Anda di halaman 1dari 62

STEP 1

1. Partus tak maju : persalinan yang ditandai tdk adanya pembukaan serviks dan tdk
ada penurunan janin walaupun ada his yang ade kuat
2. Partograf : catatan selama persalinan ibu yang dicatat dokter/bidan biasanya
dalam bentuk grafik
3. menumbung : bagian tali pusat terbawah janin

STEP 2

1. macam2 partus abnormal? (partus macet, tak maju, lama)


2. apa yang menyebabkan persalinan fase aktifnya memanjang?
3. Bagaimana kah partus normal itu?
4. Mengapa didapatkan portio edem (+)?
5. Jenis-jenis kontraksi pada kehamilan?
6. Apa saja px penunjang pada skenario?
7. Apa dampak persalinan yang lama pada ibu dan janin?
8. Hubungan usia dan tinggi badan terhadap persalinan?
9. Hubungan antara berat badan janin dengan persalinan?
10. promontorium teraba, linea innominata teraba 1/3 lingkaran, dan spina ischiadica
menonjol, indikasinya apa?
11. Hubungan letak lintang dorsoinferior dengan persalinan?
12. DD?
13. Penatalaksanaan?

STEP 3

1. macam2 partus abnormal? (partus macet, partus tak maju, partus lama)
cari istilah2nya!
partus macet : persalinan yg kemajuannya terhambat oleh factor mekanik dan persalinan
tdk mungkin dilakukan tanpa operatif
Partus tak maju : persalinan yang ditandai tdk adanya pembukaan serviks dan tdk
ada penurunan janin walaupun ada his yang adekuat
partus lama : persalinan kala 1 fase aktif dg kontraksi uterus regular selama > 12 jam,
karena perpanjangan (fase latennya yg memanjang), karena perlambatan (fase aktif
melambat)  karena penurunan janin melambat.

Partus lama Nulipara Multipara


Kelainan karena >20 jam >14 jam
perpanjangan (fase latennya
memanjang)
Kelainan karena perlambatan
- fase aktif melambat
- penurunan janin <1,2 cm/jam < 1,5 cm/jam
melambat
<1 cm/jam < 2cm/jam

Partus macet
Berhentinya dilatasi >2jam >2 jam
sekunder (krn kelainan
organic, mis: jar. parut/
karsinoma)
Kegagalan penurunan Tidak ada penurunan pada Tidak ada penurunan pada
kala 2 kala 2
Berhentinya penurunan >1jam >1jam

macam diagnosisnya:
- persalinan lama
nulipara : pembukaan 1,2 / jam, penurunan < 1 cm
multipara : < 1,5 cm / jam, penurunan < 2 cm
- persalinan macet
tidak ada pembukaan
nulipara : > 2 jam
multipara : > 2jam
tidak ada penurunan
nulipara dan multipara : > 1 jam

distosia : persalinan lama yg dipengaruhi power (his tidak adekuat krn inersia uteri,
atau malah terlalu sering sehingga tidak ada fase), passage (jalan lahir), passanger
(factor janin)
mid pelvic arrest : spina ischiadica menonjol (pelvis sempit)
distosia : persalinan lama yg dipengaruhi
o power (his tidak adekuat krn inersia uteri, atau malah terlalu sering sehingga
tidak ada faserelaksasi)
kelainan power apa saja yg menyebabkan distosia?
 Inersia uteri (kontraksi singkat dan jarang
 Primer : dari awal sudah singkat dan jarang kontraksinya
 Sekunder : terjadi stelah kontraksi his yg kuat
 Inkoordinat uteri action : Tdk sinkron antara bagian2nya, uterus :
segmen atas (aktif) segmen bawah (pasif). Kalo ada kontraksi segmen
atas, bagian bawah melebar
His terlampau kuat : tidak menyebabkan distorsia tapi menyebabkan
bayi lahir cepat (partus presipitatus)  bayi mengalami edem dibagian
kepala, ibu mengalami perdarahan hebat, robekan perineum lebar
o passage : dipengaruhi bentuk panggul, ada panggul sempit, ada mid pelvic
arrest
o passanger : bayi terlalu besar > 4000 gram. Dari letak : sungsang / melintang.

ukuran panggul normal :

pemeriksaan luar : pelvimetri, alatnya : pelvimeter thorms, yang diukur diameter pelvis
eksterna :

- diameter intertrochanter : +/- 29 cm


- intercristarum : +/- 26 cm
- interspinosum ; +/- 23 cm
- boudelaque / diameter anteroposterior: +/- 18 cm

diameter interna : yg diperiksa symphisis, linea terminalis, promontorium, cekungan os.


Sacrum

- pintu atas panggul


- mid pelvis
- pintu bawah panggul

ukuran tertentu dari promontorium yang boleh teraba?

Cara menentukan bidang hodge!

Conjugate diagonalis : dari tepi bawah symphisis pubis ke promontorium, 12, 5 cm

Conjugate obstetric : dari facies posterior symphisis pubis sampai ke promontorium.


(conjugate sesungguhnya)

Conjugate vera : conjugate diagonalis – 1,5 cm

Diameter parietal : +/- 9,5 cm

Cari gambar anatominya!

Cari gambar pas VT jarinya sampai dimana?


Kelainan jalan lahir lunak

Uterus

- uterus bifida (cari gambar!)

Serviks

- rigid serviks  serviks kaku


- edem serviks : karena preeklamsi?, infeksi, ostruksi pada vena (krn limfadenopati) 
karena apa???
- hanging serviks : serviks menggantung

Vagina

- tumor vagina
- kista
- stenosis vagina
- aplasia vagina(artinya??)

Vulva

- varises : inkompetensi katup vena di vulva


- stenosis vulva :
- edem vulva :karena apa???

2. apa yang menyebabkan persalinan fase aktifnya memanjang?


- Gangguan protraction : persalinan berkepanjangan, kecepatan menurun. Nulipara
pembukaan < 1,2 cm / jam penurunan 1cm/ jam, multipara pembukaan < 1,5 cm/jam
penurunan < 2 cm / jam
- Arrest ; macet tidak maju. Tidak ada perubahan dalam serviks setelah 2 jam dan tdk
ada penurunan dalam 1 jam

Malposisi bayi

Makrosomia

Panggul dari ibu sempit

Kesalahan penolong
Fase aktif memanjang menyebabkan bayi : meningkatkan morbiditas dan mortilitas
naik, pada ibu : resiko rupture uteri

Dalam kala 1

Fase laten : 7 – 8 jam, bersifat lambat sampai 3 cm

Fase aktif :

- Akselerasi; 2 jam, pembukaan menjadi 4


- Dilatasi maksimal : 2jam, 4-9 cm
- Deselerasi ; 2 jam, 9 – 10 cm, melambat lagi

Pembukaan setiap 1 jam : nuligravida  1 cm, multi  2 cm

3. Bagaimana kah partus normal itu?


Janin keluar melalui vagina, letak kepala, tanpa alat, tanpa melukai ibu dan janin,
berlangsung dala 24 jam

Fase 1; pendahuluan, persiapan (penenangan uterus, perlunakan serviks), saat hamil


uterus tdk sensitive rangsangan  tdk mengalami kontraksi, saat mau melahirkan
mengalami kontraksi tapi tdk mnimbulkan pembukaan  his palsu
Serviks mengalami perlunakan tapi blm pembukaan

Fase 2 : persiapan persalinan


- Banyak reseptor oksitosin
- Banyak gap junction
- Pembentukan segmen bawah uterus (kepala bayi masuk PAP  lightening)
- Pematangan serviks (ada remodeling serviks : saat kehamilan serviks kaku, pada
persalinan serviks melunak)

Fase 3 : persalinan aktif


- Kala 1 : apabila trjadi kontraksi uterus dg frek, intensitas, durasi menyebabkan
pembukaan serviks (efficement). Berakhi apabila serviks membuka sempurna
- Kala 2; pembukaan lengkap dan pengeluaran janin
o Bayi mengalami overlapping sutura
o Engagement : penurunan kepala janin ke PAP
o Decensus: dilihat dari sutura sagitalis, kalo menghadap posterior ;
ansinklitismus posterior
Sinklintismus : ketika sutura sagitalis sejajar dengan PAP,
Cari gambar ansinklitismus dan sinklintismus!
o Mengalami paksi dalam ; muka bayi menghadap promontorium
o Ekstension :
o Putaran paksi luar : kepala bayi menghadap salah satu dari femur ibu

Video animasi proses penurunan kepala!!!!!

- Kala 3 ; pemisahan dan pengeluaran plasenta


- Kala 4
Fase 4:
4. Mengapa didapatkan portio edem (+)?
5. Jenis-jenis kontraksi pada kehamilan?
6. Apa saja px penunjang pada skenario?
7. Apa dampak persalinan yang lama pada ibu dan janin?
8. Hubungan usia dan tinggi badan terhadap persalinan?
Partus tak maju karena disporposi sepalopelvic karena pevis kurang besar, biasanya pada
ibu dg TB <145 cm  panggul sempit
Cari EBM nya !!!
Usia 30 tahun ???
9. Hubungan antara berat badan janin dengan persalinan?
10. Cara membaca partograf dan apa saja yg bisa dilihat??
11. promontorium teraba, linea innominata teraba 1/3 lingkaran, dan spina ischiadica
menonjol, indikasinya apa?
12. Hubungan letak lintang dorsoinferior dengan persalinan?
13. DD?
14. Penatalaksanaan?

STEP 7

1. macam2 partus abnormal? (partus macet, partus tak maju, partus lama)
cari istilah2nya!

Partus tak maju


Partus tak maju yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan
serviks dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.

Partus tak maju (persalinan macet) berarti meskipun kontraksi uterus kuat,
janin tidak dapat turun karena faktor mekanis.
Kemacetan persalinan biasanya terjadi pada pintu atas panggul, tetapi dapat juga terjadi pada
ronga panggul atau pintu bawah panggul.
Partus tak maju yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak
menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar paksi
selama 2 jam terakhir.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter%20II.pdf

partus lama vs partus macet

Pola persalinan Nulipara Multipara


Persalinan Lama
(protraction disorders) < 1,2 cm/jam < 1,5 cm/jam
- Pembukaan < 1,0 cm/jam < 2,0 cm/jam
- Penurunan
Persalinan Macet (arrest
disorders)
- Tidak ada - > 2 jam - > 2 jam
pembukaan - > 1 jam - > 1 jam
- Tidak ada
penurunan

distosia
1. Definisi
Distocia Adalah terhalangnya kemajuan persalinan.
( Sinopsis Obstetri, Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH )
2. Macam – macam etiologi
 Power(inersia uteri,hipertonik uteri contaction,incoordinant uteri contraction)
1. Kelainan his pada primigravida tua
2. Faktor herediter,emosi,dan ketakutan
3. Salah pimpinan persalinan
4. Kelainan uterus

 Passage
1. Kelainan panggul
2. Disproporsi cephalopelvic
3. Kelainan jalan lahir lunak

 Passanger
1. Kelainan letak kepala
2. Kelainan letak sungsang
3. Kelainan letak lintang
4. Kelainan bentuk dan besar janin
5. Kelainan tali pusat menumbung
( Sinopsis Obstetri, Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH )
3. Klasifikasi
 Power
Kelainan his pada primigravida tua
Klasifikasi Ada 3
o inersia uteri

kontraksi uterus lebih aman,singkat,dan jarang daripada biasanya.keadaan umum


penderita biasanya baik dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh
umumnya tidak berbahaya, baik bagi ibu maupun janin, kecuali persalinan lama.
Keadaan ini disebut inersia uteri primer atau hypotonik uterine contraction.
o hipertonik uterine contaction

HIS terlampau kuat. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan
selesai dalm waktu yang sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari 3 jam
dinamakan partus presipitatus. Bahaya partus presipitatus bagi ibu adalah terjadinya
perlukaan luas pada jalan lahir, khususnya vagina dan perineum. Bayi bisa mengalami
perdarahan dalam tengkorak karena bagian bagian tersebut mengalami tekanan kuat
dalam waktu yang singkat.
o incoordinant uteri contraction

sifat His berubah, tonus otot terus meningkat yang menyebabkan rasa nyeri yang lebih
dan lama bagi ibu dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. Kontraksinya tidak
berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi kontraksi bagian atas, tengah,
dan bawah. Hal ini bisa menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan
pembukaan. Dan pada persalinan yang lama dengan ketuban yang sudah lama pecah,
kelainan His ini dapat menyebabkan spasmus sirkuler setempat, sehingga tejadi
penyempitan kavum uteri pada tempat itu, yang disebut lingkaran konstriksi.
(Sarwono Prawirohardjo, “Ilmu Kebidanan”, BP-SP : Jakarta)

Etiologi kelainan His :


a) faktor herediter
b) faktor emosi (ketakutan) khususnya pada inersia uteri
c) peregangan rahim yang berlebih pada kehamilan ganda ataupun hidramnion
menyebabkan inersia uteri
d) kelainan pembentukan uterus pada masa embrional, misalnya uterus bikornis unikolis.
(Sarwono Prawirohardjo, “Ilmu Kebidanan”, BP-SP : Jakarta)

Penanganan :

o inersia uteri

setelah diagnosis inersia uteri ditegakkan, harus diperiksa keadaan servik, presentasi
aerta posisi janin, turunnya kepala janin dalam panggul, dan keadaan panggul. Jika ada
CPD maka langsung lakukan seksio sesarea. Keadaan umum penderita diperbaiki
sementara dan kosongkan kandung kencing dan retum. Apabila kepala atau bokong
janin sudah masuk ke dalam panggul, penderita disuruh jalan2 supaya his menjadi
kuat. Jika ketuban belum pecah bisa dilakukan pemecahan ketuban, karena setelah
tindakan ini persalinan tidak boleh berlangsung terlalu lama.

Pemberian oksitisin 5 satuan dimasukkan dalam larutan glukosa 5% dan berikan


secara intravena dengan kecepatan 12 tetes per menitdan dapat perlahan2 dinaikkan
menjadi 50 tetes per menit. Tapi jika tetap uterus tidak berkontraksi dengan baik
lakukan seksio sesarea.
Kontra indikasi pemberian oksitosi adl pada panggul sempit, ibu yang pernah seksio
sesarea, miometomi, grande multipara.

Efek samping pemberian oksitosin dapat menimbulkan incoordinate uterine action.

o hipertonik uteri contaction

biasanya pada ibu yang pernah partus presipitatus kemungkinan akan terjadi lagi,
sehingga pada saat akan mendekati persalinan harus diawasi dengan baik, dan
episiotomi dilakukan pada waktu yang tepat untuk menghindari ruptur perinei.
o Incoordinate uterine action

Hanya dapat diobati secara simtomatis karena belum ada obat yang dapat memperbaiki
koordinasi fungsional atara bagian2 uterus. Usaha yang dilakukan adalah mengurangi
tonus otot dan mengurangi ketakutan penderita. Hal ini dapat dilakukan dengan
pemberian analgetik seperti morfin dan petidin. Persalinan tidak boleh lama apalagi
ketuban sudah pecah maka harus segera lakukan seksio sesarea.

(Sarwono Prawirohardjo, “Ilmu Kebidanan”, BP-SP : Jakarta)

 Passage
1. Kelainan panggul
Panggul ibu terlalu sempit
Kelainan bentuk ada 3
 Kongenital

 Outlet sempit(funnel pelvic)

 Male type pelvic

 Just minor pelvic


 Kelainan penyakit tulang panggul(rachirtis,osteomalasia,TBC tulg)
 Kelainan tulg belakang(lordosis,skoliosis,kifosis,spondilolistesis)
( Sinopsis Obstetri, Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH )
2. Disproporsi cephalopelvic
Ada beberapa kemungkinan:
 Imbsng sefalo-pelvik baik : partus dapat direncanakan pervaginam, namun
demikian His, posisi kepala dan keadaan serviks harus diperhatikan
selama partus.

 Disproporsi sefalo-pelvik : janin tidak dapat dilahirkan secara normal


pervaginam, bila anak hidup lakukan seksio sesarea.

 Kemungkinan disproporsi : imbang baik atau dapat terjadi disproporsi.


( Sinopsis Obstetri, Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH )

3. Kelainan jalan lahir lunak

 Distosia serviks
Adalah terhalangnya kemajuan persalinan karena kelainan pada serviks uteri.
Klasifikasi kelainan pada serviks uteri :
a) Serviks kaku
Suatu keadaan dimana seluruh serviks kaku. Keadaan ini sering dijumpai
pada primigravida tua, atau karena adanya parut2 bekas luka atau nbekas
infeksi atau pada karsinoma servisis.
Jika setelah diberi obat valium dan petidin tidak merubah sifat kekakuan,
tindakan kita adalah melakukan seksio sesarea.
b) Serviks gantung
Suatu keadaan dimana ostium uteri eksternum dapat terbuka lebar, sedang
OUI tidak mau membuka.
Bila observasi keadaan tetap dan tidak ada kemajuan OUI maka pertolongan
yang tepat adl seksio sesarea.
c) Serviks konglumer
Suatu keadaan dimana OUI dapat terbuka sampai lengkap sdg OUE tidak
mau membuka. Keadaan ini biasanya ditemui pada ibu hamil dgn prolaps
uteri disertai serviks dan portio yang panjang.
Penanganan : perlebar OUE dgn sayatan menurut Durhsen yaitu sayatlah
masing2 selebar 1-2 cm shgg pembukaan menjadi lengkap (10cm) dan
partus dapat dipimpin atau diselesaikan dengan ekstraksi vakum atau forsep.
d) Edema serviks
Bila dijumpai edema yang hebat pada serviks dan disertai hematoma serta
nekrosis maka ini mrpkan tanda adanya obstruksi. Bila syarat2 untuk
ekstraksi vakum atau forsep tidak dipenuhi lakukan seksio sesarea.
( Sinopsis Obstetri, Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH )

 Kelainan lain pada jalan lahir lunak :


a) Tumor jalan lahir lunak, seperti kista vagina, polip serviks, mioma uteri, &
kista ovarii
b) Kandung kemih yang penuh atau batu kandung kemih yang besar
c) Rectum yang penuh dengan tumor
d) Ginjal yang turun ke dalam rongga pelvis
e) Kelainan2 bentuk uterus, seperti uterus bikornis, uterus septus, uterus
arkuatus
( Sinopsis Obstetri, Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH )

 Passanger
1. Kelainan letak kepala

2. Kelainan letak sungsang


Klasifikasi :
a) Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat keatas
b) Letak sungsang sempurana : letak bokong dimana kedua kaki ada disamping
bokong
c) Letak sungsang tidak sempurna : dimana selain bokong bagian yang terendah
juga kaki atau lutut.
( Sinopsis Obstetri, Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH )

Etiologi :
a) Fiksasi kepala pada PAP tidak baik atau tidak ada, misalnya pada panggul
sempit, hidrosefalus, anensefali, plasenta previa, tumor2 pelvis
b) Janin mudah bergerak, seperti pada hidramnion, multipara, janin kecil
c) Gemeli
d) Kelainan uterus
e) Sebab yang tidak diketahui
( Sinopsis Obstetri, Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH )

3. Kelainan letak lintang


Yaitu bila sumbu memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu secara
tegak lurus atau mendekati 90 °.
Etiologi :
Penyebab tersering LL merupakan kombinasi dari berbagai faktor, sering pula
penyebabnya tetap merupakan sutau misteri. Faktor2 tsb adl :
a) Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit, hidrosefalus, anesefalus,
plasenta previa, dan tumor2 pelvis
b) Janin mudah bergerak, seperti pada hidramnion, multipara, janin kecil
c) Gemeli
d) Kelainan uterus
e) Pelvic kidney dan kandung kemih serta rectum yang penuh.
( Sinopsis Obstetri, Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH )

4. Kelainan bentuk dan besar janin


Etiologi :
a) Kehamilan posterm
b) Wanita dengan habitus endolen
c) Orang tua yang besar
d) Eritroblastosis
e) Hipertiroidisme
f) DM gestasional
( Sinopsis Obstetri, Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH )
Pertumbuhan janin yang besar
janin besar adalah yang BB melebihi 4500 gram.
prognosis:
pada panggul normal janin dgn BB 4000-4500 gr umumnya tidak menimbulkan
kesulitan dalam persalinan. Distosia akan diperoleh bila janin lebih dari 4500-
5000 gr atau kepala yang sudah keras dan bahu yang lebar. Apabila CPD ini
dibiarkan makaa terjadi kesulitan baik pada ibu maupun pada janin.
( Sinopsis Obstetri, Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH )
Penanganan :
a) Pada CPD dilakukan seksio sesarea
Pada kesukaran melahirkan bahu dan janin hidup dilakukan episiotomi yang
cukup lebar atau bahu diperkecil dengan mlakukan kleidotomi unilateral auat
bilateral. Setelah dilahirkan dijahit kembali dengan baik dan untuk cedera
post kleidotominya dikonsulkan ke bagian bedah.
( Sinopsis Obstetri, Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH )

ukuran panggul normal :

Bentuk Panggul Wanita


Panggul menurut morfologinya dibagi 4 yaitu :
1. Panggul ginekoid
Jenispanggul yang paling banyak pada wanita normal, mempunyai diameter
terbaik untuk lahirnya janin tanpa komplikasi.
Pintu atas panggul tampak berbentuk bulat atau agak lonjong/ellips. Diameter transversal dari
bidang pintu atas panggul (pap) lebih panjangsedikitdari diameter antero-posterior dan hampir
seluruh daerah pap merupakan ruangan yang terpakai untuk kepala janin. Dilihat dari bidang
pintu atas panggul, panggul menyerupai silinder tanpa penyempitan dari bidang pintu atas
panggul sampai bidang pintu bawah panggul.
Bentuk panggul ini ditemukan pada 45% wanita.

2. Panggul anthropoid
Panggul yang memiliki suatu bentuk agak lonjong seperti telur, pada bidang pintu atas panggul
dengan diameter terpanjang an
tero-posterior. Oleh karena segmen posterior panjang dan sempit, kepala janin tegak lurus
terhadap diameter transversal dari pintu atas panggul. Arkus pubis sempit dan lebarnya kurang
dari 2 jari, sehingga menyebabkan penyempitan pintu bawah panggul.
Bentuk panggul ini ditemukan pada 35% wanita.
4. Panggul android
Panggul mirip laki-laki, mempunyai reputasi jelek dan lebih jarang dijumpai
dibanding bentuk ginekoid. Panggul android ditandai oleh daerah segmen
posterior yang sempit dengan ujung sakrum menonjol ke depan dan segmen anterior relatif
panjang.
Dilihat dari pintu atas panggul tampak seperti bentuk segitiga, tulang-tulang dari panggul
android umumnya berat sehingga ruangan
untuk penurunan kepala juga terbatas. Spina iskiadika menonjol ke dalam jalan lahir dan pintu
bawah panggul menunjukan suatu arkus pubis yang
menyempit.
Bentuk panggul ini ditemukan pada 15% wanita.
4. Panggul platipelloida
Panggul berbentuk datar dengan tulang-tulang yang lembut, jenis panggul ini
paling jarang dijumpai dan jumlahnya kurang dari 5% ditemukan pada wanita.
Pintu atas panggul lebih jelas terlihat dimana menunjukan pemendekan dari diameter antero-
posterior, sebaliknya diameter transversal lebar. Penyempitan
panggul tengah bukanlah suatu masalah, karena arkus pubis sangat lebar dan
sakrum pendek mengarah kebelakang, maka distosia pada pintu bawah panggul jarang terjadi.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter%20II.pdf
Penyempitan PAP, jk diameter AP <10 cm atau transversa < 12 cm (atau keduanya).
Keadaan ini ditandai dg presentasi verteks mengambang pd cukup bulan atau awal
persalinanpembentukan kaput suksedanum. Komplikasinya persalinan lama, pecah
selaput ketuban yg lama, pembentukan cincin retraksi patologis di taut segmen
bawahrahim dan fundus (cincin retraksi Bandl yg dpt menyebabkan ruptur uteri). Perlu
SC bila penyempitan PAP sejati.

Penyempitan PTP, akibat panjang diamter interspinosa <9,5 cm. Petunjuk klinisnya kala
dua memanjang, oksiput posterior persisten, macet di transversa dalam, distosia uteri atau
molase kepala janin berlebih.

Penyempitan PBP, jk pnjang diameter intertuberosa tdk >8 cm atau jml diamteter
intertuberosa dan diameter sagitalis posterior PBP <15 cm.

Sumber : Ralph C. Benson & Martin L. Pernoll. Buku Saku Obstetri & Ginekologi
Edisi 9. EGC (hal. 209-215)

ukuran tertentu dari promontorium yang boleh teraba?

Ukuran terpenting dari pintu atas panggul adalah konjugata vera yang dapat diukur secara
tidak langsung yaitu dengan mengukur konjugata diagonalis dengan pemeriksaan dalam:
1,5 – 2 cm (CV = CD – 1,5) Pada panggul yang normal promontorium tidak dapat diraba
dengan pemeriksaan dalam karena konjugata diagonalis cukup panjang. Sedangkan pada
panggul yang sempit promotorium dapat diraba. Pintu atas panggul dianggap normal bila:
1. CD > 11,5 cm. 2. Multigravida dengan riwayat obstetric yang baik. 3. Pada
primigravida setelah kehamilan 36 minggu, kepala sudah masuk pintu atas panggul

http://www.slideshare.net/septianraha/alat-genetalia-wanita

Cari gambar anatominya!


Gambar serviks
Cari gambar pas VT jarinya sampai dimana?
Kelainan jalan lahir lunak

http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CCcQFjAA&url=http%3A%2F
%2Focw.usu.ac.id%2Fcourse%2Fdownload%2F1110000106-reproductive-system
%2Frps138_slide_distosia.pdf&ei=8v-
LUu2zBbWgsATVtoCQAQ&usg=AFQjCNGbriSVleYTOMZHHDiYEH36zNljOw&sig
2=wJEbg4ou-H5s0C7LU3lYIg&bvm=bv.56643336,d.cWc
2. apa yang menyebabkan persalinan fase aktifnya memanjang?

BS Obstetri dan Ginekologi

 Oleh Ralph C. Benson & Martin L. Pernoll


http://books.google.co.id/books?
id=w1ntk4OgUIUC&pg=PA218&lpg=PA218&dq=apa+yang+menyebabkan+persalinan
+fase+aktifnya+memanjang?
&source=bl&ots=SnL5ZP1mFV&sig=dxStfZSOsikxApwWq63VJjO8yzQ&hl=id&sa=X
&ei=MQKMUuWfCKrNsQTYhIHQAw&ved=0CEoQ6AEwBA#v=onepage&q=apa
%20yang%20menyebabkan%20persalinan%20fase%20aktifnya%20memanjang
%3F&f=false

FASE LATEN

Awitan persalinan laten di definisikan menurut FRIEDMAN sebagai saat ketika ibu mulai
merasakan kontraksi yang teratur. Selama fase ini orientasi kontraksi uterus berlangsung bersama
perlunakan dan pendataran serviks. Kriteria minimum FRIEDMAN untuk fase laten kedalam
fase aktif  kecepatan pembukaan serviks 1,2 cm/jam bagi NULIPARA dan 1,5 cm/jam untuk
MULTIPARA.

FRIEDMAN dan SACHTLEBEN mendefinisikan FASE LATEN BERKEPANJANGAN


apabila lama fase ini lebih dari 20 jam pada nulipara dan 14 jam pada mulipara

Faktor yang mempengaruhi fase laten :

1. anstesia regional atau sedasi yang berlebihan


2. keadaan serviks yang buruk (ex . tebal , tidak mengalami
pendataran atau tidak membuka)
3. persalinan palsu

FASE AKTIF

Dalam hal ini fase aktif persalinan dari segi kecepatan pembukaan serviks tertinggi, secara
konsistensi berawal saat serviks mengalami pembukaan 3 sampai 4 cm atau lebih disertai adanya
kontraksi uterus.

Menurut FRIEDMAN , rerata durasi persalinan fase aktif pada NULIPARA adalah 4,9 jam. Fase
aktif dilaporkan memiliki maksimum statistik sebesar 11,7 jam. Kecepatan pembukaan serviks
berkisar 1,2 – 6,8 cm/jam

FRIEDMAN membagi MASALAH fase aktif :

1. PROTRACTION disordersberkepanjangan / berlarut – larut(PERSALINAN LAMA)


- Pada nulipara  jika kecepatan pembukaan <1,2 cm jam atau penurunan
<1 cm/jam
- Pada multipara  jika kecepatan pembukaan <1,5 cm jam atau
penurunan <2,0 cm/jam
2. ARREST disorders macet ,tak maju (PERSALINAN MACET)
- Pada nulipara jika arrest of dilatation (kemacetan pembukaan) > 2 jam
dan arrest of descent (kemacetan penurunan) >1 jam
- Pada multipara jika arrest of dilatation (kemacetan pembukaan) > 2
jam dan arrest of descent (kemacetan penurunan) >1 jam
3. Bagaimana kah partus normal itu?
 Kala 1
Di awali dengan tanda” inpartu
Kala pembukaan di bagi atas 2 fase :
Fase laten : pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3cm
berlangsung dalam 7-8 jam.
Fase aktif : berlangsung selama 6jam dan dibagi atas 3 sub fase :
Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan 4cm
Periode dilatasi max : selama 2 jam pembukaan menjadi 9cm
Periode deselerasi : dalam waktu 2jam pembukaan lengkap (10cm).
Proses pembukaan servik :
Melembek (softening) menipis (thinned out)obliterasi (obliterated)mendatar dan
tertarik keatas (effaced and taken up)membuka (dilatation).
PG servik mendatar dulu, baru dilatasi (berlangsung 13-14jam)
MGmendatar dan membuka bersamaan (berlangsung 6-7 jam)

Kala 2
His terkoordinir,kuat,cepat dan lebih lama (2-3menit sekali)
Kepala janin telah turun masuk ruang panggul  terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul
 menimbulkan rasa mengedan.
Tekanan pada rectum  ibu merasa ingin BAB  anus membuka
Saat his  kepala mulai kelihatanvulva membukaperineum meregang
Dengan his mengedan terpimpinlahirlah kepaladiikuti seluruh badan janin.
PG1 ½ - 2 jam. MG ½ - 1 jam

Kala 3
Setelah bayi lahir his istirahat sebentar
Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yg menjadi tebal 2x
sbelumnya.
Timbul his pelepasan dan pengeluaran uri
Dlam waktu 5-15 menit seluruh plasenta terlepasterdorong ke dalam vaginalahir spontan
atau sedikit dorongan dari atas simpisis atau fundus uteri.
Seluruh prose biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir
Pengeluaran plasenta disertai pengeluaran darah kira” 100-200cc.

Kala 4
Kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu
bahaya perdarhan postpartum.
Lama persalinan pda primi dan multi :
Primi
Kala I  13 jam
Kala II 1 jam
Kala III ½ jam
Lama persalinan : 14 ½ jam
Multi
Kala I  7 jam
Kala II ½ jam
Kala III ¼ jam
Lama persalina : 7 ¾ jam
synopsis obstetric, prof.Dr.Rustam Mochtar, MPH
Cari gambar ansinklitismus dan sinklintismus!
Proses

engagemen kedalam pintu atas panggul dapat melalui proses normal sinklitismus , asinklitismus
anterior dan asinklitismus posterior :

o Normal sinklitismus : Sutura sagitalis tepat diantara simfisis pubis dan sacrum.
o Asinklitismus anterior : Sutura sagitalis lebih dekat kearah sacrum.

o Asinklitismus posterior: Sutura sagitalis lebih dekat kearah simfisis pubis


(parietal bone presentasion

Memahami Kesehatan reproduksi wanita ed 2

 Oleh dr. Ida Ayu Chandranita Manuaba, Sp.OG, dr. Ida Bagus gde Fajar Manuaba,
Sp.OG & Prof. Manuaba

Video animasi proses penurunan kepala!!!!!

Distosia bahu : http://www.youtube.com/watch?v=b5wXqHD7lsE

Persalinan normal : http://www.youtube.com/watch?v=oP07sjPnWKk

Episiostomi : http://www.youtube.com/watch?v=9enmsJn76oU

Persalinan dibantu vakum : http://www.youtube.com/watch?v=X2dRosFe_xs

SC : http://www.youtube.com/watch?v=ZTuPaDMwgLk
Interpretasi jalan lahir (penurunan kepala) : http://www.youtube.com/watch?
v=tj57VLtojAQ

Proses penurunan kepala : http://www.youtube.com/watch?v=AUdVN0kcKsY

4. Mengapa didapatkan portio edem (+)?


Portio oedem (+):
Kerja sama 3P (Power, Passage, Passanger) tdk sempurnaàkemacetan
penurunanàportio dpt terjepit antara kepala (bagian terendah) dan panggulàedem
portio.
Manuaba, I. B. Gde. 2000. Persalinan Bekas Seksio Sesarea. Kapita Selekta
Penatalaksanaan Rutin Obstetri, Ginekologi, dan KB. Jakarta: EGC.

5. Jenis-jenis kontraksi pada kehamilan?

A. KONTRAKSI MASA HAMIL

kontraksi tidak hanya terjadi menjelang persalinan. Banyak jenis kontraksi yang terjadi
selama kehamilan itu sendiri berlangsung. Berikut adalah beberapa jenis kontraksi yang
terjadi selama masa kehamilan:

1. Kontraksi Dini. Kontraksi jenis ini biasanya terjadi saat awal-awal kehamilan atai saat
trimester pertama kehamilan. Kondisi ini terjadi saat tubuh masih sedang dalam
proses penyesuaian dengan berbagai perubahan akibat adanya kehamilan. Kontraksi
terjadi akibat meregangnya ligamen di sekitar rahim biasanya diikuti oleh perut
kembung, konstipasi dan dehidrasi. Tetapi bila kontraksi berlanjut dan disertai dengan
pengeluaran pervaginan maka di perlukan :

PENATALAKSANAAN :
 Bedrest
 Pemberian TOKOLITIK berkolaborasi dengan Dokter OBGYN seperti
 Duvadilan tab atau injeksi
 Proluton depot
 Pemeriksaan darah dan urine
 Pemberian pengobatan bila ada kelainan pada hasil pemeriksaan tetap
berkolaborasi dengan dokter OBGYN

2. Kontraksi Palsu. Jenis kontraksi ini biasa disebut dengan istilah Braxton-Hicks.
Kontraksi ini ditemukan pada tahun 1872 oleh ahli kebidanan Inggris, John Braxton
Hicks. Kontraksi braxton hicks adalah kontraksi otot rahim selama 30-60 detik atau
selama 2 menit. Braxton-hiks disebut juga 'latihan kontraksi' karena kontraksi ini
akan menyiapkan ibu untuk kontraksi yang sebenarnya. Ibu juga bisa berlatih
bernapas ketika kontraksi ini datang.Braxton-hicks umumnya terjadi pada trimester
kedua namun lebih umum terjadi pada trimester ketiga.
Kontraksi braxton-hicks adalah kontraksi yang :
 memiliki intensitas ireguler
 tidak teratur
 tidak dapat dipredikasi
 tidak ritmik
 lebih seperti tidak nyaman dibandingkan sakit
 tidak meningkat baik intensitas maupun frekuensi
 kontraksi ini perlahan-lahan akan menghilang

Kontraksi braxton-hicks diperkirakan berkaitan dengan tonus otot rahim dan aliran
darah ke plasenta (ari-ari). Beberapa pakar menyatakan bahwa kontraksi ini tidak
berhubungan dengan dilatasi serviks (pelebaran leher rahim) namun berhubungan
dengan melunaknya leher rahim. Beberapa pemicu yang dapat menyebabkan
kontraksi braxton-hicks adalah :

 Pada saat bayi anda sedang aktif


 Ketika kandung kecing penuh
 Setelah berhubungan intim ( sperma mengandung Prostaglandin yang
menyebabkan kontraksi ) .
 Dehidrasi atau kekurangan cairan.
 Keletihan setelah membawa beban berat.

Yang dapat ibu lakukan ketika kontraksi ini terjadi adalah :


 Rubahlah posisi ibu; berbaringlah bila sebelumnya ibu sedang berdiri atau
berjalanlah bila sebelumnya ibu sedang duduk / berbaring
 Mandi air hangat selama 30 menit / lebih
 Minumlah segelas air karena kontraksi dapat disebabkan oleh dehidrasi
 Minum segelas air teh hangat / susu hangat

Bila kontraksi berlanjut dan usia kehamilan kurang dari 36 minggu maka
penanganananya seperti pada kontraksi dini.

3. Kontraksi Sebenarnya. Kontraksi sebenarnya terjadi menjelang persalinan. Kontraksi


berlangsung selama 40-60 detik, terjadi di setiap 10 samai 20 menit atau satu jam,
kemudian kontraksi terjadi menjadi lebih sering. Kontraksi sebenarnya akan diikuti
oleh pembukaan mulut rahim, keluarnya cairan atau lendir yang bercampur darah
yang berwarna kecoklatan yang merupakan sebagai sumbatan lendir atau mukus pada
leher rahim.

B. KONTRAKSI MASA PERSALINAN

Kontraksi di atas termasuk ke dalam kontraksi normal dan biasa terjadi pada masa
kehamilan. Dan biasanya akan merujuk pada persalinan normal.
1. Kontraksi normal yaitu :
a. Tonus otot rahim di luar his tidak seberapa tinggi lalu meningkat pada waktu
his.Pada kala pembukaan serviks ada dua fase yang digambarkan pada
servikogram menurut Friedman yaitu :
 Fase laten
 Fase aktif
b. Kontraksi otot rahim dimulai pada salah satu tanduk rahim, sebelah kanan atau
sebelah kiri, lalu menjalar ke seluruh otot rahim.
c. Fundus uteri berkontraksi lebih dulu (fundal dominan) lebih lama dari bagian -
bagian lain. Bagian tengah berkontraksi lebih lambat, singkat an tidak sekuat
fundus uteri. Bagian bawah (segmen bawah rahim) dan serviks tetap pasif atau
hanya berkontraksi sangat lemah.
d. Sifat-sifat his: lamanya, kuatnya, teraturnya, seringnya atau relaksasinya serta
sakitnya. (Hanifah Winkjosastro, 2007)

2. Pembagian –pembagian dan sifat-sifatnya :


a. Kontraksi ( his ) pendahuluan
 His tidak kuat atau tidak teratur
 Menyebabkan show
b. His pembukaan (kala I)
 His pembukaan ervik sampai terjadi lengkap 10 cm
 Mulai kuat, teratur dan sakit
c. His pengeluaran (kala II)
 Sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi, sangat lama
 His untuk mengeluarkan janin, koordinasi bersama antara : his kontraksi otot
perut, kontraksi diafragma dan ligament
d. His pelepasan uri (kala III)
 Kontraksi sedang untuk pelepasan dan melahirkan plasenta.
e. His pengiring (kala IV)
 Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri, pengecilan rahim dalam beberapa jam
atau hari. (Bagian Obstetri dan Ginekologi, 2002)

Namun ada beberapa jenis kontraksi abnormal yang terjadi menjelang persalinan,
Kelainan his terutama ditemukan pada prigmigrapida tua. Pada multipara lebih banyak
ditemukan kelainan yang bersifat inersia uteri. Faktor herrediter mungkin memegang
peranan pula dalam kelainan his. Sampai seberapa jauh factor emosi(ketakutan dan lain-
lain) mempengaruhi kelainan his. Belum ada persesuaian paham antara para ahli. Satu
sebab yang penting dalam kelainan his, khususnya inersia uteri, ialah apabila bagian
bawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus seperti misalnya pada
kelainan letak janin atau pada disproporsi sevalopelvik. Peregangan rahim yang
berlebihan pada kehamilan ganda maupun hidramnion juga dapat nerupakan penyebab
dari inersia uteri yang murni. gangguan dalam pembentukan uterus pada masa embrional,
misalnya uterus bikornis unikollis, dapat pula mengakibatkan kelainan his. Akan tetapi
pada sebagian besar kasus, kurang lebih separuhnya penyebab inersia uteri ini tidak
diketahui.

3. Jenis – Jenis Kelainan Kontraksi (HIS)

a. Pengertian
Distosia kelainan tenaga/his adalah his tidak normal dalam kekuatan / sifatnya
menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga
menyebabkan persalinan macet (Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo, 2010).

1) His Hipotonik ( Inersia Uteri )


His hipotonik disebut juga inersia uteri yaitu his yang tidak normal, fundus
berkontraksi lebih kuat dan lebih dulu daripada bagian lain. Kelainan terletak
pada kontraksinya yang singkat dan jarang. Selama ketuban utuh umumnya tidak
berbahaya bagi ibu dan janin. Hisnya bersifat lemah, pendek, dan jarang dari his
normal. Inersia uteri dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Inersia uteri primer
Bila sejak awal kekuatannya sudah lemah dan persalinan berlangsung lama
dan terjadi pada kala I fase laten.
b) Inersia uteri sekunder
Timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama dan terjadi pada
kala I fase aktif. His pernah cukup kuat tetapi kemudian melemah. Dapat
ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan. Pada bagian
terendah terdapat kaput, dan mungkin ketuban telah pecah. Dewasa ini
persalinan tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama sehingga dapat
menimbulkan kelelahan otot uterus, maka inersia uteri sekunder ini jarang
ditemukan.Kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan waktu
persalinan.

2) His Hipertonik
His hipertonik disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat. Sifat hisnya
normal, tonus otot diluar his yang biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his.
His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung
cepat (<3 jam disebut partus presipitatus).

Partus presipitatus dapat mengakibatkan kemungkinan :


a) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
b) Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan.
c) Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan dan inversio
uteri.

Tetania uteri juga menyebabkan asfeksia intra uterine sampai kematian janin
dalam rahim. Bahaya bagi ibu adalah terjadinya perlukan yang luas pada jalan
lahir, khususnya serviks uteri, vagina dan perineum. Bahaya bagi bayi adalah
terjadi perdarahan dalam tengkorak karena mengalami tekanan kuat dalam waktu
singkat.
3) His Yang Tidak Terkordinasi
Adalah his yang berubah-ubah. His jenis ini disebut Ancoordinat Hypertonic
Urine Contraction. Tonus otot meningkat diluar his dan kontraksinya tidak
berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi. Tidak
adanya kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan
his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.

b. Etiologi
Menurut Prof. dr. Sarwono Prawirohardjo (2010) penyebab inersia uteri yaitu
1) Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida
tua.
2) Inersia uteri sering dijumpai pada multigravida.
3) Faktor herediter
4) Faktor emosi dan ketakutan
5) Salah pimpinan persalinan
6) Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus,
seperti pada kelainan letak janin atau pada disproporsi sefalopelvik
7) Kelainan uterus, seperti uterus bikornis unikolis
8) Salah pemberian obat-obatan, oksitosin dan obat penenang
9) Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau hidramnion
10) Kehamilan postmatur

c. Penanganan
Dalam menghadapi persalinan yang lama oleh sebab apapun, keadaan wanita
yang bersangkutan harus diawasi dengan seksama
1) Tekanan darah (TD) diukur setiap empat jam, atau apabila ada gejala
preeklamsi pemeriksaan harus dilakukan dengan lebih sering.
2) DJJ dicatat setiap !/2 jam dalam kala I dan lebih sering dalam kala II
3) Kaji adanya kemungkinan dehidrasi dan asidosis
4) Indikasikan tindakan pembedahan dengan nercosis apabila diperlukan.
5) Pemberian makanan dalam bentuk cairan
6) Pemberian infus larutan glukosa 5% dan larutan nacl isotonic melalui IV
secara bergantian
7) Pemberian pretidin 50 mg dapat diulang untuk mengurangi nyeri Pada kala I
dapat diberikan morfin 10 mg.
8) Pemeriksaan dalam dapat dilakukan dengan meminimalkan resiko infeksi
9) Perhatikan keadaan ketuban sudah pecah atau belum

 Inersia Uteri
Periksa keadaan serviks, presentasi dari posisi janin, turunnya bagia terbawah
janin dan keadaan panggul. Kemudian menentukan sikap dan tindakan yang akan
dikerjakan. Misalnya pada letak kepala :
1) Berikan oksitosin drips 5-10 saruan dalam 500 cc dekstrosa 5% dimulai
dengan 12 tetes per menit. tujuannya supaya serviks dapat membuka.
2) Pemberian oksitosin tidak usah terus-menerus, sebab apabila setelah beberapa
lama pemberian oksitosin tidak memperkuat his maka sebaiknya pemberian
oksitosin dihentikan dan ibu dianjurkan untuk istirahat. pada malam hari
pemberian obat penenang, misalnya valium 10 mg dan keesokan harinya
dapat diulang lagi dengan pemberian oksitosin.
3) Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvis maka sebaiknya
dilakukan SC
4) Bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi inersia sekunder, ibu lemah, dan
partus telah berlangsung lebih dari 24 jam pada prigmagravida dan lebih dari
18 jam pada multigravida, pemberian oksitosin drips tidak perlu dilakukan.
sebaiknya partus segera diselesaikan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan
indikasi obstetric lainnya (ekstrasi vakum atau forsep atau SC)

 Uteri His Terlalu Kuat (Tetania)


1) Berikan obat seperti morfin, luminal, dan sebagainya jika diindikasikan
janin tidak akan lahir dalam waktu dekat (4-6 jam)
2) Bila ada tanda-tanda obstruksi, persalinan harus segera diselesaikan
dengan SC
3) Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena janin
lahir dengan tiba-tiba.
4) Pada wanita yang berisiko mengalami partus presipitatus berulang,
sebaiknya wanita dirawat sebelum persalinan. Sehimgga pengawasan
dapat dilakukan dengan baik.pada waktu persalinan, keadaan diawasi
dengan cermat dan episiotomy dilakukan pada waktu yang tepat untuk
menghindari terjadinya rupture perinea.

 Incoordinate Uterine Action


1) Untuk mengurangi rasa sakit, berikan obat-obatan anti sakit dan penenang
(sedative analgesik) seperti morfin, petidin dan valium.
2) Apabila persalinan sudah berlangsung lama dan berlarut-larut,
selesaikanlah partus menggunakan hasil pemeriksaan dan hasil evaluasi,
dengan ekstraksi vakum, forssep dan SC. (Hanifah Winkjosastro, 2005)

http://www.scribd.com/doc/94416067/GANGGUAN-KEHAMILAN#download

6. Apa saja px penunjang pada skenario?


Pemeriksaan leopold
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis ditujukan untuk memeriksa pintu atas panggul digunakan
diameter anteroposteriot, diameter interspinosus digunakan untuk mengukur luas dari
tulang tengah dan diameter intertuberous digunakan untuk mengukur pintu bawah
panggull. Sudur yang semput dibawah 900 dapat dikatakan sebagai panggul sempit.
Selain daripada itu perlu juga dinilai seberapa besar ukuran kepala janin dan
perkiraan dapat atau tidaknya melewati jalan lahir pervaginum.

Pengunaan x-ray tidak dapat digunakan sendirian untuk menentukan apakah adanya
jalan lahir yang terganggu atau kemungkinan terjadinya CPD. Pengunaan x-ray juga
sudah jarang sekali digunakan karena efek ionisasi dari sinar x sendiri sangat
berbahaya pada janin karena pertumbuhan sel-sel janin yang cepat. Oleh karena itu
pengunaan x-ray sudah tidak dianggap bernilai untuk menentukan dapat atau
tidaknya janin dilahirkan pervaginum.

Keuntungak pengunaan CT pelvimetri sangat jauh berbeda dibandingkan dengan x-


ray, perbedaannya adalah dengan kurangnya jumlah radiasi yang mengenai janin,
akurasi yang lebaih baik dan penilalian yang lebih mudah. Dengan pengunaan x-ray
pelvimetri gonad menerima radiasi sebesar 885mrad, sedangkan pada pengunaan CT,
jumlah radiasi sangat tergantung pada alat yang digunakan, jumlah radiasi yang
terkena biasanya antara 250 sampai 1500mrad.

Keuntungan pengunaan MR pelvimetri yang utama adalah tidak adanya radiasi


pengion, pengukuran yang lebih akurat, dapat menentukan gambar dari bayi, dan
dapat digunakan untuk mengevaluasi adanya distosia dari jaringan lunak. Pengunaan
MRI adapat digunakan untuk mengukur ukuran pelvis dan volume kepala bayi yang
sangat berguna untuk menentukan dan memastikan adanya indikasi kuat untuk sectio
secaria. Kelemahan yang sangat utama dari pengunaan MR pelvimetri adalah biaya
yang masih tinggi untuk melakukan pemeriksaan ini.

Mengukur ukuran kepala janin untuk memprediksi adanya fetopelvic disproportion


terbukti sangat mengecewakan. Pemeriksaan utuk mengukur besar kepala janin
adalah dengan menghitung diameter dari alis janin sampai dengan subociputal.
Pengukuran sendiri biasanya dilakukan dengan mengunakan CT scan ataupun MRI
karena pengukuran dengan mengunakan X-ray akan menyebabkan distorsi paralax.
Pengukuran dari diameter biparietal dan lingkar kepala dapat dihitung dengan
mengunakan USG dan ukuran ini dapat digunakan untuk memberikan informasi dan
membantu dalam menatalaksana distosia. Selain daripada itu pengukuran fetal pelvic
indeks dapat digunakan untuk melihat apakan adanya komplikasi dalam persalinan.
Sayangnya sensifitas dari penghitungan cephalopelvic disproportion sangat rendah.
Dan sampai saat ini belum ada penelitian maupun metode yang akurat untuk
memprediksi adanya fetopelvic disproportion hanya berdasarkan ukuran kepala
janin. Penentuan adanya FPD ataupun CPD hanya dapat ditetapkan dengan
pengukuran dengan CT, MRI dan temuan klinis.

http://www.scribd.com/doc/59856124/Pbl-25-Distosia-Et-Causa-CPD-Pata

7. Apa dampak persalinan yang lama pada ibu dan janin?

Komplikasi Persalinan yang Terjadi Pada Partus Tak Maju


a.Ketuban pecah dini
Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup dengan
sempurna oleh janin ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil.
Bila kepala tertahan pada pintu atas panggul, seluruh tenaga dari uterus diarahkan ke bagian
membran yang menyentuh osinternal, akibatnya ketuban pecah dini lebih mudah terjadi.

b.Pembukaan serviks yang abnormal


Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali karena kepala janin tidak dapat
turun dan menekan serviks. Pada saat yang sama, dapat terjadi edema serviks sehingga kala satu
persalinan menjadi lama.
Namun demikian kala satu dapat juga normal atau singkat, jika kemacetan
persalinan terjadi hanya pada pintu bawah panggul. Dalam kasus ini hanya
kala dua yang menjadi lama. Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami ketoasidosis
dan dehidrasi.
Seksio Caesarea perlu dilakukan jika serviks tidak berdilatasi. Sebaliknya, jika serviks berdilatasi
secara memuaskan, maka ini biasanya menunjukan
bahwa kemacetan persalinan telah teratasi dan kelahiran pervaginam mungkin bisa dilaksanakan
(bila tidak ada kemacetan pada pintu bawah panggul).

c.Bahaya ruptur uterus


Ruptur uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu
dari kedaruratan obstetrik yang berbahaya dan hasil akhir dari partus tak maju yang tidak
dilakukan intervensi. Ruptur uterus menyebabkan angka kematian ibu berkisar 3-15% dan angka
kematian bayi berkisar 50%.
Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar, janin
akan didorong ke segmen bawah rahim melalui kontraksi. Jika kontraksi
berlanjut, segmen bawah rahim akan merengang sehingga menjadi berbahaya
menipis dan mudah ruptur. Namun demikian kelelahan uterus dapat terjadi
sebelum segmen bawah rahim meregang, yang menyebabkan kontraksi
menjadi lemah atau berhenti sehingga ruptur uterusberkurang.

Ruptur uteruslebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi, pada nulipara terutama jika uterus
melemah karena jaringan parut akibat riwayat seksio caesarea. Ruptur uterusmenyebabkan
hemoragi dan syok, bila tidak dilakukan penanganan dapat berakibat fatal.

d.Fistula
Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian
kandung kemih, serviks, vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin
dan tulang-tulang pelvis mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat kerusakan sirkulasi,
oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini menjadi tidak adekuat sehingga terjadi nekrosis, yang
dalam beberapa hari diikuti dengan pembentukan fistula. Fistula dapat berubah vesiko-vaginal
(diantara kandung kemih dan vagina), vesiko-servikal (diantara kandung kemih dan serviks) atau
rekto-vaginal (berada diantara rektum dan vagina). Fistula umumnya terbentuk setelah kala II
persalinan yang sangat lama dan biasanya terjadi
pada nulipara, terutama di negara-negara yang kehamilan para wanitanya dimulai pada usia dini.

e.Sepsis puerferalis
Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi
setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari setelah
persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis, demam 38,50c atau lebih
yang diukur melalui oral kapan saja cairan vagina yang abnormal, berbau busuk dan
keterlambatan dalam kecepatan
penurunan ukuran uterus.

Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus
partus lama dan partu tak maju terutama karena selaput ketuban pecah dini.
Bahaya infeksi akan meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang

Pengaruh Partus tak maju Pada Bayi

a.Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala


Akibat tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput suksedaneum yang besar atau pembengkakan
kulit kepala sering kali terbentuk pada bagian
kepala yang paling dependen dan molase (tumpang tindih tula
ng-tulang kranium) pada kranium janin mengakibatkan perubahan pada bentuk kepala.
Selain itu dapat terjadi sefalhematoma atau penggumpalan darah di bawah batas tulang kranium,
terjadi setelah lahir dan dapat membesar setelah lahir.

b.Kematian Janin
Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung
lebih dari 24 jam maka dapat mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang
berlebihan pada plasenta dan korda umbilikus.
Janin yang mati, belum keluar dari rahim selama 4-5 minggu mengakibatkan pembusukan
sehingga dapat mencetuskan terjadinya koagulasi intravaskuler diseminata (KID) keadaan ini
dapat mengakibatkan hemoragi, syok dan kematian pada maternal.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter%20II.pdf

8. Hubungan usia dan tinggi badan terhadap persalinan?


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35143/5/Chapter%20I.pdf

Usia 30 tahun ???


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25255/4/Chapter%20II.pdf

9. Hubungan antara berat badan janin dengan persalinan?

Pertumbuhan janin yang besar


janin besar adalah yang BB melebihi 4500 gram.
prognosis:
pada panggul normal janin dgn BB 4000-4500 gr umumnya tidak menimbulkan
kesulitan dalam persalinan. Distosia akan diperoleh bila janin lebih dari 4500-
5000 gr atau kepala yang sudah keras dan bahu yang lebar. Apabila CPD ini
dibiarkan makaa terjadi kesulitan baik pada ibu maupun pada janin.
( Sinopsis Obstetri, Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH )
Penanganan :
a) Pada CPD dilakukan seksio sesarea
Pada kesukaran melahirkan bahu dan janin hidup dilakukan episiotomi yang
cukup lebar atau bahu diperkecil dengan mlakukan kleidotomi unilateral auat
bilateral. Setelah dilahirkan dijahit kembali dengan baik dan untuk cedera
post kleidotominya dikonsulkan ke bagian bedah.
( Sinopsis Obstetri, Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH )

10. Cara membaca partograf dan apa saja yg bisa dilihat??


PARTOGRAF

 Alat bantu digunakan selama persalinan


 Alat bantu pada kehamilan  gravidogram

TUJUAN

1. Kemajuan persalinan
2. Berjalan normal atau ada penyimpangan

TUJUAN LAIN

Memantau kondisi ibu dan janin


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28084/4/Chapter%20II.pdf

11. promontorium teraba, linea innominata teraba 1/3 lingkaran, dan spina ischiadica
menonjol, indikasinya apa?
DJJ: 13-13-13ànormalàfetal distress (-).
His:
2-3/10 menitànormal
Durasi: 30-40 detik, disertai relaksasiànormalàinersia uteri (-).
TBJ: 4000 gramàmakrosemiaàpartus macet
Pembukaan 4 cm, eff. 30%, >10 jamàfase aktif kala 1 memanjang.
Bagian terbawah janin: tahanan memanjangàpunggung janinàletak
lintangàpartus macet.
Tdk ada bag. yg menumbung maupun berdenyutàtdk ada lilitan tali
pusatàfetal distress (-).
Portio oedem (+)àakibat dari portio terjepit antara kepala (bagian terendah)
dan panggul.
Promontorium teraba, linea innominata teraba 1/3 lingkaran, spina ischiadica
menonjolàadanya penyempitan panggul.
Pada panggul normal: promontorium tdk teraba, linea innominata teraba <1/3
lingkaran, spina ischiadica tdk menonjol.
Wiknjosastro, H. (Ed.). (2007). Ilmu Kebidanan (kesembilan ed.).
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

12. Hubungan letak lintang dorsoinferior dengan persalinan?

Letak: lintang dorsoinferioràpartus macet


Penyebab:
Relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi Wanita dengan
paritas 4 atau lebih memiliki insiden letak lintang 10 kali lipat disbanding wanita nullipara.
Relaksasi dinding abdomen pada perut gantung menyebabkan uterus jatuh ke depan,
sehingga menimbulkan defleksi sumbu panjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir, yang
menyebabkan terjadinya posisi oblik atau melintang.
Janin prematur
Plasenta previa
Cairan amnion berlebih (hidramnion) dan kehamilan kembar
Panggul sempit dan tumor di daerah panggul
kelainan bentuk rahim seperti uterus arkuatus atau uterus subseptus
Wiknjosastro, H. (Ed.). (2007). Ilmu Kebidanan (kesembilan ed.). Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Cunningham, G., Gant, N. F., Leveno, K. J., Gilstrap III, L., Hauth, J. C., &
Wenstrom, K. D. (2006). Obstetri William (21 ed., Vol. 1). Jakarta: EGC.
Obstetri Patologi. (1984). Bandung: Bag. Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD
Bandung.
Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. Pengantar
Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2007.
 

Keterangan :

VL : Versi Luar

VE : Versi Ekstraksi
13. DD?
Distosia (diatas sudah)
14. Penatalaksanaan?

15. Indikasi SC:

a. Indikasi medis:

i. Power: daya mengejan lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit


menahun lain yang mempengaruhi tenaga.

ii. Passanger: anak terlalu besar, anak “mahal” dengan kelainan letak lintang,
primi gravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan terlalu
lama pada pintu atas panggul, dan anak menderita fetal distress syndrome
(denyut jantung janin kacau dan melemah).

iii. Passage: Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius
pada jalan lahir atau pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang
diduga bisa menular ke anak, umpamanya herpes kelamin (herpes
genitalis), condyloma lota (kondiloma sifilitik yang lebar dan pipih),
condyloma acuminata (penyakit infeksi yang menimbulkan massa mirip
kembang kol di kulit luar kelamin wanita), hepatitis B dan hepatitis C.

(Dewi Y, 2007, hal. 11-12)

1. Indikasi Ibu:

a. Usia: 35 th atau > 40 th.

b. Tulang Panggul: Cephalopelvic diproportion (CPD).


c. Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea

d. Faktor Hambatan Jalan Lahir

e. Kelainan Kontraksi Rahim

f. Ketuban Pecah Dini

g. Rasa Takut Kesakitan

2. Indikasi janin:

a. Ancaman Gawat Janin (fetal distress)

b. Bayi Besar (makrosemia)

c. Letak Sungsang

d. Faktor Plasenta

e. Kelainan Tali Pusat

(Cendika, dkk. 2007, hal. 126).

 Partus percobaan:

 Persalinan percobaan atau trial of labor berasal dari dua kata yaitu trial yang
berarti telah mencoba, dan labor yang berarti persalinan. Oleh itu, persalinan
percobaan di sini bermaksud melakukan suatu persalinan normal di mana ada
keraguan apakah kepala janin akan melewati pintu atas panggul. Hal ini terjadi
pada wanita yang panggulnya relatif sempit yaitu panggul dengan ukuran
konjugata vera antara 8,5 – 10 cm. Semua situasi dalam persalinan percobaan
harus dipantau dan dinilai secara hati-hati untuk menghindari gawat janin atau
ibu.

 Persalinan percobaan adalah percobaan persalinan yang dilakukan untuk


membuktikan apakah persalinan dapat berlangsung per vaginam atau harus
dilakukan melalui seksio sesarea dengan memperhatikan penurunan kepala janin
dan terjadinya moulage kepala janin terhadap panggul ibu. Persalinan percobaan
hanya dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal yang penting yaitu
persalinan hanya dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi, dilakukan
setelah persalinan dimulai, dilakukan hanya pada letak kepala dan tidak boleh
dilakukan pada kehamilan lewat waktu. Alasan untuk ketentuan terakhir ini
adalah kepala janin bertambah besar dan lebih sukar untuk mengadakan moulage.
Selain itu, janin pada kehamilan lebih tua memiliki disfungsi plasenta yang
mungkin kurang mampu untuk untuk mengatasi kesukaran yang dapat timbul
pada persalinan percobaan.

 Pemilihan kasus-kasus untuk persalinan percobaan harus dilakukan dengan


cermat. Semua kondisi ibu yang merupakan indikasi untuk seksio sesarea elektif
merupakan kontraindikasi untuk persalinan percobaan. Adapun indikasi seksio
sesarea elektif adalah disporposi janin-panggul, gawat janin, plasenta previa,
riwayat seksio sesarea sebelumnya, kelainan letak janin, incoordinate uterine
action, pre eklampsia dan hipertensi.

Dalam istilah bahasa Inggris, ada 2 macam persalinan percobaan yaitu:

1. Trial of labor: serupa dengan persalinan percobaan yang diterangkan di atas

2. Test of labor: merupakan fase terakhir dari trial of labor. Dimulai pada saat pembukaan
sudah lengkap dan berakhir satu jam sesudahnya. Jika dalam 1 jam setelah pembukaan
lengkap dan kepala turun sampai Hodge III, test of labor dikatakan berhasil. Tetapi
apabila upaya persalinan buatan per vaginam gagal, berlaku ketentuan seperti pada partus
percobaan. Test of labor jarang dilakukan lagi karena sering kali pada panggul sempit
pembukaan tidak sampai lengkap dan resiko kematian janin terlalu tinggi.

 Sastrawinata, S., Martaadisoebrata D., Wirakusumah F., Obstetrik Patologi


Edisi 2. Fakultas

 Kedokteran Universitas Padjajaran. Jakarta: EGC, 2004. Peel J,


Chamberlain G. Caesarean Section in BJOG: An International Journal of
Obstetrics and Gynecology Vol. 75 Issue 12, December 1968, pg 1282-1286.

Anda mungkin juga menyukai