Anda di halaman 1dari 27

Ini Mens bukan ya....

Step 1
-

Step 2
1. Perkembangan janin pada trimester 1?
2. Apa yg menyebabkan bisa keluar darah dari jalan lahir ?
3. Kenapa ada darah tapi tidak disertai gelembung cairan?
4. Apakah ada hub antara umur sama keluhan di skenario?
5. Apakah ada hub antara pasien melakukan hub dgn suami dgn keluhan?
6. Kenapa pernah melakukan tes urin kehamilan (+)  (-) ?
7. Mengapa pada keluhan disertai keluarnya jaringan dan nyeri perut
bawah ?
8. Mengapa tampak konjungtiva palpebra anemis?
9. Mengapa di dapatkan TD 100/60 mmHg dan Hb 9gr/dl ?
10.Tujuan pemeriksaan dalam vagina USG dan indikasinya apa ?
11. Mengapa didapatkan amenore sebelumnya ?
12.DD

Step 3
1. Perkembangan janin pada trimester 1?
Ada pengeluaran ovum dari ovarium, leewat tuba falopi, bila sperma
datang msuk lalu bertemu ovum mengalami perkembangan di
Ada tahapan cleavage : di oviduk
Di endometrium saat masuk di tahapan blastula, zigot siap diimplantasi
di endometrium
Morula (pembelahan sel) -->Bastrula Gastrula
LENGKAPI !
Pada 1 bulan, tinggi fundus uteri seperti telur ayam
2 bulan : telur bebek
3 bulan : setinggi simpisis pubis.
4 bulan : 1-2 jri diatas simpisis pubis
5 bulan : antara simpisis pubis dan umbilicus
6 buln :setinggi umbilicus
7 bulan :2-3 jari diatas umbilicus
8 bulan : antara umbilicus dan proc. Xiphoideus
9 bulan : setinggi proc. xiphoideus
2. Apa yg menyebabkan bisa keluar darah dari jalan lahir ?
Perdarahan di desidua basalis (karena trauma, dsb) nekrosis jaringan
sekitar  hasil konsepsi lepas  benda asing oleh tubuh  uterus
kontraksi hebat hasil konsepsi keluar.
Jika ada sisa plasenta  kontraksi hebat
Hubungan : semkain tua umur kehamilan  vili chorealis  semakin
erat di endometrium  pd saat lepas  tdk lepas secara smpurna
kontraksi uterus kencang  perdarahan hebat / sedikit (menurut duni
semkain tua lepasnya semakin sempurna)
Usia kehamilan 9 minggu 1 hari  vili2 blm nembus desidua basalis 
plasenta tdk keluar secara sempurna  perdarahan hebat.
Jika menembus lebih dalam  plasenta bisa keluar sempurna. (Dicari
yaaa)
>> 14 minggu  janin dpt dikeluarkan dan plasenta dpt dikeluarkan scr
sempurna, perdrahan blm banyak.
Jika plasenta blm menempel dalam (pd usia kehamilan muda) 
perdarahan sedikit
Penyebab perdarahan pd jalan lahir pd kehamilan:
a. Infeksi pada jalan lahir
b. Folip servix
c. Kehamilan ketopik  kehamilan yg terjadiny tdk sesuai dgn tempat
yg semestinya
d. Mola hidatidosa  hamil anggur, kehamilan abnorml hasil
pembuahan berisi glembung cairan
e. Plasenta menutupi jalan lahir baik sebgian atau seluruhnya
f. Plasenta lepas sebelum waktuya lepas
g. Vasa previa

3. Kenapa ada darah tapi tidak disertai gelembung cairan?


DD dari abortus : Mola Hidatidosa
Perkembangan janin tdk sempurna, pembelahannya isinya cairan, jika
keluar ada perdarahan dan gelembung. Pada mola terjadi pembuahan.
Pd skenario menolak DD Mola hidatidosa.
4. Apakah ada hub antara umur sama keluhan di skenario?

Waktu masih muda, endometrium belum terlalu matang , blm siap


untuk ditempeli hasil pembuahan, masih lemah tapi terjad pembuahan.
Sehingga mudah luruh hasil implantasinya.

5. Apakah ada hub antara pasien melakukan hub dgn suami dgn keluhan?
Ketika melakukan hub. Suami istri terjadi kontraksi endometrium (pd
saat orgsme  oksitosin keluar  pd wanita ada kontraksi ritmik) di
sisi lain endometrium blm siap menerima hasil implantasi dan terjadi
peningkatan kontraksi akibat hub suami istri, selain itu ada
prostaglandin dr sperma suami masuk dan menyebabkan peluruhan dr
hasil implantasi yg ada  hasil implantasi mudah luruh.
Kerja prostaglandin :
a. prostaglandin masuk  jumlah progesteron menurun peluruhan
mudah
b. Vasokontriksi pada Pembuluh darah, sementara nutrisi dr janin dr
PD, Jika ada kontriksi  nekrosis  menurunkan progesteron 
peluruhan
Bolehkan wanita hamil melakukan hubungan sumi istri ? jika tdk boleh
sampai kapan ?
6. Kenapa pernah melakukan tes urin kehamilan (+)  (-) ?
Bisa menjadi (-) karena adanya abortus pd janin, jd sinsiotroflobas sudah
tdk ada  HCG (-)
7. Mengapa pada keluhan disertai keluarnya jaringan dan nyeri perut
bawah ?
Keluarnya jaringan karena abortus, jika keluar gelembung  mola
hidatidosa
Nyeri perut bawah : peluruhan -->kontraksi uterus (persiapan
persalinan, mengeluarkan sisa-sisa jaringan, untuk menutup perdarahan
dgn cara spasme pd otot disana) dan adanya nekrosis PD.
8. Mengapa tampak konjungtiva palpebra anemis?
Karena adanya perdarahan yg banyak sejak 1 minggu yg lalu  SDM
<< Hb turun  pengikata O2 menurun  Anemi
9. Mengapa di dapatkan TD 100/60 mmHg dan Hb 9gr/dl ?
Hb menurun karena adnya perdarahan
TD : Krena banyak drh yg keluar  darah sedikit  Cardiac Output
menurun  Hipotensi
10.Tujuan pemeriksaan dalam vagina USG dan indikasinya apa ?
Pemeriksaan usg untuk mengetahui perbesaran uterus. Janin keluar
nant perberanb uterus tidak sesuai denga umur. Denyut jantung janin,
gerak janin dan plasenta sudah meluruh semua atau belum.

Vagina touche : memasukan kedua jari (jari 2 dan 3) ke dalam ostium


vaginae kemudian kita ukur kelebaran dari portio. membuka 10cm
merupakan tanda akan persalinan. Membuka 10cm maksudny portio
membuka selebar 10cm. Untuk melihat pembukaan jalan lahir.
11. Mengapa didapatkan amenore sebelumnya ?
Sebelumnya sudah diketahui dia hamil karena HCG +, HPHT sampai hari
ini menunjukkan sudah 9 minggu. Dan hal itu menunjukkan aminore
sekunder.
Ada pembuahan dari ovum sehingga dia tidak terjadi menstruasi.

Hubungan aminore dengan keluha : hasil implantasi menempel di


endometrium, dikarenakn pasien melakukan hub suami istir ditrimester
pertama, dan dengan berbagai penyebab. Terjadi peluruhan dari hasil
implantasi

Perdarahan bukan karena menstruasi


Menstrusi : merah pekat, menggumpl, merah kehitaman
Merah perdarahan : merah segar dan disertai jarigan

Dikatakan abortu skarena pernah hamil dan terjadi perdarahan.


Perdarahan karena luruhnya endometrium
Abortus dikatakan bila <500g dan <20 minggu

Ada perdarahan fisiologis pada ibu hamil saat implantasi  perdarahan


ringan biasanya pada trimester 1

12.DD
a. Perdarahan pervagina pada trimester 1
-Patologis :
<20 minggu :Abortus, mola hidatidosa,Kehamilan Ektopik
terganggu
 Fisologis : Perdarahan Fisiologis pada saat implantasi

Abortus spontan : tidak disengaja

Abortus profokaatus : aborsi yang disngaja

Abortus Insipens : perdarahan – dilatasi cervix

Abortus iminens : perdarahan + dilatasi cervix

Abortus Complete : perdrahan + seluruh jaringan keluar

Abortus incomplete : perdarahan + sebagian jaringan yg keluar

Missed abortus : mati < 20 minggu, janin tdk diambil , 8 minggu.

Mola Hidatidosa : Kehamilan anggur, terjadi pembuahan dan pembelahannya


berisi cairan, dan menyebabkan perdarahan pervagina tp yg keluar ada cairan
dan darah + gelembung

ket : kehamilan yang pertumbhan sel telurnya tidak menmpel pada dinding
endometrium tetapi paling sering di tuba flopi. ada obstruksi, ovum sudah
berkembang terlebih dhulu sebelum menempel pada dinding endometrium.

Pertanyaan Tmbahan

1. Hub minum jamu dan trauma dgn keluhan


2. Definisi perdarahan pd trimester 1
3. DD perdarahan pervaginam pd trimester 1 (Lengkap)
4. Makna konversi tes HCG, apakh jika konversi HCG jadi (-) berarti
kematian Hasil konsepsi ?
5. Komplikasi perdaraan pervaginam pada trimester 1
6. Cara mendiagnosis komplikasi atau identifikasi perdraahan pervaginam
trimester 1
7. Definisi HPHT, Cara menghitung HPHT, fungsi HPHT
Step 7
1. Perkembangan janin pada trimester 1?
Tahap-tahap Embriogenesis
Fertilisasi
Fertilisasi adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita, yang
terjadi di daerah ampulla tuba fallopii.Spermatozoa bergerak dengan
cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk kedalam saluran
telur. Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus
dan tuba. Sebelum spermatozoa dapat membuahi oosit, mereka harus
mengalami proses kapasitasi dan reaksi akrosom (Langman, 1994).
Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran
reproduksi wanita, yang pada manusia berlangsung kira-kira 7 jam.
Selama waktu ini, suatu selubung dari glikoprotein dari protein-protein
plasma segmen dibuang dari selaput plasma, yang membungkus
daerah akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang menjalani kapasitasi
yang dapat melewati sel korona dan mengalami reaksi akrosom
(Langman, 1994). Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan ke zona
pelusida dan diinduksi oleh protein-protein zona. Reaksi ini berpuncak
pada pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus zona
pelusida, antara lain akrosin dan zat-zat serupa tripsin (Langman, 1994).
Fase fertilisasi mencakup fase 3 fase:
1. Penembusan korona radiata.
Spermatozoa-spermatozoa yang mengalami kapasitasi tidak akan
sulit untuk menembusnya (Langman, 1994).
2. Penembusan zona pelusida.
Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein yang
mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi
kromosom. Hanya 1 spermatozoa diantara 200-300 juta spermatozoa
yang ada di saluran kelamin yang berhasil menembus zona pelusida.
Saat spermatozoa masuk ke dalam membrane oosit, spermatozoa
lain tidak akan bisa masuk lagi karena aktifasi dari enzim oosit sendiri
(Langman, 1994)
3. Fusi oosit dan membran plasma.
Spermatozoa bergerak masuk ke membrane oosit dan mencapai inti
oosit. Perlu diketahui bahwa spermatozoa dan oosit masing-masing
memiliki 23 kromosom (haploid), selama masa penyatuan masing-
masing pronukleus melakukan sintesis DNA. Segera setelah sintesis
DNA, kromosom tersusun dalam gelendong untuk melakukan
pembelahan secara mitosis yang normal. Dua puluh tiga kromosom
dari ibu dan dua puluh tiga kromosom dari ayah membelah sepanjang
sentromer, dan kromatid-kromatid yang berpasangan tersebut saling
bergerak ke kutub yang berlawanan, sehingga menyiapkan sel zigot
yang masing-masing mempunyai jumlah kromosom yang normal
(Langman,1994).

Pembelahan
Kira-kira 24 jam setelah fertilisasi, oosit yang telah dibuahi mulai
pembelahan pertamanya (Anonimus, 2010). Setelah zigot mencapai
tingkat dua sel, ia menjalani serangkaian pembelahan mitosis yang
mengakibatkan bertambahnya jumlah sel dengan cepat. Sel ini dikenal
sebagai blastomer yang akan berbentuk seperti gumpalan yang padat
(Langman, 1994).
Kira-kira setelah 3 hari setelah pembuahan, sel-sel embrio yang
termampatkan tersebut, membelah lagi membentuk morula (Langman,
1994).Morula adalah, kumpulan dari 16-30 sel blastomere. Karena sel-
sel ini muncul dari pembelahan (cleavage) dari zigot dan semua
terdapat pada zona pelusida yang tidak 􀀀ias membesar, jadi
pertumbuhannya tidak banyak terlihat. Setiap sel yang baru besarnya
sama dengan sel awal dan nama morula berarti mulberry, karena mirip
seperti kumpulan sel-sel setengah bulat. Sel-sel bagian dari morula
merupakan massa sel dalam, sedangkan sel-sel di sekitar membentuk
massa sel luar. Massa sel dalam akan membentuk jaringan-jaringan
embrio yang sebenarnya, sementara massa sel luar akan membentuk
trofoblastt, yang kemudian ikut membentuk plasenta (Langman,1994).
Pembentukan blastokista,embrioblast, dan rongga amnion.
Pada hari ke-4 setelah inseminasi, sel terluar dari morula yang masih
diselubungi dengan zona pelucida mulai berkumpul membentuk suatu
pemadatan (Anonimus, 2010). Sebuah rongga terbentuk pada di
interior blastokista dan Kira-kira pada waktu morula memasuki rongga
rahim, cairan mulai menembus zona pelusida masuk ke dalam ruang
antar sel yang ada dimassa sel dalam (inner cell mass). Sel-sel embrio
berkembang dari inner cell mass yang sekarang disebut embrioblastt.
Sedangkan sel-sel di massa sel luar atau trofoblast, menipis dan
membentuk dinding epitel untuk blastokista. Zona pelusida kini
sekarang sudah menghilang, sehingga implantasi 􀀀bisa dimulai
(Langman, 1994).
Pada akhir hari ke-5 embrio melepaskan diri dari zona pelusida yang
membungkusnya. Melalui serangkaian siklus pengembangan-kontraksi
embrio menembus selimut pelusida. Hal ini didukung oleh enzim yang
dapat melarutkan zona pelusida pada kutub embrionik. Pelepasan
embrio ini dinamakan hatching.
Polaritas dari embrio dapat terlihat pada waktu pembentukan kutub
embrionik dan kutub abemrioalik. Ha ini jelas terlihat ketika meneliti
blastokista dimana inner cell mass sudah terbentuk. Polaritas lebih
terfokus pada satu kutub dari interior belahan blastokista yang terdiri
dari blastomer.
Pada perkembangan hari ke-8, blastokista sebagian terbenam di dalam
stroma endometrium.Pada daerah di atas embrioblast, trofoblast
berdiferensiasi menjadi 2 lapisan: (a) sitotrofoblast ,(b)
sinsitiotrofoblast. Trofoblast mempunyai kemampuan untuk
menghancurkan dan mencairkan jaringan permukaan endometrium
dalam masa sekresi, yaitu sel-sel decidua (Prawiroharjo, 2000).
Sel-sel dari embrioblast juga berdiferensiasi menjadi dua lapisan, yaitu
lapisan hipoblast dan epiblast. Sel-sel dari masing-masing lapisan
mudigah membentuk sebuah cakram datar dan keduanya dikenal
sebagai cakram mudigah bilaminer. Pada saat yang sama terdapat
rongga kecil muncul di dalam epiblast, dan rongga ini membesar
menjadi rongga amnion (Langman, 1994).
Pada hari ke-9, blastokista semakin terbenam di dalam endometrium,
dan luka berkas penembusan pada permukaan epitel ditutup dengan
fibrin, pada masa ini terlihat proses lakunaris, dimana vakuola-vakuola
apa sinsitium trofoblast menyatu membentuk lakuna-lakuna yang
besar. Sementara pada kutub anembrional, sel-sel gepeng bersama
dengan hipoblast membentuk lapisan eksoselom (kantung kuning telur
primitif) (Langman, 1994).
Pada hari ke-11 dan 12, blastokista telah tertanam sepenuhnya di dalam
stroma endometrium. Trofoblast yang ditandai dengan lacuna dan
sinsitium akan membentuk sebuah jalinan yang saling berhubungan,
Sel-sel sinsitiotrofoblast menembus lebih dalam ke stroma dan merusak
lapisan endotel pembuluh-pembuluh kapiler ibu.Pembuluh-pembuluh
rambut ini tersumbat dan melebar dan dikenal sebagai sinusoid. Lakuna
sinsitium kemudian berhubungan dengan sinusoid, dan darah ibu mulai
mengalir melalui system trofoblast, sehingga terjadilah sirkulasi utero-
plasenta (Langman, 1994).
Semetara itu, sekelompok sel baru muncul di antara permukaan dalam
sitotrofoblast dan permukaan luar rongga eksoselom. Sel-sel ini berasal
dari kantong kuning telur dan akan membentuk suatu jaringan
penyambung yang disebut mesoderm ekstraembrional; di mana pada
akhirnya akan mengisi semua ruang antara trofoblastt di sebelah luar
dan amnion beserta selaput eksoselom di sebelah dalam ( langman,
1994).
Segera setelah terbentuk rongga-ronga besar di dalam mesoderm
ekstraembrional, dan ketika rongga-rongga ini menyatu, terbentuklah
sebuah rongga baru, yang dikenal dengan nama rongga khorion.
Rongga khorion ini terbentuk dari sel-sel fibroblast mesodermal yang
tumbuh disekitar embrio dan yang melapisi trofoblast sebelah dalam
(Prawiroharjo, 1976). Rongga ini mengelilingi kantung kuning telur
primitive dan rongga amnion kecuali pada tempat cakram mudigah
berhubungan dengan trofoblast melalui tangkai peghubung
(Langman,1994).

Masa embrionik
Menurut Langman (1994), Selama perkembangan minggu ke-3 sampai
minggu ke-8, suatu massa yang dikenal sebagai massa embrionik atau
masa organogenesis, masing-masing lapisan dari ketiga lapisan
mudigah ini membentuk banyak jaringan dan organ yang spesifik.
Menjelang masa akhir embrionik ini, sistem-sistem organ telah
terbentuk. Karena pembentukan organ ini, bentuk mudigah banyak
berubah dan ciri-ciri utama bentuk tubuh bagian luar sudah dapat
dikenali menjelang bulan kedua
Masa mudigah berlangsung dari perkembangan minggu keempat
hingga kedelapan dan merupakan masa terbentuk jaringan dan sistem
organ dari masing-masing lapisan mudigah. Sebagai akibat
pembentukan organ, ciri-ciri utama bentuk tubuh mulai jelas.
Lapisan Mudigah ektoderm membentuk organ dan struktur-struktur
yang memelihara hubungan dengan dunia luar: (a) susunan saraf pusat;
(b) sistem saraf tepi; (c) epitel sensorik telinga, hidung dan mata; (d)
kulit, termasuk rambut dan kuku; dan (e) kelenjar hipofisis, kelenjar
mammae, dan kelenjar keringat serta email gigi.
Bagian yang paling penting dari lapisan mudigah mesoderm adalah
mesoderm para aksial, intermediat, dan lempeng lateral. Mesoderm
para aksial membentuk somitomer; yang membentuk mesenkim di
kepala dan tersusun sebagai somit-somit di segmen oksipital dan
kaudal. Somit membentuk miotom (jaringan otot), skeletom (tulang
rawan dan sejati), dan dermatom (jaringan subkutan kulit), yang
semuanya merupakan jaringan penunjang tubuh. Mesoderm juga
membentuk sistem pembuluh, yaitu jantung, pembuluh nadi, pembuluh
getah bening, dan semua sel darah dan sel getah bening. Di samping
itu, ia membentuk sistem kemih-kelamin; ginjal, gonad, dan saluran-
salurannya (tetapi tidak termasuk kandung kemih). Akhirnya limpa dan
korteks adrenal juga merupakan turunan dari mesoderm.
Lapisan mudigah endoderm menghasilkan lapisan epitel saluran
pencernaan, saluran pernafasan, dan kandung kemih. Lapisan ini juga
membentuk parenkim tiroid, paratiroid, hati dan kelenjar pankreas.
Akhirnya, lapisan epitel kavum timpani dan tuba eustachius juga berasal
dari endoderm.
Sebagai akibat dari pembentukan sistem-sistem organ dan
pertumbuhan sistem-sistem organ dan pertumbuhan sistem saraf pusat
yang cepat, cakram mudigah yang mula-mula datar melipat kearah
sefalokaudal, sehingga terbentuklah lipatan kepala dan ekor. Cakram ini
juga melipat dengan arah lintang, sehingga terdapat bentuk tubuh yang
bulat. Hubungan dengan kantung kuning telur dan plasenta
dipertahankan masing-masing melalui duktus vitellinus dan tali pusat.

2. Apa yg menyebabkan bisa keluar darah dari jalan lahir ?


 Perdarahan Fisiologis
Pada kehamilan normal, perdarahan pada trimester pertama dapat
merupakan hal fisiologis, yaitu tanda Hartman, perdarahan
pervaginam akibat proses nidasi blastosis ke endometrium yang
menyebabkan perlukaan. Ketika nidasi, trofoblas invasif akan
menghancurkan sel desidua yg banyak pada endometrium fase
sekretoris. Perdarahan berlangsung sebentar, sedikit, dan tidak
membahayakan kehamilan.

 Pada awal abortus terjadi pendarahan yang menyebabkan janin


terlepas. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu janin biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus
desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8–14 minggu villi
koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak
dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan
diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati akan
dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian
plasenta
Sumber: Ilmu kebidanan,Sarwono Prawirohardjo

3. Kenapa ada darah tapi tidak disertai gelembung cairan?


Karena dicurigai bukan mola hidatidosa. Pada mola hidatisoda saat
perdarahan akan keluar gelembung gelembung putih berisi cairan
Sumber: Ilmu kebidanan,Sarwono Prawirohardjo

Pada mola terjadi pembuahan??

4. Apakah ada hub antara umur sama keluhan di skenario?

5. Apakah ada hub antara pasien melakukan hub dgn suami dgn keluhan?
Abortus Pasca Coitus:
abortus yang terjadi setelah pasangan melakukan coitus intercoure,
biasanya perdarahan terjadi kurang dari 24 jam setelelah intercourse.
Diduga perdarahan ini trjadi akibat prostaglandin yang terkandung
dalam sperma.
Pada dasarnya peristiwa ini sama dengan mekanisme timbulnya alergi
pada umumnya. Prostaglandin adalah salah satu jenis histamin yang di
lepas oleh Mastcell yang terdegranulasi, sehingga substrat ini
hematogen. Jaringan yang mempunyai reseptor akan berikatan dengan
prostagandin, sehingga menimbulkan manifestasi klinis. Dalam hal ini
myometrium juga mengikat prostaglandin membentuk suatu komplek.
Komplek ligand reseptor, menjadi pemicu proses cascade intraseluler
dengan hasil kontraksi uterus. sehingga mendorong isi uterus.
Sumber: Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Bolehkan wanita hamil melakukan hubungan sumi istri ? jika tdk boleh
sampai kapan ?

6. Kenapa pernah melakukan tes urin kehamilan (+)  (-) ?


Tes kehamilan: positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu
setelah abortus.
Jangan terpengaruh hanya pemeriksaan B-HCG yang positif, karena
meskipun janin sudah mati, B-HCG mungkin masih tinggi, bisa bertahan
sampai 2 bulan setelah kematian janin.
Sumber: Arif mansjoer,dkk. 2004. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN.
Jakarta: Media Aesculapius

7. Mengapa pada keluhan disertai keluarnya jaringan dan nyeri perut


bawah ?
Keluarnya jaringan karena abortus, jika keluar gelembung  mola
hidatidosa
Nyeri perut bawah : peluruhan -->kontraksi uterus (persiapan
persalinan, mengeluarkan sisa-sisa jaringan, untuk menutup perdarahan
dgn cara spasme pd otot disana) dan adanya nekrosis PD.

8. Mengapa tampak konjungtiva palpebra anemis?


PerdarahanàEritrosit & Hb menurunàpasokan O2 ke jaringan berkurang
sehingga terjadi pucat sedangkan pucat karena anemia disebabkan
hemoglobin sebagai alat transportasi O2 berkurang yang menyebabkan
suplai gas tersebut berkurang ke jaringan.
Anemia adalah suatu keadaan di mana terjadi kelainan hematologi yang
ditandai dengan disfungsi eritrosit dan/atau hemoglobin dalam
mensuplai oksigen ke jaringan. Secara laboratorik, anemia terjadi
penurunan kadar Hb, hitung eritrosit, dan hematokrit (I Made Bakta,
2006). Kriteria klinik anemia untuk di Indonesia pada umumnya adalah:
a. Hemoglobin < 10 g/dl
b. Hematokrit < 30%
c. Eritrosit < 2,8 juta/mm3 (I Made Bakta, 2006)

9. Mengapa di dapatkan TD 100/60 mmHg dan Hb 9gr/dl ?

10.Tujuan pemeriksaan dalam vagina USG dan indikasinya apa ?


Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan atau persalinan:
1) Sebagai bagian dalam menegakkan diagnosa kehamilan muda.
2) Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu
digunakan untuk melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri
klinik) dan menentukan apakah ada kelainan pada jalan lahir yang
diperkirakan akan dapat mengganggu jalannya proses persalinan
pervaginam.
3) Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase
persalinan dan diagnosa letak janin.
4) Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses
persalinan sesuai dengan yang diharapkan.
5) Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada
tidaknya prolapsus bagian kecil janin atau talipusat.
6) Pada saat inpartu, ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk
memastikan apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan
kala II.

Indikasi USG pada trimester 1


1.penentuan adanya kehamilan intrauterin
2.penentuan adanya denyut jantung mudigahatau janin
3.penentuan usia janin
4.penentuan kehamilan kembar
5.perdarahan pervagina
6.terduga kehamilan ektopik
7.terdapat nyeri pelvic
8.terduga kehamilan mola
9.terduga danya tumor pelvic atau kelainan uterus
10.membatu tindakan invasif

11. Mengapa didapatkan amenore sebelumnya ?


Sebelumnya sudah diketahui dia hamil karena HCG +, HPHT sampai hari
ini menunjukkan sudah 9 minggu. Dan hal itu menunjukkan aminore
sekunder.
Ada pembuahan dari ovum sehingga dia tidak terjadi menstruasi.

Hubungan aminore dengan keluha : hasil implantasi menempel di


endometrium, dikarenakn pasien melakukan hub suami istir ditrimester
pertama, dan dengan berbagai penyebab. Terjadi peluruhan dari hasil
implantasi

Perdarahan bukan karena menstruasi


Menstrusi : merah pekat, menggumpl, merah kehitaman
Merah perdarahan : merah segar dan disertai jarigan

Dikatakan abortu skarena pernah hamil dan terjadi perdarahan.


Perdarahan karena luruhnya endometrium
Abortus dikatakan bila <500g dan <20 minggu

Ada perdarahan fisiologis pada ibu hamil saat implantasi  perdarahan


ringan biasanya pada trimester 1

12.DD
- Patologis :
<20 minggu :Abortus, mola hidatidosa,Kehamilan Ektopik
terganggu
- Fisologis : Perdarahan Fisiologis pada saat implantasi
Abortus
Definisi
Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 26 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan.

 Ada 2 kelompok abortus


1. Abortus spontan
2. Abortus provokatus ( medisinalis dan kriminalis )

Etiologi
Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat disebabkan oleh hal-hal
berikut ini:
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian
janin atau cacat kelainan berat biasanya menyebabkan kematian
mudigah pada hamil muda. Faktor-faktor yang menyebabkan
kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut:
- Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi
X.
- Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
- Pengaruh dari luar akibat radiasi, virus, obat-obatan.
b. Kelainan pada plasenta misalnya endarteritis dapat terjadi dalam
villi koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu,
sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian
janin.
c. Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, anemia
berat, dan keracunan.
d. Kelainan Traktus Genetalis
Mioma uteri, kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus.
Sebab lain abortus dalam trisemester ke 2 ialah servik inkompeten
yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks,
dilatari serviks berlebihan, konisasi, amputasi atau robekan serviks
luar yang tidak dijahit.

Klinis Abortus Spontan


Dapat dibagi atas:

a) Abortus Kompletus (Keguguran lengkap): Artinya seluruh hasil


konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim
kosong. Perdarahan den nyeri minimal, Seluruh hasil konsepsi telah
dikeluarkan , Ukuran uterus dalam batas normal,Servik tertutup

Terapi: hanya dengan uterotonika.

b) Abortus Inkompletus (Keguguran bersisa): Hanya sebagian dari


hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau
plasenta.

Gejala: didapati antara lain adalah

Manfes: amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas; perdarahan yang


bisa sedikit atau banyak, dan biasanya berupa stolsel (darah beku);
sudah ada keluar fetus atau jaringan; pada abortus yang sudah lama
terjadi atau pada abortus provakatus yang dilakukan oleh orang
yang tidak ahli, sering teijadi infeksi.

Terapi: Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan


pemberian cairan dan transfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan
secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu
beri obat-obat uterotonika dan antibiotika.

c) Abortus Insipiens (Keguguran sedang berlangsung): Adalah


abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka
dan ketuban yang teraba. Kehamilan tidak dapat dipertahankan
lagi. Perdarahan dengan gumpalan darah , Nyeri lebih kuat ,Servik
terbuka den teraba ketuban ,Hasil konsepsi masih berada dalam
kavum uteri .

Manfes: nyeri abdomen ( kram suprapubik intermitten, progresif


=kontraksi uterus yg menimbulkan dilatasi serviks), perdarahn
pervagina, abortus timbul sblm 12 minggu stlh siklus haid terakhir,
kebocoran amnion 

Terapi: seperti abortus inkompletus.


d) Abortus Iminens (Keguguran membakat): Keguguran membakat
dan akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah
dengan memberikan obat-obat hormonal dan antispasmodika serta
istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada,
maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak.
Kalau reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut negatif, maka sebaiknya
uterus dikosongkan (kuret). Perdarahan minimal dengan
nyeri/tidak ,Uterus sesuai dengan umur kehamilan ,Servile belum
membuka, Test hamil : positif , USG : Produk kehamilan dalam
betas normal

Manfes: perdarahan per vagina, nyeri abdomen, gejala hamil, satu


siklus haid terlewatkan

Diagnosis: px pelvis: pd px spekulum ada darah kecoklatan dlm


vagina, ostium uteri tertutup, pd px bimanual: uterus membesar,
lunak dan tidak nyeri tekan, px urinalisis: urin normal

Tatalaksana: tirah baring/batasi aktivitas, jika ada alat kontrasepsi


dlm rahim haus diangkat,

e) Missed Abortion: keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap


berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau
lebih. Fetus yang meninggal ini:
a. bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus
mati
b. bisa diresorbsi kembali sehingga hilang
c. bisa terjadi mengering dan menipis yang disebut: fetus
papyraceus
d. bisa jadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu
akan mengalami degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.

Gejala: Dijumpai amenorea; perdarahan sedikdt-sedikit yang


berulang pada permulaannya, serta selama observasi fundus tidak
bertambah tinggi, malahan tambah rendah, Kalau tadinya ada
gejala-gejala kehamilan, belakangan menghilang, diiringi dengan
reaksi kehamilan yang menjadi negatif pada 2-3 minggu sesudah
fetus mati. Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah
sedikit. Sekali-sekali pasien merasa perutnya dingin atau kosong. -
Perdarahan minimal ,Sering didahului oleh tanda abortus iminen
yang kemudian menghilang spontan/setelah tempi ,Tanda den
gejala laumil menghilang ,USG : Hasil konsepsi masih dalam uterus
namun tak ada tanda ke` langsungan hidupnya

Terapi: Berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus
dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi
dan kuretase. Dapat juga dilakukan histerotomia anterior.
Hendaknya pada penderita juga diberikan tonika dan antibiotika.

Komplikasi: Bisa timbul hipo atau afibrinogenemia. Fetus yang


sudah mati begitu melekatnya pada rahim sehingga sulit sekali
untuk dilakukan kuretase

f) Abortus Habitualis (Keguguran berulang): keadaan dimana


penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
Menurut HERTIG abortus spontan terjadi dalam 10% dari kehamilan
dan abortus habitualis 3,6 - 9,8% dari abortus spontan. Kalau
seorang penderita telah mengalami 2 kali abortus berturut-turut
maka optimisme untuk kehamilan berikutnya berjalan normal
adalah sekitar 63%. Kalau abortus 3 kali berturut-turut, maka
kemungkinan kehamilan ke 4 berjalan normal hanya sekitar 16%.

Etiologi:
1. Kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi
pembuahan hasilnya adalah pembuahan yang patologis.
2. Kesalahan-kesalahan pada ibu, yaitu disfungsi tiroid, kesalahan
korpus luteum, kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya
plasenta menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum
atrofis. Ini dapat dibuktikan dengan mengukur kadar pregnandiol
dalam urin. Selain itu juga bergantung kepada keadaan gizi si ibu
(malnutrisi), kelainan antomis dari rahim, febris undulands
(contagious abortion), hipertensi oleh karena kelainan pembuluh
darah sirkulasi pada plasenta/villi terganggu dan fetus jadi mati.
Dapat juga gangguan psikis, serviks inkompeten, atau rhesus
antagonisme.
Pemeriksaan:
1. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma
uterus submukosa dan anomali kongenital.
2. BMR dan kadar yodium darah diukur untuk mengetahui apakah
ada atau tidak gangguan glandula thyroidea.
3. Psiko analisis.

Terapi: Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus


habitualis lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi
daripada sesudahnya. Merokok dan minum alkohol sebaiknya
dikurangi atau dihentikan. Pada serviks inkompeten terapinya
adalah operatif: SHIRODKAR atau MC DONALD (cervical cerclage),

g) Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik: keguguran yang disertai


infeksi genital. Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi
berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam
peredaran darah atau peritoneum. Hal ini sering ditemukan pada
abortus inkompletus, atau abortus buatan, terutama yang kriminalis
tanpa memperhatikan syarat- syarat asepsis dan antisepsis. Bahkan
pada keadaan tertentu dapat terjadi perforasi rahim.

Diagnosis:
a. Adanya abortus: amenore, perdarahan, keluar jaringan yang
telah ditolong di luar rumah sakit
b. Pemeriksaan: kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan,
perdarahan dan sebagainya.
c. Tanda-tanda infeksi alat genital: demam, nadi cepat,
perdarahan, berbau, uterus besar dan lembek, nyeri tekan,
lekositosis
d. Pada abortus septik: kelihatan sakit berat, panas tinggi,
menggigil, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun sampai
syok. Perlu diobservasi apakah ada tanda perforasi atau akut
abdomen.

Terapi:
1. Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan
yang cukup
2. Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan
pembiakan dan uji kepekaan obat):
- Berikan suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam

- Berikan suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam.

- Atau antibiotika spektrum luas lainnya.

3. 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau


lebih cepat bila terjadi perdarahan banyak; lakukan dilatasi
dan kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi
4. Infus dan pemberian antibiotika diteruskan menurut
kebutuhan dan kemajuan penderita
5. Pada abortus septik terapi sama saja, hanya dosis dan jenis
antibiotika ditinggikan dan dipilihjenis yang tepat sesuai
dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan kuman.
6. Tindakan operatif, melihat jenis komplikasi dan banyaknya
perdarahan; dilakukan bila keadaan umum membaik dan
panas mereda

Kehamilan ektopik
Definisi
Suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak
menempel didinding endometrium cavum uteri.>95% berada di tuba
fallopi

Etiologi
bila nidasi terjadi diluar cavum uteri atau diluar endometrium maka
terjadilah kehamilan ektopik.

faktor faktor yang menyebabkan hambatan dalam nidasi embrio


keendometrium
1) faktor tuba : adanya peradangan atau infeksi pada tuba
menyebabkan lumen tuba menyempit
2) faktor abnormalitas dari zigot: jika tumbuh terlalu cepat dalam
keadaan besar maka zigot akan tersendat dalam perjalanan melalui
tuba ,kemudian terhenti lalu tumbuh disaluran tuba
3) faktor ovarium: jika ovarium memproduksi ovum dan ditangkap
oleh tuba kontralateral ,jd butuh waktu lebih panjang
4) faktor hormonal : pil KB hanya mengandung progesteron yang dpt
menghambat gerakan tuba
5) faktor lain: pemakai IUD diaman proses peradangan dapat timbul
endometrium dan endosalping à kehamilan ektopik

Patologi
Apabila embrio tidak bisa mencapai endometrium untuk proses nidasi
maka embrio dapat tumbuh pada saluran tuba dan kemudian akan
mengalami beberapa proses seperti kehamilan pada umumnya.karna
tuba bukan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
embrio,maka pertumbuhan akan mengalamin perubahan dalam bentuk
berikut
1. hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
pada implantsi secara kolumner ,ovum yang dibuahi akan cepat
mati karna vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi
reabsorbsi total.dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa2
hanya haid yang terlambat bebrapa hari
2. Abortus kedalam lumen tuba
perdarahan yang terjadi karna pembukaan pembuluh2 darah oleh
vili kontrialis pada dinding tuba ditempat implantasi dapat
melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama sama dengan
robeknya pseudokapsularis.
3. Ruptur dinding tuba
terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada
kehamilan muda

Gambaran klinik
1. Gejala2 kehamilan muda, nyeri sedikit di perut bagian bawah
2. Pada VT: uterus membesar dan lembek walaupun tdk sebesar
tuanya kehamilan
3. Nyeri merupakan keluhan utama pada KET
4. Ruptur tubaàsakit perut mendadakàsyok atau pingsan

1) Amenorrhoe dan tanda – tanda kehamilan


2) Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat.
merupakan gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa
intermiten selama berapa minggu sampai beberapa bulan sehingga
dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.
3) Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai
dengan usia kehamilan.
4) Tidak dirasakan tanda – tanda adanya gerakan janin maupun
ballotement
5) Hiperemesis, Pasien dapat mengalami mual dan muntah cukup
berat.
6) Preklampsi dan eklampsi sebelum minggu ke – 24
7) Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan
diagnosa pasti
8) Tirotoksikosis

Klasifikasi Mola hidatidosa terbagi menjadi:


1. Mola Hidatidosa Sempurna
Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel – vesikel jernih.
Ukuran vesikel bervariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter sampai
beberapa sentimeter dan sering berkelompok – kelompok
menggantung pada tangkai kecil. Temuan Histologik ditandai oleh:
- Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan Stroma Vilus

- Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak

- Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi

- Tidak adanya janin dan amnion

2. Mola Hidatidosa Parsial


Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang
berkembang, dan mungkin tampak sebagai jaringan janin. Terjadi
perkembangan hidatidosa yang berlangsung lambat pada sebagian
villi yang biasanya avaskular, sementara villi – villi berpembuluh
lainnya dengan sirkulasi janin plasenta yang masih berfungsi tidak
terkena.
Patologi
Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung – gelembung berisi
cairan jernih merupakan kista – kista kecil seperti anggur dan dapat
mengisi seluruh cavum uteri. Secara histopatologic kadang – kadang
ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bias juga
terjadi kehamilan ganda mola adalah : satu jenis tumbuh dan yang satu
lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi,
mulai dari yang kecil sampai yang berdiameter lebih dari 1 cm.

Penatalaksanaan
1. Evakuasi

a. Perbaiki keadaan umum.

b. - Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap

- Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan 12


jam kemudian dilakukan kuret.

c. Memberikan obat-obatan Antibiotik, uterotonika dan perbaiki


keadaan umum penderita.

d. 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua untuk


membersihkan sisa-sisa jaringan.

e. Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari
30 tahun, Paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu
setinggi pusat atau lebih.

2. Pengawasan Lanjutan
- Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai
kontrasepsi oral pil.

- Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :

· Setiap minggu pada Triwulan pertama

· Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua

· Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya


· Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3
bulan.

- Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :

a. Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan

b. Pemeriksaan dalam :

- Keadaan Serviks

- Uterus bertambah kecil atau tidak

c. Laboratorium

Reaksi biologis dan imunologis :

- 1x seminggu sampai hasil negatif

- 1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya

- 1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya

- 1x3 bulan selama tahun berikutnya

- Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya
keganasan

3. Sitostatika Profilaksis
Metoreksat 3x 5mg selama 5 hari

Sumber: Ilmu kebidanan,Sarwono Prawirohardjo


GABRIELA DA C.M.PEREIRA, S.Ked.
Dr. DJAUHAR KUMARA DEWA, Sp.OG
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

Pertanyaan Tmbahan

1. Hub minum jamu dan trauma dgn keluhan


2. Definisi perdarahan pd trimester 1
3. DD perdarahan pervaginam pd trimester 1 (Lengkap)
4. Makna konversi tes HCG, apakh jika konversi HCG jadi (-) berarti
kematian Hasil konsepsi ?

5. Komplikasi perdaraan pervaginam pada trimester 1

a. Trimester pertama
• Abortus
• Missed Abortus
• Hiperemesis Gravidarum
• Kelainan Congenital

b. Trimester kedua dan ketiga


• Persalinan Prematur
• Perdarahan ante partum
• Gangguan pertumbuhan janin dalam rahim
• Afiksia intra uterin sampai kematian
• Berat badan lahir rendah
• Mudah terkena infeksi
• IQ rendah
• Dekompensasio kordis sampai kematian ibu

Hb rendah (anemia) bisa karena :


- Perdarahan
- Hemodilusi
Sumber: Fisiology, guyton

6. Cara mendiagnosis komplikasi atau identifikasi perdraahan pervaginam


trimester 1
7. Definisi HPHT, Cara menghitung HPHT, fungsi HPHT
Step 4 (mapping)

Keluar darah dari jalan lahir & berisi jaringan

Anamnesis HPHT 9 Minggu 1 Hari

1 minggu lalu keluar drah


banyak

DD

PF

Px. Penunjng

Diagnosis Pasti

Anda mungkin juga menyukai