Anda di halaman 1dari 10

MATERI ACC PK

1. jelaskan siklus mestruasi beserta hormon yang


berperan.
1.  fase-fase siklus menstruasi?

Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan
(deskuamasi) endometrium. Panjang siklus mentruasi ialah jarak antara tanggal mulainya
haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Panjang siklus menstruasi yang normal atau
dianggap sebagai siklus menstruasi yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas.
Lama menstruasi biasanya antara 3-7 hari, tetapi kadang bervariasi tiap individu. Jumlah
darah yang keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc/ jumlah darah selama haid berlangsung tidak
melebihi 80ml. 5
Siklus menstruasi dibagi menjadi dua bagian yaitu siklus ovarium dan siklus uterus. 3
Siklus ovarium

– Fase folikuler Fase folikuler

Hari ke 1-8 :

– FSH dan LH relatif tinggi dan memacu perkembangan folikel” dan 1 folikel
dominan, sisa folikel akan mengalami atresia

– Folikel dominan adalah folikel yang lebih sensitif terhadap FSH

Hari ke 9-14 :

– Pada saat ukuran folikel meningkat lokalisasi akumulasi cairan tampak sekitar
sel granulosa dan menjadi konfluen, memberikan peningkatan pengisian
cairan di ruang sentral yang disebut antrum yg disebut merupakan
transformasi folikel primer menjadi folikel de Graaf

– Pematangan folikel ini dipengaruhi oleh estrogen dari granulosa dari folikel yg
berkembang. Karena kadar estrogen meningkat maka gonadotropin ditekan
(umpan balik negatif) untuk mencegah pematangan banyak folikel

Folikel primordial

Folikel preantral

Folike antral

Folikel preovulasi (folikel de Graaf)


– Fase ovulasi

Hari ke-14, terjadi ovulasi

Pada fase ini estrogen akan meningkatkan sekresi LH

Ovulasi terjadi 1-2 hari

– Fase lutheal

Hari ke 15-28 : sel granulosa mengalami luteinisasi menjadi korpus lutheum. Korpus luteum
akan meningkatkan produksi progesteron dan estradiol. Jika konsepsi dan implantasi tidak
terjadi korpus lutheum akan regresi dan terjadilah haid .

– Siklus uterus

Fase Proliferasi

a. Fase proliferasi/ fase estrogen ( 11 hari )


- Fase ini terjadi sebelum ovulasi dan bertujuan untuk mempertebal
endometrium.
- Pengaruh estrogen yang disekresi oleh ovarium, mengakibatkan sel-sel
stroma dan sel-sel epitel berproliferasi dengan cepat sehingga sel stroma
bertambah banyak dan akan ditemui banyak pembuluh darah di dalamnya,
kelenjar juga bertambah banyak (Guyton dan Hall, 2007).
Segera setelah menstruasi, endometrium dalam keadaan tipis dan dalam stadium
istirahat. Stadium ini berlangsung kira-kira 5 hari.

– Kadar estrogen yang meningkat dan folikel yang berkembang akan merangsang
stroma endometrium untuk mulai tumbuh dan menebal, kelenjar-kelenjar
menjadi hipertrofi dan berprolifenasi, dan pembuluh darah menjadi banyak
sekali. Kelenjar-kelenjar dan stroma berkembang sama cepatnya. Kelenjar
makin bertambah panjang tetapi tetap lurus dan berbentuk tubulus. Epitel
kelenjar berbentuk toraks dengan sitoplasma eosinofilik yang seragam
dengan inti di tengah. Stroma cukup padat pada lapisan basal tetapi makin ke
permukaan semakin longgar.
– Pembuluh darah akan mulai berbentuk spiral dan lebih kecil. Lamanya fase
proliferasi sangat berbeda-beda pada tiap orang, dan berakhir pada saat
tejadinya ovulasi.

Fase sekretori

b. Fase sekretorik/ fase progestasional ( 12 hari )


- Fase ini terjadi setelah ovulasi dan bertujuan untuk menciptakan kondisi
endometrium yang cocok untuk implantasi hasil fertilisasi.
- Progesteron dan estrogen bersama-sama disekresi oleh korpus luteum.
- Namun, yang lebih berperan dalam fase ini adalah hormon progesteron.
Progesteron akan memberikan efek pembengkakan yang nyata dan
perkembangan sekretorik dari endometrium, kelenjar makin berkelok-kelok,
suplai darah ke dalam endometrium juga bertambah
- Sekali ovum berimplantasi ke endometrium, sel sel trofoblsat pada
permukaan blastokista yang berimplantasi mulai mencerna endometrium
dan mengabsorbsi substansi  peningkatan jumlah nutrisi (Guyton dan Hall,
2007).
 Setelah ovulasi, di bawah pengaruh progesteron yang meningkat dan
terus diproduksinya estrogen oleb korpus luteum, endoinetrium
menebal dan menjadi seperti beludru.

 Kelenjar menjadi lebih besar dan berkelok-kelok, dan epitel kelenjar


menjadi berlipat lipat, sehingga memberikan gambaran seperti “gigi
gergaji.” Inti sel bergerak ke bawah, dan permukaan pitel tampak
kusut. Stroma menjadi edematosa.

 terjadi pula infiltrasi leukosit yang banyak, dan pemuluh darah


menjadi makin berbentuk spiral dan melebar. Lamanya fase sekresi
sama pada setiap perempuan yaitu 14±2 hari.

 c. Fase menstruasi ( 5 hari )


 Merupakan suatu fase yang terjadi jika ovum yang telah dilepaskan tidak dibuahi
yang akibatnya korpus luteum berinvolusi sehingga estrogen dan progesteron akan
menurun drastis. Hal ini mengakibatkan dilepaskannya vasokonstriktor
prostaglandin sebagai mediator inflamasi. Kemudian jaringan deskuamasi, darah di
dalam kavum uteri, ditambah efek kontraksi dari prostaglandin dan zat-zat lain di
dalam lapisan yang berdeskuamasi sehingga semuanya akan merangsang kontraksi
uterus yang menyebabkan dikeluarkannya semua isi uterus. (Guyton dan Hall, 2007).

 Setiap bulan, setelah hari ke-5 dari siklus haid, endometrium mulai tumbuh dan
menebal sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan. Sekitar
hari ke-14, terjadi pelepasan telur dari ovarium (ovulasi). Sel telur ini masuk ke
dalam salah satu tuba falopi dan di dalam tuba bisa terjadi pembuahan oleh sperma.
Jika terjadi pembuahan, sel telur akan masuk kedalam rahim dan mulai tumbuh
menjadi janin.

 Pada sekitar hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan maka endometrium akan
dilepaskan dan terjadi perdarahan (hari ke-1 siklus haid). Perdarahan ini berlangsung
selama 3 – 5 hari kadang sampai 7 hari. Proses pertumbuhan dan penebalan
endometrium kemudian dimulai lagi pada siklus berikutnya.
 Sumber : dr. Avie Andriyani, Panduan Kesehatan Muslimah. 2011 dan Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran, Guyton & Hall, Ed 11

Hipothalamus :

– Mensekresi Gonadotropin releasing hormon (GnRH).

– GnRH merangsang hipofisis anterior menghasilkan FSH (follikel stimulating


hormon) dan LH (luteineizing hormon).

Hipofisis Anterior :

– FSH sebabkan pemasakan folikel (mjd folikel de graaf, terbentuk teka interna
dan eksterna, antrum folikuli, dan zona pelucida),dan folikel tsb menghasilkan
estrogen

– LH disekresi stlh produksi estrogen meningkat (umpan balik positif) terjadi


lonjakan LH Ovulasi.

FUNGSI HORMON2 REPRODUKSI

– Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling
penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan
ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk
tubuh, rambut kemaluan,dll. Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan
membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks
dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma.

– Progesterone
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan
ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar
progesterone terus dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai plasenta
dapat membentuk hormon HCG.

– Gonadotropin Releasing Hormone


GNRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan
merangsang pelepasan FSH (folikl stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar
estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan umpanbalik ke hipotalamus
sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya.

– FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing Hormone)


Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis
akibat rangsangan dari GNRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel. Dari
folikel yang matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi korpus
luteum dan dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH.

2. jelaskan tentang HCG(fungsi, meningkat dan


menurun patologis.
HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta).
Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai sekitar 100.000
mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik
kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml).
Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi
hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki
fungsi imunologik. Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda
kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack, dsb).
meningkat patologis curiga mola hidatidosa, chrioniccarsinoma, tumor testis( chorio
epithelioma).
menurun patologis  abortus, kehamilan ektopik.

3. Apa mempengaruhi kadar hb ibu hamil dan nilai


normalnya.
Pada wanita normal kadar Haemoglobin darah rata-rata 12 gr%, jika terjadi kehamilan
kadar ini akan menurun. WHO membagi kadar Haemoglobin wanita hamil menjadi 3
kategori yaitu : Normal apabila kadar Hb 11 gr%, Anemia ringan apabila kadar Hb 8 -
10,9 gr% dan anemia berat kadar Hb kurang dari 8 gr%. Kadar Haemoglobin darah ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu (1.2.4-8):

1. Faktor gizi.

Dalam pembentukan Haemoglobin diperlukan protein, zat besi, asam folat,


sianokobalamin, piridoksin dan asam askorbat. Kekurangan zat besi ini dalam makanan
sehari-hari akan menyebabkan anemia defisiensi besi (Fe).

Selama masa kehamilan, pada tubuh seorang wanita terjadi penyesuaian untuk
mempersiapkan pertumbuhan janin, masa persalinan dan agar dapat menyusui bayi
yang akan dilahirkan. Apabila konsumsi gizi selama kehamilan tidak mencukupi, maka
cadangan zat gizi ibu akan di pakai, karenanya pada ibu hamil perlu tambahan konsumsi
zat gizi di atas kebutuhan wanita sehari-hari wanita tersebut di luar masa kehamilan

Keperluan zat gizi bertambah selama kehamilan, terutama pada trimester terakhir yaitu
3 kali lebih tinggi dari keadaan sebelum hamil. Hal ini terjadi karena makin tua
kehamilan maka makin rendah kadar feritin serum rata-rata, artinya makin tua usia
kehamilan makin berkurang cadangan zat besi. Edan pada trimester ketiga kadar feritin
serum lebih rendah dari normal.

2. Penyakit dasar.

Penyakit yang dapat mempengaruhi kadar haemoglobin terutama penyakit infeksi kronis
dan gangguan penyerapan.

3. Perdarahan.

Pada wanita hamil kadar haemoglobin akan menurun karena disebabkan oleh
perdarahan selama kehamilan seperti pada kasus placenta previa dan solutio plasenta.

4. Umur.

Berdasarkan umur, ibu hamil yang mempunyai kadar haemoglobin yang rendah
terbanyak terdapat pada kelompok umur kurang dari 20 tahun yaitu 68,3%.
Di samping faktor-faktor di atas, ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi
kadar Haemoglobin selama kehamilan yaitu : Pendidikan dan Pengetahuan, jumlah
paritas, jarak kehamilan, usia kehamilan dan antenatal care.

Kadar haemoglobin yang rendah akan menimbulkan manifestasi klinis dan laboratorium
berupa :

1. Lesu, letih dan mudah mengantuk.

2. Penglihatan berkunang-kunang.

3. Kulit dan konjungtiva pucat.

4. Laboratorium : kadar Hb 11 gr%.

Dalam masa kehamilan kadar Hb yang rendah menyebabkan perobahan-perobahan


antara lain :

1. Meningkatnya mortalitas dan morbiditas

Ibu.

2. Hipoksia akibat anemia menyebabkan syok dan kematian serta persalinan yang sulit
seperti partus lama, perdarahan post partum, infeksi baik intra maupun post partum.

3. Terhadap janin

- Intra uterin growth retardation.

- Intra uterin fetal death.

- Prematuritas.

4. Jelaskan tentang Preeklampsia,eklampsia, DM


Kehamilan.
Pre-Eklampsia dan Eklampsia
Definisi
Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg
setelah
kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal
terjadi.
Sedangkan pengertian eklampsia adalah apabila ditemukan kejang-kejang pada penderita
preeklampsia,
yang juga dapat disertai koma. Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan
yang bisa menjadi penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kelamilan,
persalinan, dan
masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi. Kasus pre-eklampsia dan eklampsia
terjadi pada 6-
8% wanita hamil di Indonesia.
Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia ringan, pre-
eklampsia
berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi(ibu hamil yang sebelum kehamilannya
sudah memiliki
hipertensi dan hipertensi berlanjut selama kehamilan). Tanda dan gejala yang terjadi serta
tatalaksana
yang dilakukan masing-masing penyakit di atas tidak sama. Berikut ini akan dijelaskan
mengenai
pembagian di atas.
Penyebab
Penyebab pre-eklampsia belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai
"maladaptation
syndrome" akibat penyempitan pembuluh darah secara umum yang mengakibatkan iskemia
plasenta
(ari – ari) sehingga berakibat kurangnya pasokan darah yang membawa nutrisi ke janin.
Faktor Risiko :
 Kehamilan pertama
 Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau eklampsia
 Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya
 Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
 Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine, dan tekanan
darah
tinggi)
 Kehamilan kembar
Deteksi dini :
1. Menyaring semua kehamilan primigravida (kehamilan pertama), ibu menikah dan
langsung
hamil, dan semua ibu hamil dengan risiko tinggi terhadap pre-eklampsia dan eklampsia
2. Pemeriksaan kehamilan secara teratur sejak awal triwulan satu kehamilan
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui terdapatnya protein dalam air seni, fungsi
organ hati,
ginjal, dan jantung, fungsi hematologi / pembekuan darah
1. Pre-eklampsia ringan
Tanda dan gejala :
1. Kenaikan tekanan darah sistole 140 mmHg sampai kurang dari 160 mmHg; diastole 90
mmHg
sampai kurang dari 110 mmHg
2. Proteinuria : didapatkannya protein di dalam pemeriksaan urin (air seni)
3. Edema (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung, wajah atau tangan
Tatalaksana pre eklampsia ringan dapat secara :
1. Rawat jalan (ambulatoir)
2. Rawat inap (hospitalisasi)
Pengelolaan secara rawat jalan (ambulatoir) :
1. Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan perawatan sesuai keinginannya
2. Makanan dan nutrisi seperti biasa, tidak perlu diet khusus
3. Vitamin
4. Tidak perlu pengurangan konsumsi garam
5. Tidak perlu pemberian antihipertensi
6. Kunjungan ke rumah sakit setiap minggu
Pengelolaan secara rawat inap (hospitalisasi) :
1. Pre eklampsia ringan dirawat inap apabila mengalami hipertensi yang menetap selama
lebih
dari 2 minggu, proteinuria yang menetap selama lebih dari 2 minggu, hasil tes laboratorium
yang
abnormal, adanya gejala atau tanda 1 atau lebih pre eklampsia berat
2. Pemeriksaan dan monitoring teratur pada ibu : tekanan darah, penimbangan berat badan,
dan
pengamatan gejala pre-eklampsia berat dan eklampsia seperti nyeri kepala hebat di depan
atau
belakang kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut bagian kanan atas, nyeri ulu hati
3. Pemeriksaan kesejahteraan janin berupa evaluasi pertumbuhan dan perkembangan janin
di
dalam rahim
Tatalaksana
1. Pada dasarnya sama dengan terapi rawat jalan
2. Bila terdapat perbaikan gejala dan tanda-tanda dari pre-eklampsia dan umur kehamilan
37
minggu atau kurang, ibu masih perlu diobservasi selama 2-3 hari lalu boleh
dipulangkan.

Definisi
Diabetes mellitus gestasional (GDM) didefinisikan sebagai derajat apapun
intoleransi glukosa dengan onset atau pengakuan pertama selama kehamilan.
(WHO-World Health Organisation 2011). Hal ni berlaku baik insulin atau
modifikasi diet hanya digunakan untuk pengobatan dan apakah atau tidak kondisi
tersebut terus berlangsung setelah kehamilan. Ini tidak mengesampingkan
kemungkinan bahwa intoleransi glukosa yang belum diakui mungkin telah
dimulai bersamaan dengan kehamilan.
2.2. Etiologi
Selama kehamilan, peningkatan kadar hormon tertentu dibuat dalam plasenta
(organ yang menghubungkan bayi dengan tali pusat ke rahim) nutrisi membantu
pergeseran dari ibu ke janin. Hormon lain yang diproduksi oleh plasenta untuk
membantu mencegah ibu dari mengembangkan gula darah rendah.
Selama kehamilan, hormon ini menyebabkan terganggunya intoleransi glukosa
progresif (kadar gula darah yang lebih tinggi). Untuk mencoba menurunkan kadar
gula darah, tubuh membuat insulin lebih banyak supaya sel mendapat glukosa
bagi memproduksi sumber energi.
Biasanya pankreas ibu mampu memproduksi insulin lebih (sekitar tiga kali jumlah
normal) untuk mengatasi efek hormon kehamilan pada tingkat gula darah. Namun,
jika pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk mengatasi efek
dari peningkatan hormon selama kehamilan, kadar gula darah akan naik,
mengakibatkan GDM.

Anda mungkin juga menyukai