Anda di halaman 1dari 98

KOMPLIKASI DAN KEGAWATAN

OBSTETRI

Dr. Suhadi, SpOG


Kegawatan obstetri
Definisi: Macam:
• Kondisi pd ibu & janin 1. Perdarahan
yg meningkatkan
risiko morbiditas & 2. Infeksi & sepsis
mortalitas 3. Preeklamsia &
• Kasus obstetri yg eklamsia
apabila tidak segera 4. Distosia (persalinan
ditangani akan macet)
mengakibatkan
kematian maternal & 5. Gawat janin
perinatal
Tujuan
1. Mengenali macam kegawatan obstetri
2. Mengenali kehamilan & persalinan
risiko tinggi (faktor risiko)
3. Deteksi dini, penanganan segera,
pencegahan
4. Sistem rujukan
Perdarahan
1. Kehamilan muda
– Abortus
– KET
– Mola hidatidosa
2. Kehamilan lanjut & persalinan
– Plasenta previa
– Solusio plasenta
– Ruptura uteri
3. Setelah bayi lahir
– Atonia uteri
– Retensi plasenta
– Robekan jalan lahir
Infeksi & Sepsis
1. Kehamilan
2. Persalinan
– Korioamnionitis
3. Nifas
– Metritis
– Mastitis & abses payudara
– Infeksi luka perineum
– Tromboflebitis
Preeklamsia & Eklamsia
Preeklamsia Eklamsia
• Hipertensi • Kejang
• Proteinuria • Penurunan kesadaran
• Edema • Koma

Sindroma HELLP
Distosia (persalinan macet)
• Distosia bahu
• Partus lama
Persalinan risiko tinggi
1. Partus lama atau macet
2. Ekstraksi vakum, forsep
3. Gawat janin
4. SC atau riwayat SC
5. Induksi & stimulasi
6. Malpresentasi
7. JTL atau janin besar
8. Gemeli
9. DKP atau ibu pendek (<145 cm)
Abortus, mola &
kehamilan ektopik
Diagnosis
Gejala/tanda (+) Gejala/tanda (+/-) Diagnosis

• Perdarahan sedikit • Mules/nyeri perut Abortus imminens


• Serviks tertutup bawah
• Uterus sesuai
HPM
• Perdarahan • Mules/nyeri perut Abortus insipiens
banyak bawah
• Serviks terbuka • Nyeri tekan
• Uterus sesuai • Produk kehamilan
HPM belum ekspulsi
Diagnosis
Gejala/tanda (+) Gejala/tanda (+/-) Diagnosis

• Perdarahan • Mules/nyeri perut Abortus inkomplit


banyak bawah
• Serviks terbuka • Produk kehamilan
• Uterus lebih kecil ekspulsi sebagian
dari HPM
• Perdarahan sedikit • Mules/nyeri perut Abortus komplit
• Serviks tertutup bawah ringan
• Uterus lebih kecil • Riwayat ekspulsi
dari HPM produk kehamilan
Diagnosis
Gejala/tanda (+) Gejala/tanda (+/-) Diagnosis

• Perdarahan • Mual/muntah Mola hidatidosa


banyak • Mules/nyeri perut
• Serviks terbuka bawah
• Uterus lebih besar • Abortus spontan
dari HPM • Kista ovarium
• Uterus lunak • Preeklamsia dini
• Ekspulsi produk • Tanpa janin
kehamilan berupa
gelembung
Diagnosis
Gejala/tanda (+) Gejala/tanda (+/-) Diagnosis

• Perdarahan sedikit • Pingsan Kehamilan ektopik


• Nyeri perut • Massa adneksa
• Serviks tertutup nyeri
• Uterus sedikit • Amenorea
membesar • Nyeri bila serviks
• Uterus agak lunak digerakkan
KE & KET
KE (tidak ruptur) KET (ruptur)
• Gejala & tanda kehamilan • Jatuh atau lemas
• Nyeri perut & panggul • Nadi kecil & cepat (>110/m)
• Hipotensi
• Hipovolemia
• Nyeri perut akut
• Perut distensi (darah bebas)
• Nyeri lepas tekan
• Pucat
Komplikasi & manajemen
Infeksi/sepsis Perforasi
Gejala & tanda: Gejala & tanda:
• Nyeri perut bawah • Mules/nyeri perut
• Nyeri lepas tekan
• Nyeri lepas tekan
• Perdarahan terus-
menerus • Perut distensi
• Malaise • Perut kaku & keras
• Demam • Mual/muntah
• Discharge bau • Demam
busuk/purulen
• Serviks nyeri bila
digerakkan
Komplikasi & manajemen
Infeksi/sepsis Perforasi
Manajemen: Manajemen:
• Antibiotika: ampisilin • Laparotomi
iv 2 g/6jam +
gentamisin iv 5 mg/
kgBB/24 jam +
metronidazol iv
500mg/8 jam hingga
2 hari bebas panas
• Evakuasi kavum uteri
Manajemen emergensi KET
• Ambil darah utk cross test
• Operasi laparotomi segera
– salpingektomi
– salpingostomi
• Jangan menunda operasi karena
menunggu tersedia darah
Manajemen emergensi mola
• Evakuasi kavum uteri dg aspirasi vakum
• Drip oxytocin 10 units dalam 500 mL
normal saline atau RL dg tetesan 60
tts/menit utk mencegah perdarahan sat
evakuasi
Plasenta previa, solusio plasenta
& ruptura uteri
Diagnosis
Gejala/tanda (+) Gejala/tanda (+/-) Diagnosis

• Perdarahan • Syok Plasenta previa


setelah usia • Perdarahan
kehamilan 22 mungkin terjadi
minggu setelah sanggama
• Uterus tidak
tegang
• Presentasi janin
tidak masuk
panggul
• Kondisi janin
normal
Plasenta previa
Diagnosis
Gejala/tanda (+) Gejala/tanda (+/-) Diagnosis

• Perdarahan • Syok Solusio plasenta


setelah usia • Uterus tegang
kehamilan 22 • Gerakan janin
minggu (mungkin berkurang atau
tersembunyi) tidak ada
• Nyeri perut terus-
• Gawat janin atau
menerus atau
tidak terdengar
hilang timbul
DJJ
Diagnosis
Gejala/tanda (+) Gejala/tanda (+/-) Diagnosis

• Perdarahan • Syok Ruptura uteri


(intraabdominal atau • Perut distensi (cairan
vaginal) bebas)
• Nyeri perut hebat • Kontur uterus tidak
(mungkin berkurang normal
setelah terjadi ruptur) • Nyeri tekan abdomen
• Bagian janin mudah
dipalpasi
• Gerakan janin & DJJ
tidak ada
• Nadi ibu cepat
Ruptura uteri
Manajemen plasenta previa
• Perhatikan tanda-tanda syok  atasi syok
• Jangan melakukan pemeriksaan dalam
• Pemeriksaan inspekulo dg hati-hati 
menyingkirkan kemungkinan lain
• Resusitasi dg infus RL atau NS
• Nilai jumlah perdarahan
• Perdarahan banyak & terus-menerus  SC
• Perdarahan sedikit atau berhenti, janin hidup,
preterm  ekspektatif & pematangan paru
Manajemen solusio plasenta
• Perhatikan tanda-tanda syok  atasi syok
• Nilai pembekuan darah  koagulopati
• Transfusi dg fresh whole blood bila perlu
• Perdarahan banyak:
– Jika pembukaan lengkap  VE
– Jika blm dlm persalinan  SC
• Perdarahan sedikit-sedang:
– DJJ normal atau IUFD  pecah ketuban & dipacu
– Gawat janin  persalinan segera atau SC
Ruptura Uteri:
Penatalaksanaan
 Laparotomi segera Bersamaan dengan itu :
dengan
 Hidrasi dengan cairan IV
 Kosongkan kandung
kemungkinan kemih sebelum operasi
histerektomi  Antibiotik profilaktik:
- subtotal paling ampisilin 2 g IV, satu
aman dosis
 Perhatikan tanda-tanda
 Transfusi darah syok
Perdarahan postpartum, atonia
uteri & syok hipovolemik
Perdarahan postpartum
 Perdarahan pervaginam lebih dari 500 ml
setelah melahirkan
 - Perdarahan sering dianggap remeh
karena sulit diukur secara visual
- Darah bercampur dengan cairan lainnya

Rush 2000.
Evaluasi dan Penatalaksanaan
Awal
 Evaluasi dengan cepat:
- Apakah ada syok?
- Perkirakan jumlah darah yang hilang
 Masase  keluarkan bekuan darah,
apakah ada kontraksi?
 Berikan oksitosin 10 unit IM
Evaluasi dan Penatalaksanaan Awal
(lanjutan)

 Cairan parenteral (jarum besar): tetesan


cepat
 Pastikan kandung kemih kosong
 Apakah plasenta telah keluar? Periksa
kelengkapannya
 Apakah ada robekan pada jalan lahir?
Diagnosis Banding
 Atonia uteri
 Retensi plasenta
 Sisa plasenta
 Robekan jalan lahir
 Ruptura uteri
 Inversi uteri
 Gangguan pembekuan darah
Atonia uteri
• Miometrium tidak berkontraksi setelah
plasenta lahir
• Uterus lunak
• Pembuluh darah pd daerah bekas
perlekatan plasenta terbuka lebar
• Penyebab tersering perdarahan
postpartum
Faktor risiko atonia uteri
• Uterus meregang berlebihan 
polihidramnion, gemeli, makrosomia
• Persalinan lama
• Pesalinan terlalu cepat
• Pacuan persalinan dg oksitosin
• Infeksi intrapartum
• Paritas tinggi
Berpikir antisipatif

Identifikasi faktor risiko

Antisipasi atonia uteri

20% atonia uteri dapat terjadi pada ibu tanpa


faktor risiko
Uterus tidak berkontraksi

•Bersihkan bekuan darah/selaput ketuban


•Kompresi bimanual interna

Ya •Pertahankan KBI selama 1-2 ‘


Uterus kontraksi? •Keluarkan tangan hati-hati
•Awasi kala IV
Tidak
•Ajarkan keluarga utk KBE
•Keluarkan tangan KBI secara hati-hati
•Inj Metil ergometrin 0,2 mg I.m.
•Pasang infus RL + 20 IU oksitosin, guyur
•KBI lagi

Ya
Uterus kontraksi? •Awasi kala IV
Tidak
•RUJUK
•Lanjutkan infus + 20 IU oksitosin minimal 500 ml/jam s/d tempat rujukan
Kompresi bimanual interna
Kompresi bimanual eksterna
Obat-obatan Oksitosika
Oksitosin Ergometrin/ 15-methyl prostaglandin F2
Methyl ergometrin

Dosis dan rute IV: 20 units dlm 1 L dgn laju IM atau IV: 0.2 mg IM: 0.25 mg
60 tetes/menit
IM: 10 units

Dosis lanjutan IV: 20 units dlm 1 L dgn laju Ulangi 0.2 mg IM setelah 15 0.25 mg setiap 15 menit
40 tetes/menit menit. Jika perlu, beri 0.2 mg
IM atau IV setiap 4 jam

Dosis maksimum Tdk lebih dari 3 L cairan IV 5 dosis 8 dosis

Hati-hati/ Jangan berikan sebagai Pre-eklampsia, hipertensi, Jangan beri secara IV, Asthma
Kontraindikasi bolus IV penyakit jantung
Strategi Pencegahan
 Kesiapan melahirkan Penatalaksanaan aktif
 Penolong yang terampil persalinan kala tiga:
pada kelahiran  Oksitosin 10 U I.m dalam
 Pengobatan anemia waktu 2 menit setelah
 Penatalaksanaan aktif bayi lahir
persalinan kala tiga  Penegangan tali pusat
terkendali
 Hindari prosedur yang
tidak perlu (misalnya,  Masase fundus setelah
episiotomi) kelahiran plasenta
Definisi Syok
 Kegagalan sistem sirkulasi dalam
mempertahankan aliran yang
adekuat pada organ-organ vital
sehingga timbul anoxia
 Mengancam jiwa
Kapan Dapat Memperkirakan Atau
Mengantisipasi Syok
 Perdarahan:
 Pada awal kehamilan (aborsi, kehamilan ektopik,
kehamilan mola)
 Pada akhir kehamilan atau persalinan (plasenta
previa, solusio placenta, ruptura uteri)
 Sesudah kelahiran bayi (ruptura uteri, atonia uteri)
 Infeksi (aborsi yang tidak aman atau sepsis
aborsi, amnionitis, metritis)
 Trauma (perlukaan pada uterus atau
kandung kemih selama aborsi, ruptura uteri)
Tanda Klinis Syok
 Gangguan Perfusi Perifer Raba telapak tangan
* Hangat, Kering, Merah : Normal
* Dingin, Basah, Pucat : syok Tekan -
lepas ujung kuku / telapak tangan * Merah kembali < 2 detik :
 Normal / > 2 detik : syok * Bandingkan dengan
tangan pemeriksa
 Nadi meningkat : raba nadi radialis * Nadi < 100 :
Normal / nadi > 100 : Syok
 Tekanan darah menurun * Sistolik > 100 :
Normal / < 100 : Syok
Penatalaksanaan Segera
 Berteriak minta tolong - orang yang ada
di sekitar kita dimintai bantuan
 Mulailah resusitasi
 Infus
Tata Laksana
Mengatasi Perdarahan Hebat
 Airway
 Breathing
 Circulation and hemorrhage control

 Shock position
 Replace blood loss
 Stop / minimize the bleeding process
AIRWAY
Posisi Syok
ANGKAT
KEDUA
TUNGKAI

300 - 500 cc
darah dari kaki
pindah ke
sirkulasi sentral
Penatalaksanaan Khusus
 Berikan oksigen dengan laju 6-8 L/menit
 Uji darah : Cek Hemoglobin, dan uji silang
 Penilaian status pembekuan darah dengan tes
pembekuan di tempat tidur.
 Penatalaksanaan penyebab khusus
 Pantau:
 Tanda-tanda vital dan hilangnya darah tiap 15 menit
 Cairan yang masuk dan urin yang keluar tiap jam
Cairan Intravena
 Mulailah infus intravena dengan menggunakan
dua jarum berlubang besar
 Infus dengan tetesan cepat, 1L habis dalam 15-20
menit
 Berikan sekurang-kurangnya 2L cairan pada jam
pertama
 Apabila syok disebabkan oleh perdarahan,
diperlukan tetesan infus yang lebih cepat
 Apabila pada vena perifer tidak bisa dilakukan infus,
lakukan vena seksi
Estimasi BB : ... 60 kg
Estimasi Blood Volume : ... 70 ml/kg x 60 = 4200 ml
Estimasi Blood Loss : .... % EBV = ..... ml

Tsyst 120 100 < 90 < 60-70


Nadi 80 100 > 120 > 140 - ttb
Perf hangat pucat dingin basah

-- 15% EBV
NORMO -- 30% EBV
VOLEMIA -- 50% EBV

EBL = perdarahan 600 1200 2000 ml


Infus RL 1200-2000 2500-5000 4000-8000 ml
Pasien perdarahan datang
perkirakan volume yang hilang
|
Syok ?  posisi syok
pasang infus jarum besar (2)
ambil sample darah u/ cari donor
|
infusi RL 1000
(+1000 lagi)

Perfusi HKM Perfusi, nadi, T-sist


nadi < 100 belum baik, masih syok
T-sist > 100 |
| tambah RL lagi
Lambatkan infusi (2-4 x volume hilang)
Kristaloid vs Koloid Sebagai Cairan
Pengganti: Kesimpulan

 Kristaloid merupakan pilihan


pertama untuk digunakan, karena:
- Lebih aman
- Lebih murah
- Lebih mudah didapatkan
Pencegahan Terhadap Syok Akibat
Perdarahan
Meminimalkan darah yang terbuang:
 Gunakan teknik terbaik dalam anastesi dan

pembedahan untuk meminimalkan hilangnya


darah pada operasi
 Autotransfusi selama prosedur jika dibenarkan

 Penatalaksanaan aktif kala tiga pada persalinan

 Penatalaksaan terhadap perdarahan

pascapersalinan
Syok: Penatalaksanaan
Lanjutan
 Lanjutkan infus IV dengan kecepatan 1L habis dalam 6
jam dan oksigen dengan laju 6-8 L/menit
 Memantau dengan ketat
 Lakukan uji laboratorium untuk hematokrit, golongan
darah, jenis Rhesus, dan uji silang
 Apabila fasilitas tersedia, periksa elektrolit serum,
kreatinin serum, dan pH darah
 Perhatikan adanya komplikasi yang tertunda selama
beberapa hari
 Pindahkan bila terjadi gagal organ
ACOG 1997.
Wanita 20 th, 60 kg, Hb 14, Berdarah
1500 ml
 EBV : 60 kg x 70 ml = 4200 ml
 Hb total : 0.14 x 4200 = 588 gm
 Hb hilang : 0.14 x 1500 = 210 gm Setelah Infus RL 4000 ml =
Normovolemia

 Hb akhir : (588-210) / 4200 = 9 gm/dl


 TIDAK PERLU TRANSFUSI
Wanita 20 th, Hamil, 60 kg
Berdarah 1500 ml
 EBV normal : 60 kg x 70 ml = 4200 ml
 HAMIL + 30% - 50% (protective
hypervolemia)  1400-2100 ml  5600 -
6300 ml
 bila tidak hamil = 35% = syok
 bila hamil aterm = 23-26% = belum syok
 bila pasien ini syok = 35% x 5600 - 6300
ml = 2000 - 2200 ml sudah hilang
Wanita 20 th, Hamil+
Eklampsia, 60 kg, Berdarah
1500 ml
 EBV normal : 60 kg x 70 ml = 4200 ml
 Hamil+Eklampsia = tidak ada protective
hypervolemia  tetap 4200 - 4500 ml
 bila tidak hamil = 35% = syok
 bila eklampsia = 35% = juga syok
 syok diperburuk karena
 miokard juga lebih jelek
 hipovolemia intravaskuler, hipervolemia interstitial
Normovolemia
 Jantung dapat kompensasi meningkatkan
cardiac output
 Oksigenasi jaringan terpelihara
 Aliran darah di mikrosirkulasi lebih baik
 Anemia merangsang bone marrow lebih
aktif
KET, Datang Syok Berat

Ny.S/ MRS OP POSTOP KRS

Tensi 80 110 120 110

Nadi 148 108 100 80

Perfusi DBP DKP HKP HKP

Hb ? 7.0 6.5 8.6


RL 1500 RL 2000 Transfusi
500
Retensio Plasenta:
Penatalaksanaan
 Jika plasenta terlihat, Dalam waktu yang
mintalah ibu untuk bersamaan, lakukan:
meneran; jika sudah
berada di vagina,
 Transfusi darah bila
keluarkan perlu
 Pastikan kandung kemih  Beri oksitosin jika
kosong; kateterisasi bila memang belum
perlu  Beri antibiotik jika
 Upayakan penegangan tali
pusat terkendali
plasenta dikeluarkan
secara manual
 Keluarkan plasenta secara
manual - Ampisilin 2 g IV satu dosis
Evakuasi
plasenta
manual
Preeklamsia & Eklamsia
Preeklampsia

• Wanita di atas usia kehamilan 20 minggu


dengan:
-tekanan darah Diastolik > 90 mm Hg dan
- proteinuria
• Risiko mengalami eklampsia
Preeklampsia Ringan

• 2 kali hasil pengukuran tekanan darah diastolik


berselang 4 jam adalah 90-110 mmHg, setelah
usia kehamilan 20 minggu
• Proteinuria 2+
• Tidak ada tanda-tanda/gejala preeklampsia
berat
Preeklampsia Berat
• Tekanan darah • Tanda-tanda dan
gejala lain kadang-
diastolik > 110 kadang ada :
mm Hg - Nyeri epigastrium
- Nyeri kepala
• Proteinuria > 3+
- Perubahan pandangan
- Hiperrefleksia
- Edema Pulmonal
- Oliguria
- IUGR/PJT
Eklampsia
• Kejang yang terjadi setelah 20
minggu usia kehamilan, pada
seorang wanita, tanpa ada kelainan
serangan sebelumnya
• Sebagian kecil wanita dengan
eklampsia memiliki tekanan darah
yang normal
Penilaian dan Penatalaksanaan
Awal
pada Eklampsia
• Berteriak untuk meminta tolong – mobilisasi
personil
• Dengan cepat evaluasi pernafasan dan keadaan
kesadarannya
• Periksa jalan napas, tekanan darah dan nadinya
• Miringkan ke kiri
• Lindungi agar jangan sampai cedera tetapi jangan
dikekang
• Mulai jalankan infus IV dengan jarum berukuran
besar (ukuran 16 gauge)
Jangn sekali-kali meninggalkan ibu tanpa penjaga
• Beri oksigen dengan laju 4 L/menit
Obat-Obat Anti Hipertensi
• Methyl Dopa Prinsip:
• Mulailah pemberian
• Nifedipin
antihipertensi jika
• Labetolol tekanan darah diastolik >
110 mm Hg
• Pertahankan tekanan

darah diastolik 90-100


mm Hg untuk mencegah
perdarahan otak
(cerebral hemorrhage)
Penatalaksanaan selama
kejang
• Beri magnesium sulfat secara IM/IV
• Peralatan gawat darurat (O2, masker,
dsb)
• Miiringkan ke kiri
• Anti hipertensi: Nifedipin SL
• Lindungi agar meninggalkan
Jangan sekali-kali janganibucedera tetapi
tanpa penjagaan

jangan dikekang
Obat-Obat Anti Konvulsi

– Magnesium sulfat
– Diazepam
Penatalaksanaan Sesudah
Konvulsi
• Cegah konvulsi lanjutan
• Kendalikan tekanan darah
• Persiapan untuk kelahiran (jika
belum melahirkan)
Magnesium Sulfat
• Gunakan magnesium sulfat pada
– Wanita dengan eklampsia
– Wanita dengan preeklampsia berat yang
mengharuskannya melahirkan
– Mulailah magnesium sulfat pada saat
keputusan melahirkan telah dibuat
• Lanjutkan terapi hingga 24 jam setelah
melahirkan atau konvulsi terakhir
Pemantauan Setiap Jam

Evaluasi Penemuan Normal

Tingkat Kesadaran Mengantuk tetapi bisa dibangunkan


Harus dipertahankan antara 80-100 mm
Tekanan darah diastolik
Hg
Angka pernapasan 16 kali atau lebih /menit
Refleks tendon yang dalam Minimal tetapi ada
Denyut jantung janin (jika belum
Penurunan dalam variabilitas
dilahirkan)
Pemantauan Setiap Jam

Evaluasi Penemuan Abnormal Penatalaksanaan

Paru-paru Edema Pulmonal Hentikan magnesium sulfat

Turun dibawah 30 mL/jam


Output Urine Hentikan magnesium sulfat
atau 120 mL/4 jam
Pertimbangkan oksitosin
Uterus (setelah Atonia Uteri (perdarahan
selama 24 jam setelah
melahirkan) pasca persalinan)
melahirkan
Prinsip-Prinsip dalam
Penatalaksanaan
• Penentuan waktu dan cara kelahiran :
tergantung ibu vs kematangan janin
• Penilaian janin : bukti adanya gawat
janin
• Pengendalian konvulsi
• Pengendalian hipertensi
• Dirujuk karena komplikasi organ
lainnya : pulmo, renal, sistem saraf pusat
Infeksi
Objektif
• definisi
• faktor predisposisi
• patofisiologi
• gambaran klinis
• tempat infeksi postpartum
• tatalaksana
• pencegahan
• Definisi:
– setiap pasien dengan demam 38,5°C atau
lebih selama 48 atau 72 jam setelah
persalinan pervaginam atau ekstraksi
forsep dengan uterus yang lembek
Insidens dan cakupan:
- Penyebab utama kematian maternal di negara
mulai berkembang
- Jarang pada persalinan pervaginam
- Komplikasi: syok, abses pelvis dan trombosis
pelvis
Patofisiologi
- flora normal dari traktus genitalia
merupakan patogen yang potensial
- cairan amnion dan peningkatan sel darah
putih selama persalinan
Faktor predisposisi
− trauma dan nekrosis jaringan setelah melahirkan
menjadi medium kultur untuk infeksi
− operasi cesar merupakan faktor predisposisi
penting
− persalinan lama dan ketuban pecah
− kemiskinan dengan higiene dan nutrisi yang buruk
Bakteri
- polimikrobial
- paling sering:
Escherichia coli, Kelbsiella, Proteus dan
Bacteroides fragilis
- jarang:
Clostridium, Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas
- sumber dari luar:
Group A beta-hemolitik streptococus
Gambaran Klinis
- biasanya 2-3 hari post partum
- temperatur rendah, nyeri abdomen bagian
bawah dan uterus lembek
- lainnya: malaise, anorksia, lokia berbau busuk
- jika berat: temperatur tinggi dan peritonitis
umum
Gambaran Kilinis
- Streptokokus Group A beta-hemolitik dapat
fulminan dengan peritonitis and septikemia
- Bila dikultur, personil Rumah Sakit harus
diseleksi untuk mengidentifikasi sumber
Diagnosis
- lokus infeksi pada pasien postpartum
(kultur bila memungkinkan):
endomiometritis
tractus urinarius
tempat episiotomi
insisi abdominal
payudara
thrombophlebitis: tungkai, pelvis
appendisitis
lain: infeksi saluran nafas atas
Tatalaksana - Pencegahan
- teknik aseptik yang benar
- penggunaan antibiotik pada wanita
dengan seksio sesaria atau ketuban pecah
dalam waktu lama (1g ampisilin IV yang
diberikan sebagai profilaksis pada seksio
sesaria mengurangi terjadinya infeksi)
Tatalaksana -- Terapi
kasus ringan: Antibiotik tunggal berspektrum luas
(mis. ampisillin 1 g IV/4x atau peroral)
Jika seksio sesaria: flagyl 500 mg tiap 8j +
cefoxitin 2g tiap 6 j
ATAU
aminoglisosida (gentamisin or tobramisin) 60-100
mg tiap 8j + clindamicin 900 mg tiap 8j
Tatalaksana - Terapi
• Bila digunakan antibiotik intravena, lanjutkan
selama 48 jam setelah bebas demam.
• Bila demam berlanjut dan kombinasi
aminoglicosida-clindamisin telah digunakan,
tambahkan penisilin (5juta unit tiap 6j) untuk
menjangkau enterokokus
• Antibiotik oral digunakan selama 5 hari
Masalah lain
- semakin banyak antibiotik yang digunakan, >
semakin besar kemungkinan terjadinya
necrotizing colitis
- antibiotik bisa terdapat pada ASI namun pada
umumnya secara klinis tidak bermakna (hindari
tetrasiklin)
Masalah spesifik:
infeksi episiotomi: terapi dengan antibiotik, cuci
(air bersih!), panas
- buka jahitan bila terdapat fluktuasi atau pus
- sangat jarang yang memerlukan debridement
necrotizing fascitis: jarang, inflamasi lokal yang
berkembang cepat akibat gangren – pasien
toksik: antibiotik dosis tinggi namun HARUS
dibersihkan (debridement) secara surgikal
Masalah lain
- Septic pelvic thrombophlebitis - umumnya
sepsis anaerob
- biasanya pasien sudah mendapat antibiotik
namun tetap terus demam tinggi
- diagnosis ekslusi
- terapinya adalah heparin intravena
- > kondisinya respon terhadap heparin
Masalah lain
- Mastitis-- penisilin G or penisilinase -
resisten (methisilin or kloksasilin)
selama 7-10 hari
•Teruskan menyusui!
•Bila terdapat abses mammae -drain
Kasus khusus:
Syok septik Postpartum atau postabortus

definisi: pasien toksik dengan perubahan


hemodinamik atau perubahan keseimbangan
asam basa dengan demam 38.5ºC (setelah
aborsi, persalinan pervaginam ataupun operasi)
Etiologi syok postpartum atau postabortus

- umumnya bakteri gram-negatif (mis. E. Coli)


dan seringkali gram positif (stafilokokus,
anaerob streptokokus, clostridium)
Patofisiologi syok postpartum - postabortum
- belum sepenuhnya diketahui
- endotoksin dari dinding sel bakteri
menginisiasi kerusakan vaskular dan
vasodilatasi
- hipotensi dan hipoperfusi
kesimpulan

- masalah utama
- diagnosis yang sesuai
- tatalaksana yang cepat dan agresif
- pencegahan
WIDYA SAFITRI
• PASIEN DENGAN KEHAMILAN38-39 MG
DENGAN HIS PALSU,VT 1 JARI
LONGGAR, TAPI PASIEN TIDAK ADA
PENAMBAHAN PEMBUKAAN, KU BAGUS,
BJA BAGUS. PASIEN TIDAK NYAMAN.
TINDAKAN PMB?
• SULIT MENDAPATKAN MGSO4, SOLUSI?

Anda mungkin juga menyukai