Anda di halaman 1dari 46

Metode Penelitian Eksperimental

dr. Erwin Handoko, MEd, PhD


Agenda
• Jenis-jenis penelitian eksperimental
• Saling keterkaitan antar desain penelitian
• Validitas eksternal dan internal dalam penelitian
• Tingkatan studi eksperimental
Lokasi Penelitian Eksperimental/Intervensional

Klinik Lapangan/Masyarakat
(Cth: Uji klinis efek terapetik Laboratorium (Cth: Pengaruh penyuluhan
obat/penggunaan alat-alat Menggunakan hewan coba terhadap insidensi penyakit
medis/intervensi) tertentu)
Medical Research

Meta-analysis Review

Simple

Systematic

OpenMD.com
Saling Keterkaitan antar
Desain Penelitian
Desain Penelitian

• Membantu peneliti untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan penelitian dengan


sahih, obyektif, akurat, serta hemat (Sastroasmoro & Ismael, 2014)
• Berdasarkan ada-tidaknya intervensi:
✓ Penelitian Intervensional/Experimental dan
✓ Non-intervensional/Non-experimental/Observasional
• Desain penelitian yang satu tidak lebih unggul daripada yang lain.
• Satu jenis penelitian dapat menunjang jenis penelitian yang lain.
Saling Keterkaitan Antar Desain Penelitian: Contoh

Observasional
Uji klinis
• Biokimia
• Genomik
• Farmakogenetik Systematic
SARS-CoV-2
• Penelitian lab review
Uji diagnostik
lain

Case report Uji prognostik


Saling Keterkaitan Antar Desain Penelitian: Contoh

• Penelitian Observasional (studi deskriptif) Gambaran klinis (Adhikari et al., 2020; Casas et
al., 2020; Wu et al., 2020)

• Studi observasional menguji korelasi beberapa variabel, contoh korelasi hasil px


laboratorium dengan derajat keparahan COVID-19 (Gong et al., 2020), iklim dan COVID-
19 (Menebo, 2020), perilaku memakai masker dan COVID-19 (Anda?)
• Studi intervensi,
1. Intervensi medis: pemberian deksametason pada pasien COVID-19 yang dirawat inap (Lim et al.,
2020), pemberian antikoagulan pada pasien COVID-19 (Paranjpe et al., 2020), konsumsi ekstrak
XYZ pada pasien COVID (Anda?)
2. Prosedur: CT-scan data, PCR, dan diagnosis COVID-19 (Ai et al., 2020)
• Mempunyai kapasitas yang lebih tinggi dalam
meneliti hubungan sebab-akibat/kausalitas
dibandingkan studi observasional.
Penelitian • Umumnya biaya lebih tinggi dan melalui
Eksperimental/ proses persetujuan etika dan legal yang ketat.

Intervensional • Idealnya ada blinding (pembutaan) dan


randomization (pengacakan).
Kausalitas Pada
Penelitian Eksperimental
Sebab-Akibat/Kausalitas ≠ Korelasi

Sebab-Akibat/Kausalitas
SARS-CoV-2 dan COVID-19

Korelasi
Usia dan COVID-19
Syarat Sebab-Akibat (Mackie, 1965)

1. Association: Variabel yang diuji memiliki hubungan.


2. Time order: Variabel independen (penyebab) mendahului variabel dependen (efek).
3. Nonspuriousness: Efek yang dipelajari tidak dapat dijelaskan oleh faktor lain.

• Efek obat
• Efek obat lain
Sembuh • Faktor daya tahan tubuh
Obat X dan penyakit penyerta
(Outcome)
• Interaksi obat
• Dll.
Validitas Internal dan
Validitas Eksternal
Validitas Eksternal dan Internal Pada Studi Eksperimental

Validitas eksternal
Apakah hasil penelitian dari suatu sampel dapat digeneralisasi ke
populasi?

Validitas internal
Apakah ada hipotesis alternatif lainnya yang bisa menjelaskan
temuan penelitian?
Faktor-Faktor Pengganggu Validitas Eksternal

• Bias seleksi: Sampel tidak merupakan representasi populasi


• Contoh 1: Penelitian prevalensi diabetes melitus tipe 2 pada orang dewasa muda.
• Contoh 2: Penelitian vaksin COVID-19 hanya menggunakan pasien muda dan sehat tanpa faktor
resiko.
• Cara meminimalisir bias seleksi:
• Evaluasi kriteria seleksi subjek penelitian (Pastikan bahwa sampel yang dipilih memiliki
karakteristik utama yang mirip dengan populasi)
• Pengacakan
Faktor-Faktor Pengganggu Validitas Internal
No Pengganggu Penjelasan
1 Karakteristik subjek Karakteristik dari kelompok-kelompok yang diteliti yang tidak sama
2 Mortalitas Subjek penelitian hilang/berkurang di tengah penelitian (berhenti, mati, efek
samping obat, pindah, dll.)
3 Lokasi Perubahan hasil mungkin lebih disebabkan karena lokasi pengumpulan data
4 Instrumentasi Variasi pada cara menghitung dan menginterpretasi hasil, cara mengumpulkan data
5 Practice effect Bila menggunakan soal/alat ukur yg sama → subjek sudah terbiasa
6 Sejarah Kejadian yang tidak berhubungan dengan penelitian mempengaruhi hasil
7 Maturasi Perubahan hasil mungkin lebih disebabkan karena berlalunya waktu penelitian,
bukan semata-mata karena intervensi
8 Hawthorne Effect Subjek mungkin bersikap berbeda karena mereka tahu mereka sedang diteliti

9 Implementasi Grup dengan intervensi mungkin dapat perlakuan lebih yang mempengaruhi hasil
Faktor-Faktor Pengganggu Validitas Internal
No Pengganggu Penjelasan
1 Karakteristik subjek Karakteristik dari kelompok-kelompok yang diteliti yang tidak sama
2 Mortalitas Subjek penelitian hilang/berkurang di tengah penelitian (berhenti, mati, efek
samping obat, pindah, dll.)
3 Lokasi Perubahan hasil mungkin lebih disebabkan karena lokasi pengumpulan data
4 Instrumentasi Variasi pada cara menghitung dan menginterpretasi hasil, cara mengumpulkan data
5 Practice effect Bila menggunakan soal/alat ukur yg sama → subjek sudah terbiasa
6 Sejarah Kejadian yang tidak berhubungan dengan penelitian mempengaruhi hasil
7 Maturasi Perubahan hasil mungkin lebih disebabkan karena berlalunya waktu penelitian,
bukan semata-mata karena intervensi
8 Hawthorne Effect Subjek mungkin bersikap berbeda karena mereka tahu mereka sedang diteliti

9 Implementasi Grup dengan intervensi mungkin dapat perlakuan lebih yang mempengaruhi hasil
Keseimbangan • Untuk meningkatkan validitas internal, aspek-aspek
pengganggu tersebut harus dikendalikan →
Validitas Internal mempersulit generalisasi
dan Eksternal • Sebaliknya, agar validitas eksternal baik, pengendalian
aspek-aspek tersebut tidak boleh terlalu ketat agar
dapat digeneralisasi pada berbagai konteks.
• Perlu keseimbangan antara kedua validitas tersebut.
Rancangan Penelitian
Eksperimental
Rancangan Penelitian Eksperimental

Alokasi Distribusi
intervensi peserta

Cross-over Dalam
Parallel design design Antar subjek
(menyilang) subjek
Rancangan Penelitian
Eksperimental
Berdasarkan
Alokasi Intervensi
Rancangan Penelitian Eksperimental
Berdasarkan Alokasi Intervensi

Alokasi
intervensi

Cross-over
Parallel design design
(menyilang)
• Paling banyak digunakan.
• Desain paralel dengan 2 kelompok:
Parallel eksperimental dan kontrol
Design • Intervensi pada kelompok-kelompok
tersebut dilakukan secara paralel atau
simultan.
Efek +
Kelompok
perlakuan
Efek -
Subjek yang
memenuhi R
kriteria

Efek +
Kelompok
kontrol
Efek -

Parallel Design
• Syarat:
• Penyakit kronik yang relatif stabil (bisa
menahun) seperti karies gigi, periodontitis
kronis.
• Gejala (atau kadar zat tertentu) harus cepat
Cross-over memberi respons dengan terapi, dan harus
cepat kembali lagi seperti keadaan semula
design segera setelah terapi dihentikan.
(menyilang) • Jumlah peserta yang diperlukan separuh
daripada desain paralel.
• Kerugian: waktu penelitian menjadi lebih
lama dengan kemungkinan drop out yang
lebih besar.
Efek +
Obat A Plasebo

Efek -

Efek +
plasebo Obat A

Efek -

Wash-
Perlakuan 1 out Perlakuan 2

Cross-Over Design
• Tidak semua penyakit atau kondisi kesehatan
dapat diteliti dengan desain ini.
• Efek carry over: Efek obat pertama belum
hilang pada saat dimulai pengobatan kedua.
Cross-over • Efek order: Perubahan derajat penyakit atau
design lingkungan selama penelitian berlangsung
(menyilang) • Periode wash out: Waktu yang diperlukan
untuk menghilangkan efek obat pertama
sebelum obat kedua dimulai (Mencegah efek
carry over). Lama periode tergantung obat.
Rancangan Penelitian
Eksperimental
Berdasarkan
Distribusi Peserta
Rancangan Penelitian Eksperimental
Berdasarkan Distribusi Peserta

Distribusi
peserta

Dalam
Antar subjek
subjek
Rancangan Dalam subjek

Pelatihan memasak
sehat dan
Distribusi menghitung kalori
Sebelum:
Peserta Kadar HbA1C
Sebelum:
Kadar HbA1C
Rancangan Antar subjek
Kelompok Kontrol

Sampel

Distribusi
Peserta
Kelompok
Perlakuan
Tingkatan Penelitian
Eksperimental
Tingkatan Studi Eksperimental

Rancangan
eksperimental
Rancangan kuasi- sejati
eksperimental
Kontrol (+), pengacakan (+)
Rancangan pra-
Kontrol dengan matching
eksperimental
Kontrol (+/-), pengacakan (-)
Rancangan
Pra-Eksperimental
Rancangan Pra-eksperimental

• Sering dilakukan sebelum suatu rancangan true experiment dilakukan.


• Terdiri dari:
One-shot case study, one-group pre-/post-test, static group comparison
• KELEBIHAN: Skala lebih kecil, lebih murah, dan lebih mudah dilakukan.
• KELEMAHAN: Ada beberapa hipotesis alternatif yang bisa menjelaskan temuan
penelitian → Validitas internal lemah
One-shot Case Study

X 0
intervensi Outcome yang diukur
(variabel dependen)

• Hanya ada satu kelompok intervensi (Tidak ada kelompok control


• Validitas internal lemah → Tidak dapat diketahui apakah hasil yang diperoleh semata
– mata karena intervensi atau faktor lainnya
• Contoh: Health Promotion Program (JUMSIH); To Enhance Children's Clean and
Healthy Living Knowledge (Link)
One-Group Pre-/Post-Test

0 X 0
Pretest intervensi Posttest
(variabel dependen) (variabel dependen)

• Dilakukan pengukuran pada satu kelompok: Sebelum dan Sesudah intervensi.


• Dipengaruhi hasil pretest
• Ancaman validitas internal: Practice effect.
• Contoh: The Effect of Diabetes Self-Management Education on Hba1c Level and
Fasting Blood Sugar in Type 2 Diabetes Mellitus Patients in Primary Health Care in
Binjai City of North Sumatera, Indonesia (link)
Static Group Comparison

X 0
intervensi outcome

outcome
(variabel dependen)

• Melibatkan 2 kelompok penelitian:


• Kelompok intervensi
• Kelompok kontrol (tanpa intervensi)
• Tidak ada pengacakan dalam penentuan kelompok
• Contoh: CDI Scores in Pediatric Psychiatric Inpatients: A Brief Retrospective Static
Group Comparison (link)
Rancangan
Eksperimental Sejati
Rancangan Eksperimental Sejati

Kelompok perlakuan Outcome


Subjek yang
memenuhi R
kriteria
Kelompok kontrol Outcome

• Kunci: Ada pengacakan dalam alokasi intervensi


• Setiap peserta memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan intervensi
• Terdapat kelompok kontrol → untuk pembanding dan menentukan bahwa efek yang
terjadi benar-benar karena perlakuan yang diberikan, bukan karena faktor lain.
Rancangan Eksperimental Sejati:
Contoh Hanya Post-test dengan kontrol

R X 0
50 orang dialokasikan Frekensi nyeri punggung
Pelatihan senam yoga
100 lansia dgn secara acak dalam 6 bulan terakhir
riwayat LBP R C 0
50 orang dialokasikan Frekensi nyeri punggung
secara acak Tanpa intervensi
dalam 6 bulan terakhir

(variabel dependen)

R = randomisasi, X = eksperimental, C = kontrol, o = outcome


Rancangan Eksperimental Sejati:
Contoh Pre- dan Post-test dengan kontrol
R 0 X 0
Frekensi nyeri Pelatihan Frekensi nyeri punggung
50 orang punggung dalam senam dalam 6 bulan terakhir
dialokasikan 6 bulan terakhir yoga pasca pelatihan
secara acak sebelum pelatihan
100 lansia dgn
riwayat LBP
R 0 C 0
Frekensi nyeri
50 orang Frekensi nyeri punggung
punggung dalam Tanpa
dialokasikan dalam 6 bulan terakhir
6 bulan terakhir intervensi
secara acak pasca pelatihan
sebelum pelatihan
(variabel dependen)

R = randomisasi, X = eksperimental, C = kontrol, o = outcome


Rancangan
Kuasi - Eksperimental
Rancangan Kuasi-eksperimental

• Mirip rancangan eksperimental sejati (true experimental), tetapi tanpa pengacakan


untuk alokasi intervensi.
• Untuk melindungi validitas internal dilakukan beberapa cara:
1. Matching-only design dan
2. counter-balanced design.
Rancangan Kuasi-eksperimental: Maching-only design

Maching-only design → mencocokkan karakter kelompok eksperimental dengan


kontrol

Contoh:

Kelompok intervensi M intervensi evaluasi


Kelompok kontrol
M Kontrol evaluasi
Rancangan Kuasi-eksperimental

Counterbalanced design → setiap kelompok yang diteliti mendapatkan semua


intervensi, tetapi dengan urutan yang berbeda

Contoh:

Obat A Plasebo
Kelompok intervensi M Evaluasi Evaluasi
Kelompok kontrol Obat A
M Plasebo Evaluasi Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai