Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN

Partus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup ke dunia luar dari
rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.

Partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak
menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar paksi selama 2
jam terakhir.

Penyebab partus tak maju antara lain adalah kelainan letak janin, kelainan panggul,
kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin besar atau ada kelainan kongenital, primitua,
perut gantung, grandmulti dan ketuban pecah dini. Penatalaksanaan pada partus tak maju
salah satunya dengan melakukan sectio caesaria. Pengaruh partus tak maju pada bayi antara
lain perubahan tulang-tulang cranium dan kulit kepala serta kematian janin. Pada kasus
persalinan macet aatau tidak maju akan ditemukan tanda-tanda kelelahan fisik dan mental
yang dapat diobservasi dengan : dehidrasi dan ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut
kering), demam, nyeri abdomen.

Partus tak maju sering terjadi akibat terlalu banyak anak, partus pada usia dini atau
lanjut, jarak persalinan terlalu rapat, kehamilan pertama yang dikaitkan terjadinya CPD
(Chepalo Pelvis Disproporsi), tinggi badan < 150 cm, ukuran panggul yang kecil, riwayat
persalinan jelek dan petugas kesehatan tidak terlatih untuk mengenali persalinan macet yang
menyebabkan tingginya risiko kematian bayi.10 Penyebab utama lahir mati adalah gangguan
persalinan (25%), partus tak maju (19%), masalah kesehatan ibu menjelang persalinan (13%)
dan malpresentasi (12%). Partus tak maju akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga,
dehidrasi pada ibu, kadang dapat terjadi atonia uteri yang dapat mengakibatkan pendarahan
postpartum

1 | Page

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses fisiologik dimana uterus mengeluarkan atau berupaya
mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan 20 minggu atau lebih dapat hidup
diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan.

2. Pembagian Persalinan
Menurut cara persalinan dibagi menjadi :
A. Persalinan biasa atau normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada kehamilan
cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak memanjang, presentasi
belakang kepala yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses
kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tindakan/pertolongan
buatan dan tanpa komplikasi.
B. Persalinan abnormal adalah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat maupun
melalui dinding perut dengan operasi caesarea.

3. Faktor-Faktor Dalam Persalinan


Ada beberapa faktor yang berperan dalam persalinan yaitu :
A. Tenaga atau Kekuatan (power) ; his (kontraksi uterus), kontraksi otot dinding perut,
kontraksi diafragma pelvis, ketegangan, kontraksi ligamentum rotundum, efektivitas
kekuatan mendorong dan lama persalinan.
B. Janin (passanger) ; letak janin, posisi janin, presentasi janin dan letak plasenta.
C. Jalan Lintas (passage) ; ukuran dan tipe panggul, kemampuan serviks untuk
membuka, kemampuan kanalis vaginalis dan introitus vagina untuk memanjang
D. Kejiwaan (psyche) ; persiapan fisik untuk melahirkan, pengalaman persalinan,
dukungan orang terdekat dan intregitas emosional.

2 | Page

4. Tanda Persalinan
A. Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki
bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala pendahuluan (preparatory
stage of labor). Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu terlihat,
karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan.
Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri menurun.
Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawah janin.
Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah
dari uterus (false labor pains).
Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa
bercampur darah (bloody show).
B. Tanda In-Partu
Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan
kecil pada serviks.
Dapat disertai ketuban pecah dini.
Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan terjadi pembukaan serviks.

5. Tahap Persalinan
Tahap persalinan meliputi 4 fase/kala :
Kala I : Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks membuka sampai terjadi
pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks dibagi atas 2 fase :
Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam,
pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2
jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase
deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan
dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida
kala I berlangsung kira-kira 12 jam sedang pada multigravida 8 jam. Pembukaan
primigravida 1 cm tiap jam dan multigravida 2 cm tiap jam.

3 | Page

Kala II : Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan
janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung 1,5 jam pada primigravida
dan 0,5 jam pada multipara.
Kala III : Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Prosesnya
6-15 menit setelah bayi lahir.
Kala IV : Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1 jam, hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum. Observasi yang
dilakukan melihat tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital
(tekanan darah, nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan.

6. Bentuk Panggul Wanita


Panggul menurut morfologinya dibagi 4 yaitu :
A. Panggul ginekoid
Jenis panggul yang paling banyak pada wanita normal, mempunyai diameter terbaik
untuk lahirnya janin tanpa komplikasi. Pintu atas panggul tampak berbentuk bulat atau
agak lonjong/ellips. Diameter transversal dari bidang pintu atas panggul (pap) lebih
panjang sedikit dari diameter antero-posterior dan hampir seluruh daerah pap
merupakan ruangan yang terpakai untuk kepala janin. Dilihat dari bidang pintu atas
panggul, panggul menyerupai silinder tanpa penyempitan dari bidang pintu atas
panggul sampai bidang pintu bawah panggul. Bentuk panggul ini ditemukan pada 45%
wanita.
B. Panggul anthropoid
Panggul yang memiliki suatu bentuk agak lonjong seperti telur, pada bidang pintu atas
panggul dengan diameter terpanjang antero-posterior. Oleh karena segmen posterior
panjang dan sempit, kepala janin tegak lurus terhadap diameter transversal dari pintu
atas panggul. Arkus pubis sempit dan lebarnya kurang dari 2 jari, sehingga
menyebabkan penyempitan pintu bawah panggul. Bentuk panggul ini ditemukan pada
35% wanita.

4 | Page

C. Panggul android
Panggul mirip laki-laki, mempunyai reputasi jelek dan lebih jarang dijumpai dibanding
bentuk ginekoid. Panggul android ditandai oleh daerah segmen posterior yang sempit
dengan ujung sakrum menonjol ke depan dan segmen anterior relatif panjang. Dilihat
dari pintu atas panggul tampak seperti bentuk segitiga, tulang-tulang dari panggul
android umumnya berat sehingga ruangan untuk penurunan kepala juga terbatas. Spina
iskiadika menonjol ke dalam jalan lahir dan pintu bawah panggul menunjukan suatu
arkus pubis yang menyempit. Bentuk panggul ini ditemukan pada 15% wanita.
D. Panggul platipelloida
Panggul berbentuk datar dengan tulang-tulang yang lembut, jenis panggul ini paling
jarang dijumpai dan jumlahnya kurang dari 5% ditemukan pada wanita. Pintu atas
panggul lebih jelas terlihat dimana menunjukan pemendekan dari diameter anteroposterior, sebaliknya diameter transversal lebar. Penyempitan panggul tengah bukanlah
suatu masalah, karena arkus pubis sangat lebar dan sakrum pendek mengarah
kebelakang, maka distosia pada pintu bawah panggul jarang terjadi.

5 | Page

7. Cephalopelvic Disproportion (CPD)


Disproportion (CPD) adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara
kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi
sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.
Ada 2 definisi panggul sempit, yaitu secara anatomi dan secara obstetri. Secara anatomi
berarti panggul yang satu atau lebih ukuran diameternya berada di bawah angka normal
sebanyak 1 cm atau lebih. Pengertian secara obstetri adalah panggul yang satu atau lebih
diameternya kurang sehingga mengganggu mekanisme persalinan normal. Faktor yang
mempengaruhi ukuran dan bentuk panggul :

Perkembangan : bawaan lahir atau keturunan.


Suku bangsa.
Nutrisi: gangguan gizi (malnutrisi)
Faktor hormon: kelebihan androgen menyebabkan panggul jenis android.
Metabolisme: ricketsia dan osteomalasia.
Trauma, penyakit atau tumor tulang panggul, kaki dan tulang belakang.
Wanita dengan tinggi kurang dari 1,5 meter dicurigai panggul sempit (ukuran
barat).

6 | Page

Pada pemeriksaan kehamilan, terutama kehamilan anak pertama, kepala janin


belum masuk pintu atas panggul di 3-4 minggu terakhir kehamilan. Bisa juga
ditemukan perutnya seperti pendulum serta ditemukan kelainan letak bayi.

Pada kehamilan pertama, biasanya dilakukan pemeriksaan kapasitas rongga panggul pada
usia kehamilan 38-39 minggu, baik secara klinis (dengan periksa dalam /VT) atau dengan alat
seperti jangka ataupun radio diagnostik (X-ray, CT-scan atau Magnetic resonance imaging
(MRI). Berikut ini adalah cara untuk menilai panggul sempit secara klinis (dengan
pemeriksaan dokter tanpa alat) :
Metode Pinard

Pasien mengosongkan kandung kemih dan rektum.


Pasien dalam posisi semi duduk.
Tangan kiri mendorong kepala bayi kearah bawah belakang panggul sementara jari
tangan kanan di posisikan di tulang kemaluan (simfisis) untuk mendeteksi ketidak
seimbangan kepala dengan jalan lahir (disproporsi).

Metode Muller Kerr

Metode ini lebih akurat dalam mendeteksi disproporsi kepala dengan jalan lahir.
Pasien mengosongkan kandung kemih dan rektum.
Posisi berbaring telentang.
Tangan kiri mendorong kepala ke dalam panggul dan jari tangan kanan dimasukkan ke
dalam vagina (VT) dan jempol kanan diletakkan di tulang kemaluan

Derajat panggul sempit ditentukan oleh ukuran/jarak antara bagian bawah tulang kemaluan
(os pubis) dengan tonjolan tulang belakang (promontorium). Jarak ini dinamakan konjugata
vera (garis merah pada gambar di bawah ini). Dikatakan sempit Ringan: jika ukurannya 9-10
cm, Sempit sedang: 8-9 cm, sempit berat: 6-8 cm dan sangat sempit jika kurang dari 6 cm.
Untuk panggul sempit ringan masih bisa dilakukan persalinan percobaan sedangkan mulai
sempit sedang dan seterusnya dilakukan persalinan dengan operasi cesar.

7 | Page

8. Penatalaksanaan

A. Seksio sesarea
Seksio sesarea dapat dilakukan secar elektif atau primer, yakni sebelum persalinan
mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder, yakni sesudah persalinan
berlangsung selama beberapa waktu.
seksio sesarea elektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan cukup
bulan karena kesempitan panggul yang cukup berat, atau karena terdpat disproporsi
sefalopelvik yang nyata. Selain itu seksio tersebut diselenggarakan pada kesempitan
ringan apabila ada factor-faktor lain yang merupakan komplikasi, seperti primigrvida
tua, kelainan letak janin yang tidak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang
mengalami masa infertilitas yang lama, penyakit jantung dan lain-lain.
Seksio sesarea sekundar dilakukan karena persalinan percobaan dianggap gagal, atau
karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin, sedang syaratsyarat untuk persalinan per vaginam tidak atau belum dipenuhi.

B. Persalinan percobaan
Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada hamil tua
diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul dalam semua bidang
dan hubungan antara kepala janin dan panggul, dan setelah dicapai kesimpulan bahwa
ada harapan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginam dengan selamat, dapat
diambil keputusan untuk menyelenggarakan persalinan percobaan. Dengan demikian
persalinan ini merupakan suatu test terhadap kekuatan his dan daya akomodasi,
termasuk moulage kepala janin; kedua fakto ini tidak dapat diketahui sebelum
persalinan berlangsung selama beberapa waktu.
Pemilihan kasus-kasus untuk persalinan percobaan harus dilakukan dengan cermat. Di
atas sudah dibahas indikasi-indikasi untuk seksio sesarea elektif; keadaan-keadaan ini
dengan sendirinya merupakan kontra indikasi untuk persalinan percobaan. Selain itu,
janin harus berada dalam presentasi kepala dan tuanya kehamilan tidak lebih dari 42
minggu. Karena kepala janin bertambah besar serta lebih sukar mengadakan moulage,
dan berhubung dengan kemungkinan adanya disfungsi plasenta, janin mungkin kurang
mampu mengatasi kesukaran yang dapat timbul pada persalina percobaan. Perlu
disadari pula bahwa kesempitan panggul dalam satu bidang, seperti pada panggul picak,
lebih menguntungkan daripada kesempitan dalam beberapa bidang. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu:

8 | Page

Pengawasan terhadap keadaan ibu dan janin. Pada persalina yang agak lama
perlu dijaga agar tidak terjadi dehidrasi dan asidosis
Pengawasan terhadap turunnya kepala janin dalam rongga panggul. Karena
kesempitan pada panggul tidak jarang dapat menyebabkan gangguan pada
pembukaan serviks
Menentukan berapa lama partus percobaan dapat berlangsung

C. Simfisiotomi
Simfisotomi ialah tindakan untuk memisahkan tulang panggul kiri dari tulang panggul
kanan pada simfisis agar rongga panggul menjadi lebih luas. Tindakan ini tidak banyak
lagi dilakukan karena terdesak oleh seksio sesarea. Satu-satunya indikasi ialah apabila
pada panggul sempit dengan janin masih hidup terdapat infeksi intrapartum berat,
sehingga seksio sesarea dianggap terlalu berbahaya.

D. Kraniotomi
Pada persalinan yang dibiarkan berlarut-berlarut dan dengan janin sudah meninggal,
sebaiknya persalina diselesaikan dengan kraniotomi dan kranioklasi. Hanya jika
panggul demikian sempitnya sehingga janin tidak dapat dilahirkan dengan kraniotomi,
terpaksa dilakukan seksio sesarea.

9. Prognosis
Apabila persalinan dengan disproporsi sefalopelvik dibiarkan berlangsung sendiri tanpa
pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya bagi ibu dan janin.
-

Bahaya bagi ibu

Partus lama seringkali disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil, dapat
menimbulkan dehidrasi serta asidosis, dan infeksi intrapartum. Dengan his yang kuat,
sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan, dapat timbul regangan segmen bawah
uterus dan pembentukan lingkaran retraksi patologik. Keadaan ini terkenal dengan
nama rupture uteri mengancam; apalagi jika tidak segera diambil tindakan untuk
mengurangi regangan maka akan timbul rupture uteri (robek uterus). Dengan persalinan
tidak maju karena disproporsi sefalipelvik, jalan lahir pada suatu tempat mengalami
tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang panggul. Hal itu menimbulkan
gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya iskemia dan kemudian nekrosis pada
tempat tersebut. Beberapa hari post partum akan terjadi fistula vesikoservikalis, atau
fistula vesikovaginalis, atau fistula rektovaginalis.

9 | Page

Bahaya bagi janin

Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal,apalgi jika ditambah dengan infeksi
intrapartum. Prolapsus funikuli, apabila terjadi, mengandung bahaya yang sangat besar
bagi janin dan harus diusahakan kelahirannya dengan segera apabila ia masih hidup.
Dengan adanya disproporsi sefalopelvik kepala janin dapat melewati rintangan pada
panggul dengan mengadakan moulage. Moulage dapat dialami oleh kepala janin tanpa
akibat ynag jelek sampai batas-batas tertentu, akan tetapi apabila batas-batas tersebut
terlampaui, terjadi sobekan padatentorium serebelli dan perdarahan intracranial
Selanjutnya tekanan oleh promontorium terkadang oleh simfisis pada panggul picak
menyebabkan perlukaan pada jaringan di atas tulang kepala janin, selain itu dapat
pulabmenimbulkan fraktur pada os parietalis.

10 | P a g e

BAB III ILUSTRASI KASUS

Identitas pasien
No rekam medik

: 113197

Masuk

: 27 - 02 - 2015 pukul 16:30

Nama

: Ny.N

Umur

: 28 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Guru

Alamat

: Air Tiris

Agama

: Islam

Anamnesis : Autoanamnesis
Keluhan Utama : Pasien G1P0A0H0 gravid aterm datang dengan keluhan keluar air/vagina
sejak 07:30 kemarin.
Riwayat Penyakit Sekarang : Seorang ibu G1P0A0H0 gravid aterm datang ke UGD RSUD
Bangkinang dengan keluhan keluar keluar air/vagina sejak 07:30 kemarin. P/V (+) Darah
tidak terlalu banyak, tidak bercampur lendir. Nyeri pinggang menjalar keari-ari sejak 2 hari
yang lalu, blood slem (-), Pusing (-), mual (-), muntah (-), HPHT 24 - 5 - 2014
Riwayat Hamil Muda : Mual (+), Muntah (+), Pusing (+), Perdarahan (-)
Riwayat Hamil Tua : Mual (-), Muntah (-), Pusing (-), Perdarahan (-)
Riwayat Pre Natal Care : Pasien rutin periksa kehamilan dibidan, selama hamil sudah
periksa 8 kali. Tidak pernah USG.
Riwayat Haid : Menarche usia 13 tahun, teratur, lama 5-7 hari, nyeri berlebihan saat
menstruasi tidak ada. HPHT 24 - 5 - 2014
Riwayat Kehamilan/R.Abortus/R.Persalinan : Ini kehamilan pertama
Riwayat KB : Menggunaka kontrasepsi suntik 1 bulan sekali selama 5 tahun
Riwayat perkawinan : Pasien menikah saat usia 20 tahun, ini pernikahan yang pertama dan
lama pernikahan 8 tahun.

11 | P a g e

Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Hipertensi (-), Riwayat DM (-), Riwayat Asma (-),
Riwayat Alergi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat Hipertensi (+), Riwayat DM (-), Riwayat Asma (-),
Riwayat Alergi (-)
RSE dan Kebiasaan : Pasien merupakan seorang guru, dan suami yang bekerja swasta

Pemeriksaan Fisik :
Status Generalis :
Keadan umum : Baik
Kesadaran

: Composmentis

Vital sign

: TD = 120/80

Gizi

: Baik

Berat Badan

: 85 kg

R = 20x/menit

N = 96x/menit

T= 36,2oC

Tinggi Badan : 160 cm


Kepala : Bentuk Normal
Mata : Konjungtiva Anemis, Sclera Tidak Ikterik
Hidung : Septum Nasi tidak ada deviasi, Secret (-)
Telinga : Tidak terdapat deformitas, Secret (-)
Mulut : Bibir normal, sedikit pucat, tidak sianosis, mukosa mulut lembab, tidak hiperemis
Tenggorokan : Tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pemembesaran kelenjar getah
bening, Trakea berada ditengah ditengah
Thorax:
Paru-Paru :
I

: simertris kiri dan kanan

Pa

: gerak nafas simetris

Pr

: sonor pada kedua paru

Au

: vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

12 | P a g e

Jantung :
I

: tidak tampak pulsasi ictus cordis

Pa

: teraba pulsasi ictus cordis pada ICS V, 1 cm linea midclavicula sinistra

Pr
: batas jantung kanan ICS:III, IV,V linea sternalis dextra, batas kiri ICS V, 1-2 cm
disebelah medial midclavicula sinistra
Au

: bunyi jantung regular, murmur (-),gallop (-)

Abdomen :
I

: Perut cembung, striae (+)

Pr

: Timpani

Pa

: Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-)

Au

: Bising usus (+) normal

Ekstremitas : tidak tampak deformitas, akral hangat pada keempat ekstremitas, tidak ada
edema pada keempat ekstremitas

Status Obstetrikus
Muka : Cloasma Gravidarum (+)
Mammae
: tidak ada kelainan, pembengkakan (-), massa (-), agak tagang, konsistensi
kenyal, nipple discharge (-)
Abdomen :
I

: perut membuncit sesuai usia kehamilan, striae gravidarum (+)

Pa
detik

: teraba massa bulat lunak, TFU 33 cm, janin letak obliqua, His 2x10 menit selama 40

Au

: DJJ (+) 144x/i

Genital Eksterna :
Inspeksi/Palpasi

: v/u tenang,pembengkakan (-), nyeri (-)

Genital Interna/pemeriksaan dalam :


Inspekulo

: tidak dilakukan

VT/Bimanual Palpasi :
13 | P a g e

Panggul dalam: Promontorium teraba, Linea Innominata teraba 1/3 kanan-1/3 kiri, Sakrum
konkav, Spina Iskiadika tajam, Arkus Pubis lebih 900, Os.Koksigis mobile
Janin

: Letak Obligua

Porsio

: Pembukaan 1 cm, Penipisan -, Konsistensi lunak

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
Darah Rutin :
- Hb

: 10,8 gr/dl

- Leukosit

: 16,1

- Hematokrit : 31,5
- Trombosit

: 218

Urine

: Protein

Fungsi Ginjal : Creatinin

:: 0,5 mg/dl, Ureum : 15 mg/dl

Diabetes

: GDS : 116 mg/dl

Diagnosa

: G1P0A0H0 Parturian + CPD

Rencana Tindakan : Partus Perabdominal


Laporan Tindakan : SC sito dilakukan tanggal 27 02 - 2015 a/i PTM + CPD pukul 11.15
wib. Lahir bayi laki-laki dengan berat badan lahir 3600 gram.
Diagnosis Pasca Bedah

Follow Up Pasien
14 | P a g e

: P1A0H1 post SC sito a/i CPD

Hari/Tggl
Sabtu,
28-02-2015

Subjektif
Nyeri post op (+),
P/V (+), pusing (-),
mual (-), muntah
(-), mobilisasi (-)
BAK (+), ASI (-)

Objektif
Kesadaran : CM
Vital sign :
TD : 130/70
mmHg
HR: 82x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,5C

Assesment
Terapi
P1A0H1
IVFD RL 20 tpm
post SC
Metronidazol inf 2x1
sito a/i
CPD
Cefotaxim inj 2x1
Ketorolak inj 2x1
As.Traneksamat inj
2x1

Minggu,
1-03-2015

Senin,
2-03-2015

Selasa,
3-03-2015

Nyeri post op (+),


P/V (+), pusing (-),
mual (-), muntah
(-), mobilisasi (+)
BAK (+), ASI (+)

Nyeri post op (+),


P/V (+), pusing (-),
mual (-), muntah
(-), mobilisasi (+)
BAK (+), ASI (+)

Nyeri post op (+),


P/V (+), pusing (-),
mual (-), muntah
(-), mobilisasi (+)
BAK (+), ASI (+)

Kesadaran : CM
Vital sign :
TD : 130/70
mmHg
HR: 82x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,5C

Kesadaran : CM
Vital sign :
TD : 130/70
mmHg
HR: 84x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,5C

Kesadaran : CM
Vital sign :
TD : 120/70
mmHg
HR: 88x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,5C

P1A0H1
post SC
sito a/i
CPD

Metronidazol inf 2x1


Cefotaxim inj 2x1
Ketorolak inj 2x1

P1A0H1
post SC
sito a/i
CPD

As.Traneksamat inj
2x1
IVFD RL 20 tpm
Metronidazol inf 2x1
Cefotaxim inj 2x1
Ketorolak inj 2x1

P1A0H1
post SC
sito a/i
CPD

BAB IV PEMBAHASAN
15 | P a g e

IVFD RL 20 tpm

As.Traneksamat inj
2x1
Amoxicilin tab 2x1
Cefadroxil tab 2x1
As. Mefenamat tab
2x1
Neurodex tab1x1

Seorang ibu G1P0A0H0 gravid aterm datang ke UGD RSUD Bangkinang dengan
keluhan keluar keluar air/vagina sejak 07:30 kemarin. P/V (+) Darah tidak terlalu banyak,
tidak bercampur lendir. Nyeri pinggang menjalar keari-ari sejak 2 hari yang lalu, blood slem
(-), Pusing (-), mual (-), muntah (-), HPHT 24 - 05 2014 dan TP 01-03-2015.
Dari pemeriksaan fisik didapat perut membuncit sesuai usia kehamilan, pasien hamil
anak pertama, dengan pemeriksaan leopold dalam batas normal, TFU 33 cm, DJJ (+) 144x/i.
Pasien menikah saat usia 8 tahun, tidak memiliki riwayat hipertensi, DM dan penyakit lainlainnya. Pasien sudah melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 8 kali di bidan.
Pemeriksaan penunjang awal Pemeriksaan laboratorium darah rutin tanggal 27-02-2015 : Hb
(10,8 gr/dl), Leukosit (16,1), Hematokrit (31,5), Trombosit (218), Urine : Protein (-).
Saat di VT ditemukan pembukaan 1 cm pada portio, promontorium teraba. Setelah 6
jam pemantauan pembukaan tidak juga meningkat, HIS 2x10menit 40. ketuban sudah pecah,
ditandai dengan pengeluaran air yang banyak jam 20:40 wib HIS 1x10menit 20. SC sito
dilakukan jam 23:50 wib, melahirkan bayi dengan berat 3600 gram. Pemriksaan
Laboratorium selanjutnya dilakukan pagi hari yaitu Hb 8,9 mg/dl. Pasien didiagnosis
P1A0H1 Post SC sito a/i CPD. Perawatan dilakukan selama 4 hari, dan diperbolehkan pulang
pada tanggal 3-03-2015.

Daftar Pustaka

16 | P a g e

Sarwono P. Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.

2008
Hanifa W. Ilmu Bedah Kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:

Jakarta. 2010
F. Gary Cunningham, F. Gant N.(et al), alih bahasa, Andry Hartono, Y. Joko S.(et al).
2006. Obstetri William. Edisi 21. Cetakan pertama. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

17 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai