyeri pada perut
– Nyeri abdomen→kehamilan tuba yg pecah
– Rasa nyeri menjalar keseluruh abdomen
– Bila darah sampai diafragma→ nyeri didaerah bahu
– hematokel→nyeri di perut bag bawah & susah BAB
 Perdarahan
– Krn abortus/ruptur kehamilan tuba
– syok
– Ibu tampak anemis

DIAGNOSIS KET
 Anamnesa trias KET
 Pemeriksaan fisik
– Fisik umum
• anemis
• Nyeri hebat
• Kesadaran  bisa baik, bisa menurun --> koma
• Ekstremitas dingin, nadi meningkat, TD turun sampai syok
• Pemeriksaan abdomen : perut kembung,, nyeri saat perabaan
– Pemeriksaan khusus melalui vagina
. Nyeri goyang pd pemeriksaan serviks
. Kavum douglas menonjol dan nyeri
. Mungkin terasa tumor disamping uterus

KEHAMILAN ABDOMINAL
 Terdapat gejala:
– Janin msh hdp / sdh meninggal
– Janin teraba dbawah kulit
– Nyeri saat janin bergerak
– Pemeiksaan dalam (VT) → uterus kosong

KEMATIAN KEHAMILAN EKTOPIK


 Perdarahan pd kehamilan tuba interstisial
 Infeksi  sepsis  syok
 Keterlambatan merujuk

 Mola Hidatidosa
 Mola hidatiosa Adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar
 Tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi
hidropik.
 Secara makroskopik terlihat gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dg
ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai 1 atau 2 cm.
 Janin tidak berkembang, yang berkembang hanya plasenta
 Plasenta abnormal : lebih besar dan terjadi gelembung kecil berisi air ( hamil anggur )
 Ada 2 tipe :
- mola komplit ( tidak ada janin )
- mola parsial ( ada janin + mola)

Diagnosis
• Anamnesa : terlambat haid, perdarahan pervaginam kadang disertai gelembung mola, mual muntah
hebat
• Pemeriksaan Fisik : Uterus lebih besar dari usia kehamilan, bila mola komplit : tidak terdengar DJJ,
banyak gelembung
• Lab : hCG (+)
• USG : snow flake pattern 

Penatalaksanaan
• Gejala :
- Anemia : transfusi,
- Pre eklampsia : anti hypertensi
• Evakuasi : kuretase, hysterectomy  PA
• Kemoterapi : jika level hCG tidak turun
• Monitoring : 1- 2 tahun, dianjurkan memakai kontrasepsi
• Kesembuhan dari adanya keganasan apabila hilangnya semua tanda klinis dan tanda hormonal
(HCG) selama 5 tahun.

Prognosis
• Penyebab kematian : perdarahan pervaginam , pre eklampsia
• 5,56% : korio karsinoma
• 41,5 % kehamilan (+)
PERDARAHAN KEHAMILAN LANJUT
Perdarahan Ante Partum
• Perdarahan pervaginam pada kehamilan > 22 minggu
• Penyebab :
- Kelainan plasenta : solusio plasenta, plesenta previa
- Lain-lain : vasa previa, erosi porsio, ca serviks, polip serviks, varises vulva, trauma

Plasenta Previa
• Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir
• Klasifikasi :
1. Plasenta previa totalis
2. Plasenta previa parsialis
3. Plasenta previa marginalis
4. Plasenta letak rendah : 3-4 cm dari
OUI

Etiologi
• Penyebab pasti belum diketahui
• Multiparitas,
• Hipoplasia endometrium: hamil pada umur muda
• Usia > 35 th,
• Endometrium cacat pada riwayat persalinan berulang-ulang, SC, kuretase, dan manual plasenta
• Tumor-tumor seperti mioma uteri, polip endometrium

Gambaran klinis
• Perdarahan pervaginam
• Perdarahan pertama biasanya tidak banyak, berulang : banyak
• Tanpa nyeri
• Darah merah segar
• Turunnya bagian terbawah janin ke PAP terhalang
• Kelainan letak

Diagnosis
• Anamnesa : perdarahan pervaginam tanpa nyeri, tanpa alasan
• Palpasi: Bagian terbawah janin blm masuk PAP, kelainan letak
• Inspekulo : perdarahan dari ostium uteri eksternum
• USG : plasenta berimplantasi pada corpus depan, menutupi/ mencapai ostium uteri internum

Penatalaksanaan Medis
• Rujuk ke RS dg fasilitas transfusi, operasi
• Jangan dilakukan periksa dalam !
• Penanganan pasif/konservatif :
- < 36 minggu, perdarahan yg tidak membahayakan ibu dan janin
- Bed rest, pemberian tokolisis, pematangan paru : deksametason 12 mg iv
- Observasi : his/kontraksi, perdarahan, detak jantung janin, bila ada perburukan : persiapan operasi SC
• Penanganan aktif :
- Perdarahan banyak (preterm, aterm)
- Perdarahan sedikit pada aterm
- Plasenta previa totalis : SC
- Plasenta previa marginalis, parsialis, letak
rendah : SC/partus pervaginam
- Gawat janin : SC

Abrupsio (Solusio) Plasenta


• Terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada corpus uteri sebelum janin lahir
• Totalis, parsialis, ruptura sinus marginalis
• Ringan, sedang, berat

Etiologi
• Belum diketahui
• Berisiko : multiparitas, ibu usia tua, hipertensi, pre eklampsia, trauma (trauma langsung  jatuh, ditendang, tali
pusat pendek, versi luar/memutar janin), malnutrisi

Patofisiologi
• Perdarahan sedikit, gejala tidak jelas
• Perdarahan berlangsung terus  hematoma
retroplasenter semakin besarplasenta lepas sebagian/
seluruhnya
• Darah : menyusup dibawah selaput ketuban: keluar,
menembus selaput ketuban : air ketuban kemerahan,
ekstravasasi diantara serabut otot uterus : Uterus
Couvelaire

Manifestasi Klinis Ringan


• Terlepasnya sebagian kecil plasenta, tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin
• Perdarahan pervaginam kehitam -hitaman sedikit
• Perut sedikit tegang
•  Sebaiknya di USG

Sedang – Berat
• Plasenta terlepas ¼ sampai seluruh plasenta
• Sakit perut terus menerus
• Ibu bisa syok, gawat janin/meninggal
• Perdarahan pervaginam kehitaman
• Uterus tegang terus menerus  tegang seperti papan
• Kelainan pembekuan darah, kerusakan ginjal

Diagnosis
• Kadang-kadang sulit, terutama untuk solusio plasenta ringan USG
• Sakit perut terus menerus
• Perdarahan pervaginam kehitaman
• Nyeri tekan dan uterus tegang terus,
• Syok
• DJJ (-)
• Air ketuban kemerahan

Komplikasi
• Perdarahan, syok
• Kelainan pembekuan darah : hipofibrinogenemia < 100 mg%
• Oliguria
• Kerusakan ginjal
• Gawat janin, janin meninggal

PERDARAHAN POSTPARTUM
Konsep Perdarahan Post Partum
• Pengertian: perdarahan Postpartum adalah kehilangan darah 500 ml/lebih selama atau setelah melahirkan
• Gejala klinik: lemah, keringat dingin, menggigil, hiperpnea, TD sistolik <90 mm HG, nadi >100 x /m, Hb <8 g%.
• Penyebab : atonia uteri, robekan jalan lahir, retensio plasenta, tertinggalnya sebagian plasenta, inversio uteri,
endometritis

Etiologi PP dikelompokkan menjadi:


1. Trauma jalan lahir
a. Episiotomi yg lebar
b. Laserasi perineum, vagina, & serviks
c. Ruptur uteri
2. Kegagalan kompresi/penekanan pembuluh darah pd tempat melekatnya plasenta yang berakibat:
a. Hipotonic Myometrium (Atonia Uteri)
Dengan riwayat :
 Penggunaan anestesi umum
 Overdistensi uterus (bayi besar, kehamilan multiple/gemelli, hidramnion)
 Partus lama
 Paritas tinggi
 Mioma uteri
b. Retensi jaringan plasenta
• Kelainan perlekatan plasenta (plasenta akreta, inkreta, & perkreta)
• Penambahan lobus plasenta
c. Tertinggalnya pragmen plasenta
Penyebab tersering dari perdarahan postpartum dini  miometrium hipotonia dan perlukaan jalan lahir (vagina
dan serviks)

Disamping hal di atas, perdarahan akibat kekeliruan pd pengelolaan kala III 


 Mempercepat kelahiran plasenta seperti pengeluaran plasenta manual,
 Terus menerus meremas uterus yang telah berkontraksi baik Sehingga
menghambat mekanisme fisiologis pelepasan plasenta. Akibatnya pelepasan plasenta tidak lengkap 
uterus gagal berkontraksi  perdarahan hebat

Gejala Klinik
1. Atonia uteri
Uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan segera setelah anak lahir.
Penyulit: syok, bekuan darah pada serviks atau posisi terlentang akan menghambat aliran darah keluar
2. Robekan jalan lahir
Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir, uterus berkontraksi keras dan plasenta lengkap
Penyulit; anemia/pucat, lemah dan menggigil
3. Retensio plasenta
Plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, uterus berkontraksi dan keras
Penyulit: talipusat putus akibat traksi berlebihan, inversio uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
4. Tertinggalnya sebagian plasenta
Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap, perdarahan segera
Penyulit: uterus berkontraksi, tinggi fundus tidak berkurang
5. Inversio uteri
Uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak talipusat. Penyulit; neurogenik syok, pucat dan
limbung

Penanganan
Atonia Uteri
• Menegakkan diagnosis atonia
• Pemasangan infus dan pemberian uterotonika dan
kompresi bimanual.
• Transfusi darah bila perlu
• Uji beku darah untuk kofirmasi
• Bila masih terjadi perdarahan, lakukan :

Robekan jalan lahir


• Perbaiki keadaan umum terlebih dahulu, jika terjadi syok atasi syok.
• Eksplorasi jalan lahir jika perlu dalam narkose agar lebih mudah
• Jahitan hemostasis jika terdapat robekan jalan lahir
• Pemberian antibiotika profilaksis

SYOK HEMORAGIK
Klasifikasi syok hemoragik
1. Ringan, jika perdarahan < 20% vol darah
2. Sedang, sudah timbul oliguria dan penurunan perfusi organ ke hati, usus dan ginjal
3. Berat, nadi tak teraba dan penurunan kesadaran

Patofisiologi syok hemoragik


• Syok ringan: terjadi penurunan perfusi ke organ  kulit, pH arteri normal
• Syok sedang terjadi penurunan perfusi ke organ  terjadi asidosis metabolik
• Syok berat, penurunan perfusi ke organ vital, terjadi asidosis metabolik berat dan asidosis respitarorik

Penanganan syok
Resusitasi syok hemoragik
1. Atasi perfusi jaringan
2. Baringkan terlentang dengan kaki ditinggikan
3. Bebaskan jalan napas
4. Beri O2  5-10 l/m

Resusitasi cairan
1. Pasang abocath no 16 G dan ambil contoh darah dan pasang kateter vena sentral
2. Berikan RL atau Nacl fisiologis sebanyak 2-3 x darah yg keluar dgn tetesan cepat selama 20-30 menit
3. Pertahankan tekanan vena sentral 3-8 cmH2O
4. Pada syok hemoragik berat dapat diberika cairan koloid seperti dekstran sebanyak 10-20 ml/kg berat badan

Pemberian obat-obatan
• Sodium bikarbonat, bila pH arteri <7,2,diberikan dgn rumus base excess x BB x 1/3, separuh diberikan bolus iv,
sisanya melalui infus
• Vasokonstriktor (mis. dopamin), sudah diberikan resusitasi cairan
• Kortikosteroid
• Antibiotika,dosis tinggi dan kombinasi (mis. clindamisin 600 mg/6jam dan garamisin 2mg/kg bb/8 jam
• Heparin bila terjadi DIC

GANGGUAN PEMBEKUAN PADA MASA HAMIL


Perdarahan karena Gangguan Pembekuan Darah
• Baru dicurigai bila penyebab lain dapat disingkirkan apalagi disertai ada riwayat pernah mengalami hal yang sama
pada persalinan sebelumnya.
• Pada pemeriksaan penunjang ditemukan faal hemostasis yang abnormal.
• Waktu perdarahan dan waktu pembekuan memanjang, trombositopenia, terjadi hipofibrinogenemia, terdeteksi
adanya FDP (Fibrin Degradation Product) serta perpanjangan tes protrombin dan PTT (Partial Thromboplastin
Time)

Predesposisi untuk terjadinya hal diatas adalah :


1. Solutio plasenta
2. kematian janin dalam kandungan (IUFD)
3. Eklampsia
4. Emboli cairan ketuban
5. Sepsis

• Terapi yang dilakukan adalah tranfusi darah dan produk nya seperti plasma beku segar, trombosit,
fibrinogen, dan heparinisasi atau pemberian EACA( Epsilon Amino Caproic acid)

Pencegahan
1. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki KU dan mengatasi penyakit kronis
2. Mengenal faktor predisposisi HPP/PP
3. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan partus lama
4. Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di RS rujukan
5. Kehamilan resiko rendah  tenaga kesehatan
6. Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi HPP/PP
ENDOMETRIOSIS
PENGERTIAN:
 Endometriosis adalah pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus (ovarium, kavum douglas, ligamen
uterosakrum, septum rektrovaginal, kolon sigmoid, ligamen rotundum, peritonium pelvik, kandung kemih) termasuk
kelenjar dan stroma

Klasifikasi Endometriosis:
o Endometriosis Interna, yaitu endometriosis di dalam
miometrium, lazim disebut Adenomiosis.
o Endometriosis Eksterna, yaitu endometriosis di luar uterus

Etiologi:
Sampai saat ini belum ada penyebab pasti dari endometriosis. Ada
beberapa teori yang menerangkan terjadinya endometriosis:
• Teori genetik  insiden lebih tinggi pada wanita yang ibunya
juga mengalami endometriosis
• Teori Retrograde menstruation (menstruasi yang bergerak mundur/regurgitas) menurut teori ini, endometriosis
terjadi karena sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi mengalir kembali melalui tuba ke
dalam rongga pelvis.

Patologi:
• Lokasi paling sering terdapat pd kedua ovarium yang menampakkan kista-kista biru kecil sampai besar berisi darah
tua menyerupai coklat (endometrioma).
• Kista coklat robek  masuk rongga peritoneum  akut abdomen.
• Kista luka  darah keluar sedikit2  dapat menyebabkan perlengketan antara permukaan ovarium dgn uterus,
sigmoid & dinding panggul

Gambaran klinik
Gejala :
- Nyeri perut bawah yang progretif dekat paha dan selama haid.
- Dismenorea---Nyeri pada waktu haid
- Hypermenorea
- Infertilitas

Diagnosis:
 Laparaskopi
 Laparatomi
 USG Intravagina

Pengobatan :
 Mengatasi nyeri & memperbaiki infertilitas
 Terapi medikamentosa untuk supressi hormon
 Intervensi surgikal untuk membuang implant endometriosis

Hipogonadotropik
• Simtoma penurunan aktivitas kelenjar gonad (ovarium atau testis)
yang memproduksi hormon reproduksi beserta sel gamet, ovum
atau spermatozoid

Gejala:
Amenorea primer atau sekunder

Penatalaksanaan
• Gonadotropin atau hormon pengganti GnRH untuk meningkatkan
kesuburan dan mempertahankan karakteristik seks sekunder
KELUARGA BERENCANA (KB) DAN JENIS METODE KONTRASEPSI
INFERTILITAS
PEMECAHAN MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA
• Keputusan Presiden Nomor 8 tahun 1970 tentang pembentukan BKKBN
• Menurunkan tingkat kelahiran dengan program KB
• Meratakan penyebaran pendudukan melalui transmigrasi
• Memberikan pengertian dan pemahaman tentang kependudukan dan KB, serta merubah dan menerima sikap menuju
NKKBS

SEJARAH PROGRAM KB NASIONAL


• Awal program fokus pada upaya pengaturan kelahiran dalam rangka peningkatan kesejahteraan Ibu dan Anak (Era
1970-an)
• Era 1980 – 1990 an  diarahkan untuk melembagakan dan membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS)
• Tahun 2015  Keluarga Berkualitas

Kebijakan Program KB Nasional (2015 – 2019)


Sasaran Strategis
1. Menurunnya Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)
2. Menurunnya Angka kelahiran total (TFR) per WUS (15 - 49 tahun)
3. Meningkatnya pemakaian kontrasepsi (CPR)
4. Menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet need)
5. Menurunnya Angka kelahiran pada remaja usia 15 -19 tahun (ASFR 15 – 19 tahun)
6. Menurunnya kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS (15 - 49 tahun)

PENGERTIAN
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan mengatur jarak
kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi.

Tujuan Program KB
• Tujuan Demografis: Mengendalikan tingkat pertumbuhan penduduk angka fertilitas menurun
• Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama dan menjarangkan
kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
• Mengobati kemandulan atau infertilitas
• Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah
• Tujuan Normatif : Dihayatinya NKKBS dan pd suatu waktu akan menjadi falsafah hidup masyarakat & bangsa
Indonesia.

KOMPONEN PELAYANAN KEPENDUDUKAN /KB


• Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
• Konseling
• Pelayanan kontrasepsi
• Pelayanan infertilitas
• Pendidikan sex ( sex education )
• Konsultasi genetik
• Konsultasi pra perkawinan dan perkawinan
• Tes keganasan
• Adopsi

PELAYANAN KONTRASEPSI
Tujuan Umum :
Memberikan dukungan & pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS
Tujuan Pokok :
Penurunan angka kelahiran secara bermakna

KEBIJAKSANAAN PELAYANAN KONTRASEPSI


1. Fase menunda perkawinan/kesuburan
 Bagi PUS dg usia isteri kurang dari 20 thn
 Alasan menunda/ mencegah kehamilan :
• Umur < 20 thn sebaiknya ditunda dulu—karena berbagai alasan
• Prioritas penggunaan kontrasepsi ‘oral pil’—krn peserta masih muda
• Penggunaan kondom kurang menguntungkan—krn frekuensi sanggama msh tinggi kegagalan tinggi
• Penggunaan IUD mini dianjurkan, terutama klien dg kontraindikasi oral pil

 Ciri-ciri kontrasepsi yg diperlukan :


• Reversibilitas yg tinggi kembalinya kesuburan dpt dijamin hampir 100% krn peserta blm
mempunyai anak
• Efektivitas yg tinggi  krn kegagalan akan menyebabkan terjadi kehamilan resiko tinggi.

2. Fase menjarangkan kehamilan


 Usia isteri 20 – 30/35 thn, usia paling baik untuk melahirkan dg jumlah anak 2 orang dan jarak kelahiran 2 –
4 tahun  “Catur Warga”
 Alasan Menjarangkan Kehamilan :
• Umur 20-30 thn usia terbaik untuk hamil/melahirkan
• Segera setelah anak pertama lahir dianjurkan memakai IUD sebagai pilihan utama
• Kegagalan bila terjadi kehamilan kurang berbahaya krn berada pd usia hamil & melahirkan yg baik
• Kegagalan kontrasepsi dlm fase ini bukan kegagalan program

 Ciri-ciri kontrasepsi yg diperlukan :


• Efektivitas cukup tinggi
• Reversibilitas cukup tinggi peserta masih mengharapkan punya anak lagi
• Dapat dipakai 2-4 thn, sesuai jarak kehamilan yg direncanakan
• Tidak menghambat ASI

3. Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan


 Usia isteri diatas 30/35 thn  setelah mempunyai 2 orang anak.
 Alasan mengakhiri kesuburan :
• Ibu berusia diatas 30/35 thn dianjurkan tidak hamil krn alasan medis
• Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap
• Pil oral kurang dianjurkan krn usia ibu relatif tua krn kemungkinan ada efek samping &
komplikasi.

 Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :


• Efektivitas sangat tinggi, kegagalan menjadi kehamilan resiko tinggi bagi ibu & anak, jg krn anak tdk
dharapkan lagi.
• Dpt dipakai ‘jangka panjang’
• Tdk menambah kelainan yg sdh ada. Krn usia tua peny. Jantung, hipertensi, penyakit metabolik,
keganasan

KONTRASEPSI
Kontrasepsi adalah metode-metode untuk mencegah terjadinya kehamilan (Prawirohardjo, 2009)
Syarat :
• Aman pemakaiannya dan dpt dipercaya
• Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan
• Lama pemakaian dpt diatur menurut keinginan
• Tidak mengganggu hubungan suami isteri
• Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yg ketat selama pemakaiannya
• Cara penggunaannya sederhana
• Harganya murah supaya dpt dijangkau masyarakat luas
• Dapat diterima oleh pasutri (pasangan suami isteri)

Metode Kontrasepsi menurut cara kerja alat/ cara kontrasepsi :


1. Kontrasepsi sederhana dan non hormonal
Metode Amenore Laktasi, sanggama terputus, metode kalender/ pantang berkala, suhu badan, abstinensia. Metode
barier (kondom, diafragma, spermisid)
2. Kontrasepsi Hormonal
Pil KB, suntikan KB, alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK)/ Implant/ Norplant/susuk
3. Kontrasepsi Jangka Panjang
IUD, Implant/ susuk
4. Kontrasepsi Mantap
Medis Operatif Pria (MOP) dan Medis Operatif Wanita (MOW)

KONTRASEPSI SEDERHANA
1. Sanggama Terputus (Coitus Interuptus)
Cara Kerja :
• Penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi, air mani sengaja ditumpahkan di luar liang sanggama
untuk mencegah fertilisasi. Berdasarkan kenyataan bahwa refleks ejakulasi datangnya dpt disadari oleh
sebagian besar pria.
Efektivitas :
• Angka kegagalan tinggi (18 – 38 %), penyebab kegagalan : adanya pengeluaran cairan sblm ejakulasi yg
mengandung sel mani, apalagi coitus berulang
• Terlambat mengeluarkan penis dari liang sanggama
• Bila semen tumpah di vulva, sel mani masuk ke dalam
Efek Samping :
• Dpt mnyebabkan gangguan neurologis, psikologis, keluhan prostat dsb.

2. Metode Amenore Laktasi


• Ibu memberikan ASI secara rutin kepada bayinya
• Belum haid
• Metode ini efektif digunakan sampai bayi berusia 6 bulan
• Ibu tidak terpisah dari bayi selama 6 jam dalam sehari
• Harus dilanjutkan dengan pemakaian kontrasepsi lainnya.
Cara kerja
• Menunda ovulasi dan menghambat pembentukan estrogen melalui perangsangan pengeluaran prolaktin saat
menyusui

3. Metode Kalender/ pantang berkala


Prinsip kerja :
• Berpedoman pd siklus haid perempuan dengan ovulasi (masa subur) 1 kali sebulan, yg terjadi beberapa hari
sebelum atau sesudah hr ke 14 dr haid yang akan datang
Ada 2 cara sistem pantang berkala :
• Sistem kalender
• Sistem suhu basal badan
Sistem Kalender
• Untuk siklus haid teratur, maka masa subur akan berlangsung kurang lebih 14 hari haid berikutnya. Artinya
masa subur berlangsung hari ke 13 sampai ke 15 sebelum haid yang akan datang.
• Untuk siklus haid yg tidak teratur, masa berpantang dihitung dg memakai rumus :

Hari pertama mulai subur = siklus haid terpendek – 18


Hari subur terakhir = siklus haid terpanjang – 11
(cara ini hanya cocok bagi wanita dg siklus haid teratur)

Efektivitas :
• Bagi wanita dg siklus haid teratur efektivitasnya lebih tinggi dibandingkan wanita yg haidnya tdk teratur.
Angka kegagalan berkisar antara 6 – 12
Efek samping :
• Terlalu lama berpantang tdk dapat dipertahankan, terutama bila masa berpantang terlalu lebar (lama).

4. SISTEM PENGUKURAN SUHU BASAL BADAN


• Suhu badan diukur dg termometer, sewaktu bangun pagi hari (dlm keadaan istirahat penuh) setiap hari hasil
pengukuran dicatat pd kartu pencatatan suhu badan
Cara Kerja :
• Menjelang ovulasi suhu badan akan turun (pd hari ke 12 dan 13 siklus haid), pd hr ke 14 terjadi ovulasi,
suhu akan naik lagi sampai lebih tinggi dr suhu sebelum ovulasi
• Angka kegagalan : 0 – 7
Kekurangan :
• Repot untuk mengukur suhu badan setiap hari
• Tidak akurat bila terjadi infeksi, ketegangan, atau tidur tidak teratur
• Hanya digunakan untuk siklus hair teratur ( 28-30 hr)

5. Metode Barier
a. Kondom
Kondom bekerja menghalangi pertemuan sperma dengan sel telur dengan cara menahan sprema diujung
selubung karet sehingga tidak mengarah ke dalam saluran reproduksi wanita
b. Diafragma
Lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel yang akan menutup mulut rahim bila dipasang dalam liang vagina 6
jam sebelum senggama.
c. Spermisid
Bahan kimia aktif untuk 'membunuh' sperma, berbentuk cairan, krim atau tisu vagina yang harus
dimasukkan ke dalam vagina 5 menit sebelum senggama. Efektivitasnya 70%.

KONTRASEPSI HORMONAL
Pil Kontrasepsi : Pil Kombinasi
Adalah pil kontrasepsi berisi estrogen dan progesteron
• Cara Kerja :
– Menghalangi produksi gonadotropin dr hipofise secara terus menerus, shg tidak terjadi ovulasi
– Merubah konsistensi lendir serviks menjadi tebal dan kental, sehingga penetrasi & transportasi
sperma sulit atau tdk dpt sama sekali
– Merubah peristaltik tuba & rahim, sehingga mengganggu transportasi sperma & sel telur
– Menimbulkan perubahan pd endometrium, shg tdk memungkinkan terjadinya nidasi
– Merubah kepekaan indung telur terhadap rangsangan gonadotropin
• Efektivitas :
• Secara teoritis hampir 100 %, dg angka kegagalan 0,1 – 0,7
Kelebihan :
• Efektivitas tinggi, dpt dipercaya jika dimakan sesuai aturan pakai
• Pemakai pil dpt hamil lagi (kesuburan kembali cepat)
• Tdk mengganggu kegiatan seksual pasutri
• Siklus haid menjadi teratur
• Dpt m’hilangkan keluhan nyeri haid (dismenorea)
• Untuk pengobatan kemandulan, kadang dpt dipakai untuk memancing kesuburan
• Untuk mengobati wanita dg perdarahan yg tdk teratur
• Dpt memperbaiki perdarahan tdk teratur yg dsbbkan pemberian kontrasepsi hormonal lainnya
• Dpt mengurangi angka kejadian kanker ovarium
Kekurangan :
• Pil hrs dimakan setiap hari, kurang cocok bagi yang pelupa
• Harus memiliki motivasi hrs intensif
• Tetap ada efek samping

Efek Samping :
Ringan :
• Mual, muntah, p’tambahan BB, perdrhan tdk teratur, edem, sakit kepala, timbul jerawat, alopesia, &
keluhan ringan lainnya, ini b’langsung pd bulan-bulan pertama pemakaian pil.
Berat :
• Dpt tjd trombo-embolisme, dg angka kejadian 4-9 kali lebih tinggi dr wanita bukan pemakai pil

Kontra-indikasi :
• Absolut :
Gangg fungsi hati, tromboflebitis atau riwayat trombflebitis, kelainan serebrovaskuler, keganasan
pd kelenjar mammae dan alat reproduksi, serta varises berat
• Relatif :
Hipertensi, DM, penyakit tiroid, perdarahan abnormal pervaginam yg tdk jelas penyebabnya, penyakit
jantung, migrain hebat, mioma uteri.

Cara Pemakaian Pil KB :


Kapan mulai makan pil KB ?
• Pasca persalinan (postpartum)
– Mulai makan pil KB 30-40 hr postpartum
– Pakai cara lain dulu (kondom), setelah haid baru mulai minum pil KB
– Beri induksi haid, setelah perdarahan baru mulai minum pil KB
• Pasca keguguran
• Waktu interval
Bagaimana cara memulai makan pil KB?
• Pil KB berisi 21 & 28 tablet, mulai makan pil pd hr ke 5 siklus haid, lalu minum setiap hari 1 tab

KONTRASEPSI SUNTIK
Merupakan kontrasepsi yg banyak dipakai di Indonesia karena pemakaiannya praktis & relatif murah
Jenis : Depo-Provera, Cyclopem, Noristerat

1. Depo-Provera :
Adalah Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) produksi Upjohn, AS. Kemasan 1 btl 3 ml @ 50 mg/ml
Cara Kerja :
 Menghalangi ovulasi dg jalan menekan pembentukan LHRF (Luteinizing Hormone Releasing Factor) dan
FSHRF (Follicle Stimulating Hormone Releasing Factor)
 Merubah lendir serviks mjd kental shg m’hambat penetrasi sperma
 Menimbulkan perubahan pd endometrium shg tdk memungkinkan terjadi nidasi
 Merubah kecepatan transportasi ovum melalui tuba.

Cara Pemberian :
• Pd ibu postpartum dpt dberikan pd hr ke 3-5 postpartum; sesudah ASI b’produksi atau sblm ibu pulang dr
RS; atau 6-8 mgg postpartum asal dipastikan bhw. Ibu tdk hamil atau blm mlakukan koitus
• Post abortus, dpt dberikan segera setelah selesai kuretase atau sewaktu hdk pulang dr RS, atau 30 hr pasca
abortus, asal ibu blm hamil lg.
• Masa interval dberikan pd hari 1 – 5 haid
• Depo-Provera disuntikkan secara IM pd muskulus gluteus (bokong) agak dlm, sblm disuntikan, botol obat
harus dikocok dulu sampai seluruh obat kelihatan larut & tercampur baik.
Suntikan diberikan sekali setiap 3 bulan.
Efektivitas :
• Tinggi, cara pemberian sederhana, cukup aman, kesuburan dpt kembali, namun stlh beberapa lama dan
cocok untuk ibu-ibu menyusui. Angka kegagalan adl. 0 – 0,8.

Efek Samping :
Gangguan haid berupa amenorea, spoting, dan menoragia, mual, sakit kepala, berat badan bertambah,
kadang ibu mengeluh libido menurun.
Penanganan efek samping perubahan pola haid :
• Beri motivasi shg tdk perlu pengobatan khusus
• Bila perlu berikan obat perdarahan : Adona AC 17, vit K
• Selanjutnya berikan tablet lynoral 0,05-0,1 mg/hr selama 7- 10 hr atau pil kombinasi sampai
perdarahan berhenti.
• Bila perdarahan banyak & tdk sembuh oleh pengobatan dilakukan kuretase.

2. Noristerat (Norigest) :
• Adalah Nor-ethisterone enanthate produksi Schering
Cara Kerja :
• Merubah lendir serviks mjd kental sekali, shg penetrasi sperma tidak bisa sama sekali.
Cara pemberian :
• Ampul berisi 200 mg zat aktif, disuntik IM agak dalam pd otot gluteus untuk 6 bln p’tama dberikan setiap 8
mgg stlh itu setiap 12 mgg.
Efektivitas :
• Siklus haid lebih stabil, amenorea lbh jarang dan fertilitas lbh cepat kembali stlh bhenti mjd akseptor. Angka
kegagalan sama dg pil kombinasi.

3. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)/ Norplant


• Dikenal dg ”Susuk KB”, telah dipakai sejak th 1981 (Indo), th 1972 (diberbagai negara di dunia)
• Mengandung bahan aktif ’progestional levonorgestrel’
• 18 kali lebih aktif drpd progesteron. Berukuran sebesar batang korek api & mengandung 2 mg
levonorgestrel
• Dibungkus poli dimetilsiloksane silastik.

Lama kerja norplant :


• Memberikan perlindungan thd kehamilan selama 5 thn
Efektivitas/ Angka kegagalan :
• Secara ilmiah, norplant memberikan perlindungan yg sama atau lebih baik dr IUD. Dlm 3 th pertama
penggunaan angka kegagalan tiap thn 0,2, 0,3 dan 0,4 (sama seperti sterilisasi wanita).
Efek Samping :
• Yg paling sering adalah gangguan haid dalam 3 – 6 bln pertama pemakaian, dg masa perdarahan lbh
panjang, lbh sering, atau bahkan amerorea. Yg lain adl peningkatan berat badan
Kembalinya kesuburan :
• Dlm wkt 1 tahun setelah norplant diangkat 80-90 % wanita dpt hamil kembali.

KONTRASEPSI JANGKA PANJANG


1. Intra Uterine Devices (IUD)
• AKDR adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan kedalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan
berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua wanita usia reproduktif
• IUD dapat di insersikan kedalam uterus kapan saja, tetapi lebih sering pada saat menstruasi dimana mulut
serviks berdilatasi.

Bentuk IUD
• Mulai dikembangkan bentuk cincin dari bahan benang sutera yang berupa spiral.
• Kini AKDR telah pada generasi ketiga seperti, lippes loop Copper T, Copper 7, Ypsilon-Y, Progestarsert,

dan Copper T3800A.

Mekanisme kerja IUD


Sampai saat ini mekanisme kerja belum diketahui secara pasti, tetapi terdapat teori yang mendukung antara
lain :
• Teori reaksi radang nonspesifik dengan sebukan leukosit
• Teori reaksi benda asing yang membentuk sejumlah besar sel-sel makrofag pada permukaan mukosa rahim
yang menelan sperma atau ovum
• Teori efek mekanik, yaitu menimbulkan kontraksi rahim yang menjadi jalannya sperma

Kontraindikasi
a) Kehamilan
b) Peradangan panggung
c) Perdarahan uterus abnormal
d) Karsinoma organ
e) Malformasi rahim
f) Mioma uteri
g) Dismenorea berat

Keuntungan
• Efektif untuk proteksi jangka panjang (5 tahun atau lebih)
• Kesuburan segera kembali sesudah AKDR diangkat
• Tidak mengganggu hubungan seksual suami istri
• Pemeriksaan ulang diperlukan hanya sekali dalam satu tahun
• Cocok untuk klien yang menyusui

Efek samping AKDR


• Perdarahan/ flek
• Nyeri dan kejang perut
• Gangguan pada suami
• Ekspulsi (keluar sendiri)

Waktu pemasangan
• Saat haid berlangsung
• Post partum
• Post abortus
• Masa interval
• Sewaktu SC

KONTRASEPSI MANTAP
Sterilisasi (MOW dan MOP)/Kontrasepsi mantap
1. Tubektomi
• Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas seorang wanita secara permanen.
• Mekanismenya adalah mengoklusi tuba (mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak
bisa bertemu ovum.
Keuntungan
• Sangat efektif
• Tidak mempengaruhi proses menyusui
• Tidak mengganggu sanggama
• Merupakan kontrasepsi pilihan bagi pasien apabila hamil merupakan resiko kesehatan yang serius
• Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual atau produksi hormon

Keterbatasan Tubektomi
• Pembedahan sederhana memerlukan anestesi lokal dilakukan oleh dokter yang terlatih (diperlukan dokter
spesialis ginekologi atau spesialis bedah untuk laparoskopi)
• Tidak melindungi diri dari IMS termasuk HIV
• Tuba dapat bergabung dan menjadi fertil (subur) kembali (jarang terjadi)

2. Vasektomi
Vasektomi adalah oklusi vasa deferens sehingga alur trasnportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi
tidak terjadi.
Keuntungan kontrasepsi
• Sangat efektif dan permanen
• Tidak ada efek samping jangka panjang
• Tindakan lebih aman dan sederhana
INFERTILITAS
• FERTILISASI pertemuan sperma dengan sel telur.
• INFERTILITAS  pasangan usia subur yang tidak mampu mengalami konsepsi (pembuahan) setelah satu tahun
melakukan hubungan seksual  tidak subur (infertile).
• 15% dari pasangan suami istri mempunyai kesulitan untuk mendapatkan keturunan. Penyebab dari pasangan
infertilitas  35% dari pihak pria, 40% dari pihak wanita dan 25% dari keduanya

Infertilitas Primer & Infertilitas Sekunder


• Pasangan dengan infertilitas primer tidak bisa hamil
• Infertilitas sekunder adalah sulit untuk hamil setelah sudah pernah sekali hamil dan melahirkan secara normal
sebelumnya.

Penyebab infertilitas pria


• Masalah hormonal
• Gangguan hormon biasanya sebagai faktor utama penyebab infertilitas/ketidaksuburan  Produksi sperma laki-laki
diatur oleh hormon seksual pria. Gangguan hormonal menyebabkan penurunan hormon gonadotrofin  produksi
sperma akan menurun.
• Jumlah sperma yang sedikit  juga disebabkan karena kekurangan hormon testosteron.
• Sistem kekebalan tubuh juga dapat m’pengaruhi kesuburan pria. Imun pria menghasilkan antibodi yg menyerang
dan menghancurkan sperma sendiri  menurunkan kemampuan sperma membuahi sel telur.
• Paparan lingkungan  rokok, stres, dan alkohol dapat menurunkan kuantitas dan kualitas sperma. Obat ereksi
(viagra) juga dapat membuat sperma menjadi abnormal
• Penyakit menular seksual (PMS) akan mempengaruhi kemampuan pria dalam menghasilkan sperma yang sehat

Penyebab infertilitas pada wanita


• Gangguan ovulasi  tidak ada ovum yang matang  Gangguan hormon (FSH, LH, Estrogen dan progesteron)
• Gangguan pada tuba uterina  sumbatan atau perlekatan pada tuba uterina.
• Ovum matang hanya bertahan 24 jam. Jika tidak dibuahi dalam 24 jam maka tidak terjadi embrio.
• Gangguan uterus / rahim (infeksi / tumor)
• Antibodi terhadap sperma

Beberapa hal yang bisa menghambat atau menganggu kesuburan seorang wanita
• Lendir serviks menjadi kental sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa 
• Endometrium yg kurang baik untuk implantasi dari ovum yang telah di buahi.
• Siklus haid yang lebih panjang dari normal berhubungan erat dengan unovulatory (tidak adanya sel telur yang
dihasilkan indung telur).
• Siklus haid yang tidak teratur karena adanya kista ovarium, kondisi stress, kecapean, faktor lain  keseimbangan
hormon

Polocycstic Ovary Syndrome


• Masalah ketidaksuburan pada wanita biasanya juga timbul akibat adanya sindrom ovarium polisistik atau
Polocycstic Ovary Syndrome (PCOS) dan Endometriosis.
• PCOS merupakan gangguan dimana folikel (kantung sel telur) tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak
terjadi ovulasi (pematangan sel telur).
• Wanita yang mengalami PCOS ini menjadi infertil (tidak subur) karena tidak ada sel telur yang matang,
sehingga tidak akan terjadi pembuahan.
• Gejala yang timbul dari PCOS ini biasanya adalah siklus haid yang tidak teratur (terlambat, tidak haid, atau haid
2 – 3 kali dalam sebulan).
ENDOMETRIOSIS
• Keadaan patologi pada sistem reproduksi perempuan  jaringan selaput lendir rahim (endometrium) yang
seharusnya berada dalam rahim,  tumbuh di luar rongga rahim (saluran telur /tuba falopi, indung telur, atau
pada rongga pinggul).
• Mengganggu kesuburan perempuan  akan menghambat terjadinya kehamilan. Diperkirakan sekitar 30 – 40 %
wanita dengan keluhan endometriosis sulit memiliki keturunan.

Rokok
Merokok  dapat menghambat dan menimbulkan masalah pada kesuburan.
• Dalam asap rokok terdapat lebih dari 4000 zat racun seperti karbon monoksida (CO), Nitrogen oksida, sianida,
ammonia, asetilen, benzaldehide, methanol, nikotin, dan lain sebagainya.
• Pada wanita, merokok dapat menyebabkan penurunan produksi sel telur sehingga dapat menganggu kesuburan.

Efek samping obat


• Setiap obat pasti memiliki efek samping.
• Bila ingin hamil, kurangilah kebiasaan pemakaian sembarang obat.

TEKNOLOGI REPRODUKSI BERBANTU (TRB)


• Penanganan terhadap gamet (ovum, sperma) atau embrio (hasil konsepsi) sebagai upaya untuk mendapatkan
kehamilan diluar cara alami
• TRB yang paling dipraktekkan saat ini :
- IVF (Bayi tabung)
- ICSI (Bayi Tabung dengan teknik injeksi sperma dalam sitoplasma sel telur).
KONSEP PERSALINAN BERISIKO

DISTOSIA
• Persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima
faktor persalinan.

Penyebab Distosia
1. PERSALINAN DISFUNGSIONAL
• Kontraksi uterus yang tidak normal yang menghambat kemajuan dilatasi serviks normal, kemajuan pandataran
dan atau kemajuan penurunan  hipertonik dan hipotonik
• Kekuatan ekspulsi volunter yang tidak adekuat

2. PERSALINAN DISFUNGSI HIPERTONIK


• Deskripsi  biasanya terjadi sebelum dilatasi 4 cm; penyebab belum diketahui, dapat berhubungan dengan rasa
takut dan tegangan
• Perubahan pola kemajuan:
• Nyeri melebihi proporsi intensitas dan efektivitas kontraksi
• Frekuensi kontraksi meningkat
• Kontraksi tidak terkoordinasi
• Uterus berkontraksi diantara kontraksi, tidak dapat ditekan atau dihindari

• Efek potensial pada ibu


a. Kontrol hilang terkait dengan intensitas nyeri dan kemajuan yang kurang
b. Keletihan
• Efek potensial pada janin
a. Asfiksia janin dengan aspirasi mekonium
• Penatalaksanaan medis
a. Analgesik jika selaput ketuban tidak ruptur atau tidak ada CPD
b. Penanganan nyeri memungkinkan ibu beristirahat. Saat ia bangun, uterusnya mulai berkontraksi secara
normal.

3. PERSALINAN DISFUNGSI HIPOTONIK


• Deskripsi  pada mulanya mengalami kemajuan kontraksi yang normal sampai pada fase aktif persalinan,
kemudian kontraksi menjadi lemah dan tidak efisien atau berhenti; penyebab umumnya adalah disporposi
sefalopelvis, malposisi janin, dan distensi uterus berlebihan.
• Perubahan pola kemajuan
• Kontraksi menurun, baik frekuensi maupun intensitasnya
• Uterus mudah ditekan/lembek bahkan pada puncak kontraksi
• Uterus berelaksasi diantara kontraksi (normal)
• Efek potensial pada ibu
a. Infeksi
b. Keletihan
c. Trauma psikologis
• Efek potensial pada janin
a. Infeksi janin
b. Kematian janin dan kematian neonatus
• Penatalaksanaan medis
a. Menyingkirkan diagnosis disproporsi sefalopelvis
b. Stimulasi persalinan dengan oksitosin

4. KEKUATAN EKSPULSI VOLUNTER YANG TIDAK ADEKUAT


• Deskripsi menggunakan otot-otot abdomen dan levator ani; terjadi pada kala dua persalinan; penyebab dapat
berhubungan dengan konduksi anestesi, analgesik berat, keletihan.
• Perubahan pola kemajuan
•  Tidak ada keinginan volunter untuk mendorong atau mengejan atau upaya mendorong tidak efektif
• Efek potensial pada ibu : Kelahiran anak spontan per vaginam dicegah
• Efek potensial pada janin : Asfiksia janin
• Penatalaksanaan medis  Bimbing ibu saat mengejansetiap kali kontrask
5. PERUBAHAN STRUKTUR PELVIS
• DISTOSIA PELVIS
a. Ukuran pelvis yang tidak matur  ibu remaja
b. Deformitas pelvis  kecelakaan
c. Kontraktur pelvis  PAP, panggul tengah, pintu bawah panggul  kelainan kongenital, malnutrisi ibu,
neoplasma
d. Kontraktur PAP  mencegah engagement dan penurunan janin, meningkatkan risiko prolaps tali pusat
e. Kontraktur panggul tengah  penyebab umum terjadinya distosia pelvis, penurunan janin
tertahan/posisi lintang tetap karena kepala tidak bisa melakukan putaran paksi dalam.
f. Kontraktur pintu bawah panggul  penurunan janin tertahan

• DISTOSIA JARINGAN LUNAK


a. Terjadi akibat obstruksi jalan lahir oleh kelainan anatomi, selain kelainan pada tulang pelvis
b. Plasenta previa, leiomioma (fibroid uterus) di segmen bawah uterus, tumor ovarium, kandung kemih
atau rektum penuh shg mencegah janin masuk pelvis, edema serviks selama persalinan
c. Lingkaran Bandl  cincin retraksi patologis, b.d. ruptur selaput ketuban yang lama dan partus yang
lama

6. SEBAB PADA JANIN


• Anomali, ukuran bayi yang berlebihan dan malpresentasi, malposisi, kehamilan kembar
a. Asites besar
b. Tumor abnormal mielomeningokel
c. Hidrosefalus
d. Anatomi janin dengan kapasitas pelvis maternal

• Komplikasi  risiko asfiksia neonatal, cedera atau fraktur pada janin, dan laserasi vagina pada ibu
• DISPROPORSI SEFALOPELVIS
a. Ukuran janin yang berlebihan (4000 gram atau lebih) terjadi pada 5% kelahiran aterm
b. Distosia bahu  kondisi dimana kepala janin dapat dilahirkan tetapi bahu anterior tidak dapat melewati
bagian bawah
c. Kelahiran pervaginam  Manuver Mc Roberts
• MALPOSISI
Posisi oksipitoposterior kanan atau kiri, terjadi pada sekitar 25% persalinan

• MALPRESENTASI JANIN
a. Presentasi bokong
i. External cephalic version (ECV)
ii. SC
b. Presentasi muka dan dahi
i. Forsep
ii. SC
c. Presentasi bahu
i. ECV
ii. SC
• KEHAMILAN MULTI JANIN
a. Tingginya insiden komplikasi dan mortalitas perinatal
b. Komplikasi janin  kelainan kongenital dan presentasi abnormal
c. Satu janin posisi verteks dan janin lain posisi bokong
d. Bagian terendah janin kembar bukan dalam posisi verteks  SC

7. POSISI IBU
• Hubungan fungsional antara kontraksi uterus, janin, dan panggul ibu berubah akibat perubahan posisi ibu
• Pengaturan posisi  kemajuan persalinan
8. RESPONS PSIKOLOGIS
• Hormon yang dilepas sebagai respons thd stress dapat menyebabkan distosia
• Hormon  β – endorfin, adrenokortikotropik (ACTH), kortisol, epinefrin
• Sumber stress  nyeri dan suppor sistem, tirah baring dan pembatasan gerak ibu
• Stress akan menghambat dilatasi serviks normal

POLA PERSALINAN ABNORMAL

PERAWATAN KOLABORATIF

1. EXTERNAL CEPHALIC VERSION


• Upaya memutar janin dari presentasi bokong atau bahu ke presentasi verteks supaya dapat lahir
• Setelah usia gestasi 37 minggu
• USG  untuk menentukan posisi janin untuk menyingkirkan diagnosis plasenta previa dan mengkaji jumlah
cairan amnion, usia janin, lilitan tali pusat dan adanya anomali.
• Informed consent
• ECV dilakukan dg tekanan yg halus, perlahan dan konstan disertai pengawasan denyut jantung janin secara
kontinu
• Pemberian ritodrine atau terbutalin dapat diberikan per intravena untuk merelaksasi uterus dan memudahkan
manuver
• Selama ECV  pemantauan DJJ, bradikardi, TTV ibu, rasa nyaman
• Setelah prosedur  pemantauan TTV, aktivitas uterus, DJJ, dan adanya perdarahan per vaginam

2. PERCOBAAN PARTUS
• TRIAL OF LABOR (TOL)
• Suatu periode yang bisa diterima (4 sampai 6 jam) untuk persalinan aktif
• Pengkajian kelahiran per vaginam yang aman untuk ibu dan bayi
• Serviks harus lunak dan dapat berdilatasi
• Evaluasi adanya persalinan aktif  kontraksi adekuat, penurunan, pendataran dan dilatasi serviks
• Selama TOL  kaji aktivitas uterus, perubahan serviks, TTV ibu, status janin

3. INDUKSI PERSALINAN
• Dimulainya kontraksi persalinan sebelum awitan spontannya untuk tujuan mempercepat kelahiran.
• Oksitosin intravena
• Amniotomi

4. METODE PEMATANGAN SERVIKS


• PROTAGLANDIN
Sebelum induksi, u/ merangsang atau’mematangkan’ (melunakkan dan menipiskan) serviks.
 Gel PGE2
 Gagang laminaria\

5. KELAHIRAN DENGAN FORSEP


• buah instrumen dengan bilah melengkung (curved blades) digunakan untuk membantu kelahiran kepala janin
• Indikasi maternal:
1. Kebutuhan u/ memperpendek kala 2 pada distosia
2. u/ memperbaiki upaya mendorong ibu yg kurang
3. u/ melawan kondisi berbahaya ex: dekompensasi jantung
• Indikasi janin:
1. Distress janin
2. Janin berhenti berotasi
3. Pelahiran kepala pada presentasi bokong

6. EKSTRAKSI VAKUM
• Metode pelahiran dg memasang sebuah mangkuk vakum di kepala janin dan tekanan negatif
• Indikasi sama dg forsep
• Syarat penggunaan:
1. Presentasi verteks
2. Ketuban sudah ruptur
3. Tidak ada disproporsi fetopelvis

7. KELAHIRAN SESARIA
• Kelahiran janin melalui insisi transabdomen pada uterus
• Tujuan  memelihara kesehatan dan kehidupan ibu dan janin
PERSALINAN PREMATUR
PENGERTIAN
Persalinan premature Persalinan yang terjadi pada umur
kehamilan 20 - 37 minggu

Survival rate menurut umur kehamilan


• Pernah dilaporkan neonatal yang bisa survive pada
umur kehamilan: 22-23 minggu
• Survival rate 50% (pada sebagian besar senter) pada
umur kehamilan 24-25 minggu ( 600-700 g)

Besarnya masalah prematuritas


Insidensi persalinan prematur 5-15% dari seluruh persalinan

Morbiditas & mortalitas fetal/neonatal


• Penyebab 75-90% kematian neonatal (diluar sebab kelainan kongenital)
• Meningkatkan risiko fetal distress
• Meningkatkan morbiditas jangka pendek
• Menigkatkan morbiditas jangka panjang

Morbiditas fetal/neonatal jangka pendek


• Respiratory Distress Syndrome
• Enterokolitis nekrotikan

Morbiditas fetal/neonatal jangka panjang


• Masalah neurologik
• Displasia bronkhopulmoner

Gejala persalinan premature


a. Nyeri abdomen
b. Nyeri pinggang
c. Nyeri pelvik
d. Nyeri gas
e. Kram seperti menstruasi
f. Perdarahan pervaginam
g. Keluar lendir darah
h. Discharge vaginal yang meningkat
i. Rasa tertekan di pelvik
j. Frekuensi (urine)
k. Diare

Persalinan prematur mengancam


• Terdapat aktifitas (kontraksi) uterus
• Tidak terdapat perubahan pada serviks

Persalinan prematur sejati (Creasy, 1983)


• Umur kehamilan 20-37 minggu
• Terdapat kontraksi uterus (4x dalam 20 menit atau 8x dalam 60 menit)
• Terjadi perubahan pada serviks atau pendataran serviks 80% atau dilatasi  2 cm
Skor Bishop (Bishop, 1964)
Skor Dilatasi (cm) Pendataran (%) Penurunan Konsistensi Posisi serviks
kepala serviks
0 Tertutup 0-30 -3 Kaku Posterior
1 1-2 40-50 -2 Agak lunak Tengah
2 3-4 60 -70 -1, 0 lunak anterior
3 >= 5 >80 +1, +2

Manajemen Persalinan prematur mengancam


• Bed rest (tirah baring)
• Hidrasi
• Sedasi
• Pemberian tokolitik terbatas

Manajemen Persalinan prematur sejati


• Hidrasi
• Urinalisis
• Pemeriksaan inspekulo
• Pemeriksaan maturitas paru-paru
• Pemberian tokolitik

Indikasikontra terapi tokolitik


• Absolut
– IUFD atau anomali yang fatal
– Preeklamsia berat
– Solusio plasenta yang berat
– Khorioamnionitis
• Relatif
– Preeklamsia ringan
– Pembukaan serviks  5cm
– Janin tumbuh lambat
– Denyut jantung yang abnormal

Obat tokolitik
•  simpatomimetik (Ritodrine, terbutalin)
• Inhibitor prostaglandin sintetase (indometasin)
• Magnesium sulfat
• Nifedipine (calcium-channel blocker)
• Progestagen (17-hydroxyprogesterone caproate)
• Oxytocin receptor blokade (atosiban)
• Nitrogliserin

Terapi tambahan
• Thyrotropin releasing hormone
• Pemberian glukokortikoid antenatal(24-34 minggu)
• Antibiotika (ampisilin, metronidasol)

Cara persalinan
• Cara persalinan tidak dipengaruhi umur kehamilan (tidak ada manfaat melahirkan per abdomen pada janin preterm
dengan presentasi kepala)
• Toleransi janin prematur terhadap beban/stress yang lebih rendah
• Manfaat forsep profilaksi masih kontroversial

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
• Mendeteksi persalinan prematur scr dini
• Menekan aktivitas uterus
• Meningkatkan perawatan intrapartum pada janin yang direncanakan dilahirkan lebih awal
• Skrining faktor resiko pada kunjungan prenatal awal

DX KEPERAWATAN
• Nyeri Akut
• Koping Tidak Efektif
• Ansietas
• Kurang Pengetahuan

PRETERM INFANT
• A weight less than 2500 gr at birth
• Low birth weight  1500 – 2500 gr
• Very low birth weight  1000 – 1500 gr
• Extremely very low birth weight  500 – 1000 gr
• Neonatal intensive care  respiratory distress syndrome

CAUSES
• Preterm infant deaths account for 80% to 90 % of the infant mortality in the first year of life.
• Risk factor of preterm birth

ASSESSMENT
• Pregnancy history
• Self esteem and guilt
• Appearance of the baby
PERSALINAN POSTMATUR
PENGERTIAN
Masa kehamilan yang melebihi 42 minggu (> 294 hari) dihitung dari hari pertama menstruasi yang terakhir (HPM)

Faktor Risiko
• HPM tidak diketahui dengan akurat
• Kehamilan ekstrauterin
• Kehamilan lewat waktu sebelumnya

Problem maternal
1. Serviks yang tidak masak (70% kasus)
2. Kecemasan
3. Persalinan traumatik karena makrosomia
(20%)
4. Risiko bedah sesar meningkat
5. Risiko perdarahan postpartum meningkat

Problem fetal
• Abnormalitas pertumbuhan janin
– Macrosomia (3-7x)
– Sindrom disfungsi plasenta
• Oligohidramnion

Sindrom disfungsi plasenta


• Kehilangan verniks kaseosa
• Kulit kering, keriput, pecah-pecah
• Deposit lemak subkutan berkurang
• Kuku panjang, dan rambut banyak
• Pertumbuhan terhambat

Morbiditas Postterm (Eden dkk, 1987)


Outcome 40 mg (n=8135) Postterm (n=3457)
% %
Mekonium 19 27
Induksi oksitosin 3 14
Distokia bahu 8 18
Bedah sesar 0,7 1,3
Makrosomia (>4500g) 0,8 2,8
Aspirasi mekonium 0,6 1,6

Pemeriksaan pasien
• Penentuan perkiraan tanggal kelahiran (HPL)
• Penilaian janin
– USG
– Kardiotokografi (NST, CST)
– Profil biofisik
• Penilaian kematangan serviks

Cara Persalinan
• Menilai faktor persalinan untuk memperkirakan prognosis persalinan per vaginam
• Mulai diterminasi pada umur kehamilan 41 minggu
Serviks matang (skor Bishop 7)
• Induksi bila tanpa makrosomia
• Bedah sesar dilakukan bila TBJ  4500 g (non diabetik), dan 4000-4200 (diabetik)
• Perlu monitoring janin intrapartum

Serviks belum matang (skor Bishop 6)


• NST & USG (normal dapat ditunggu)
• Oligohidramnion, induksi
• Air ketuban normal tetapi NST non reaktif, lakukan CST
• Terminasi maksimal 44 minggu (> 301 hari)

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
• Kaji adanya tanda persalinan
• Hitung gerakan janin setiap hari
• Hubungi petugas kesehatan jika ketuban pecah
• Tes pengkajian janin atau pemeriksaan serviks
• Datang ke RS segera setelah persalinan dimulai
• Beri dukungan emosional
TRAUMA MELAHIRKAN: FISTULA GENETALIA
• Lubang yang terbentuk antara vagina, rectum dan atau kandung kemih yang disebabkan persalinan lama dan
terhambat dan dapat menyebabkan inkontinensia urin dan fecal
• Vesicovaginal fistula dan rectovaginal fistula

Patogenesis
• Persalinan yang macet menyebabkan nekrosis iskemik jaringan lunak antara vagina dan kandung kemih atau
rektum.
• Ini terjadi ketika kepala janin tersumbat di panggul dan tekanan yang berkepanjangan pada dinding vagina anterior
dan leher atau uretra kandung kemih yang mendasari ketika jaringan dikompresi antara kepala janin dan aspek
posterior dari simfisis pubis.
• Jaringan nekrotik mengelupas dalam waktu sekitar 10 hari, setelah itu mengalami inkontinensia (Harris 2010, Tebeu
2012).
• Kekuatan dan durasi kompresi juga menentukan sifat dan tingkat cedera ibu. Jika kompresi terjadi sebelum
pelebaran serviks penuh dan sebelum penurunan kepala janin yang baik, kubah vagina dan serviks mengalami
nekrosis tekanan yang mengakibatkan fesula vesico-serviks-vagina atau uterovaginal (Wall 2001).

• Kasus fistula kebidanan disertai dengan kehilangan janin. Tebeu et al. (2012) dalam meta-analisis mereka
menemukan bahwa di lebih dari 78% kasus fistula kebidanan, ada kehilangan janin.

• Robekan langsung dari jaringan lunak juga dapat menyebabkan pembentukan fistula selama persalinan endapan.

• Episiotomi dan persalinan instrumental selama persalinan macet juga berkontribusi, menyebabkan sebagian besar
fistula rektovaginal (Tebeu 2012).

Pencegahan
• Menurunkan resiko komplikasi selama kehamilan  screening perawatan antenatal untuk mendeteksi persalinan
lama atau terhambat
• Pemasangan kateter urin
Penatalaksanaan Keperawatan
• Deteksi komplikasi kehamilan dan resiko persalinan berisiko pada saat kunjungan antenatal
• Perawatan preop dan postop fistula repair
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
DEFINISI
 Penyakit Menular Seksual adalah infeksi atau penyakit yang di tularkan melalui hubungan seks atau penyakit
kelamin atau infeksi yang di tularkan melalui hubungan seks yang dapat menyerang alat kelamin dengan atau tanpa
gejala dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, serta organ tubuh lainnya, misalnya
HIV/AIDS, Hepatitis B

GEJALA PENYAKIT MENULAR SEKSUAL


 Pada laki-laki
a) Bintil-bintil berisi cairan, lecet, atau borok pada penis/alat kelamin.
b) Luka tidak sakit, keras, dan berwarna merah pada alat kelamin.
c) Adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam.
d) Rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin
e) Rasa sakit yang hebat pada saat kencing.
f) Kencing nanah atau darah yang berbau busuk.
g) Bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah menjadi borok.
h) Kehilangan berat badan yang drastis, disertai mencret terus menerus, dan sering demam serta berkeringat
malam.
 PADA PEREMPUAN
a. Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual
b. Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal.

BAHAYA PENYAKIT MENULAR SEKSUAL


 Menimbulkan rasa sakit.
 Infertilisasi.
 Abortus.
 Ca cerviks.
 Merusak penglihatan, hati dan otak.
 Menular pada bayi.
 Rentan terhadap HIV/AIDS.
 Tidak dapat disembuhkan.
 Kematian.
JENIS PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
1. Gonore
 disebabkan Oleh Neisseria gonorrhoeae (diplokokus gram negatif, obligat pathogen manusia yang biasanya
berdiam dalam uretra, serviks, faring atau saluran anus wanita)
 terutama mengenai epitel kolumner atau transisionel saluran kemih dan kelamin
 klinis pada wanita dapat asimptomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada panggul bawah

2. Sifilis
 disebabkan oleh spirokaeta Treponema pallidum, merupakan penyakit kronik dan bersifat sistemik
 Fase sifilis primer :ditandai dengan munculnya tukak baik tunggal maupun multipel
 Sifilis sekunder dapat timbul berupa ruam pada kulit, selaput lendir dan organ tubuh dan dapat disertai demam
dan malaise

3. Infeksi HIV & AIDS


 Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah sindrom dengan gejala penyakit infeksi oportuninistik
atau kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi
 HIV ditularkan melalui perantara darah, semen dan sekret vagina baik melalui hubungan seksual atau cara
transmisi yang lainnya

4. Clamidia
 Disebabkan oleh chlamydia Tranchomatis. Sifat bakteri yang di miliki Infektivitas hilang pada suhu 600C
selama 10 menit, pada suhu -500C sampai -700C infektivitas bertahan bertahun-tahun.
 Gejala : keluar keputihan encer berwarna putih kekuningan. Rasa terbakar saat buang air kecil, bengkak, merah,
sakit dan supuratif (1 minggu – 2 bulan) & kasus kronis terjadi elefanfiasi genital oleh karena obstruksi saluran
limfe
 Komplikasi yang terjadi pada penyakit Clamidia: kemandulan, Rasa sakit kronis di rongga panggul, Infeksi
mata berat, Infeksi pneumonia pada bayi baru lahir, Memudahkan penularan HIV

5. Herpes Genetalis
 bersifat kronik, rekuren dan dapat dikatakan sulit di obati
 Penyebab penyakit ini Virus Herpes Simplek tipe II dengan gelembung-gelembung berisi cairan di vulva,
vagina, dan serviks, yang di kenal dengan nama herpes simpleks
 Gejala yang mungkin di timbulkan yaitu: Rasa sangat nyeri, Demam, disuria dan malaise, Limfe denopati
inguinal

6. Hepatitis B
 sebabkan oleh virus hepatitis B, penularannya melalui darah dan produk darah yaitu bisa bisa melalui luka,
kontak seksual, operasi, medikasi, infus dan injeksi serta vertika dan ibu kepada bayinya
 Gejala akut meliputi demam, nyeri tekan perut kanan atas, mual, muntah, anoreksia, dan malaise serta ikterik

7. Ulkus Mole
 infeksi menular seksual yang di tandai dengan ulkus pada daerah genetalia di sertai dengan pembengkakan
kelenjar limfe inguinal
 bakteri heamophilus ducrey
 bakteri masuk kedalam tubuh sekitar 7 hari muncul pustuls ysng kemudian pecah dan meninggalkan ulkus yang
dalam.Luka infeksi mengakibatkan kematian jaringan di sekitarny. Gejala yang ditimmbulkan masa inkubasi 4-
10 hari, rasa nyeri yang hebat.

8. Candidiasiasi Vaginalis
 inveksi yang di sebabakan oleh jamur kandida albicans, yang terjadi di sekitar vagina
 Keputihan dengan rasa gatal yang hebat Jika tidak di obati dapat menjalar ke uretra yang dapat mengakibatkan
infeksi saluran kemih

PENANGANAN GEJALA PENYAKIT MENULAR SEKSUAL


 Segera periksa ke dokter atau petugas kesehatan.
 Jangan malu menyampaikan keluhan kepada dokter atau tenaga kesehatan.
 Memenuhi aturan pengobatan sesuai petunjuk dokter atau petugas kesehatan.
 Jangan melakukan hubungan seksual kecuali menggunakan kondom.
 Pasangan sex sebaiknya memeriksakan diri.
 Beritahu tentang akiba PMS yang berbahaya bagi kesehatan diri.

PERAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN DAN PENAGGULANGAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL


 Memberikan konseling pada masyarakat terutama remaja dan psangan suami istri tentang kesehatan reproduksi.
 Memberikan konseling pada masyarakat tentang penyebab dan akibat PMS
 Bekerja sama dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam pelaksanaan penyuluhan pada masyarakat
 Mewaspadai gejala-gejala dan mendeteksi dini adanya PMS

INFEKSI TORCH
 TORCH adalah sebuah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yang
menyebabkan kelainan bawaan, yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit
infeksi ini sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil.
 Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal dengan nama Toxoplasma gondii
 Sumber infeksi :
- Tinja kucing ( mengandung ookista )
- Hewan potong yang terinfeksi ( mengandung kista )
- Ibu yang terinfeksi pada saat hamil
- Organ/ darah donor yang terinfeksi

 Apabila terinfeksi pada ibu hamil akan menyebabkan?


- Abortus spontan
- Bayi lahir mati
- Gangguan kelainan mata, telinga (pendengaran), pengapuran di otak, konvulsi/ kejang kejang

GEJALA YANG DITEMUI


 Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada toksoplasmosis dapatan adalah limfadenopati dan rasa lelah, disertai
demam dan sakit kepala.
 Pada infeksi akut, limfadenopati sering dijumpai pada kelenjar getah bening daerah leher bagian belakang. Gejala
tersebut dapat disertai demam, mialgia dan malaise.

PENGOBATAN
Ibu hamil yang terinfeksi toksoplasmosis, penanganannya saat terjadinya infeksi dan pengaruh janin:
- Sebelum minggu 16 diberikan antibiotik spiramycin
- Sesudah minggu 16 diberikan pyrimethamine dan sulfadiazine

UPAYA PENCEGAHAN
 Masaklah daging sampai matang
 Cucilah permukaan dan peralatan dapur yang bersentuhan dengan daging mentah
 Cuci bersih daging, buah dan sayur yang akan dimasak
 Pakailah sarung tangan apabila menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi kotoran kucing
JENIS JENSI PENYAKIT TORCH
1. Rubella
• Penyakit ini disebabkan oleh virus Rubella yang termasuk famili Togaviridae dan genus Rubivirus, infeksi
virus ini terjadi karena adanya kontak dengan sekret orang yang terinfeksi; pada wanita hamil penularan ke
janin secara intrauterin
• Rubella menjadi penting karena penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan pada janin. Sindroma rubella
congenital terjadi pada 90% bayi yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi rubella selama trimester
pertama kehamilan, resiko kecacatan ini menurun hinggga kira-kira 10-20% pada minggu ke 16 dan lebih
jarang terjadi bila ibu terkena infeksi pada usia kehamilan 20 minggu
• Gejala:
o Terjadi demam ringan, sakit kepala, rasa lelah, sakit tenggorokan dan batuk
o Ruam akan timbul sekitar 16-18 hari setelah terpapar
o Pada orang dewasa kadang disertai dengan sakit persendian

2. CMV
• Penyakit ini disebabkan oleh Human cytomegalovirus, subfamili betaherpesvirus, famili herpesviridae.
Penularannya lewat paparan jaringan, sekresi maupun ekskresi tubuh yang terinfeksi
• urine, ludah, air susu ibu, cairan vagina, dan lain lain
• Infeksi CMV menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan organ-organ pada janin.
• CMV juga merupakan penyebab terbanyak dari gangguan pendengaran, gangguan perkembangan saraf, dan
retardasi mental pada anak.
• Cara penularan
o Kontak langsung dengan sumber infeksi (saliva, urin, sekresi serviks dan vagina, sperma, asi)
o Melalui tranfusi dan transplantasi organ
o Secara vertikal dari ibu ke janin
• Upaya pencegahan
o Jangan mencium anak dibawah umur usia dibawah usia 6 thn pada mulut dan pipi
o Cucilah tanggan dgn sabun dan air etelah mengganti popok bayi atau setelah kontak dengan air liur
o Cucilah mainan anak dengan sabun dan air
o Petugas di pusat perawatan/ penitipan bayi sebaiknya mengganti sarung tangan saat mengganti
popok

3. Herpes
• Penyakit ini disebabkan infeksi Herpes simplex virus (HSV); ada 2 tipe HSV yaitu tipe 1 dan 2. Tipe 1
biasanya mempunyai gejala ringan dan hanya terjadi pada bayi karena adanya kontak dengan lesi genital yang
infektif; sedangkan HSV tipe 2 merupakan herpes genitalis yang menular lewat hubungan seksual
• HSV 1 menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa mulut, wajah dan
sekitar mata.
• HSV 2 atau herpes genital ini ditularkan melalui hubungan seksual dan menyebabkan vagina terlihat seperti
bercak dengan luka mungkin muncul iritasi, penurunan kesadaran yang disertai pusing dan kekuningan pada
kulit, kesulitan bernafas dan kejang
• Infeksi pertama HSV adalah dimulai setelah masa inkubasi 4 – 6 hari, gejala yang ditimbulkan meliputi nyeri,
inflamasi, dan diikuti pembentukan gelembung – gelembung kuning yang berisi cairan bening dan
berkembang menjadi nanah
• Upaya pencegahan
o Hindari melakukan hubungan seksual bila terdapat lesi pada alat genetal
o Sebaiknya gunakan kondom, main aman pakai pengaman
o Proses kelahiran dilakukan dengan “caesarean section”, bila terdapat lesi (mencegah transmisi ibu ke
bayi)

HUMAN PAPILLOMA VIRUS (HPV)
 Human papillomavirus (HPV) adalah virus deoxyribonucleic acid (DNA) untaian ganda yang menular secara
seksual dan menginfeksi permukaan kulit dan mukosa epitel (Kahn, 2009)
 Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks yang terdapat pada bagian
terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.(Diananda,Rama, 2009 ).
 Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar
penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam rahim (Sarjadi, 2001).

ETIOLOGI HPV
 Saat ini sudah dikenal lebih kurang 100 tipe HPVyang penomorannya dibuat berdasarkan urutan ditemukannya.
Partikel HPV terdiri dari sekitar 8000 pasang molekul DNA yang membentuk lingkaran dan terbungkus oleh protein
yang terdiri dari 2 molekul (L1 dan L2).
 Terdapat gen-gen yang mempunyai kapasitas mengkode protein-protein, temasuk diantaranya protein awal (E1, E2,
E4-E7) yang sangat diperlukan pada proses replikasi virus DNA dan pembentukan partikel virus pada sel-sel yang
terinfeksi olehnya.
 HPV tipe 16 dapat bertahan lebih lama dibandingkan tipe lain, namun hal ini tidak berhubungan langsung dengan
proses karsinogenisitas.

FAKTOR RESIKO YANG BERPENGARUH TERHADAP TERJADINYA KANKER SERVIKS:


 HPV ( Human Papiloma Virus ) HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (Kandiloma Akuminata) yang ditularkan
melalui hubungan seksual.
 Merokok
 Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18 tahun).
 Berganti - ganti pasangan seksual.
 Kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan
 Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun.
 Golongan ekonomi lemah. Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear secara rutin dan
pendidikan yang rendah. ( Dr imam Rasjidi, 2010 )

PENCEGAHAN HPV
 Vaksinasi HPV (human papilloma virus).
 Gunakan kondom.
 Jangan berganti-ganti pasangan seks.
 Lakukan pemeriksaan pap smear minimal 1 tahun sekali.
 Jangan merokok.

PENGOBATAN INFEKSI HPV


 Penatalaksanaan Medis Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan stadium lanjut hanya
dengan pengobatan dan penyinaran.
 Obat 5-FU (5-fluorourasil) berbentuk krim

STADIUM KARSINOMA SERVIKS


 Tahap O : Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak terdapat bukti invasi.
 Tahap I : Karsinoma yang benar - benar berada dalam serviks. Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan
ke korpus uteri.
 Tahap Ia : Karsinoma mikroinvasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah memasuki stoma lebih
dari 1 mm, sel tumor tidak terdapat pada pembuluh limfa atau pembuluh darah.
 Tahap Ib : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik menunjukkan invasi serviks uteri.
 Tahap II : Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga mengenai vagina (bukan sepertiga bagian
bawah ) atau area para servikal pada salah satu sisi atau kedua sisi.
 Tahap IIa : Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium masih bebas dari infiltrate tumor.
 Tahap IIb : Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetapi belum sampai pada dinding panggul.
 Tahap III : Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah meluas kesalah satu atau kedua dinding
panggul.
 Tahap II : Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga mengenai vagina (bukan sepertiga bagian
bawah ) atau area para servikal pada salah satu sisi atau kedua sisi.
 Tahap IIa : Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium masih bebas dari infiltrate tumor.
 Tahap IIb : Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetapi belum sampai pada dinding panggul.
 Tahap III : Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah meluas kesalah satu atau kedua dinding
panggul.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK HPV


 Sitologi
 Kolposkopi
 Biopsi
 Konisasi
 Test IVA
INFEKSI TRAKTUS GENETALIS DAN INFEKSI PASCA PARTUM
Pengertian
o Infeksi nifas (post partum) adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai
dengan kenaikan suhu sampai 38 derajat Celsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan,
dengan mengecualikan 24 jam pertama.
o Ibu yang mengalami anemia, kekurangan gizi, atau ibu yang mengalami persalinan lama biasanya lebih mudah
terkena sepsis puerperalis (infeksi traktus genetalis)

Etiologi
o Infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam organ kandungan maupun kuman dari luar yang
sering menyebabkan infeksi. Berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi:
o Ektogen (kuman datang dari luar)
o Autogen (kuman dari tempat lain)
o Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri)
o Bakteri yang dapat menyebabkan infeksi postpartum : Streptococcus Haemolyticus Aerobic, Staphylococcus Aerus,
Escheria Coli, Clostridium Welchii

Tanda dan Gejala


• Infeksi lokal
• Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokia bercampur nanah, mobilitas terbatas, suhu
badan meningkat.
• Infeksi umum
• Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi meningkat, pernafasan meningkat dan
sesak, kesadaran gelisah sampai menurun bahkan koma, gangguan involusi uteri, lokia berbau, bernanah dan
kotor.

Pencegahan
Selama kehamilan Selama persalinan Selama postpartum

Perbaikan gizi Membatasi masuknya kuman kuman ke Perawatan luka post partum dengan
dalam jalan lahir teknik aseptik
Sebaiknya tidak Membatasi perlukaan jalan lahir Penderita dengan infeksi postpartum
melakukan sebaiknya diisolasi dalam ruangan
hubungan seksual khusus
saat kehamilan tua

Mencegah perdarahan banyak Mobilisasi dini

Menghindari persalinan lama Membatasi tamu yang berkunjung

Menjaga sterilisasi ruang bersalin dan


alat yang digunakan

Trend dan Isu


o Faktor-faktor yang secara pasti telah dikenali dan yang dapat meninggikan resiko infeksi adalah bedah sesar darurat,
persalinan darurat, dan ketuban pecah sudah 6 jam atau lebih, dan status sosioekonomi yang rendah. Penyebab
kematian ibu paling banyak ditemui di negara sedang berkembang diantaranya adalah perdarahan, sepsis,
eklampsia, aborsi (unsafe abortion), dan obstruksi kelahiran.
o Berdasarkan data World Health Organization(WHO) pada tahun 2012 terjadi 2,7 juta kasus ruptur perineum
pada ibu bersalin. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat jika tidak mendapat perhatian dan penanganan
yang lebih.
o Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia merupakan yang paling tinggi di ASEAN.
o 2002/2003 : 307/100.000 kelahiran hidup
o 2007 : 228/100.000 kelahiran hidup.
o Kematian ibu saat proses kehamilan dan melahirkan memberikan dampak pada peningkatan AKI di
Indonesia (Data Statik Indonesia, 2012).
o Infeksi nifas masih berperan sebagai penyebab utama kematian ibu terutama di negara berkembang seperti
Indonesia ini, masalah itu terjadi akibat dari pelayanan
o Faktor penyebab terjadinya infeksi nifas diantaranya, daya tahan tubuh yang kurang, perawatan nifas yang kurang
baik, kurang gizi atau malnutrisi, anemia, hygiene yang kurang baik, serta kelelahan.
INFEKSI PENYAKIT RADANG PANGGUL
Pengertian
 Penyakit Radang Panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease) adalah infeksi pada alat genital atas. Proses
penyakitnya dapat meliputi endometrium, tubafalopii, ovarium, miometrium, parametria, dan peritonium panggul.
PID adalah infeksi yang paling penting dan merupakan komplikasi infeksi menular seksual yang paling biasa

Etiologi
Kebanyakan PID merupakan sekuele dari infeksi serviks karena penyakit menular seksual yang terutama disebabkan
oleh Neisseria gonorrhoeae dan Chlamidia trachomatis.
Selain kedua organisme ini, mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya PID adalah:
 Cytomegalovirus (CMV) : CMV ditemukan di saluran genital bagian atas pada wanita yang mengalami, diduga
merupakan penyebab yang penting untuk terjadinya PID
 Bacteroides fragilis, yang dapat menyebabkan dekstruksi tuba dan epitel

Manifestasi Klinis
Gejala pelvic inflamatory desease :
 Tegang nyeri abdomen bagian bawah
 Tegang nyeri adneksa unilateral dan bilateral
 Tegang nyeri pada pergerakan servik
 Temperatur di atas 38 o C
 Pengeluaran cairan servik atau vagina abnormal
 Peningkatan C reaktif protein
 Pada pemeriksaan lendir servik dijumpai clamidia trachomatis atau neisseria gonorhoe
 Laju endap darah meningkat

Komplikasi Infeksi
 Penyakit menahun dengan keluhan ketidaknyamanan di daerah kemaluan, gangguan menstruasi nyeri saat
menstruasi (dismenorea), nyeri saat berhubungan seks (disparenia). Dan keputihan (leukorea) yang sulit sembuh.
 Adanya infeksi penyakit hubungan seks atau melakukan gugur kandung yang kurang sesuai prosedur.
 Pengobatan penyakit hubungan sekssual yang gagal, yang mengakibatkan gangguan fungsi alat genetalia bagian
dalam.

Penatalaksanaan Infeksi
Terapi Parenteral
Rekomendasi terapi parenteral A:
 Sefotetan 2  g intravena setiap 12 jam.
 Sefoksitin 2 g intravena setiap 6 jam.
 Doksisiklin 100 mg oral atau parental setiap 12 jam.
Rekomendasi terapi parenteral B:
 Klindamisin 900 mg  setiap 8 jam ditambah.
 Gentamisin dosis muatan intravena atau intramuskuler (2 mg/kg berat badan) diikuti dengan dosis
pemeliharaan (1,5 mg/kg berat badan) setiap 8 jam. Dapat digantikan dengan dosis tunggal harian.
 Terapi parenteral alternatif

Terapi Oral
Terapi oral dapat dipertimbangkan untuk penderita PID ringan atau sedang karena kesudahan klinisnya sama dengan
terapi parenteral. Pasien yang mendapat terapi oral dan tidak menunjukkan perbaikan setelah 72 jam harus dire-
evaluasi untuk memastikan diagnosanya dan diberikan terapi parenteral baik dengan rawat jalan maupun inap.
Rekomendasi terapi A
 Levofloksasin 500 mg oral 1x setiap hari selama 14 hari atau doksisiklin 400 mg 2x sehari selama 14 hari,
dengan atau tanpa
 Metronidazol 500 mg oral 2x sehari selama 14 hari.
Rekomendasi terapi B
 Seftriaxon 250 mg intramuskuler dosis tunggal ditambah doksisiklin oral 2x sehari selama 14 hari dengan
atau tanpa metronidazol 500 mg oral 2x sehari selama 14 hari, atau
 Sefoksitin 2 g intramuskuler dosis tunggal dan probenesid ditambah  doksisiklin oral 2x sehari selama 14
hari dengan atau tanpa metronidazol 500 mg oral 2x sehari selama 14 hari, atau
 Sefalosporin generasi ketiga (misal seftizoksin atau sefotaksim) ditambah doksisiklin oral 2x sehari
selama 14 hari dengan atau tanpa metronidazol 500 mg oral 2x sehari selama 14 hari.
DIABETES MELLITUS GESTASIONAL
o Diabetes mellitus dengan kehamilan (diabetes melitus gestational/DMG) adalah kehamilan normal yang disertai
dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia).
o Pada golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara selama masa kehamilan, artinya kondisi diabetes atau
intoleransi glukosa pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga

Etiologi
o Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat untuk makanan janin dan persiapan untuk
menyusui. Bila tidak mampu meningkatkan produksi insulin yang mengakibatkan hyperglikemia atau DM
kehamilan (DM yang timbul dalam kehamilan).
o Penyebab umum DM adalah:
1. Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.
2. Genetik
3. Kerusakan atau kelainan pangkreas sehingga kekurangan produksi insulin
4. Meningkatnya hormone anti insulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan epineprin.
5. Obat-obatan.
6. Wanita obesitas

Klasifikasi DMG
• Kelas I : Gestasional diabetes Yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan menghilang setelah melahirkan.
• Kelas II : Pregestasional diabetes Yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut setelah hamil.
• Kelas III : Pregestasional diabetes Yag disertai dengan komplikasi penyakit seperti retinopati, nefropati, penyakit
pemburuh darah panggul dan pembuluh darah perifer.

Woc Pada Ibu Hamil


Faktor Predisposisi:
1. Umur > 30 tahun
2. Obesitas dengan IMT 30 Kg/m2
3. Riwayat DM pada keluarga (ibu atau ayah)
4. Pernah menderita DM Gestasional sebelumnya
5. Pernah melahirkan anak besar > 4.000 gram
6. Adanya glukosuria

Patofisiologi
o Penyakit ini akan menyebabkan perubahan – perubahan metabolic dan hormonal pada penderita.
o Beberapa hormon tertentu mengalami peningkatan jumlah, misalnya hormone kortisol, estrogen, dan human
placental lactogen (HPL).
o Peningkatan jumlah semua hormon tersebut saat hamil ternyata mempunyai pengaruh terhadap fungsi insulin dalam
mengatur kadar gula darah.
o Kondisi ini menyebabkan suatu kondisi yang kebal terhadap insuin yang disebut sebagai resisten insulin. Sehingga
menimbulkan dampak peningkatan kadar glukosa pada ibu hamil.

Manifestasi Klinis
1. Mudah lapar
2. Mudah lelah
3. Sering haus
4. Sering BAK
5. BB turun
6. Mata buram
7. Mual
8. Luka sulit sembuh
9. Kesemutan

Komplikasi DM pada Ibu Hamil


• Preeklampsia
• Eklampsia
• Kelahiran operatif
• Komplikasi metabolik neonatal
• Dan kematian perinatal.

Pemeriksaan diagnosic
o Untuk penegakan diagnosis DM tipe II yaitu dengan pemeriksaan glukosa darah dan pemeriksaan glukosa peroral
(TTGO).
o Sedangkan untuk membedakan DM tipe II dan DM tipe I dengan pemeriksaan C-peptide.

Penatalaksanaan medis
1. Penatalaksanaan secara keperawatan
• Penyuluhan/pendidikan kesehatan
• Perencanaan makanan
• Olahraga

2. Penatalaksanaan secara medis


• Golongaan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
• Golongan Biguanad /metformin
• Golongan Inhibitor Alfa Glikosidase
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
o Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih dari 10 kali seharidalam masa kehamilan
Trimester 1 yang dapat menyebabkan :
1. kekurangan cairan,
2. penurunan berat badan,
3. gangguan elektrolit,
o sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam kandungan.

ETIOLOGI
Mual dan muntah disebabkan oleh kombinasi hormon estrogen dan progesteron, walaupun belum diketahui secara pasti,
tetapi
DUGAAN UTAMA antara lain;
1. Faktor Hormonal dari dalam tubuh
Pengaruh Peningkatan HcG (Human Chorionic Gonadotropin) Dalam darah, yang dapat menginduksi
ovarium untuk memproduksi esterogen yang dapat merangsang mual dan muntah
2. Faktor Hormonal psikologis
Seperti dapat berupa kehamilan yang tidak dinginkan, adanya beban kerja berat ataupun finansial yang kurang
3. Faktor Nutrisi
Seperti kekurangan makanan bergizi dan juga kekurangan Vitamin B6 & B12

PATOFISIOLOGI
o disebabkan karena peningkatan Hormone Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor mual dan muntah.
o Peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi
sehingga motilitas menurun dan lambung akan menjadi kosong
o Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan
terdapatnya non protein nitrogen, dan penurunan klorida dalam darah, kekurangan vitamin B1, B6, B12, dapat
mengakibatkan terjadinya anemia (Mitayani, 2009 hal 56).

TANDA DAN GEJALA


1. Mual dan muntah berat terutama pada trimester I kehamilan
2. Muntah setelah makan atau minum
3. Kehilangan berat badan >5% dari BB ibu hamil sebelum hamil, ( rata-rata kehilangan BB 10% )
4. Dehidrasi
5. Penurunan jumlah urine
6. Sakit kepala
7. Bingung
8. Pingsan
9. Jaundisen (warna kuning pada kulit, mata dan membrane mukosa )

MANIFESTASI KLINIS
• TINGKAT 1
• Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum.
• Pada tingkatan ini ibu hamil merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri
pada epigastrium
• TINGKAT 2
• Ibu hamil tampak lebih lemas, turgor kulit lebih menurun, lidah kering ,nadi kecil dan cepat, tekanan darah
turun,berat badan turun
• TINGKAT 3
• Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil
dan cepat, tekanan darah menurun,

PENCEGAHAN
• Memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik.
• Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang–kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan
muda dan akan hilang setelah
• kehamilan 4 bulan.
• Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering.
• Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
• Menghindari kekurangan kardohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung
gula.
HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
• Hipertensi yang terjadi saat kehamilan berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan atau lebih selama
20 minggu usia kehamilan pada wanita yang sebelumnya normotensif,
• tekanan darah mencapai nilai 140/90 mmhg, atau
• kenaikan tekanan sistolik 30 mmhg dan tekana diastolik 15 mmhg diatas nilai normal.

Epidemiologi Hipertensi Pada Kehamilan


• Preeklamsia diperkiraka sebagai penyebab kematian 50.000 – 60.000 ibu hamil setiap tahunnya.
• hipertensi dalam kehamilan merupakan kontributor utama prematuritas.

Patofisiologi Hipertensi pada kehamilan


Pada tubuh peremupan hamil dengan preeklamsia terjadi beberapa perubahan patofisiologi pada beberapa
organ/sistem organ yang akan bermanifestasi pada tampila klinis.

Manifestasi Klinis Hipertensi pada Kehamilan


a. Sakit kepala
b. Gangguan pengelihatan kabur atau skotoma
c. Gangguan status mental
d. Kebutaan, dapat bersifat kortikal atau retinal
e. Sesak nafas
f. Bengkak, dapat terjadi pada kedua kaki ataupun wajah
g. Nyeri perut kuadran kanan ataus atau epigostium
h. Kelemahan atau malaiase-dapat merupakam manifestasi anemia hemolitik

Klasifikasi Hipertensi Pada Kehamilan


timbulnya kejang grand-mal pada perempuan dengan preeklamsia, eklamsia dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah
kehamilan

Dampak Negatif Yang Timbul


• Aliran Darah Ke Plasenta Berkurang
• Pertumbuhan Janin Terhambat
• Kelahiran Premature
• Abrupsio Plasenta
• Bayi Meninggal Dalam Kandungan
• Berkembangnya Penyakit Kardiovaskular

Penatalaksanaan Hipertensi dalam Kehamilan Secara Umum


• pasien yang hamil harus memulai terapi obat jika tekanan sistolik >160 mmHg atau tekanan diastolik >100 mmHg.

PECAH KETUBAN DINI /


PROM (PREMATURE RUPTURE OF MEMBRAN)

 pecahnya ketuban sebelum waktunya tanpa disertai tanda inpartu dan setelah 1 jam tetap tidak diikuti dengan proses
inpartu sebagaimana mestinya.

Faktor faktor penyebab


1. Servis inkompeten
2. Overdistensi uterus
3. Kelainan letak
4. CPD dan infeksi
5. Jumlah paritas
6. Usia ibu melahirkan
7. Umur kelahiran

Klasifikasi
 KPD Preterm
Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya ketuban yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes
fern atau IGFBP-1 (+) pada usia <37 minggu sebelum onset persalinan. KPD sangat preterm adalah pecahnya
ketuban saat umur kehamilan ibu antara 24 sampai kurang dari 34 minggu, sedangkan KPD preterm saat umur
kehamilan ibu anatara 34 sampai kurang dari 37 minggu minggu.

 KPD Aterm
Ketuban pecah dini aterm adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya yag terbukti dengan vaginal pooling, tes
nitrazin dan tes fern (+), IGFBP-1 (+ ) pada usia kehamilan ≥37 minggu.

Tanda dan gejala


 keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak
akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin
yang sudah terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak
vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
 Panggul terasa tertekan.
 Keputihan atau vagina terasa lebih basah daripada biasanya.
 Perdarahan melalui vagina.
Pencegahan
 Cek secara berkala kandungan ibu
 Jaga pola makan
 Dilarang merokok
 Pola hidup sehat

GANGGUAN KARDIOVASKULER DAN ANEMIA PADA KEHAMILAN

• Selama kehamilan, risiko terjadinya gangguan jantung akibat perubahan hemodinamika cukup kerap terjadi, wanita
hamil dengan penyakit jantung juga mempunyai risko untuk mengalami komplikasi neonatal, komplikasi yang
terjadi pada bayi yang dikandungnya.
• Komplikasi neonatal tersebut berisko enam kali lipat pada bayi yang terlahir dari ibu yang mempunyai gangguan
jantung daripada kontrolnya.
• Komplikasi ini menyebabkan bayi mengalami kelahiran prematur, Small For Gestational Age (SGA),dan lahir mati.

Tabel Perubahan Hemodinamika normal selama kehamilan

Gangguan Kardiovaskuler pada Kehamilan


Pasien dengan penyakit jantung biasanya dibagi dalam 4 golongan:

Kelas 1 Tidak terdeteksi peningkatan risiko mortalitas maternal dan


tanpa/peningkatan ringan dalam morbiditas
Kelas 2 Sedikit peningkatan risiko mortalitas maternal atau peningkatan
moderat dalam morbiditas
Kelas 3 Peningkatan riisiko mortalitas maternal signifikan atau morbiditas
berat. Konseling dengan ahli diperlukan. Jika diputuskan hamil,
pengawasan spesialis jantung dan kandungan secara intensif
dibutuhkan selama kehamilan, persalinan, dan nifas

Kelas 4 Riisiko mortalitas maternal sangat tinggi atau morbiditas berat,


dikontraindikasikan hamil. Jika kehamilan terjadi, terminasi perlu
didiskusikan. Jika kehamilan berlanjut, dirawat seperti kelas III
 

• Saat kehamilan datang, kelainan kardiovaskular pada wanita hamil sangat sukar diketahui karena gejala penyakit
jantung seperti kelelahan, dispneau, ortopnea, edema tungkai, dan nyeri dada juga terjadi pada wanita normal. Oleh
karena itu, wanita dengan penyakit jantung wajib melakukan pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC).

• Wanita dengan risiko ringan dan moderate (kelas risiko I dan II) dapat melakukan ANC setidaknya satu kali selama
trimester pertama. Sementara wanita dengan kelas risiko III dan IV harus melakukan kunjungan antenatal setiap
bulan selama kehamilannya.

Penyebab Gangguan Kardiovaskuler


• PRIMER : kelainan kongenital, katup, iskemik dan kardiomiopati
• SEKUNDER : akibat penyakit lain seperti hipertensi, anemia berat, dan lain-lain

ANEMIA
• Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan,
maupun nifas dan masa selanjutnya.
• Penyulit penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah:
o keguguran (abortus),
o kelahiran prematur, persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri),
o perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi
o otot rahim (atonia uteri),
o syok,
o infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan
dekompensasi kordis.
• Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan,

PENYEBAB ANEMIA
• Zat besi yang masuk melalui makanan tidak mencukupi kebutuhan.
• Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, terutama ibu hamil, masa tumbuh kembang pada remaja,
penyakit kronis, seperti tuberculosis dan infeksi lainnya.
• Perdarahan yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang, malaria, haid yang berlebihan dan melahirkan

Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia pada Ibu Hamil


• Umur Ibu
• Paritas
• Kurang Energi Kronis (KEK)
• Infeksi dan Penyakit
• Jarak kehamilan
• Pendidikan

Klasifikasi Anemia Ibu Hamil


• Anemia defisiensi besi sebanyak 62,3%
Anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya adalah pemberian tablet besi yaitu
keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan

• Anemia Hipoplastik dan Aplastik


Anemia disebabkan karena sum-sum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.

• Anemia Hemolitik sebanyak 0,7%


Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya.

Pencegahan Anemia
• Mengonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh sayuran warna hijau, kacang – kacangan, protein hewani,
terutama hati.
• Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti jeruk, tomat, mangga dan lain–lain yang dapat
meningkatkan penyerapan zat besi. Lebih cepat bila mengupayakan perbaikan menu makanan. Misalnya dengan
konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang-kacangan (tahu,
oncom, kedelai, kacang hijau, sayuran berwarna hijau, sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam) dan buah-
buahan (jeruk, jambu biji dan pisang).

• Diagnosa Keperawatan
Resiko penurunan curah jantung b.d peningkatan volume sirkulasi, distritmia, perubahan kontraktilitas, miokard dan
perubahan inotropik pada jantung.

• Intervensi keperawatan
Tujuan : Klien dapat mempertahankan curah jantung yang adekuat  
Kriteria Hasil:
- Mengidentifikasi perilaku untuk meminimalkan stressor dan memaksimalkan fungsi.
- Mentoleransi tekanan dari peningkatan volume darah sesuai indikasi sampai dengan nadi dalam
batas yang tepat secara individu.
- Mendemonstrasikan sirkulasi plasenta yang adekuat

Intervensi
- Pantau TTV klien
- Berikan informasi tentang perlunya istirahat yang adekuat
- Selidiki adanya keluhan nyeri dada dan palpitasi, anjurkan pembatasan kafein dengan cepat

• Rasional
- Permulaan tahap dekompensasi karena toleran terhadap beban sirkulasi, infeksi atau ansietas dapat terlihat
pertama-tama dari perubahan yang membahayakan pada pola tanda vital, berkenaan dengan peningkatan
suhu, nadi, pernapasan, dan TD.
- Meminimalkan stress jantung dan menghemat energy, klien kelas IV memerlukan tirah baring selama
kehamilan 
- Klien dengan prolaps katup mitral dapat terjadi aritmia terlihat pada nyeri dada dan palpitasi, pembatasan
kafein dapat menurunkan ferkuensi terjadinya.

Anda mungkin juga menyukai