KEHAMILAN MUDA
Pembimbing :
dr. Syamsu Rijal, Sp.OG
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 22 FEBRUARI – 17 APRIL 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN
MUDA
Perdarahan pada Kehamilan Muda dibagi menjadi 3:
• Abortus
• Kehamilan Ektopik
• Mola Hidatidosa
ABORTUS
• Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan yaitu kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram.
• Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan
abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus
provokatus.
• Abortus provokatus ini dibagi 2 kelompok yaitu abortus provokatus medisinalis
dan abortus provokatus kriminalis.
• Disebut medisinalis bila didasarkan pada pertimbangan dokter untuk
menyelamatkan ibu.
Etiologi
• Faktor genetik. Translokasi parental keseimbangan
genetik
• Autoimun
- Mendelian
- Aloimun
- Multifaktor
- Mediasi imunitas humoral
- Robertsonian
- Mediasi imunitas seluler
- Resiprokal
oVirus oSpirokaeta
- Sitomegalovirus - Treponema pallidum
- Rubela
Etiologi Infeksi
• Adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, atau sitokin yang berdampak langsung pada janin atau unit
fetoplasenta.
• Infeksi plasenta yang berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut kematian janin.
• Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genitalia bawah (misal Mikoplasma bominis, Klamidia,
• Memacu perubahan genetik dan anatomik embrio karena virus selama kehamilan awal (misalnya rubela,
parvovirus 819, sitomegalovirus, koksakie virus B, varisela-zoster, kronik sitomegalovirus CMV, HSV).
Etiologi Hematologi
• Abortus berulang ditandai dengan :
o defek plasentasi dan adanya mikrotrombin pada pernbuluh darah plasenta.
o peningkatan produksi tromboksan yang berlebihan pada usia kehamilan 4 - 6 minggu, dan
penurunan produksi prostasiklin saat usia kehamilan 8 - 11 minggu.
o Perubahan rasio tromboksan-prostasiklin memacu vasospasme serta agregrasi trombosit, yang
akan menyebabkan mikrotrombin serta nekrosis plasenta.
o Penurunan kadar protein C dan fibrinopeprida.
o Defisiensi faktor XII (Hageman) berhubungan dengan trombosis sistematik ataupun plasenta
o Hiperhomosisteinemi, bisa kongenital ataupun akuisita
o Gen pembawa akan diturunkan secara autosom resesif.
o Defisiensi folat.
Etiologi Lingkungan
• Diperkirakan 1 - 10 % malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan kimia, atau radiasi dan
umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan terhadap buangan gas anestesi dan
tembakau.
• Sigaret rokok diketahui mengandung ratusan unsur toksik, antara lain nikotin yang telah
diketahui mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta.
• Karbon monoksida juga menurunkan pasokan oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin.
• Dengan adanya gangguan pada sistem sirkulasi fetoplasenta dapat terjadi gangguan
pertumbuhan janin yang berakibat terjadinya abortus.
Macam-macam Abortus
• Abortus Iminens
• Abortus Insipiens
• Abortus Kompletus
• Abortus Inkompletus
• Missed Abortion
• Abortus Habitualis
• Abortus Infeksius, Abortus Septik
• Kehamilan Anembrionik (Blighted Ovum)
Abortus Iminens
• Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan pervaginam pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu dengan mengeluh sedikit mulas atau tidak ada keluhan sama sekali
kecuali perdarahan pervaginam yang ditandai dengan ostium uteri masih tertutup besarnya uterus masih
sesuai dengan umur kehamilan.
• Pemeriksaan Penunjang :
o Tes kehamilan urine masih positif pada kadar hormon hCG.
Pemeriksaan menggunakan urine tanpa pengenceran dan pengenceran 1/10. Bila hasil tes urin masih
positif keduanya maka prognosisnya adalah baik, bila pengenceran 1/10 hasilnya negatif maka
Untuk mengetahui pertumbuhan janin yang ada dan mengetahui keadaan plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum.
Diperhatikan ukuran biometri janin/kantong gestasi apakah sesuai dengan umur kehamilan berdasarkan HPHT. Denyut jantung janin
dan gerakan janin diperhatikan di samping ada tidaknya hematoma retroplasenta atau pembukaan kanalis servikalis. Pemeriksaan
USG dapat dilakukan baik secara transabdominal maupun transvaginal. Pada USG transabdominal jangan lupa pasien harus tahan
kencing terlebih dahulu untuk mendapatkan acoustic window yang baik agar rincian hasil USG dapat jelas.
• Tatalaksana :
o Tirah baring sampai perdarahan berhenti.
o Berikan spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi / tambahan hormon progesteron atau derivatnya -> mencegah
terjadinya abortus.
o Pasien boleh dipulangkan setelah tidak terjadi perdarahan dan tidak boleh berhubungan seksual sampai kurang
lebih 2 minggu.
Abortus Insipiens
• Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri
telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses
pengeluaran.
• Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering, dan kuat. Perdarahannya bertambah
sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan. Besar uterus masih sesuai
dengan umur kehamilan.
• Pemeriksaan Penunjang :
o Tes kehamilan urine masih positif
o Pemeriksaan USG
Didapati pembesaran uterus yang masih sesuai dengan umur kehamilan, gerak janin dan
gerak jantung janin masih jelas walau mungkin sudah mulai tidak normal, biasanya terlihat
penipisan serviks uterus atau pembukaannya. Perhatikan pula ada tidaknya pelepasan
plasenta dari dinding uterus.
Abortus Insipiens
• Tatalaksana :
o Evaluasi keadaan umum dan perubahan keadaan hemodinamik
yang terjadi dan segera lakukan tindakan evakuasi/pengeluaran
hasil konsepsi disusul dengan kuretase bila perdarahan banyak.
• Pemeriksaan Penunjang :
o Tes kehamilan urine biasanya masih positif sampai 7 - 10 hari setelah abortus
o Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila pemeriksaan secara klinis sudah memadai.
Abortus Kompletus
• Tatalaksana :
o Pengelolaan penderita tidak memerlukan tindakan
khusus ataupun pengobatan.
• Pemeriksaan Penunjang :
o Pemeriksaan USG
Besar uterus sudah lebih kecil dari umur kehamilan dan kantong gestasi sudah sulit dikenali, di kavum
uteri tampak massa hiperekoik yang bentuknya tidak beraturan.
Abortus Inkompletus
• Tatalaksana :
o Evaluasi keadaan umum dan hemodinamik
o Bila terjadi perdarahan yang hebat -> segera melakukan pengeluaran sisa
hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya
kontraksi uterus segera dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung
baik dan perdarahan bisa berhenti.
o Tindakan kuretase
• Pemeriksaan Penunjang :
o Psikologis -> Faktor mental perlu diperhatikan, umumnya merasa gelisah setelah tahu kehamilannya tidak
tumbuh atau mati.
o Pada umur kehamilan < 12 minggu -> dilakukan secara langsung dengan melakukan dilatasi dan kuretase bila
serviks uterus memungkinkan. Bila umur kehamilan > 12 minggu atau < 20 minggu dengan keadaan serviks
uterus yang masih kaku -> dilakukan induksi untuk mematangkan kanalis servikalis. Setelah janin atau jaringan
konsepsi berhasil keluar dengan induksi dilanjutkan dengan tindakan kuretase sebersih mungkin.
o Pasca tindakan kalau perlu dilakukan pemberian infus intravena cairan oksitosin dan pemberian antibiotika.
Abortus Habitualis
• Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.
• Penderita abortus habitualis pada umumnya tidak sulit untuk menjadi hamil kembali,
tetapi kehamilannya berakhir dengan keguguran/abortus secara berturut-turut.
• Kejadian abortus habitualis sekitar 0,41% dari seluruh kehamilan.
• Penyebab:
o Faktor anatomis
Inkompetensia serviks -> anamnesis, pemeriksaan dalam dan -> menilai diameter kanalis
servikalis dan didapati selaput ketuban yang mulai menonjol pada saat mulai memasuki
trimester kedua.
• Tatalaksana
Operasi dilakukan pada umur kehamilan 12 - 14 minggu dengan cara SHIRODKAR atau
McDONALD dengan melingkari kanalis servikalis dengan benang sutera/MERSILENE yang
tebal dan simpul baru dibuka setelah umur kehamilan aterm dan bayi siap dilahirkan.
Abortus Infeksiosus, Abortus Septik
• Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia. Abortus septik ialah
abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum (septikemia
atau peritonitis).
• Kejadian ini merupakan salah satu komplikasi tindakan abortus yang paling sering terjadi apalagi
bila dilakukan kurang memperhatikan asepsis dan antisepsis.
• Abortus infeksiosus dan abortus septik perlu segera mendapatkan pengelolaan yang adekuat
karena dapat terjadi infeksi yang lebih luas selain di sekitar alat genitalia juga ke rongga
peritoneum, bahkan dapat ke seluruh tubuh (sepsis, septikemia) dan dapat jatuh dalam keadaan
syok septik.
• Diagnosis -> anamnesis yang cermat tentang upaya tindakan abortus yang tidak menggunakan
peralatan yang asepsis dengan didapat gejala dan tanda panas tinggi, tampak sakit dan lelah,
takikardia, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar dan lembut, serta nyeri
tekan.
Abortus Infeksiosus, Abortus Septik
• Laboratorium -> tanda infeksi dengan leukositosis.
• Bila sampai terjadi sepsis dan syok, penderita akan tampak lelah, panas tinggi, menggigil, dan
tekanan darah turun.
• Tatalaksana :
o Keseimbangan cairan tubuh
o Pemberian antibiotika yang adekuat sesuai dengan hasil kultur dan sensitivitas kuman yang
diambil dari darah dan cairan fluksus/fluor yang keluar pervaginam
Tahap pertama : Penisilin 4x1,2 juta unit atau Ampisilin 4x1 gram ditambah Gentamisin 2x80
mg dan Metronidazol 2x1 gram.
Selanjutnya antibiotik disesuaikan dengan hasil kultur.
o Tindakan kuretase + uterotonika.
o Apabila ditakutkan terjadi tetanus, perlu ditambah dengan injeksi ATS dan irigasi kanalis
vaginaluterus dengan larutan peroksida (H2O2).
Kehamilan Anembrionik (Blighted Ovum)
• Kehamilan anembrionik merupakan kehamilan patologi di mana mudigah dan yolk sac tidak
terbentuk sejak awal walaupun kantong gestasi tetap terbentuk.
• Bila tidak dilakukan tindakan, kehamilan ini akan berkembang terus walaupun tanpa ada
janin di dalamnya.
o Kehamilan anembrionik ditegakkan pada usia kehamilan 7 – 8 minggu bila pada pemeriksaan USG
didapatkan kantong gestasi tidak berkembang atau pada diameter 2,5 cm yang tidak disertai adanya
gambaran mudigah.
o Untuk itu, bila pada saat USG pertama kita mendapatkan gambaran seperti ini perlu dilakukan evaluasi
USG 2 minggu kemudian. Bila tetap tidak dijumpai struktur mudigah atau kantong kuning telur dan
diameter kantong gestasi sudah mencapai 25 mm maka dapat dinyatakan sebagai kehamilan
anembrionik.
• Tatalaksana :
o Pengelolaan kehamilan anembrionik dilakukan terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase secara
elektif.
KEHAMILAN EKTOPIK DAN
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
DEFINISI
•Kehamilan ektopik ialah kehamilan di mana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar
endometrium kavum uterus
Hampir 90% kehamilan ektopik terjadi di tuba uterine (70% terjadi di Ampulla,
12% terjadi di istmus, dan 2-3% terjadi di pars interstisial).
Hasil prasurvey melalui data medical record, angka kejadian kehamilan ektopik di RSIA Anugerah Medical Center
pada tahun 2015 terdapat 112 kasus (9,02%) kehamilan ektopik dari 1.241 ibu bersalin.
(Kristianingsih A , 2018)
KLASIFIKASI
Non
Tuba
Tuba Ovarium
Tuba Fallopi
Heterotopik
1. Instersisial
2. Isthmus Kornua
3. Ampulla (70%)
4. Infundibulum Abdominal
5. Fimbria
Sumber: Cunningham FG, et al, Williams Obstetrics 24th Ed, McGraw-Hill Education, 2014
ETIOLOGI
FERTILISASI
Beberapa faktor yang dapat menghambat
perjalanan ovum ke uterus sehingga blastokista
mengadakan implantasi dituba:
Bekas radang pada tuba
KONDISI
Kelainan bawaan pada tuba
PATOLOGIS Gangguan fisiologi tuba
TUBA
Operasi plastic pada tuba
Abortus buatan.
KEHAMILAN
EKTOPIK
Kondisi yang paling sering adalah salpingitis
(50%)
Sumber: Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Ilmu Kandungan Edisi Ke-2, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2007
FAKTOR RISIKO
ACOG PRACTICE BULLETIN 2018
Berdasarkan The American 1 Riwayat sekali kehamilan ektopik
College of Obstetricians (>10%)
and Gynecologist Practice Riwayat >1 kehamilan ektopik
Bulletin, 2018 Feb 131(2): 2 (>25%)
Embrio tumbuh di saluran tuba
Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi Abortus ke dalam lumen tuba Ruptur dinding tuba
(Abortus tubaria)
• Ovum yang dibuahi mati karena
Ovum berimplntasi pada ismus
vaskularisasi kurang. Pembukaan pembuluh2 darah oleh vili
• Pada keadaan ini penderita tidak korialis pada tempat implantansi (tuba)
Vili korialis menembus lapisan
mengeluh apa-apa. muskularis tuba lalu ke peritoneum
Melepaskan mudigah dari dinding tuba
bersama dengan robeknya
Ruptur
pseudokapsularis
(Dapat terjadi secara spontan atau trauma
ringan)
Perdarahan
Prawirohardjo, S., 2005, Kehamilan Ektopik dalam Ilmu Sering terjadi pada kehamilan pars ampularis
Kebidanan, Jakarta Pusat : Yayasan Bina Pustaka.
PATOFISIOLOGI
Caesarean Scar Pregnancy
Diperkirakan memiliki patogenesis yang serupa dengan terjadinya plasenta akreta dan
memiliki risiko perdarahan serius yang serupa.
Ovarian Pregnancy
Terjadi karena peristiwa dimana ovum yang terfertilisasi terjadi bersamaan
dengan rupturnya folikel
Abdominal Pregnancy
Ovum yang terfertilisasi keluar dari ujung oviduct dan menempel pada
peritoneum
Cunningham, G F., et al. 2018. Ectopic Pregnancy in Williams Obstetrics 25th edition. United States: McGraw Hill. Kumar, V.,
et al. 2013. Ectopic Pregnancy in Robbins Basic Pathology 9th edition. Philadelphia: Elsevier
MANIFESTASI KLINIS
Nyeri Gambaran klinik kehamilan ektopik bervariasi, tergantung
abdomen
bagian tuba yang ruptur. Gejala awal dan teknik pemeriksaan
yang lebih baik memungkinkan untuk dapat mengidentifikasi
kehamilan tuba sebelum ruptur pada beberapa kasus. Saat ini,
tanda dan gejala kehamilan ektopik kadang - kadang tidak jelas
bahkan tidak ada.
Gambaran
klinik
klasik
Trias:
Perdaraha
amenor n
e pervagina
m
Voedisch, A., et al. Early pregnancy loss and ectopic pregnancy. Berek & Novak’s
Rauf, S., et al. Gangguan bersangkutan konsepsi. Ilmu kandungan edisi ketiga. Jakarta. 2011. Hal 205 – 206.
Gynecology 15th edition. Philadelphia. 2012. P 619.
MANIFESTASI KLINIS (cont.)
Gambaran klasik kehamilan ektopik
Nyeri abdomen umumnya dimulai dari salah satu sisi
abdomen bawah, dan dengan cepat menyebar ke seluruh
abdomen
Rauf, S., et al. Gangguan bersangkutan konsepsi. Ilmu kandungan edisi ketiga. Jakarta. 2011. Hal 205 – 206.
MANIFESTASI KLINIS (cont.)
Fase amenorea yang singkat, pasien mengeluh adanya
perdarahan pervaginam dan nyeri perut yang berulang.
Rauf, S., et al. Gangguan bersangkutan konsepsi. Ilmu kandungan edisi ketiga. Jakarta. 2011. Hal 205 – 206.
DIAGNOSIS
Kehamilan ektopik •Kehamilan
belum terganggu ektopik
terganggu
• Kehamilan ektopik belum terganggu
sulit diketahui, karena biasanya • Amenore, nyeri perut bagian bawah dan
penderita tidak menyampaikan tenesmus, dan dapat terjadi perdarahan
keluhan yang khas. pervaginam
• Amenorea atau gangguan haid • Penderita tampak kesakitan, pucat, dan
dilaporkan oleh 75-95% penderita pada pemeriksaan ditemukan tanda-
• Nyeri di perut bawah yang tidak khas, tanda syok serta perdarahan dalam
walaupun kehamilan ektopik belum rongga perut
mengalami ruptur. • Pemeriksaan ginekologik ditemukan
• Kadang-kadang teraba tumor di serviks yang nyeri bila digerakkan dan
samping uterus dengan batas yang kavum Douglas yang menonjol dan nyeri
sukar ditentukan raba.
1. Tes kehamilan
2. Kuldosentesis
3. Ultrasonografi
• Pada kehamilan normal, level β-HCG berlipat ganda
setiap 48-72 jam hingga mencapai 10.000- 20.000mIU /
4. Laparoskopi • mL.
Pada kehamilan ektopik, kadar β-HCG biasanya
meningkat lebih sedikit.
src=mbl_msp_android&ref=share#c8
Sepilian, V., et al. 2017. Ectopic pregnancy workup. Diakses dari: https://emedicine.medscape.com/article/2041923-workup?
Rachimbhadi, T. Kehamilan ektopik. Ilmu Bedah Kebidanan edisi pertama. Jakarta.2000. Hal 198 – 203.
Rauf, S., et al. Gangguan bersangkutan konsepsi. Ilmu kandungan edisi ketiga. Jakarta. 2011. Hal 205 –
206.
TATALAKSANA
TERAPI BEDAH
Cunningham F.G., 2012. Obstetri Williams. Cetakan 23, vol 1. EGC, Jakarta. pp.259-260
TATALAKSANA
TERAPI MEDIKAMENTOSA
METHOTREXATE
Methotrexate merupakan suatu obat anti neoplastik yang bekerja sebagai antagonis
asam folat dan poten apoptosis induser pada jaringan trofoblas.
Indikasi: Kontraindikasi:
• Terapi lini pertama pada kehamilan ektopik • Perdarahan intraabdominal aktif.
• Untuk terapi pengangkatan trofoblast yang • Tidak digunakan pada massa yang
tiak ektopik
sempurna dapat menyebabkan kehamilan berukuran lebih dari 4cm.
ektopik persisten. Karena itu • Gangguan fungsi ginjal dan hati
Garaczykowski
(1997) memberikandan Moshell dosis “profilaksis”
methotrexate
Diberikan dosis tunggal (50 mg/m2 IM) atau dengan
1 mg/m2 pascaoperasi.
menggunakan dosis variasi 1 mg/kgBB IM pada hari ke-
Pasien harus dalam keadaan hemodinamika
yang stabil 1,3,5,7 ditambah Leukoverin 0,1 mg/kgBB IM pada hari
ke-2,4,6,8.
Cunningham F.G., 2012. Obstetri Williams. Cetakan 23, vol 1. EGC, Jakarta. pp.259-260
TATALAKSANA
•TERAPI MEDIKAMENTOSA (cont.)
Cunningham F.G., 2012. Obstetri Williams. Cetakan 23, vol 1. EGC, Jakarta. pp.259-260
KOMPLIKASI
Abortus atau rupture apabila masa kehamilan berkembang
melebihi kapasitas ruang implantasi (misalnya di tuba).
Abdul Bari, Saifuddin 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka.
Benson, Ralp C & Martin L. Pernol. 2009. Buku Saku Obstetri & Ginekologi. Edisi 9. Jakarta : EGC
PROGNOSIS
Kematian karena KET cendurung turun dengan diagnosis dini dan penata-
laksanaan yang tepat. Bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi.
Prawirohardjo, S., 2005, Kehamilan Ektopik dalam Ilmu Kebidanan, Jakarta Pusat : Yayasan Bina Pustaka.
1. Prawirohardjo, S., 2005, Kehamilan Ektopik dalam Ilmu Kebidanan, Jakarta Pusat : Yayasan Bina Pustaka.
2. Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Kehamilan Ektopik. Ilmu Kebidanan edisi ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta..hal 323-338
3. Abdul Bari, Saifuddin 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka.
4. Benson, Ralp C & Martin L. Pernol. 2009. Buku Saku Obstetri & Ginekologi. Edisi 9. Jakarta : EGC
5. Cunningham FG et al. (2014). Hypertensive Disorder in Pregnancy. Dalam C. F. al, William Obstetrics 23rd Ed. Vol 1. New York: McGraw-Hill Companies
Inc.
6. Rauf, S., et al. Gangguan bersangkutan konsepsi. Ilmu kandungan edisi ketiga. Jakarta. 2011. Hal 205 – 206.
7. Rachimbhadi, T. Kehamilan ektopik. Ilmu Bedah Kebidanan edisi pertama. Jakarta.2000. Hal 198 – 203.
8. Voedisch, A., et al. Early pregnancy loss and ectopic pregnancy. Berek & Novak’s Gynecology 15th edition. Philadelphia. 2012. P 619.
9. Cunningham F.G., 2012. Obstetri Williams. Cetakan 23, vol 1. EGC, Jakarta. pp.259-260
10.Kumar, V., et al. 2013. Ectopic Pregnancy in Robbins Basic Pathology 9th edition. Philadelphia: Elsevier
11.Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Ilmu Kandungan Edisi Ke-2, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2007
12.Casanova R, et al, Beckmann and Ling’s Obstetrics and Gynecology 8th Ed, Wolter Kluwer, 2019
13. Smith RP, et al, Netter’s Obstetrics & Gynecology 3rd Ed, Elsevier, 2018
14.The American College of Obstetricians and Gynecologists, ‘Tubal Ectopic Pregnancy’, ACOG PRACTICE BULLETIN, 2018 Feb 131(2): e65
15.Hoffman BL, et al, Williams Gynecology 3rd Ed, McGraw-Hill Education, 2016
16. Wiknjosastro H, dkk, 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Hal:198.
17. Kristianingsih A dan Halimah Anis, 2018. Hubungan Keterpaparan Asap Rokok dengan Kejadian Kehamilan Ektopik Di RSIA Anugerah Medical Center
Kota Metro tahun 2016. Jurnal kebidanan vol 4, No 1, Januari 2018: 30-33
Mola Hidatidosa
Mola hidatidosa
• Suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar
dimana tidak ditemukan janin dan hampir
seluruh vili korialis mengalami perubahan
berupa degenerasi hidropik.
Epidemiologi
Predisposisi: Asian, hispanik,dan American Indian.
Penyulit
Tirotoksikosis
Pre eclampsia
Emboli sel trofoblas ke paru
Diagnosis
Tanda dan gejala
• Amenorea, perdarahan pervaginam, uterus yang lebih besar
dari usia kehamilan, tidak ditemukan tanda kehamilan pasti
• Diagnosis pasti : melihat gelembung mola
Pemeriksaan penunjang
• Kadar human Chorionic Gonadotropin (hCG) darah/urine
meningkat
• USG: badai salju (snow flake pattern) atau sarang lebah
(honey comb)
USG Mola hidatidosa
Histopatologi mola hidatidosa
Tatalaksana
Vakum kuretase
Pengeluaran
jaringan mola Histerektomi