Anda di halaman 1dari 67

Perdarahan Pada

Kehamilan Muda
Oleh : Rara Syifa izdihariyah
Pembimbing : dr. Yuri Feharsal, SpOG

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN


GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
PERDARAHAN PADA HAMIL MUDA

• Perdarahan dalam kehamilan muda


(< 20 minggu)

MOLA
KEHAMILA
ABORTUS HIDATIDOS
N EKTOPIK
A
1. ABORTUS

• Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil


konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.
Sebagai batasan ialah kehamilan < 20 minggu atau
berat janin < 500 gram.
• Menurut WHO/FIGO, abortus adalah jika
kehamilan <22 minggu, bila berat janin
tidak diketahui.
EPIDEMIOLOGI

- 15-20% merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik


- 5 % dari pasangan yang mencoba hamil akan mengalami 2 keguguran yang berurutan
- Rata-rata terjadi ll4 kasus abortus per jam.
- Abortus habitualis kejadiannya sekitar 3-5%.
- Apabila pasangan sudah mengalami abortus spontan 1x, maka memiliki risiko 15%
untuk mengalami keguguran lagi, apabila 2x memiliki risiko 25%, dan 3x memiliki
risiko 30-45%
ETIOLOGI 4. Defek fase luteal
-Faktor endokrin eksternal
Biasanya multifactorial.
-Antibodi antitiroid hormone
1. Faktor Genetik
-Sintesis LH yang tinggi
2. Kelainan kongenital uterus
5. Hematologik.
-Anomali duktus Mulleri
6. Infeksi
-Septum uterus
7. Lingkungan
-uterus bikornis
8. Faktor Hormonal
-Inkompetensi serviks uterus
- Diabetes Mellitus
-Mioma uteri
- Kadar Progesteron yang rendah
-Sindroma Asherman
- Defek fase Luteal
3. Autoimun
- Pengaruh hormonal terhadap
-Aloimun
imunitas desidua
-Mediasi imunitas humoral
-Medias iimunitas seiuler
PATOFISIOLOGI
Etiologi

Perdarahan dalam desidua basalis

nekrosis jaringan sekitarnya

hasil konsepsi terlepas sebagian / seluruhnya

menjadi benda asing dalam uterus

uterus berkontraksi untuk mengeluarkan hasil konsepsi


PATOFISIOLOGI

Apabila pada kehamilan 8-14 minggu villi


Apabila pada usia < 8 minggu hasil konsepsi korialis menembus
biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta
korialis belum menembus desidua secara tidak terlepas
mendalam sempurna yang dapat menyebabkan
banyak perdarahan

Apabila kehamilan > 14 minggu umumnya yang dikeluarkan setelah


ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta.
FAKTOR PREDISPOSISI
Janin (fetal) kelainan genetik (kromosom)

Ibu (maternal) Infeksi


• kelainan hormonal:
hipotiroidisme, diabetes melitus,
insufisiensi progesterone
• malnutrisi
• penggunaan obat- obatan,
merokok, konsumsi alcohol
• faktor immunologis
• defek anatomis: uterus
didelfis, inkompetensia serviks
(penipisan dan pembukaan
serviks sebelum waktu
inpartu, umumnya pada
trimester kedua) dan
Sinekhiae uteri karena sindrom
Asherman
• Kelainan fungsi koagulasi
darah
Ayah Kelainan sperma
JENIS ABORTUS

• Abortus Iminens
• Abortus Insipiens
• Abortus Kompletus
• Abortus Inkompletus
• Missed Abortion
• Abortus Habitualis
• Abortus Infeksiosus
• Abortus Septik
• Kehamilan anembrionik
ABORTUS IMINENS

• Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus, ditandai per-
darahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam
kandungan.
• Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan pervaginam pada
umur kehamilan kurang dari 20 minggu.
Keluhan :
1. mengeluh mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan
pervaginam.
• Ostium uteri masih tertutup
• besarnya uterus masih sesuai dengan umur kehamilan
• tes kehamilan urin masih positif.
• Prognosis : melihat kadar hormone hCG pada urin dengan cara melakukan tes urin kehamilan menggunakan
urin tanpa pengenceran dan pengenceran1/l0.
HASIL :
- Bila hasil tes urin masih positif keduanya maka prognosisnya baik
- bila pengenceran 1/10 hasilnya negatif maka prognosisnya dubia ad malam
Pemeriksaan Penunjang : USG  Melihat apakah keadaan plasenta sudah terjadi pelepasan atau belum. (bisa
transabdominal dan transvaginal).
TREATMENT

• Pertahankan kehamilan
• Penderita diminta untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan berhenti.
• Bisa diberi spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi atau diberi tambahan hormone progesterone atau
derivatenya untuk mencegah terjadinya abortus. Obat-obatan ini walaupun secara statistic kegunaannya tidak
bermakna, tetapi efek psikologis kepada penderita sangat menguntungkan.
• Penderita boleh dipulangkan setelah tidak terjadi perdarahan dengan pesan khusus tidak boleh berhubungan
seksual dulu sampai lebih kurang 2minggu.
• Jika perdarahan berhenti: pantau kondisi ibu selanjutnya pada pemeriksaan antenatal (kadar Hb dan USG
panggul serial setiap 4 minggu). Nilai ulang bila perdarahan terjadi lagi.
• Jika perdarahan tidak berhenti: nilai kondisi janin dengan USG. Nilai kemungkinan adanya penyebab lain.
ABORTUS INSIPIENS

• Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah mendatar dan
ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan
dalam proses pengeluaran.
• Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering,dan kuat,perdarahan nya
bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umu rkehamilan.
• besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dengan tes urin kehamilan masih
positif.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

USG
- Pada pemeriksaan USG akan didapati pembesaran uterus yang masih sesuai dengan umur
kehamilan, gerak janin dan gerak Jantung janin masih jelas walau mungkin sudah mulai
tidak normal , biasanya terlihat penipisan serviks uterus atau pembukaannya.
- Perhatikan ada tidaknya pelepasan plasenta dari dinding urerus.
TATA LAKSANA

• Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak nyaman selama
tindakan evakuasi, serta memberikan informasi mengenai kontrasepsi pasca keguguran.
• Jika usia kehamilan <16 minggu maka lakukan evakuasi isi uterus. Jika evakuasi tidak
dapat dilakukan segera:
– Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu)
– Rencanakan evakuasi segera.
• Jika usia kehamilan ≥16 minggu:
– Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan evakuasi sisa hasil konsepsi dari
dalam uterus.
– Bila perlu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl0,9% atau Ringer Laktat
dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu pengeluaran hasil konsepsi
– Berikan misoprostol
ABORTUS KOMPLETUS

Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram.
• Diagnosis :
 uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit
 osteum uteri telah menutup
 besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan
 semua hasil konsepsi telah dikeluarkan / tidak ada sisa konsepsi dalam uterus
 Pada pemeriksaan tes urin biasanya masih positif sampai 7 - 10 hari setelah abortus.
TATA LAKSANA

• Tidak diperlukan evakuasi.


• Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan menawarkan kontrasepsi pasca keguguran.
• Observasi keadaan ibu.
• Apabila terdapat anemia lihat tatalaksana anemia pada ibu hamil (bisa diberikan tablet sulfas ferosus atau
transfusi darah)
• Ergometrin 3x1 tab / hari , diberikan selama 3 hari
• Antibiotik bila curiga ada infeksi
• Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu.
ABORTUS INKOMPLETUS

Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal,
pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
 pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam
kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum.
 Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan
konsepsi dikeluarkan.
TATA LAKSANA

• Lakukan konseling.
• Jika usia kehamilan <16 minggu dengan perdarahan berat:
- Evakuasi isi uterus. (pengeluaran isi konsepsi)

Metode yang dianjurkan adalah aspirasi vakum manual (AVM).


Kuret tajam dapat dilakukan bila AVM tidak tersedia.
– Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila
perlu).
- Antibiotik bila curiga infeksi
- Tablet Fe atau transfuse jika terjadi anemia pada ibu.
MISSED ABORTION

• Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum
kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
• Biasanya tidak ada keluhan. Tapi yang sering dikeluhkan adalah pertumbuhan kehamilan
tidak sesuai yang diharapkan.
• Bila kehamilan diatas 14 minggu sampai 20 minggu penderita justru merasakan rahimnya
semakin mengecil dengan tanda-tanda kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang.
• Kadang, missed abortion diawali dengan abortus iminens yang kemudian merasa sembuh,
tetapi pertumbuhan janin terhenti.
GEJALA KLINIS

• Gejala kehamilan masih tetap dirasakan ibu


• Perdarahan bercak coklat kotor
• Rahim <usia kehamilan
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• USG (Diagnosis pasti)


- uterus yang mengecil
- Kantong gestasi yang me-ngecil
- Bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.
- Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4minggu harus diper-hatikan kemungkinan
terjadinya gangguan penjendalan darah oleh karena hipofibri-nogenemia sehingga perlu
diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.
TATA LAKSANA

• Lakukan konseling.
• Jika usia kehamilan <12 minggu :
– evakuasi dengan AVM atau sendok kuret.
– Rekomendasi FIGO: Misoprostol 800μg pervaginam setiap 3 jam(maksimal x2) atau 600μg sublingual setiap
3 jam (maksimal x2)
Jika kehamilan ≥ 12 minggu, namun <16 minggu :
pastikan serviks terbuka, bila perlu lakukan pematangan serviks sebelum dilakukan dilatasi dan kuretase.
Lakukan evakuasi dengan tang abortus dan sendok kuret.
- Rujuk
• Jika usia kehamilan 16-22 minggu:
– lakukan pematangan serviks.
– Lakukan evakuasi dengan infus oksitosin 20 unit dalam 500ml NaCl 0,9%/Ringer laktat dengan
kecepatan 40tetes/menit hingga terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
– Bila dalam 24 jam evakuasi tidak terjadi, evaluasi kembali sebelum merencanakan evakuasi lebih
lanjut.
ABORTUS HABITUALIS

• Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-rurut.
• Penderita abortus habitualis pada umumnya tidak sulit untuk menjadi hamil
kembali,tetapi kehamilannya berakhir dengan keguguran/abortus secara berturut-turut.
• Penyebab abortus habitualis selain faktor anatomis banyak yang mengaitkannya dengan
reaksi imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross
reactive (TLX). Bila reaksi terhadap antigen ini rendah atau tidak ada, maka akan terjadi
abortus.
TATA LAKSANA

• Diagnosis inkompetensia serviks tidak sulit dengan anamnesis yang cermat.


• Dengan pemeriksaan dalam/inspekulo kita bisa menilai diameter kanalis servikalis dan didapati selaput
ketuban yang mulai menonjol pada saatmulai memasuki trimester kedua. Diameter ini melebihi 8mm.
• pengelolaan penderita inkompetensia serviks dianjurkan untuk periksa hamil seawal mungkin dan bila
dicurigai adanya inkompetensia serviks harus dilakukan tindakan untuk memberikan fiksasi pada
serviks agar dapat menerima beban dengan berkembangnya umur kehamilan.
• Operasi dilakukan pada umu rkehamilan 12-14 minggu dengan cara SHIRODKAR atau McDONALD
dengan melingkari kanalis servikalis dengan benang sutera/MERSILENE yang tebal dan simpul baru
dibuka setelah bayi siap dilahirkan.
ABORTUS
INFEKSIOSUS,
ABORTUS
SEPTIK
Abortus Infeksiosus
Abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia
Ciri : perdarahan pervaginam, demam dan fluksus yang berbau,
Abortus Septik.
 Abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum (septikemia atau
peritonitis).
Salah satu komplikasi tindakan abortus yang paling sering terjadi apalagi bila dilakukan kurang memperhatikan
asepsis dan antisepsis.
Diagnosis :
 Anamnesis
upaya tindakan abortus yang tidak menggunakan peralatan yang asepsis
 Pemeriksaan fisik
demam tinggi, tampak sakit dan lelah, takikardia, perdarahan pervaginam yang
berbau, uterus yang membesar dan lembut, serta nyeri tekan.
 Pemeriksaan laboratorium
didapatkan tanda infeksi dengan leukositosis.
 Bila sampai terjadi sepsis dan syok, penderita akan tampak lelah, panas tinggi,
menggigil, dan tekanan darah turun.
KOMBINASI ANTIBIOTIK UNTUK ABORTUS
INFEKSIOSA
Antibiotika Dosis oral Catatan
Ampicilin 3,5 g oral dgn 1 g Berspektrum luas & men-
Probenecid cakup untuk gonorrhoea
atau
4,8 juta unit IM dgn Mencakup untuk gonorrhoea
Procaine Probenecid & kokus Gram (+)
Penicillin
Ditambah salah satu dari yang berikut:
Doxycycline 100 mg oral 2 kali/hari Baik untuk chlamydia
selama 10-14 hari Baik untuk chlamudia
atau 500 mg oral 4 kali/hari Relatif tidak terlalu mahal,
Tetracycline selama 110-14 hari berpspektrum luas
atau 2 tablet oral 2 kali/hari
Cotrimoxazole selama 10 hari
TATA LAKSANA

• Bila terdapat tanda-tanda abortus septik maka berikan kombinasi antibiotika sampai ibu
bebas demam untuk 48 jam:
• – Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
• – Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam– Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
KEHAMILAN ANEMBRIONIK (BLIGHTED OVUM)

 Merupakan kehamilan patologi dimana mudigah tidak terbentuk sejak awal walaupun kantong
gestasi tetap terbentuk. Di samping mudigah, kantong kuning telur juga tidak ikut terbentuk.

 Bila tidak dilakukan tindakan, kehamilan akan berkembang terus walaupun tanpa ada janin di
dalamnya.

 Biasanya sampai sekitar 1,4 - 1,6 minggu akan terjadi abortus spontan.

 Suatu kelainan kehamilan yang baru terdeteksi setelah berkembang-nya ultrasonografi. Sebelum alat
USG ditemukan, kelainan kehamilan ini mungkin banyak dianggap sebagai abortus biasa.
• Diagnosis :
• Diagnosis kehamilan anembrionik ditegakkan pada usia kehamilan 7 - 8 minggu bila
pada pemeriksaan USG didapatkan kantong gestasi tidak berkembang atau pada diameter
2,5 cm yang tidak disertai adanya gambaran mudigah.
•  Jika pada saat USG pertama didapatkan gambaran tsb, perlu dilakukan evaluasi USG 2
minggu kemudian.
•  Bila tetap tidak dijumpai struktur mudigah atau kantong kuning telur dan diameter
kantong gestasi sudah mencapai 25 mm, maka dapat dinyatakan sebagai kehamilan
anembrionik.
Abortus Provokatus
 Abortus provokatus adalah abortus yang
disengaja, baik dengan memakai obat-obatan
maupun alat-alat.

Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)

 Abortus karena tindakan medis, dengan


alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi
medis).
Abortus Kriminalis

 Abortus yang terjadi oleh karena


tindakan- tindakan yang tidak legal atau
tidak berdasarkan indikasi medis.
KEHAMILAN
EKTOPIK
KLASIFIKASI

• Meliputi > 95 %
KEHAMILAN TUBA • Terdiri atas: Pars ampularis (55 %), pars ismika (25 %),pars fimbriae (17 %), dan pars
interstisialis (2 %).

KEHAMILAN • Kehamilan ektopik lain (< 5 %) antara lain terjadi di serviks uterus, ovarium, atau
EKTOPIK LAIN abdominal.

KEHAMILAN INTRA- • Jumlahnya sangat sedikit.


LIGAMENTER
• Merupakan kehamilan ganda dimana satu janin berada di kavum uteri sedangkan yang
KEHAMILAN lain merupakan kehamilan ektopik.
HETEROTOPIK • Kejadian sekitar satu per 15.000 - 40.000 kehamilan.

KEHAMILAN • Kehamilan ini pernah dilaporkan walaupun sangat jarang terjadi.


EKTOPIK BILATERAL
KEHAMILAN EKTOPIK

• Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak
menempel pada dinding endometrium kavum uteri.
• Lebih dari 95% kehamilan ektopik berada tuba Fallopii
• Di Indonesia kejadian sekitar 5-6 per seribu kehamilan.
ETIOLOGI

• Faktor Tuba

Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba menyempit atau buntu.

• Faktor Abnormalitas dari zigot

Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui
tuba, kemudian terhenti dan tumbuh disaluran tuba.

• Faktor Ovarium

Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang kontralateral, dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang
lebih panjang sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.

• Faktor Hormonal

Pada akseptor, pil KB yang hanya mengandung progesreron dapat mengakibatkan gerakan tuba melambat. Apabila terjadi
pembuahan dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.

• Faktor Penggunaan IUD


KEHAMILAN EKTOPIK BELUM TERGANGGU
GAMBARAN KLINIS
• Biasanya tidak menimbulkan gejala, sampai terjadinya abortus tuba atau rupture tuba.
• Nyeri pada perut bagian bawah
• Pada pemeriksaan vaginal, uterus membesar dan lembek walaupun tidak sebesar umur kehamilan
• Tuba yangmengandunghasilkonsepsi karena iembeknyasukardiraba pada pemeriksaan bimanual.
• Apabila kehamilan ektopik mengalami penyulit, atau terjadi rupture tuba bisa masuk ke dalam kondisi syok
• Rasa nyeri mula-mula terdapat dalam satu sisi, tetapi setelah masuk ke rongga perut, rasa nyeri menjalar ke
bagian tengah atau ke seluruh perut bawah.
• Perdarahan pervaginam
• Amenorea
PENEGAKAN DIAGNOSIS

• Anamnesis
• USG
Melihat apakah kehamilan intrauterine atau kehamilan ektopik
 gambaran USG bervariasi tergantung usia kehamilan, ada tidaknya gangguan kehamilan
(rupture, abortus) dan banyaknya perdarahan intra abdomen.
Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan darah lengkap (hemoglobin dan jumlah sel darah merah)
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

• Apabila kehamilan ektopik mengalami penyulit atau terjadi ruptur pada tuba tempat lokasi nidas, akan memberikan
gejala dan tanda yang khas yaitu timbulnya sakit perut mendadak yang kemudian disusul dengan syok atau pingsan.
 Pertanda khas terjadinya kehamilan ektopik yang terganggu.
• Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda.
• Gejala dan tanda bergantung pada :
 Lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba,
 Tuanya kehamilan,
 Derajat perdarahan yang terjadi, dan
 Keadaan umum penderita sebelum hamil.
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Keluhan utama : Nyeri


Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba disertai dengan
perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk ke dalam syok.
Pada abortus tuba nyeri tidak seberapa hebat dan tidak terus-menerus. Rasa nyeri mula-
mula terdapat pada satu sisi; tetapi, setelah darah masuk ke dalam rongga perut, rasa nyeri
menjalar ke bagian tengah atau ke seluruh perut bawah. Darah dalam rongga perut dapat
merangsang diafragma, sehingga menyebabkan nyeri bahu dan bila membentuk
hematokel retrouterina, menyebabkan defekasi nyeri.
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Perdarahan pervaginam
Merupakan tanda penting kedua
Menunjukkan kematian janin, dan berasal dari kavum uteri karena pelepasan desidua.
Perdarahan yang berasal dari uterus biasanya tidak banyak dan berwarna cokelat tua.
Perdarahan berarti gangguan pembentukan human chorionic gonadotropin.
Jika plasenta mati, desidua dapat dikeluarkan seluruhnya.
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Amenorea
• Lamanya amenorea bergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi.
• Sebagian penderita tidak mengalami amenorea karena kematian janin terjadi sebelum
haid berikutnya.
• Hal ini menyebabkan frekuensi amenorea berkisar dari 23-97 %.
DIAGNOSIS

 Diagnosis kehamilan ektopik terganggu dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa,


pemeriksaan fisik, ginekologis dan penunjang.
 Dari anamnesis didapatkan :
 Terlambat haid
 Biasanya terjadi pada kehamilan 6-8 minggu
 Gejala subjektif kehamilan lainnya (mual, pusing, dsb)
 Nyeri perut yang disertai spotting
 Gejala yang lebih jarang : nyeri menjalar ke bahu, perdarahan per vaginam, atau pingsan
Pemeriksaan Fisik
• Tanda-tanda syok hipovolemik : hipotensi, takikardi, pucat, anemis, ekstrimitas dingin
• Nyeri abdomen : perut tegang, nyeri tekan dan nyeri lepas abdomen, bisa ditemukan pekak samping, pekak pindah pada
perkusi abdomen
Dari pemeriksaan ginekologis didapatkan :
• In spekulo : fluksus sedikit
• PD :
• Uterus yang membesar
• Nyeri goyang serviks (+)
• Kanan/kiri uterus : nyeri pada perabaan dan dapat teraba massa tumor di daerah adneksa
• Kavum Douglas menonjol, nyeri tekan (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan
ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut.
Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit dapat dilakukan secara serial dengan jarak 1 jam selama 3 kali
berturut-turut.
Bila ada penurunan hemoglobin dan hematokrit dapat mendukung diagnosis kehamilan ektopik terganggu.
Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya ditemukan anemia.
Penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila terjadi leukositosis.

 Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik, dapat diperhatikan jumlah leukosit.
 Jumlah leukosit yang melebihi 20.000 biasanya merujuk pada infeksi pelvik.
• Tes kehamilan berguna apabila positif.
 Hasil tes negatif tidak menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena
kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi human chorionic
gonadotropin menurun dan menyebabkan tes negatif.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

KURETASE

• Diagnosis kehamilan ektopik terganggu sering keliru dengan abortus insipiens atau
abortus inkompletus, sehingga perlu dilakukan kuretase.

• Bila hasil kuretase meragukan jumlah sisa hasil konsepsinya, maka kita perlu curiga
terjadinya kehamilan ektopik terganggu yang gejala dan tandanya tidak khas.

• Pada umumnya dilatasi dan kerokan untuk menunjang diagnosis kehamilan ektopik
tidak dianjurkan. Berbagai alasan dapat dikemukakan:

 Kemungkinan adanya kehamilan dalam uterus bersama kehamilan ektopik;

 Hanya 12-19% kerokan pada kehamilan ektopik menunjukkan reaksi desidua;

 Perubahan endometrium yang berupa reaksi Arias-Stella tidak khas untuk


kehamilan ektopik. Namun, jika jaringan yang dikeluarkan bersama dengan
perdarahan terdiri atas desidua tanpa vili korialis, hal itu dapat memperkuat
diagnosis kehamilan ektopik terganggu.
KULDOSENTESIS
• Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglasi ada darah.

LAPAROSKOPI
• Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk kehamilan ektopik apabila hasil
penilaian prosedur diagnostik yang lain meragukan.
• Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai.
• sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum Douglasi, dan ligamentum latum.
• Adanya darah dalam rongga pelvis mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi
indikasi untuk dilakukan laparotomi.
USG

• GAMBARAN USG 
 Doppler berwarna  ring of fire
 Lokasi jarang  kornu, servikal,
 Uterus normal / sedikit membesar ovarial
 Endometrium menebal  Kehamilan abdominal  janin
dlm kantung kehamilan di luar
 Massa di adneksa dgn echogenitas tdk teratur uterus, plasenta menempel pd
dinding perut
 Perdarahan intra abdominal
KEHAMILAN EKTOPIK
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

• Kista ovarium pecah dan mengalami perdarahan


• Torsi kista ovarium
• Kista terinfeksi
• Abortus iminens
• Apendisitis
• Komplikasi AKDR
• Gastroenteritis
• Radang alat-alat dalam panggul, terutama salfingitis
TERAPI

Konservatif : bila fertilitas masih diperlukan dapat diberi methotrexate (MTX) dengan syarat :
Hemodinamik stabil
Kehamilan < 8 minggu
Kantung kehamilan ektopik < 3cm
Tidak tampak pulsasi jantung
Kadar β hCG < 10.000 IU/ml
Tidak ada kontraindikasi pemberian MTX
Pasien dapat dipantau
Diberikan 50 mg MTX, dosis tunggal im. Bila berat badan <50 kg dosisnya 1 mg/kg BB)
TERAPI

Operatif (laparotomi)
Salfingektomi, bila tidak ada masalah fertilitas, ruptur tuba, perdarahan banyak,
kelainan anatomi tuba
Salfingostomi, bila fertilitas masih diperlukan
Reseksi kornu pada kehamilan kornu
Transfusi darah bila Hb ≤ 6 gr%. Bila persediaan darah tidak ada dan susah
didapat dapat dilakukan autotransfusi bila darah masih segar dan tidak terinfeksi
atau terkontaminasi.
MOLA HIDATIDOSA
DEFINISI

 Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa
degenerasi hidropik.
 Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-
gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari
beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm.
 Gambaran histopatologik yang khas dari mola hidatidosa ialah edema stroma vili, tidak
ada pembuluh darah pada vili/degenerasi hidropik dan proliferasi sel-sel trofoblas.
ETIOLOGI

 Paritas tinggi;
 Umur, risiko tinggi kehamilan di bawah 20 atau di atas 40 tahun;
 Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas;
 Suku bangsa (ras) dan faktor geografi yang belum jelas.
GEJALA DAN TANDA

• Tanda kehamilan pada umumnya (mual, muntah, pusing)


• Perdarahan (gejala utama) Gejala perdarahan ini biasanya terjadi antara bulan pertama
sampai ketujuh dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat perdarahan bisa intermiten,sedikit-
sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok atau
kematian.Karenaperdarahan ini umumnya pasien mola hidatidosa masuk dalam ke-adaan
anemia.
DIAGNOSIS

Anamnesis
• Curiga apabila perempuan dengan amenorea
• Perdarahan pervaginam
• Uterus lebih besar dari usia kehamilan
• Tidak ditemukan seperti tanda balotemen dan detak jantung
Pemeriksaan Penunjang
- pemeriksaan kadarHuman ChorionicGonadotropin (hCG)
- Pemeriksaan USG (berupa badai salju( snow flake pattern) atau gambaran seperti sarang lebah (honey comb).
TATA LAKSANA

Terdiri atas tahap :


1. Perbaikan Keadaan Umum
Yang termasuk usaha ini misalnya pemberian transfusi darah untuk memperbaiki syok atau anemia
dan menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklampsia atau tirotoksikosis.
2. Pengeluaran Jaringan Mola
Menggunakan 2 cara :
1. Vakum Kuretase
2. Histrektomi
3. Pemeriksaan Tindak Lanjut
Tes hCG harus mencapai nilai normal 8 minggu setelah evakuasi. Lama pengawasan
berkisar satu tahun. Untuk tidak mengacaukan pemeriksaan selama periode ini pasien
dianjurkan untuk tidak hamil dulu dengan menggunakan kondom,.
PROGNOSIS

Sebagian dari pasien mola akan segera sehat kembali setelah jaringannya dikeluarkan,tetapi
ada sekeiompok perempuan yang kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi
koriokarsinoma.
DAFTAR PUSTAKA

• Cunningham FG, Lenevo KJ, Bloom SL, et al. Williams Obstetrics.25rd ed. New York:
McGraw-Hill Medical; 2018.
• Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku PelayananKesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 1st ed.Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia; 2013.
• Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 2010; 4:
274, 459-89, 660.

Anda mungkin juga menyukai