Anda di halaman 1dari 64

PERDARAHAN PADA

KEHAMILAN MUDA
Pembimbing :
dr. Syamsu Rijal, Sp.OG
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 22 FEBRUARI – 17 APRIL 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN
MUDA
Perdarahan pada Kehamilan Muda dibagi menjadi 3:
• Abortus
• Kehamilan Ektopik
• Mola Hidatidosa
ABORTUS
• Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan yaitu kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram.
• Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan
abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus
provokatus.
• Abortus provokatus ini dibagi 2 kelompok yaitu abortus provokatus medisinalis
dan abortus provokatus kriminalis.
• Disebut medisinalis bila didasarkan pada pertimbangan dokter untuk
menyelamatkan ibu.
Etiologi
• Faktor genetik. Translokasi parental keseimbangan
genetik
• Autoimun
- Mendelian
- Aloimun
- Multifaktor
- Mediasi imunitas humoral
- Robertsonian
- Mediasi imunitas seluler
- Resiprokal

• Defek fase luteal


• Kelainan kongenital uterus
- Faktor endokrin eksternal
- Anomali duktus Mulleri
- Antibodi antitiroid hormon
- Septum uterus
- Sintesis LH yang tinggi
- Uterus bikornis
- Inkompetensi serviks uterus
- Mioma uteri • Infeksi
- Sindroma Asherman • Hematologik
• Lingkungan
Etiologi Infeksi
• Infeksi - Herpes simpleks virus (HSV)
o Bakteria - Human immunodeficiency virus (HIV)
- Listeria monositogenes - Parvovirus
- Klamidia trakomatis
- Ureaplasma urealitikum oParasit
- Mikoplasma hominis - Toksoplasmosis gondii
- Bakterial vaginosis - Plasmodium falsiparum

oVirus oSpirokaeta
- Sitomegalovirus - Treponema pallidum
- Rubela
Etiologi Infeksi
• Adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, atau sitokin yang berdampak langsung pada janin atau unit

fetoplasenta.

• Infeksi plasenta yang berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut kematian janin.

• Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genitalia bawah (misal Mikoplasma bominis, Klamidia,

Ureaplasma urealitikum, HSV) yang bisa mengganggu proses implantasi.

• Amnionitis (oleh kuman gram-positif dan gram-negatif, Listeria monositogenes).

• Memacu perubahan genetik dan anatomik embrio karena virus selama kehamilan awal (misalnya rubela,

parvovirus 819, sitomegalovirus, koksakie virus B, varisela-zoster, kronik sitomegalovirus CMV, HSV).
Etiologi Hematologi
• Abortus berulang ditandai dengan :
o defek plasentasi dan adanya mikrotrombin pada pernbuluh darah plasenta.
o peningkatan produksi tromboksan yang berlebihan pada usia kehamilan 4 - 6 minggu, dan
penurunan produksi prostasiklin saat usia kehamilan 8 - 11 minggu.
o Perubahan rasio tromboksan-prostasiklin memacu vasospasme serta agregrasi trombosit, yang
akan menyebabkan mikrotrombin serta nekrosis plasenta.
o Penurunan kadar protein C dan fibrinopeprida.
o Defisiensi faktor XII (Hageman) berhubungan dengan trombosis sistematik ataupun plasenta
o Hiperhomosisteinemi, bisa kongenital ataupun akuisita
o Gen pembawa akan diturunkan secara autosom resesif.
o Defisiensi folat.
Etiologi Lingkungan
• Diperkirakan 1 - 10 % malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan kimia, atau radiasi dan
umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan terhadap buangan gas anestesi dan
tembakau.

• Sigaret rokok diketahui mengandung ratusan unsur toksik, antara lain nikotin yang telah
diketahui mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta.

• Karbon monoksida juga menurunkan pasokan oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin.

• Dengan adanya gangguan pada sistem sirkulasi fetoplasenta dapat terjadi gangguan
pertumbuhan janin yang berakibat terjadinya abortus.
Macam-macam Abortus
• Abortus Iminens
• Abortus Insipiens
• Abortus Kompletus
• Abortus Inkompletus
• Missed Abortion
• Abortus Habitualis
• Abortus Infeksius, Abortus Septik
• Kehamilan Anembrionik (Blighted Ovum)
Abortus Iminens
• Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan pervaginam pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu dengan mengeluh sedikit mulas atau tidak ada keluhan sama sekali
kecuali perdarahan pervaginam yang ditandai dengan ostium uteri masih tertutup besarnya uterus masih
sesuai dengan umur kehamilan.

• Pemeriksaan Penunjang :
o Tes kehamilan urine masih positif pada kadar hormon hCG.

Pemeriksaan menggunakan urine tanpa pengenceran dan pengenceran 1/10. Bila hasil tes urin masih

positif keduanya maka prognosisnya adalah baik, bila pengenceran 1/10 hasilnya negatif maka

prognosisnya dubia ad malam.


Abortus Iminens
o Pemeriksaan USG

Untuk mengetahui pertumbuhan janin yang ada dan mengetahui keadaan plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum.

Diperhatikan ukuran biometri janin/kantong gestasi apakah sesuai dengan umur kehamilan berdasarkan HPHT. Denyut jantung janin

dan gerakan janin diperhatikan di samping ada tidaknya hematoma retroplasenta atau pembukaan kanalis servikalis. Pemeriksaan

USG dapat dilakukan baik secara transabdominal maupun transvaginal. Pada USG transabdominal jangan lupa pasien harus tahan

kencing terlebih dahulu untuk mendapatkan acoustic window yang baik agar rincian hasil USG dapat jelas.

• Tatalaksana :
o Tirah baring sampai perdarahan berhenti.
o Berikan spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi / tambahan hormon progesteron atau derivatnya -> mencegah
terjadinya abortus.
o Pasien boleh dipulangkan setelah tidak terjadi perdarahan dan tidak boleh berhubungan seksual sampai kurang
lebih 2 minggu.
Abortus Insipiens
• Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri
telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses
pengeluaran.
• Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering, dan kuat. Perdarahannya bertambah
sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan. Besar uterus masih sesuai
dengan umur kehamilan.
• Pemeriksaan Penunjang :
o Tes kehamilan urine masih positif
o Pemeriksaan USG
Didapati pembesaran uterus yang masih sesuai dengan umur kehamilan, gerak janin dan
gerak jantung janin masih jelas walau mungkin sudah mulai tidak normal, biasanya terlihat
penipisan serviks uterus atau pembukaannya. Perhatikan pula ada tidaknya pelepasan
plasenta dari dinding uterus.
Abortus Insipiens
• Tatalaksana :
o Evaluasi keadaan umum dan perubahan keadaan hemodinamik
yang terjadi dan segera lakukan tindakan evakuasi/pengeluaran
hasil konsepsi disusul dengan kuretase bila perdarahan banyak.

o Pasca tindakan perlu perbaikan keadaan umum, pemberian


uterotonika, dan antibiotika profilaksis.
Abortus Kompletus
• Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan,
ostium uteri telah menutup, uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit.

• Besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan.

• Pemeriksaan Penunjang :

o Tes kehamilan urine biasanya masih positif sampai 7 - 10 hari setelah abortus

o Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila pemeriksaan secara klinis sudah memadai.
Abortus Kompletus
• Tatalaksana :
o Pengelolaan penderita tidak memerlukan tindakan
khusus ataupun pengobatan.

o Biasanya hanya diberi hematenik bila keadaan pasien


memerlukan.

o Uterotonika tidak perlu diberikan.


Abortus Inkompletus
• Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
• Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina,
kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri
eksternum.
• Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa,
yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus.
• Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi
dikeluarkan.

• Pemeriksaan Penunjang :

o Pemeriksaan USG

Besar uterus sudah lebih kecil dari umur kehamilan dan kantong gestasi sudah sulit dikenali, di kavum
uteri tampak massa hiperekoik yang bentuknya tidak beraturan.
Abortus Inkompletus
• Tatalaksana :
o Evaluasi keadaan umum dan hemodinamik

o Bila terjadi perdarahan yang hebat -> segera melakukan pengeluaran sisa
hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya
kontraksi uterus segera dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung
baik dan perdarahan bisa berhenti.

o Tindakan kuretase

o Pasca tindakan perlu diberikan uterotonika parenteral ataupun per oral


dan antibiotika.
Missed Abortion
• Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu
dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
• Tidak terdapat keluhan apa pun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan.
• Bila kehamilan di atas 14 minggu sampai 20 minggu akan merasakan rahimnya semakin mengecil dengan tanda-
tanda kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang.

• Pemeriksaan Penunjang :

o Pemeriksaan tes urine kehamilan


Hasil negatif setelah satu minggu dari terhentinya pertumbuhan kehamilan.
o Pemeriksaan USG
Didapatkan uterus yang mengecil, kantong gestasi yang mengecil, dan bentuknya tidak beraturan disertai
gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.
o Laboratorium Darah
Jika lebih dari 4 minggu -> adanya gangguan darah oleh karena hipofibrinogenemia sehingga perlu diperiksa
koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.
Missed Abortion
• Tatalaksana :

o Evaluasi keadaan umum dan hemodinamik

o Psikologis -> Faktor mental perlu diperhatikan, umumnya merasa gelisah setelah tahu kehamilannya tidak
tumbuh atau mati.

o Diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.

o Pada umur kehamilan < 12 minggu -> dilakukan secara langsung dengan melakukan dilatasi dan kuretase bila
serviks uterus memungkinkan. Bila umur kehamilan > 12 minggu atau < 20 minggu dengan keadaan serviks
uterus yang masih kaku -> dilakukan induksi untuk mematangkan kanalis servikalis. Setelah janin atau jaringan
konsepsi berhasil keluar dengan induksi dilanjutkan dengan tindakan kuretase sebersih mungkin.

o Pasca tindakan kalau perlu dilakukan pemberian infus intravena cairan oksitosin dan pemberian antibiotika.
Abortus Habitualis

• Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.
• Penderita abortus habitualis pada umumnya tidak sulit untuk menjadi hamil kembali,
tetapi kehamilannya berakhir dengan keguguran/abortus secara berturut-turut.
• Kejadian abortus habitualis sekitar 0,41% dari seluruh kehamilan.
• Penyebab:
o Faktor anatomis

o Reaksi imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast


cross reactive (TLX)
o Inkompetensia serviks
Abortus Habitualis
• Diagnosis :

Inkompetensia serviks -> anamnesis, pemeriksaan dalam dan -> menilai diameter kanalis
servikalis dan didapati selaput ketuban yang mulai menonjol pada saat mulai memasuki
trimester kedua.
• Tatalaksana

Operasi dilakukan pada umur kehamilan 12 - 14 minggu dengan cara SHIRODKAR atau
McDONALD dengan melingkari kanalis servikalis dengan benang sutera/MERSILENE yang
tebal dan simpul baru dibuka setelah umur kehamilan aterm dan bayi siap dilahirkan.
Abortus Infeksiosus, Abortus Septik

• Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia. Abortus septik ialah
abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum (septikemia
atau peritonitis).
• Kejadian ini merupakan salah satu komplikasi tindakan abortus yang paling sering terjadi apalagi
bila dilakukan kurang memperhatikan asepsis dan antisepsis.
• Abortus infeksiosus dan abortus septik perlu segera mendapatkan pengelolaan yang adekuat
karena dapat terjadi infeksi yang lebih luas selain di sekitar alat genitalia juga ke rongga
peritoneum, bahkan dapat ke seluruh tubuh (sepsis, septikemia) dan dapat jatuh dalam keadaan
syok septik.
• Diagnosis -> anamnesis yang cermat tentang upaya tindakan abortus yang tidak menggunakan
peralatan yang asepsis dengan didapat gejala dan tanda panas tinggi, tampak sakit dan lelah,
takikardia, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar dan lembut, serta nyeri
tekan.
Abortus Infeksiosus, Abortus Septik
• Laboratorium -> tanda infeksi dengan leukositosis.
• Bila sampai terjadi sepsis dan syok, penderita akan tampak lelah, panas tinggi, menggigil, dan
tekanan darah turun.
• Tatalaksana :
o Keseimbangan cairan tubuh
o Pemberian antibiotika yang adekuat sesuai dengan hasil kultur dan sensitivitas kuman yang
diambil dari darah dan cairan fluksus/fluor yang keluar pervaginam
 Tahap pertama : Penisilin 4x1,2 juta unit atau Ampisilin 4x1 gram ditambah Gentamisin 2x80
mg dan Metronidazol 2x1 gram.
 Selanjutnya antibiotik disesuaikan dengan hasil kultur.
o Tindakan kuretase + uterotonika.
o Apabila ditakutkan terjadi tetanus, perlu ditambah dengan injeksi ATS dan irigasi kanalis
vaginaluterus dengan larutan peroksida (H2O2).
Kehamilan Anembrionik (Blighted Ovum)

• Kehamilan anembrionik merupakan kehamilan patologi di mana mudigah dan yolk sac tidak
terbentuk sejak awal walaupun kantong gestasi tetap terbentuk.

• Kelainan yang terdeteksi dengan ultrasonografi.

• Bila tidak dilakukan tindakan, kehamilan ini akan berkembang terus walaupun tanpa ada
janin di dalamnya.

• Biasanya sampai sekitar 14 - 16 minggu akan terjadi abortus spontan.


Kehamilan Anembrionik (Blighted Ovum)
• Diagnosis :

o Kehamilan anembrionik ditegakkan pada usia kehamilan 7 – 8 minggu bila pada pemeriksaan USG
didapatkan kantong gestasi tidak berkembang atau pada diameter 2,5 cm yang tidak disertai adanya
gambaran mudigah.

o Untuk itu, bila pada saat USG pertama kita mendapatkan gambaran seperti ini perlu dilakukan evaluasi
USG 2 minggu kemudian. Bila tetap tidak dijumpai struktur mudigah atau kantong kuning telur dan
diameter kantong gestasi sudah mencapai 25 mm maka dapat dinyatakan sebagai kehamilan
anembrionik.
• Tatalaksana :

o Pengelolaan kehamilan anembrionik dilakukan terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase secara
elektif.
KEHAMILAN EKTOPIK DAN
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
DEFINISI

•Kehamilan ektopik ialah kehamilan di mana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar
endometrium kavum uterus
Hampir 90% kehamilan ektopik terjadi di tuba uterine (70% terjadi di Ampulla,
12% terjadi di istmus, dan 2-3% terjadi di pars interstisial).

Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur


apabila massa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang
implantasi (misalnya: tuba) dan peristiwa ini disebut sebagai
kehamilan ektopik terganggu.

(Wiknjosastro H, dkk, 2000) (Kristianingsih A , 2018)


EPIDEMIOLOGI

28% kematian ibu di dunia disebabkan KE


Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia 350 per 100.000 kelahiran hidup
AKI di negara berkembang sebesar 239 per 100.000 kelahiran hidup

Insiden KE meningkat dari 1,4%  2,2% kelahiran hidup

Hasil prasurvey melalui data medical record, angka kejadian kehamilan ektopik di RSIA Anugerah Medical Center
pada tahun 2015 terdapat 112 kasus (9,02%) kehamilan ektopik dari 1.241 ibu bersalin.

(Kristianingsih A , 2018)
KLASIFIKASI

Non
Tuba
Tuba Ovarium
Tuba Fallopi
Heterotopik
1. Instersisial
2. Isthmus Kornua
3. Ampulla (70%)
4. Infundibulum Abdominal
5. Fimbria

Sumber: Cunningham FG, et al, Williams Obstetrics 24th Ed, McGraw-Hill Education, 2014
ETIOLOGI

FERTILISASI
Beberapa faktor yang dapat menghambat
perjalanan ovum ke uterus sehingga blastokista
mengadakan implantasi dituba:
 Bekas radang pada tuba
KONDISI
 Kelainan bawaan pada tuba
PATOLOGIS  Gangguan fisiologi tuba
TUBA
 Operasi plastic pada tuba
 Abortus buatan.

KEHAMILAN
EKTOPIK
Kondisi yang paling sering adalah salpingitis
(50%)

Sumber: Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Ilmu Kandungan Edisi Ke-2, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2007
FAKTOR RISIKO
ACOG PRACTICE BULLETIN 2018
Berdasarkan The American 1 Riwayat sekali kehamilan ektopik
College of Obstetricians (>10%)
and Gynecologist Practice Riwayat >1 kehamilan ektopik
Bulletin, 2018 Feb 131(2): 2 (>25%)

3 Riwayat PID, operasi tuba, dan


50% dari wanita yang terdiagnosis trauma tuba
kehamilan ektopik tidak mempunyai faktor 4 Penggunaan assisted reproductive
technology
resiko sebelumnya.
5 Riwayat merokok dan usia > 35
tahun
6 Penggunaan IUD

The American College of Obstetricians and Gynecologists, ‘Tubal Ectopic Pregnancy’,


ACOG PRACTICE BULLETIN, 2018 Feb 131(2): e65
PATOFISIOLOGI
Tubal Pregnancy
Embrio tidak dapat mencapai endometrium untuk implantansi


Embrio tumbuh di saluran tuba

Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi Abortus ke dalam lumen tuba Ruptur dinding tuba
(Abortus tubaria)
• Ovum yang dibuahi mati karena
Ovum berimplntasi pada ismus
vaskularisasi kurang. Pembukaan pembuluh2 darah oleh vili
• Pada keadaan ini penderita tidak korialis pada tempat implantansi (tuba)
Vili korialis menembus lapisan
mengeluh apa-apa. muskularis tuba lalu ke peritoneum
Melepaskan mudigah dari dinding tuba
bersama dengan robeknya
Ruptur
pseudokapsularis
(Dapat terjadi secara spontan atau trauma
ringan)
Perdarahan

Prawirohardjo, S., 2005, Kehamilan Ektopik dalam Ilmu Sering terjadi pada kehamilan pars ampularis
Kebidanan, Jakarta Pusat : Yayasan Bina Pustaka.
PATOFISIOLOGI
Caesarean Scar Pregnancy
Diperkirakan memiliki patogenesis yang serupa dengan terjadinya plasenta akreta dan
memiliki risiko perdarahan serius yang serupa.

Ovarian Pregnancy
Terjadi karena peristiwa dimana ovum yang terfertilisasi terjadi bersamaan
dengan rupturnya folikel

Abdominal Pregnancy
Ovum yang terfertilisasi keluar dari ujung oviduct dan menempel pada
peritoneum

Cunningham, G F., et al. 2018. Ectopic Pregnancy in Williams Obstetrics 25th edition. United States: McGraw Hill. Kumar, V.,
et al. 2013. Ectopic Pregnancy in Robbins Basic Pathology 9th edition. Philadelphia: Elsevier
MANIFESTASI KLINIS
Nyeri Gambaran klinik kehamilan ektopik bervariasi, tergantung
abdomen
bagian tuba yang ruptur. Gejala awal dan teknik pemeriksaan
yang lebih baik memungkinkan untuk dapat mengidentifikasi
kehamilan tuba sebelum ruptur pada beberapa kasus. Saat ini,
tanda dan gejala kehamilan ektopik kadang - kadang tidak jelas
bahkan tidak ada.
Gambaran
klinik
klasik
Trias:
Perdaraha
amenor n
e pervagina
m

Hanya 50% pasien dengan kehamilan ektopik ini yang


menampilkan gejala-gejala tersebut secara khas

Voedisch, A., et al. Early pregnancy loss and ectopic pregnancy. Berek & Novak’s
Rauf, S., et al. Gangguan bersangkutan konsepsi. Ilmu kandungan edisi ketiga. Jakarta. 2011. Hal 205 – 206.
Gynecology 15th edition. Philadelphia. 2012. P 619.
MANIFESTASI KLINIS (cont.)
Gambaran klasik kehamilan ektopik
Nyeri abdomen umumnya dimulai dari salah satu sisi
abdomen bawah, dan dengan cepat menyebar ke seluruh
abdomen

Adanya darah di rongga perut menyebabkan iritasi


subdiafragma

Hipotensi sampai syok, takikardi dan gejala peritonism


seperti distensi abdomen dan rebound tendemess.

Pemeriksaan bimanual : nyeri saat porsio digerakkan,


forniks posterior vagina menonjol karena darah
terkumpul di kavum Douglasi, atau teraba massa di salah
satu sisi uterus.

Rauf, S., et al. Gangguan bersangkutan konsepsi. Ilmu kandungan edisi ketiga. Jakarta. 2011. Hal 205 – 206.
MANIFESTASI KLINIS (cont.)
Fase amenorea yang singkat, pasien mengeluh adanya
perdarahan pervaginam dan nyeri perut yang berulang.

Teraba massa di salah satu sisi forniks vagina.

Sebaiknya, setiap perempuan yang mengalami


amenorea disertai nyeri perut bagian bawah dicurigai
adanya kemungkinan kehamilan ektopik. .

Rauf, S., et al. Gangguan bersangkutan konsepsi. Ilmu kandungan edisi ketiga. Jakarta. 2011. Hal 205 – 206.
DIAGNOSIS
Kehamilan ektopik •Kehamilan
belum terganggu ektopik
terganggu
• Kehamilan ektopik belum terganggu
sulit diketahui, karena biasanya • Amenore, nyeri perut bagian bawah dan
penderita tidak menyampaikan tenesmus, dan dapat terjadi perdarahan
keluhan yang khas. pervaginam
• Amenorea atau gangguan haid • Penderita tampak kesakitan, pucat, dan
dilaporkan oleh 75-95% penderita pada pemeriksaan ditemukan tanda-
• Nyeri di perut bawah yang tidak khas, tanda syok serta perdarahan dalam
walaupun kehamilan ektopik belum rongga perut
mengalami ruptur. • Pemeriksaan ginekologik ditemukan
• Kadang-kadang teraba tumor di serviks yang nyeri bila digerakkan dan
samping uterus dengan batas yang kavum Douglas yang menonjol dan nyeri
sukar ditentukan raba.

Rachimbhadi, T. Kehamilan ektopik. Ilmu Bedah Kebidanan edisi pertama.


Jakarta.2000. Hal 198 – 203.
DIAGNOSIS
Alat bantu diagnostik:

1. Tes kehamilan

2. Kuldosentesis

3. Ultrasonografi
• Pada kehamilan normal, level β-HCG berlipat ganda
setiap 48-72 jam hingga mencapai 10.000- 20.000mIU /
4. Laparoskopi • mL.
Pada kehamilan ektopik, kadar β-HCG biasanya
meningkat lebih sedikit.
src=mbl_msp_android&ref=share#c8
Sepilian, V., et al. 2017. Ectopic pregnancy workup. Diakses dari: https://emedicine.medscape.com/article/2041923-workup?
Rachimbhadi, T. Kehamilan ektopik. Ilmu Bedah Kebidanan edisi pertama. Jakarta.2000. Hal 198 – 203.

Rauf, S., et al. Gangguan bersangkutan konsepsi. Ilmu kandungan edisi ketiga. Jakarta. 2011. Hal 205 –
206.
TATALAKSANA
TERAPI BEDAH

SALPINGOSTOMI (Salpingostomi Linier)


SALPINGEKTOMI
Tindakan ini digunakan
Reseksi tuba mungkin
mengangkat kehamilan kecil
untuk dilakukan untuk
cm). Tindakan dilakukan dengan
(<2 ektopik
kehamilanruptur dan tak ruptur.
insisi linier 10-15 mm Ketika mengeluarkan tuba
dengan kauter jarum uterina, perlu dilakukan eksisi
unipolar di
antimesenterik tepi
di atas kehamilan. baji di sepertiga luar
Kemudian jaringan kurang)
(atau bagian interstitium
dihilangkan trofoblastik secara tuba. Tindakan yang disebut
lebih
ringanbersih. sebagai reseksi
dilakukan
kornu sebagai upaya untuk
Perdarahanelektrokoagulasi
dengan dikontrol
meminimalkan angka
atau laser. kekambuhan kehamilan di
puntung tuba.

Cunningham F.G., 2012. Obstetri Williams. Cetakan 23, vol 1. EGC, Jakarta. pp.259-260
TATALAKSANA
TERAPI MEDIKAMENTOSA

METHOTREXATE
Methotrexate merupakan suatu obat anti neoplastik yang bekerja sebagai antagonis
asam folat dan poten apoptosis induser pada jaringan trofoblas.

Indikasi: Kontraindikasi:
• Terapi lini pertama pada kehamilan ektopik • Perdarahan intraabdominal aktif.
• Untuk terapi pengangkatan trofoblast yang • Tidak digunakan pada massa yang
tiak ektopik
sempurna dapat menyebabkan kehamilan berukuran lebih dari 4cm.
ektopik persisten. Karena itu • Gangguan fungsi ginjal dan hati
Garaczykowski
(1997) memberikandan Moshell dosis “profilaksis”
methotrexate
Diberikan dosis tunggal (50 mg/m2 IM) atau dengan
1 mg/m2 pascaoperasi.
menggunakan dosis variasi 1 mg/kgBB IM pada hari ke-
Pasien harus dalam keadaan hemodinamika
yang stabil 1,3,5,7 ditambah Leukoverin 0,1 mg/kgBB IM pada hari
ke-2,4,6,8.

Cunningham F.G., 2012. Obstetri Williams. Cetakan 23, vol 1. EGC, Jakarta. pp.259-260
TATALAKSANA
•TERAPI MEDIKAMENTOSA (cont.)

•Kadar B-hCG serum digunakan untuk memantau Pemantauan terapi methotrexate


respon terhadap terapi medis ataupun bedah. o Pemeriksaan B-hCG serum pada hari ke-4 dan
o Setelah dilakukan salpingostomi linier, kadar B- ke-7 untuk melihat apakan diperlukan
hCG serum turun cepat dalam beberapa hari. methotrexate dosis kedua.
o Sebaliknya, setelah pemberian methotrexate
o Sedangkan untuk pemberian methotrexate dosis
dosis tunggal, kadar B-hCG serum rerata
bervariasi, kadar B-hCG diukur dengan interval 48
meningkat selama 4 hari pertama, dan kemudian
jam sampai kadar tersebut turun lebih dari 15
turun bertahap dengan waktu resolusi rerata 27
persen.
hari.
o Setelah terapi berhasil, kadar B-Hcg serum
Terapi dianggap gagal jika kadar B-hCG
diperiksa setiap minggu sampai tidak
mendatar atau meningkat ataupun
terdeteksi.
terjadi rupture tuba.

Cunningham F.G., 2012. Obstetri Williams. Cetakan 23, vol 1. EGC, Jakarta. pp.259-260
KOMPLIKASI
Abortus atau rupture apabila masa kehamilan berkembang
melebihi kapasitas ruang implantasi (misalnya di tuba).

Tanpa intervensi bedah, kehamilan ektopik yang rupture dapat menyebabkan


perdarahan yang mengancam nyawa (≥ 0,1 % mengakibatkan kematian ibu).

Infeksi sering terjadi setelah rupture kehamilan ektopik yang terabaikan

Abdul Bari, Saifuddin 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka.
Benson, Ralp C & Martin L. Pernol. 2009. Buku Saku Obstetri & Ginekologi. Edisi 9. Jakarta : EGC
PROGNOSIS

Kematian karena KET cendurung turun dengan diagnosis dini dan penata-
laksanaan yang tepat. Bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi.

Angka KE berulang dialporkan antara 0 – 14.6%. Untuk perempuan dengan anak


yang sudah cukup, sebaiknya pada operasi dilakukan salpingektomi bilateralis.

Prawirohardjo, S., 2005, Kehamilan Ektopik dalam Ilmu Kebidanan, Jakarta Pusat : Yayasan Bina Pustaka.
1. Prawirohardjo, S., 2005, Kehamilan Ektopik dalam Ilmu Kebidanan, Jakarta Pusat : Yayasan Bina Pustaka.
2. Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Kehamilan Ektopik. Ilmu Kebidanan edisi ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta..hal 323-338
3. Abdul Bari, Saifuddin 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka.
4. Benson, Ralp C & Martin L. Pernol. 2009. Buku Saku Obstetri & Ginekologi. Edisi 9. Jakarta : EGC
5. Cunningham FG et al. (2014). Hypertensive Disorder in Pregnancy. Dalam C. F. al, William Obstetrics 23rd Ed. Vol 1. New York: McGraw-Hill Companies
Inc.
6. Rauf, S., et al. Gangguan bersangkutan konsepsi. Ilmu kandungan edisi ketiga. Jakarta. 2011. Hal 205 – 206.
7. Rachimbhadi, T. Kehamilan ektopik. Ilmu Bedah Kebidanan edisi pertama. Jakarta.2000. Hal 198 – 203.
8. Voedisch, A., et al. Early pregnancy loss and ectopic pregnancy. Berek & Novak’s Gynecology 15th edition. Philadelphia. 2012. P 619.
9. Cunningham F.G., 2012. Obstetri Williams. Cetakan 23, vol 1. EGC, Jakarta. pp.259-260
10.Kumar, V., et al. 2013. Ectopic Pregnancy in Robbins Basic Pathology 9th edition. Philadelphia: Elsevier
11.Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Ilmu Kandungan Edisi Ke-2, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2007
12.Casanova R, et al, Beckmann and Ling’s Obstetrics and Gynecology 8th Ed, Wolter Kluwer, 2019
13. Smith RP, et al, Netter’s Obstetrics & Gynecology 3rd Ed, Elsevier, 2018

14.The American College of Obstetricians and Gynecologists, ‘Tubal Ectopic Pregnancy’, ACOG PRACTICE BULLETIN, 2018 Feb 131(2): e65
15.Hoffman BL, et al, Williams Gynecology 3rd Ed, McGraw-Hill Education, 2016
16. Wiknjosastro H, dkk, 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Hal:198.
17. Kristianingsih A dan Halimah Anis, 2018. Hubungan Keterpaparan Asap Rokok dengan Kejadian Kehamilan Ektopik Di RSIA Anugerah Medical Center
Kota Metro tahun 2016. Jurnal kebidanan vol 4, No 1, Januari 2018: 30-33
Mola Hidatidosa
Mola hidatidosa
• Suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar
dimana tidak ditemukan janin dan hampir
seluruh vili korialis mengalami perubahan
berupa degenerasi hidropik.
Epidemiologi
Predisposisi: Asian, hispanik,dan American Indian.

Insiden2 per 1000 kelahiran.

Faktor resiko terkuat adalah


• Usia ekstrim (36-40 tahunresiko 2x lipat), (40tahunresiko
10x lipat)
• Riwayat mola hidatidosa sebelumnya.
Tanda dan gejala
• Perdarahan  biasanya terjadi bulan pertama-ke7 dengan rata-rata
12-14 minggu
• Mual, muntah, pusing yang lebih hebat dari biasanya
• Uterus dapat lebih besar dari usia kehamilan

Penyulit
 Tirotoksikosis
 Pre eclampsia
 Emboli sel trofoblas ke paru
Diagnosis
Tanda dan gejala
• Amenorea, perdarahan pervaginam, uterus yang lebih besar
dari usia kehamilan, tidak ditemukan tanda kehamilan pasti
• Diagnosis pasti : melihat gelembung mola

Pemeriksaan penunjang
• Kadar human Chorionic Gonadotropin (hCG) darah/urine 
meningkat
• USG: badai salju (snow flake pattern) atau sarang lebah
(honey comb)
USG Mola hidatidosa
Histopatologi mola hidatidosa
Tatalaksana

Transfusi darah untuk mempebaiki syok/anemia


Perbaikan
keadaan umum Menghilangkan dan mengurangi penyulit

Vakum kuretase

Pengeluaran
jaringan mola Histerektomi

Tes hCG mencapai nilai normal 8 minggu setelah evakuasi.


Pemeriksaan
tindak lanjut Lama pengawasan berkisar 1 tahun
Prognosis
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah jantung, atau
tirotoksikosis

Angka kematian di negara berkembang berkisar 5.7%

Sebagian pasien akan sehat kembali setelah jaringan dikeluarkan

Sekelompok perempuan menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma (5,56%)

Anda mungkin juga menyukai