Anda di halaman 1dari 27

Part of Obstetric and Gynecology

RSUD dr. R Soedjati Soemordiarjo Grobogan


Gestasional
Trophoblastic Disease
International Federation of Gynecology and Obsterti (FIGO) , 2002
Dipembaruhi oleh American College of Gynecology and Obsterti ,2004

Lesi Molar
Molahidatidosa
•Komplit
•Parsial
Mola Invasif
Lesi NonMolar (NTG)

• Koriokarsinoma
• Placenta site trophoblastic tumor
• Tumor trofoblastik epiteloid
Molahidatidosa
Definisi
Mola hidatidosa atau rare mass adalah
suatu kehamilan yang berkembang tidak
wajar di mana tidak ditemukan janin dan
hampir seluruh vili korialis mengalimi
perubahan berupa degenerasi hidropik.
Makroskopik : gelembung putih, tembus
pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran
bervariasi 1-2 cm
Histopatologik : edema stroma vili,
degenerasi hidropik dan poliferasi sel-sel
trofoblas
Epidemiologi

Angka kejadian 1 : 2000


kehamilan dan paling sering pada
negara berkembang seperti Asia
Afrika dan beberapa negara
Amerika latin. Biasanya paling
sering dijumpai pada usia
reproduktif ( 15-45 thn) dan
multipara.
Etiologi

Belum diketahui dengan pasti.


Beberapa teori yang menerangkan penyakit
trofoblas:
Teori desidua
Teori telur
Teori infeksi
Teori hipofungsi ovarium
Teori desidua
Menurut teori ini terjadinya molahidatidosa ialah akibat
perubahan-perubahan degeneratif sel-sel trofoblas dan
stroma vili korialis. Dasar teori ini adalah selalu
ditemukan desidual endometritis, pada binatang
percobaan dapat terjadi molahidatidosa bila pembuluh
darah uterus dirusak sehingga terjadi gangguan sirkulasi
pada desidua.
Teori telur
Menurut teori ini molahidatidosa dapat terjadi bila
terdapat kelainan pada telur, baik sebelum diovulasikan
maupun setelah dibuahi.
Teori infeksi
Bagshawe, melaporkan bahwa ada sarjana yang
dapat mengisolasi sejenis virus pada molahidatidosa. Virus
ini kemudian ditransplantasikan pada selaput korioalantoin
mudigah ayam, ternyata kemudian terjadi perubahan-
perubahan khas menyerupai molahidatidosa, baik secara
makroskopik maupun mikroskopik. Selain itu
molahidatidosa diduga disebabkan oleh toksoplasmosis,
teori ini dikemukakan oleh Bleier. Teori ini didasarkan
pada penemuan toksoplasmosis Gondii dalam jumlah besar
pada darah penderita molahidatidosa.
Teori Hipofungsi
Ovarium
Penelitian Courrier dan Gros yang melakukan kastrasi pada
seekor kucing, 15-17 hari setelah pembuahan. Ternyata
kemudian pada plasentanya ditemukan perubahan-perubahan
yang menyerupai molahidatidosa. Karzafina melaporkan bahwa
60% penderita molahidatidosa yang ditelitinya berumur 18–21
tahun, disertai oleh hipofungsi ovarium. Smalbreak melaporkan
bahwa dari hasil penelitiannya ditemukan angka kejadian
molahidatidosa yang tinggi pada perempuan muda, dimana
fungsi seksualnya masih imatur. Menurut Hasegawa
molahidatidosa diduga disebabkan oleh teori defisiensi estrogen,
yang didukung oleh data-data penelitian yang melaporkan
bahwa 60% penderita molahidatidosa berumur 18–21 tahun dan
disertai hipofungsi ovarium.
Patogenesis
MHP

Kromosom Tripoid pada mola parsial membuat


materi genetik yang banyak yang berakibatkan
abnormalitas pada kehamilan dengan plasenta tubuh
melampaui bayi  janin bisa tumbuh tp abnormal.
Patogenesis
MHK

MHK ketika satu atau dua sperma membuahi sel


telur yang tidak memiliki materi genetik,
biasanya sel telur mati pada saat itu juga
Klasifikasi
Gambaran Mola Komplit Mola Parsial
Kariotipe 46,XX atau 46,XY Umumnya 69,XXX atau
69,XXY (tripoid)
Patologi    
Edema villus Difus Bervariasi,fokal
Proliferasi trofoblastik Bervariasi, ringan s/d Bervariasi, fokal, ringan s/d
berat sedang
Janin Tidak ada Sering dijumpai
Amnion, sel darah merah janin Tidak ada Sering dijumpai
Gambaran klinis    
Diagnosis Gestasi mola Missed abortion
Ukuran uterus 50% besar untuk Kecil untuk masa kehamilan
masa kehamilan
Kista teka-lutein 25-30% Jarang
Penyulit medis Sering jarang
Penyakit pascamola 20% <5-10%
Kadar hCG Tinggi Rendah – tinggi
Gejalah Klinis
• Perdarahan Pervaginam
• Pembesaran Uterus Melebihi Usia Kehamilan
• Peningkatan Kadar ß-hCG
• Preeklampsia
• Hiperemesis Gravidarum
• Hipertiroidisme
• Kista Teka Lutein Ovarium
• Emboli Trofoblas
• Disseminated Intravaskular Coagulation (DIC)
• Anamnesis  gejala mola hidatidosa
•  Pemeriksaan fisik :
Inspeksi
- Muka mola (mola face).
- Gelembung mola keluar  dapat dilihat jelas.
Palpasi
- Uterus membesar tidak sesuai usianya, lembek.
- Tidak teraba bagian-bagian janin, balotemen dan gerak janin.
Auskultasi
- Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin
Pemeriksaan dalam
• Memastikan besarnya uterus
• Uterus terasa lembek
• Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis
• Pemeriksaan sonde uterus (acosta sison)

• Pemeriksaan laboratorium
Hasilnya harus dibandingkan dengan kadar β-hCG
serum kehamilan normal pada usia kehamilan yang
sama. Bila kadar β-hCG kuantitatif >100.000 mIU/L
 pertumbuhan ukuran yang berlebihan dari
trofoblastik dan meningkatkan kecurigaan adanya
kehamilan mola. Namun kadang-kadang kehamilan
mola dapat memiliki nilai hCG normal.
 Biasanya tes β-hCG normal setelah 8 minggu post
evakuasi mola.
 Bila jauh lebih tinggi dari rentangan kadar normal
pada tingkat kehamilan tersebut, suatu persangkaan
diagnosa mola hidatidosa dibuat.
Ultrasonografi

Honey comb Snowstorm


appearance appearance
Histopatologi

Degenerasi Hiperplasia sel


hidropik trofoblas (atipik)

Gambaran histopatologi mola hidatidosa komplet


Histopatologi

vili korialis edem


dan berlekuk

Gambaran histopatologi mola hidatidosa parsial


Tata Laksana
• Penatalaksanaan kasus mola hidatidosa tidak boleh
dilakukan di fasilitas kesehatan dasar, ibu harus dirujuk
ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap

• Jika serviks tertutup, pasang batang laminari selama 24


jam untuk mendilatasi serviks

• Yang perlu diperhatikan :


– Stabilkan kondisi pasien
– Persiapkan darah untuk kepentingan transfusi
– Koreksi keadaan koagulopati
– Tangani hipertensi yang terjadi
– Observasi kemungkinan terjadinya krisis tiroid
Tata Laksana
• Pengeluaran jaringan Mola
 Vakum Kuretase
Setelah KU diperbaiki dilakukan vakum kuretase dengan
tanpa pembiusan. Vacum kuretase dilanjutkan dengan
kuretase menggunakan sendok kuret biasa yang tumpul.
 Histerektomi
Dilakukan pada wanita yang cukup umur dan cukup
mempunyai anak. Alasan dilakukan histerektomi karena
umur tua dan paritas tinggi merupakan faktor resiko
terjadinya keganasan. Batasannya adalah >35 thn dengan
anak hidup 3 .
 Uterotonika dapat diberikan berupa infus oksitosin 10
unit dalam 500 ml NaCl 0.9% atau RL dengan kecepatan
40-60 tetes/menit untuk mencegah perdarahan.
Evaluasi
• Pemeriksaan kadar hCG dilakukan setiap
minggu hingga diperoleh 3 kali kadar
negatif.
• Pemeriksaan bulan pertama seminggu
sekali
• Pemeriksaan bulan kedua 2 minggu sekali
• Pemeriksaan selama 6 bulan berikutnya
sebulan sekali
• Selama setahun dilakukan pemeriksaan 6
bulan sekalai
Kapan pasien Mola bisa
diprogram hamil lagi ??

Pasca operasi pasien di sarankan tidak


hamil dahulu hingga kadar hCG normal
selama 6 bulan.
Kontrasepsi apa yang aman
untuk pasien post hamil mola ??

Penggunaan pil kontrasepsi lebih aman dan


tidak meningkatkan reesiko PTG, AKDR tidak
dipakai sampai kadar hCG tidak terdeteksi
karena resiko perforasi uterus juga dicurigai
molahidatidosa invasif.
Indikasi pemberian kemoterapi

• Peningkatan kadar hCG > 10 % atau kadar


hCG menetap tiga kali dalam pemeriksaan 2
minggu
• Terjadi rebound hCG
• Diagnosis histologi koriokarsinoma atau
placental site trophoblastic tumor
• Terdapat metastasis
• Kadar hCG tinggi ( >200.000 mIU/ml selama
lebih dari empat minggu pascaevakuasi
• Kadar hCG meningkat secara menetap 6
bulan pascaevakuasi
Prognsis
• Kematian mola hidatidosa biasa disebabkan karena proses
perdarahan, infeksi, payah jantung, atau tirotaksikosis.
• Setelah dievakuasi jaringan mola secara lengkap, sebagian
besar penderita mola hidatidosa komplit akan sehat
kembali, kecuali 15 – 20% yang akan mengalami keganasan
Umumnya yang menjadi ganas adalah golongan resiko
tinggi:
- Umur > 35 tahun
- Besar uterus > 20 minggu
- Kadar beta-hCG > 105 IU/ml
- Gambaran PA yang mencurigakan
• Prognosis MHP jauh lebih baik daripada MHK.
Sumber
• Buku ilmu kebidanan, Sarwono Prawiroharjo
• Buku ilmu kandungan, Sarwono Prawiroharjo
• Cunningham FG, Lenevo KJ, Bloom SL, et al. Williams
Obstetrics. 23rd ed. New York: McGraw-Hill Medical;
2010.
• Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku
Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan. 1st ed. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2013

Anda mungkin juga menyukai