Anda di halaman 1dari 23

ABORTUS

HABITUALIS
Pembaca :
Sumita Dewi 20360118

Pembimbing :
dr. H.M. Haidir Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR SMF ILMU


KESEHATAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
SUMATRA UTARA
TAHUN 2020
Definisi
Abortus  keluarnya hasil konsepsi
kehamilan sebelum janin mencapai
berat 500 gram atau ≤ 20 minggu
Klasifikasi
Abortus imminens

Abortus Insipien
Terdapat 2 jenis
abortus Abortus Inkompletus

Abortus Kompletus
Abortus
Spontan Abortus Habitualis

Abortus Infeksiosa

Missed abortion

Abortus Abortus Therapeutica


Provokatus
Abortus Kriminalis
Abortus habitualis

Recurrent Miscarriage/recurrent spontaneous abortion/


recurrent pregnancy loss

Hilangnya hasil konsepsi 3 kali atau lebih


berturut-turut pada usia kehamilan ≤20
minggu atau berat badan bayi ≤500 gram.
EPIDEMIOLOGI
Kebanyakan penelitian menunjukkan angka keguguran
spontan 10-15%, pada awal kehamilan hampir mencapai 50%

Setelah 1 abortus spontan, risiko abortus selanjutnya = 15%.


Jika 2 abortus spontan terjadi, risiko berikutnya = 30%.
Risiko abortus setelah 3 abortus berturut-turut adalah 30-
45%.
Bishop melaporkan frekuensi 0,41% abortus habitualis pada
semua kehamilan.

Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadinya abortus


lagi pada seorang wanita yang mengalami abortus habitualis
ialah 73% dan 83,6%. Warton dan Fraser memberikan
prognosis yang lebih baik yaitu 25,9% dan 39%.
Etiologi dan faktor resiko

 Faktor Predisposisi
 Faktor Genetik
 Kelainan Anatomi
 Faktor Endokrin
 Faktor Koagulasi dan Imunologi
 Faktor Lain (Infeksi, faktor
lingkungan)
Etiologi dan faktor resiko

 Faktor Predisposisi
• Usia Ibu  risiko abortus tertinggi usia wanita
≥35 tahun dan pria ≥40 tahun
• Riwayat Reproduksi  Risiko meningkat setelah
suatu abortus yang berulang terjadi (kira-kira
40%).Genetik
 Faktor
• Kelainan penyusunan kromosom parental 
translokasi seimbang, baik timbal balik (resiprokal)
atau Robertsonian
• Aneuploidi dan poliploidi embrionik
Etiologi dan faktor resiko

 Kelainan Anatomi
• Malformasi uterus kongenital  gangguan perkembangan, fusi, kanalisasi, dan reabsorpsi
septal duktus Mullerian.
• Serviks inkompeten  trimester II
• Fibroid
• Adhesi intrauterin

 Faktor Endokrin
• Defek Fase Luteal dan Defisiensi Progesteron kurang berkembangnya dinding endometrium
• Sindrom ovarium polikistik, Hipersekresi LH dan Hiperandrogenemia
• Faktor endokrin sistemik (DM tak terkontrol, Penyakit tiroid)
 Faktor koagulasi dan Imunologi
• Trombofilia
• Antibodi antifosfolipid
• Defek trombofilik yang diturunkan
• Imunologi (faktor autoimun, faktor alloimun)
 Faktor lain
• Infeksi
• Lingkungan
Jenis-jenis anomali mullerian
PATOLOGI
Usia kehamilan ≤ 8 minggu  hasil konsepsi dapat
keluar seluruhnya Perdarahan
desidua basalis

Usia kehamilan 8 - 14 minggu  hasil konsepsi


biasanya tidak dapat keluar Nekrosis jaringan
seluruhnya perdarahan banyak sekitarnya

Usia kehamilan ≥14 minggu  janin keluar disusul


plasenta dan tidak menimbulkan banyak Hasil konsepsi keluar
perdarahan bila plasenta segera terlepas sebagian/seluruhnya
dengan lengkap.

Kontraksi uterus

Abortus
DIAGNO
SIS
Anamnesis

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Ginekologi

Pemeriksaan Penunjang
DIAGNOS
IS Anamnesis

● Terlambat haid ≤ 20 minggu


● Perdarahan pervaginam
● Kontraksi uterus
● Ekspulsi seluruh/sebagian hasil konsepsi
● Nyeri perut

 Riwayat penyakit terdahulu


• Kapan terjadi abortus, TM 1/ TM 2
• Toksin, lingkungan, pencandu obat
• Infeksi ginekologi da obstetri
• Antiphospolipid syndrom
• Riwayat keluarga
• Pemeriksaan diagnostik yang terkait & pengobatan yang didapat
DIAGNO
SIS Pemeriksaan fisik umum & Ginekologi

 Periksa keadaan umum dan


tanda vital secara sistematik
 Pemeriksaan fundus uteri
 Inspeksi vulva
 Inspekulo
 Pemeriksaan dalam
DIAGNO
Pemeriksaan Penunjang

SIS  Tes kehamilan


 USG

Lainnya....

 kariotipe darah tepi kedua orang tua


 Biopsi endometrium pada fase luteal
 Pemeriksaan hormon TSH dan antibodi anti tiroid
 Antibodi antiphospholipid ( cardioliphin,
phosphatidylserine )
 Lukpus antikoagulan ( “a partial thromboplastin time or
Russell Viper Venom “)
 Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit
 Kultur cairan serviks (mycoplasma, ureaplasma, chlamdia)
bila diperlukan
 Histerosalfingogram, histereskopi atau laparoskopi
Diagnosis Banding
Perdarahan Pervaginam
Pada Kehamilan Muda

Mola hidatidosa Kehamilan Ektopik


Terganggu

Epitel servik yang eversi Karsinoma servik


atau erosi uteri

Polip endoserviks Mioma submukosa


peduncularis
TREATMENT

• Memperbaiki keadaan umum, diet


adekuat, anjuran istirahat cukup, larangan Supportif dan
senggama dan olah raga. psikologis
• Hormon progesteron, vitamin, hormon
tiroid • Mioma uteri/uterus bikornis → operasi di luar masa kehamilan
.
operasi menurut Strassman untuk pengangkatan mioma atau
Tatalaksana penyatuan kornu uterus.
sesuai etiologi • Laserasi serviks uteri yang luas → trakelorafi
• Inkompetensi serviks
- Di luar masa kehamilan → operasi Shirodkar
- Di dalam masa kehamilan → operasi McDonald
• Setelah terjadi abortus, dianjurkan tidak hamil dalam waktu 3 bulan
sehingga perlu memakai kontrasepsi seperti kondom atau pil.
Perhatikan tanda-tanda syok

Jika hipotensi  intravena-bolus salin


normal (NS) untuk stabilisasi
hemodinamik

Berikan oksigen
Komplikasi
 Perdarahan (hemorrhage)
 Perforasi uterus
 Infeksi dan tetanus
 Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh :
- Perdarahan yang banyak disebut syok hipovolemik
- Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau
endoseptik.
Prognosis
 Tidak sulit hamil, tetapi terhenti sebelum
waktunya (TM 1 kadang kehamilan yang
lebih tua).
 Selain pada kasus antibodi antifosfolipid dan
servix inkompeten, “angka kesembuhan”
berkisar antara 70% dan 85 %, apapun
terapinya.
 Berisiko lebih besar mengalami pelahiran
preterm, plasenta previa, presentasi bokong,
dan malformasi janin pada kehamilan
berikutnya.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai