Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan
(deskuamasi) endometrium. Panjang siklus mentruasi ialah jarak antara tanggal mulainya
haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Panjang siklus menstruasi yang normal atau
dianggap sebagai siklus menstruasi yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas.
Lama menstruasi biasanya antara 3-7 hari, tetapi kadang bervariasi tiap individu. Jumlah
darah yang keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc/ jumlah darah selama haid berlangsung tidak
melebihi 80ml. 5
Siklus menstruasi dibagi menjadi dua bagian yaitu siklus ovarium dan siklus uterus. 3
Siklus ovarium
Hari ke 1-8 :
– FSH dan LH relatif tinggi dan memacu perkembangan folikel” dan 1 folikel
dominan, sisa folikel akan mengalami atresia
Hari ke 9-14 :
– Pada saat ukuran folikel meningkat lokalisasi akumulasi cairan tampak sekitar
sel granulosa dan menjadi konfluen, memberikan peningkatan pengisian
cairan di ruang sentral yang disebut antrum yg disebut merupakan
transformasi folikel primer menjadi folikel de Graaf
– Pematangan folikel ini dipengaruhi oleh estrogen dari granulosa dari folikel yg
berkembang. Karena kadar estrogen meningkat maka gonadotropin ditekan
(umpan balik negatif) untuk mencegah pematangan banyak folikel
Folikel primordial
Folikel preantral
Folike antral
– Fase lutheal
Hari ke 15-28 : sel granulosa mengalami luteinisasi menjadi korpus lutheum. Korpus luteum
akan meningkatkan produksi progesteron dan estradiol. Jika konsepsi dan implantasi tidak
terjadi korpus lutheum akan regresi dan terjadilah haid .
– Siklus uterus
Fase Proliferasi
– Kadar estrogen yang meningkat dan folikel yang berkembang akan merangsang
stroma endometrium untuk mulai tumbuh dan menebal, kelenjar-kelenjar
menjadi hipertrofi dan berprolifenasi, dan pembuluh darah menjadi banyak
sekali. Kelenjar-kelenjar dan stroma berkembang sama cepatnya. Kelenjar
makin bertambah panjang tetapi tetap lurus dan berbentuk tubulus. Epitel
kelenjar berbentuk toraks dengan sitoplasma eosinofilik yang seragam
dengan inti di tengah. Stroma cukup padat pada lapisan basal tetapi makin ke
permukaan semakin longgar.
– Pembuluh darah akan mulai berbentuk spiral dan lebih kecil. Lamanya fase
proliferasi sangat berbeda-beda pada tiap orang, dan berakhir pada saat
tejadinya ovulasi.
Fase sekretori
Setiap bulan, setelah hari ke-5 dari siklus haid, endometrium mulai tumbuh dan
menebal sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan. Sekitar
hari ke-14, terjadi pelepasan telur dari ovarium (ovulasi). Sel telur ini masuk ke
dalam salah satu tuba falopi dan di dalam tuba bisa terjadi pembuahan oleh sperma.
Jika terjadi pembuahan, sel telur akan masuk kedalam rahim dan mulai tumbuh
menjadi janin.
Pada sekitar hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan maka endometrium akan
dilepaskan dan terjadi perdarahan (hari ke-1 siklus haid). Perdarahan ini berlangsung
selama 3 – 5 hari kadang sampai 7 hari. Proses pertumbuhan dan penebalan
endometrium kemudian dimulai lagi pada siklus berikutnya.
Sumber : dr. Avie Andriyani, Panduan Kesehatan Muslimah. 2011 dan Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran, Guyton & Hall, Ed 11
Hipothalamus :
Hipofisis Anterior :
– FSH sebabkan pemasakan folikel (mjd folikel de graaf, terbentuk teka interna
dan eksterna, antrum folikuli, dan zona pelucida),dan folikel tsb menghasilkan
estrogen
– Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling
penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan
ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk
tubuh, rambut kemaluan,dll. Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan
membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks
dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma.
– Progesterone
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan
ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar
progesterone terus dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai plasenta
dapat membentuk hormon HCG.
1. Faktor gizi.
Selama masa kehamilan, pada tubuh seorang wanita terjadi penyesuaian untuk
mempersiapkan pertumbuhan janin, masa persalinan dan agar dapat menyusui bayi
yang akan dilahirkan. Apabila konsumsi gizi selama kehamilan tidak mencukupi, maka
cadangan zat gizi ibu akan di pakai, karenanya pada ibu hamil perlu tambahan konsumsi
zat gizi di atas kebutuhan wanita sehari-hari wanita tersebut di luar masa kehamilan
Keperluan zat gizi bertambah selama kehamilan, terutama pada trimester terakhir yaitu
3 kali lebih tinggi dari keadaan sebelum hamil. Hal ini terjadi karena makin tua
kehamilan maka makin rendah kadar feritin serum rata-rata, artinya makin tua usia
kehamilan makin berkurang cadangan zat besi. Edan pada trimester ketiga kadar feritin
serum lebih rendah dari normal.
2. Penyakit dasar.
Penyakit yang dapat mempengaruhi kadar haemoglobin terutama penyakit infeksi kronis
dan gangguan penyerapan.
3. Perdarahan.
Pada wanita hamil kadar haemoglobin akan menurun karena disebabkan oleh
perdarahan selama kehamilan seperti pada kasus placenta previa dan solutio plasenta.
4. Umur.
Berdasarkan umur, ibu hamil yang mempunyai kadar haemoglobin yang rendah
terbanyak terdapat pada kelompok umur kurang dari 20 tahun yaitu 68,3%.
Di samping faktor-faktor di atas, ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi
kadar Haemoglobin selama kehamilan yaitu : Pendidikan dan Pengetahuan, jumlah
paritas, jarak kehamilan, usia kehamilan dan antenatal care.
Kadar haemoglobin yang rendah akan menimbulkan manifestasi klinis dan laboratorium
berupa :
2. Penglihatan berkunang-kunang.
Ibu.
2. Hipoksia akibat anemia menyebabkan syok dan kematian serta persalinan yang sulit
seperti partus lama, perdarahan post partum, infeksi baik intra maupun post partum.
3. Terhadap janin
- Prematuritas.
Definisi
Diabetes mellitus gestasional (GDM) didefinisikan sebagai derajat apapun
intoleransi glukosa dengan onset atau pengakuan pertama selama kehamilan.
(WHO-World Health Organisation 2011). Hal ni berlaku baik insulin atau
modifikasi diet hanya digunakan untuk pengobatan dan apakah atau tidak kondisi
tersebut terus berlangsung setelah kehamilan. Ini tidak mengesampingkan
kemungkinan bahwa intoleransi glukosa yang belum diakui mungkin telah
dimulai bersamaan dengan kehamilan.
2.2. Etiologi
Selama kehamilan, peningkatan kadar hormon tertentu dibuat dalam plasenta
(organ yang menghubungkan bayi dengan tali pusat ke rahim) nutrisi membantu
pergeseran dari ibu ke janin. Hormon lain yang diproduksi oleh plasenta untuk
membantu mencegah ibu dari mengembangkan gula darah rendah.
Selama kehamilan, hormon ini menyebabkan terganggunya intoleransi glukosa
progresif (kadar gula darah yang lebih tinggi). Untuk mencoba menurunkan kadar
gula darah, tubuh membuat insulin lebih banyak supaya sel mendapat glukosa
bagi memproduksi sumber energi.
Biasanya pankreas ibu mampu memproduksi insulin lebih (sekitar tiga kali jumlah
normal) untuk mengatasi efek hormon kehamilan pada tingkat gula darah. Namun,
jika pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk mengatasi efek
dari peningkatan hormon selama kehamilan, kadar gula darah akan naik,
mengakibatkan GDM.