Anda di halaman 1dari 24

MOLA HIDATIDOSA

Pembimbing :
dr.Sutoko Andrianto Sp.OG(K)
Oleh :
Kelompok F31

SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


RSUD GAMBIRAN KEDIRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
12 Juni 2020
DEFINISI
• Mola hidatidosa  chorionic villi yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung
kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan

• Dibagi menjadi  komplit jinak, parsial dan mola invasif ganas

• Mola invasif  penetrasi ekstensif sel trofoblas, termasuk seluruh vili ke dalam
myometrium
EPIDEMIOLOGI
• Amerika Serikat dan Eropa  1 hingga 2 per 1000 kelahiran

• Remaja dan wanita berusia 36 hingga 40 tahun  risiko 2x lipat

• Usia > 40 tahun  hampir 10x lipat

• RPD mola komplit sebelumnya  risiko mola selanjutnya adalah 1,5%


ETIOLOGI
Usia

Riwayat kehamilan sebelumnya

Jarak kehamilan terakhir

Faktor sosioekonomi
PATOFISIOLOGI
MOLA HIDATIDOSA KOMPLIT

• Salah satu sperma membuahi sel telur yang tidak


memiliki materi genetik

• Terimplantasi pada uterus

• Embrio tidak tumbuh, hanya sel trofoblas tumbuh


PATOFISIOLOGI
MOLA HIDATIDOSA PARTIAL

• 2 sperma membuahi sel telur

• 69 kromosom (triploid)

• Materi genetik terlalu banyak

• Kehamilan berkembang abnormal

• Janin tumbuh secara abnormal, tidak dapat bertahan hidup

• Sering disertai dengan janin yang ada secara bersamaan. Janin


itu biasanya triploid dan cacat
KLASIFIKASI
MOLA HIDATIDOSA
KOMPLIT

MOLA HIDATIDOSA
PARSIAL
Gambaran Mola Komplit Mola Parsial
Kariotipe 46,XX atau 46,XY Umumnya 69,XXX atau
69,XXY (tripoid)

Patologi

Edema villus Difus Bervariasi, fokal


Proliferasi trofoblastik Bervariasi, ringan s/d berat Bervariasi, fokal, ringan
s/d sedang

Janin Tidak ada Sering dijumpai


Amnion, sel darah merah Tidak ada Sering dijumpai
janin

Gambaran klinis

Diagnosis Gestasi mola Missed abortion


Ukuran uterus 50% besar untuk masa Kecil untuk masa
kehamilan kehamilan

Penyulit medis Sering jarang


Kadar hCG Tinggi Rendah – tinggi
MANIFESTASI KLINIS

Perdarahan

Ukuran uterus tidak sesuai masa kehamilan

Tidak ada aktivitas janin

Eklampsia dan preeklampsia

Hiperemesis

Tirotoksikosis
DIAGNOSIS
-terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak,
tidak teratur, warna kecoklatan
- keluar jaringan mola seperti buah anggur
Anamnesis - hipertiroid

-Uterus membesar tidak sesuai dengan


-Kadar B hCG > 100.000 Diagnosis tuanya kehamilan, teraba lembek
- Tidak teraba bagian-bagian janin,
- kadar T3 dan T4 tinggi
- USG: sarang tawon/ badai Pemeriksaan Pemeriksaan ballotement dan gerakan janin.
penunjang - tidak terdengar bunyi denyut jantung
salju fisik
janin
- Terdapat perdarahan dalam kanalis
servikalis
Diagnosis yang paling tepat bila telah keluarnya gelembung mola. Namun, bila kita
menunggu sampai gelembung mola keluar biasanya sudah terlambat karena pengeluaran
gelembung umunya disertai perdarahan yang banyak dan keadaan umum pasien menurun.
Terbaik ialah bila dapat mendiagnosis mola sebelum keluar.
• Pada TM I gambaran tidak spesifik, sehingga sulit dibedakan dari
kehamilan anembrionik, missed abortion, abortus inkompletus, atau
mioma uteri.
• Pada TM II gambaran lebih spesifik. Kavum uteri berisi masa
ekogenik bercampur bagian-bagian anekoik vesicular berdiameter
antara 5-10 mm. Gambaran tersebut dapat dibayangkan seperti
gambaran sarang lebah (honey comb) atau badai salju (snow storm).
DIAGNOSIS BANDING
• Abortus Iminens

• Gemeli

• KET
PENATALAKSANAAN
• Perbaikan Keadaan Umum
• Pengeluaran Jaringan Mola
-Kuret hisap
-Histerektomi
Textbook Jurnal
• William’s Gynecology: Terapi utama dari HM • RCOG: Kehamilan mola komplit tidak
adalah dilakukan kuretase hisap. Evakuasi isap berhubungan dengan bagian janin, jadi kuret
harus diikuti oleh kuretase tajam yang lembut. hisap adalah metode pilihan untuk evakuasi
Obat uteronik harus dimulai setelah inisiasi uterus. Sedangkan pada kehamilan mola
evakuasi uterus, diberikan 20 unit okstitosin partial, terdapat kemungkinan ukuran bagian
dalam 1L infus kristaloid dapat menyebabkan janin menghalangi penggunaan dari kuret
kontraksi dari uterus hisap, jadi dapat dilakukan terminasi medis
• International Journal of Gynecology and
Obstetrics: evakuasi dengan kuretase isap
adalah metode evakuasi yang lebih disukai dari
mola hidatidosa jenis apapun terlepas dari
ukuran uterus, untuk pasien yang ingin
mempertahankan kesuburannya

Ngan HY, et.al. 2015. Update on the diagnosis and management of gestational trophoblastic disease.
International Journal of Gynecology and Obstetrics 131 (2015) S123–S126.Royal College of Obstetrician and
Gynaecologyst. 2010. The Management of Gestational Trophoblastic Disease. Green–top Guideline No. 38.
Kuretase Hisap Histerektomi
-Pilihan terapi utama pada Mola hidatidosa, -Pilihan pada wanita yang telah cukup umur dan
-Dilakukan pada pasien yang mempertahankan cukup mempunyai anak
kesuburannya. -Dilakukan pada pasien dengan faktor resiko
Gestational Trofoblast Neoplasma
-Menurunkan risiko perkembangan menjadi
GTN dari 20% menjadi 3,5% bila
dibandingkan dengan kuretase hisap

• Royal College of Obstetrician and Gynaecologyst. 2010. The Management of


Gestational Trophoblastic Disease. Green–top Guideline No. 38.
• Hoffmann BL, et.al. 2012. Williams Gynecology. Texas: Mc Graw Hill.
• Indikasi Pemberian Kemoterapi pada pasien dengan GTD
• Kadar hCG yang menetap atau meningkat setelah evakuasi yang pertama, atau
• Terdapat bukti histologis yang mengarah ke koriokarsinoma, atau
• Ditemukan metastase ke otak, GIT, liver, atau
• Metastase paru dengan diameter >2cm
• Serum hCG >= 20.000 IU/l >4 minggu setelah evakuasi (resiko perforasi
uteri), atau
• Pendarahan hebat pada vagina pendarahan intraperitoneal dan gastrointestinal.
Pemberian kemoterapi dilakukan berdasarkan score FIGO.
Santaballa A, et.al. 2017. SEOM clinical guidelines in gestational trophoblastic disease. Clin Transl Oncol 20:38–46.
• Follow up
1. Pemeriksaan kadar hCG setiap minggu hingga diperoleh 3x hasil negatif
2. Pasien tidak dianjurkan hamil hingga kadar hCG normal selama 5 bulan
3. Pil kontrasepsi kombinasi dan terapi sulih hormon aman digunakan setelah kadar hCG
menjadi normal

Prawirohardjo S. , 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
KOMPLIKASI
• Perdarahan  anemia
• Perforasi uterus spontan
• Keganasan (Gestational Trophoblastic Neoplasma)
PROGNOSIS

• Prognosis baik, hanya 10-20% kasus yang berkembang


menjadi GTN setelah dilakukan kuretase

• 77,4% dari 62 wanita dengan mola hidatidosa yang


menjalani pemantauan kadar hCG normal tidak terjadi
pengulangan penyakit.

Gadducci A, et.al. 2016. Prognosis of Patients with Gestational Trophoblastic Neoplasia and Obstetric Outcomes
of Those Conceiving After Chemotherapy. Anticancer Research 36: 3477-3482 (2016)
DAFTAR PUSTAKA
• Royal College of Obstetrician and Gynaecologyst. 2010. The Management of Gestational Trophoblastic Disease.
Green–top Guideline No. 38.
• Prawirohardjo S. , 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
• Ngan HY, et.al. 2015. Update on the diagnosis and management of gestational trophoblastic disease.
International Journal of Gynecology and Obstetrics 131 (2015) S123–S126.
• Santaballa A, et.al. 2017. SEOM clinical guidelines in gestational trophoblastic disease. Clin Transl Oncol 20:38–
46.
• Gadducci A, et.al. 2016. Prognosis of Patients with Gestational Trophoblastic Neoplasia and Obstetric Outcomes
of Those Conceiving After Chemotherapy. Anticancer Research 36: 3477-3482 (2016)
• Hoffmann BL, et.al. 2012. Williams Gynecology. Texas: Mc Graw Hill.
• Moore LE. Hydatidiform mole differential Diagnoses https://emedicine.medscape.com. Medscape.2018.
• Candelier JJ. The hydatiform mole. http://dx.doi.org/10.1080/19336918.2015.1093275 University of Paris-Saclay, Saint-Aubin,

France. 2016, VOL. 10, NOS. 1–2, 226–235.

• Cue KU, Suh DS, Lee NK, Kwon BS, Kim SC, Joo JK, et al. Case report complete hydatidiform mole with massive

intrauterine hemorrhage in an adolescent girl. International Journal of Clinical and Experimental Medicine. 2017;10(5):8375-

8379.

• Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Obstetri Williams Volume 1 (23rd ed). Jakarta: EGC,

2013; p.271-6.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai