Anda di halaman 1dari 47

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SR
Umur : 66 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Magelang
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
Tanggal Periksa : 26 Oktober 2018
Anamnesis dilakukan secara : autoanamnesis pada tanggal 26 Oktober 2018 di
Poli Mata RST Tk. II dr. Soedjono Magelang.
II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Gatal pada mata kanan dan kiri sejak 1 bulan yang lalu
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Mata RST dr. Soedjono Magelang dengan keluhan gatal
pada mata kanan dan kiri sejak 1 bulan yang lalu. Gatal terutama pada kelopak
mata bagian bawah. Pasien juga merasa seperti kelilipan pada matanya. Hal
tersebut membuat pasien merasa tidak nyaman pada matanya, sehingga pasien
mengucek mata nya. pasien juga mengeluhkan kelopak matanya agak sedikit
bengkak dan agak sedikit nyeri bila ditekan. Pasien juga mengeluhkan kedua
matanya berair disertai dengan agak sedikit kemerahan. Pasien juga
mengeluhkan setiap bangun tidur terdapat kotoran pada mata kanannya
sehingga matanya susah untuk dibuka dan terasa lengket. Pasien mengaku
masih dapat melihat dengan jelas dan tidak silau terhadap cahaya. Pada awal
mula penyakitnya pasien hanya mengeluhkan mata kanannya tetapi seiring
dengan berjalannya waktu lama kelamaan mata kirinya pun ikut terkena.
Pasien pernah berobat ke puskesmas, tetapi pasien lupa obat apa yang

1
diberikan oleh dokter di puskesmas.

Selain keluhan diatas, pasien mengeluhkan pandangan yang kabur seperti


tertutup kabut sejak 2 tahun terakhir. Awalnya hanya sedikit pandangan
pasien yang tertutup kabut, namun lama kelamaan pasien merasa kabut
semakin banyak. Setelah berobat ke dokter, pasien didiagnosis katarak imatur.
Pada akhirnya, pada bulan Juli 2018, pasien melakukan operasi untuk mata
kirinya dan pasca operasi keluhan mata tertutup kabut pada mata kiri mulai
berkurang. Pasien juga mengaku melihat pada malam hari lebih nyaman
dibandingkan pada siang hari karena pada malam hari peglihatan lebih jelas.
Pasien menyangkal mata kiri kemeng dan cekot cekot, mata merah, melihat
pelangi disekitar cahaya, nyeri kepala, serta mual muntah. Riwayat trauma
sebelumnya disangkal oleh pasien.

Pasien mengakui sejak 10 tahun yang lalu penglihatannya kabur jika membaca
dekat. Pasien lebih nyaman menjauhkan tulisan yang dibacanya untuk
memperoleh penglihatan yang lebih jelas. Namun pasien belum pernah
menggunakan kacamata.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama sebelumnya (-).
Riwayat trauma pada mata : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat keluhan mata merah : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
5. Riwayat Pengobatan :
 Blefarokonjungtivitis
Sudah pernah diberi obat dari puskesmas, namun tidak ingat obat apa yang
diberikan

2
 Katarak Immatur
Pasien Sudah melakukan operasi PHACO pada bulan Juli 2018.
 Presbiopia
Pasien belum pernah menggunakan kacamata sebelumnya.
6. Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS,
kesan ekonomi cukup.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Umum

Kesadaran : Compos mentis


Aktifitas : Normoaktif
Kooperatif : Kooperatif
Status gizi : Baik

Vital Sign

Tekanan darah : 140/80 mmHg


Nadi : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,7°C

Status Ophthalmicus

3
Skema Ilustrasi

Oculus Dexter Oculus Sinister

Katarak
Keruh Katarak
Pseudofakia
Immatur
imatur matur

4
Pemeriksaan OD OS

Visus
6/75 NC 4/60 NC

Add S + 1,50 D (J4)


Bulbus Oculi
 Gerak bola mata Baik ke Segala arah Baik ke Segala arah
 Strabismus - -
 Eksoftalmus - -
 Enoftalmus - -

Suprasilia Normal Normal

Palpebra Superior
 Sekret + (mukoserous) + (mukoserous)
 Edema + +
 Hematom - -

 Hiperemi + +

 Entropion - -

 Ektropion - -
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
 Silia
- -
 Ptosis
Tidak ditemukan Tidak ditemukan
 Pseudoptosis
 Papilla
Tidak ditemukan Tidak ditemukan
Konjungtiva
 Krusta + +

5
Palpebra Inferior
 Edema + +
 Hematom - -
 Hiperemi + +

 Entropion - -

 Ektropion - -

 Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)


+ (mukoserous) + (mukoserous)
 Sekret
Tidak ditemukan Tidak ditemukan
 Krusta

Konjungtiva
 Edema Tidak ditemukan Tidak ditemukan
 Injeksi
konjungtiva + +
 Injeksi siliar Tidak ditemukan Tidak ditemukan

 Sekret + (mucoserous) + (mucoserous)

 Perdarahan
subkonjungtiva Tidak ditemukan Tidak ditemukan

 Bangunan
patologis - -

 Simblefaron - -

 Jaringan
- -
Fibrovaskuler
Tidak ditemukan Tidak ditemukan
 Cobble Stone
Tidak ditemukan Tidak ditemukan
 Trantas dots

Kornea
 Kejernihan Jernih Jernih

6
 Edema - -
 Infiltrat - -
 Keratic - -
Precipitat
 Ulkus - -

 Sikatrik - -

 Bangunan - -

patologis
COA
cukup cukup
 Kedalaman
- -
 Hipopion
- -
 Hifema

Iris
 Kripta + +
 Edema - -
 Sinekia - -
 Atrofi - -

Pupil
 Bentuk Bulat Bulat
 Diameter 3 mm 3 mm
 Reflek pupil + +
 Sinekia - -
Lensa
IOL (+)
 Kejernihan Agak Keruh Jernih
 Iris shadow + -

7
Corpus Vitreum
 Floaters - -
 Hemoftalmia - -
Fundus Refleks + Agak Keruh + cemerlang
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
TIO (Palpasi) N N

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan mikrobiologi kultur bakteri untuk mengetahui etiologi penyebabnya

V. DIAGNOSIS BANDING
ODS Blefarokonjungtivitis
Dipertahankan karena pada mata kanan dan kiri pasien didapatkan adanya tanda-
tanda blefaritis dan konjungtivitis seperti mata merah, berair, gatal, adanya
kotoran atau secret pada mata, palpebranya lengket pada saat bangun pagi, edema
palpebral, hiperemi, nyeri apabila ditekan. Kemudian pada pemeriksaan
oftalmologi didapatkan pada palpebral superior maupun inferior terdapat
hiperemi dan edema, terdapat krusta namun pada konjungtiva tidak ditemukan
adanya injeksi konjungtiva.

ODS Keratitis
Disingkirkan karena pada pasien ini tidak terjadi penurunan visus, matanya tidak
begitu merah dan tidak silau apabila melihat cahaya ditambah lagi pada pasien
keratitis biasanya tidak terdapat sekret, tidak terdapat perlengketan pada kelopak
dan rasa sakit bukan rasa seperti kelilipan

8
Oculus Dexter
1. OD Katarak Senilis Imatur
Ditegakkan karena dari hasil anamnesis pasien merasa semakin kabur
melihat saat siang dan malam lebih jelas.Pemeriksaan didapatkan lensa
sebagian mengalami kekeruhan, selain itu didapatkan pula iris shadow
(+).
2. OD Katarak Senilis Matur
Disingkirkan karena dari hasil pemeriksaan tidak didapatkan seluruh lensa
mengalami kekeruhan, selain itu tidak didapatkan pula iris shadow (-) dan
COA cukup.
3. OD Katarak Senilis Hipermatur
Disingkirkan karena dari hasil pemeriksaan tidak didapatkan lensa keruh
(+) namun bersifat massif dan telah mencair, iris Shadow (-) dan COA
kedalaman cukup.
4. OD Katarak Traumatik
Disingkirkan karena dari hasil anamnesis tidak ditemukan riwayat adanya
trauma pada mata.
5. OD Glaukoma Akut
Disingkirkan karena tidak didapatkan sakit cekot-cekot, TIO normal.

Oculus Sinister
1. OS Pseudofakia
Dipertahankan karena pada pemeriksaan slit lamp, tampak pantulan
cahaya dari IOL dan ada riwayat operasi katarak dengan pemasangan Intra
Ocular Lens.
2. OS Afakia
Disingkirkan karena pada afakia pada pemeriksaan tidak tampak IOL, ada
keluhan khas pada keadaan afakia seperti penglihatan kabur di bagian tepi
(fenomena jack in the box) dan ada keluhan benda-benda terlihat

9
melengkung. Pada pemeriksaan didapatkan adanya iris tremulans,
sedangkan pada pasien ini tampak IOL pada pemeriksaan.

ODS Presbiopia
Dipertahankan karena berdasarkan keterangan pasien, pasien mulai merasa kabur
ketika membaca dekat semenjak umur 40 tahun, sehingga pasien harus
menjauhkan matanya ketika mau membaca.

ODS Hipermetropia
Disingkirkan karena pada pasien hipermetropi mengalami gejala kabur bila
melihat jauh dan lebih kabur lagi saat melihat dekat, sedangkan pada pasien ini
keluhan melihat kabur hanya pada jarak dekat atau ketika membaca dekat.

VI. DIAGNOSIS KERJA


ODS Blefarokonjungtivitis
OD Katarak Imatur
OS Pseudofakia
ODS Presbiopia
VII. PENATALAKSANAAN
A. ODS Blefarokonjungtivitis
Medikamentosa :
Oral : Amoksisilin tab 500 mg 3x1
Metilprednisolon 1x1
Topikal : Chlorampenicol EO 1 dd ODS
Parenteral : Tidak diberikan
Operatif :-
Non Medikamentosa :
Kompres Air Hangat
Membersihkan Sekret yang menumpuk terutama di pagi hari

10
B. OD Katarak Senilis Imatur
Medikamentosa :
Topikal : Catarlent ED 3x1 gtt OS
Oral :-
Parenteral :-
Operatif : Phacoemulsification + IOL, EKEK + IOL, SICS +IOL
Non Medikamentosa : -

C. OS Pseudofakia
Medikamentosa :
Oral :-
Topikal :-
Parenteral :-
Operatif : -
Non Medikamentosa : -

D. Presbiopia
Medikamentosa :
Oral / sistemik : -
Topikal : -
Parenteral : -
Operatif : -
Non Medikamentosa :
dengan kacamata Sferis +3 Dioptri sesuai dengan umur pasien >= 60 tahun

VIII. EDUKASI
A. ODS Blefarokonjungtivitis
1. Menjelaskan pada pasien bahwa mata merah ada yang berbahaya ada yang
tidak, tetapi untuk kasus ini tidak berbahaya.

11
2. Menjelaskan pada pasien penyebab dari mata merah tersebut bisa karena
mikroorganisme.
3. Mengedukasi pasien agar jangan mengucek mata karena dapat menyebabkan
pembuluh darah pecah sehingga mata menjadi lebih merah, serta mengucek
mata dapat menyebabkan infeksinya bertambah parah.

B. Untuk OD Katarak Senilis Imatur


1. Menjelaskan bahwa visusnya berkurang disebabkan karena adanya
kekeruhan pada lensa mata pasien
2. Memberi penjelasan bahwa kekeruhan yang ada pada lensa semakin lama
akan semakin berat seiring berjalannya waktu, sehingga penurunan tajam
penglihatan dapat terus terjadi
3. Karena kekeruhan masih tipis pada mata kiri sehingga operasi belum
diperlukan
4. Menjelaskan pasien apabila ada keluhan seperti mata merah, terasa cekot
cekot, dan penglihatan kabur mendadak harap segera berobat ke rumah
sakit karena kemungkinan terjadi komplikasi berupa Glaukoma Sekunder.

C. Presbiopia
1. Menjelaskan kepada pasien bahwa berkurangnya pandangan untuk
membaca dekat yang dialami pasien diakibatkan karena melemahnya otot
mata karena faktor usia.
2. Apabila membaca harus pakai kacamata supaya tidak terjadi kelelahan
pada mata.
3. Walaupun dalam keadaan tidak membaca, dalam kegiatan sehari-hari juga
pasien harus menggunakan kacamata untuk melihat dekat.

IX. RUJUKAN
Dalam kasus ini tidak dilakukan rujukan ke Disiplin Ilmu Kedokteran lainnya.

12
X. KOMPLIKASI
1. Blefarokonjungtivitis
i. Keratokonjungtivitis
ii. Subconjunctival Bleeding
2. Katarak Senilis Imatur
i. Glaukoma Sekunder Sudut Tertutup
ii. Katarak Matur

XI. PROGNOSIS
Prognosis Oculus Dextra Oculus Sinistra

Quo ad visam ad bonam Dubia ad bonam

Quo ad sanam ad bonam ad bonam

Quo ad functionam Dubia ad bonam Dubia ad bonam

Quo ad kosmetikan ad bonam ad bonam

Quo ad vitam ad bonam ad bonam

13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.I Anatomi Palpebra
Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea.
Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata.

Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedang
dibagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.

Pada kelopak terdapat bagian-bagian :

1. Kelenjar : kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat, kelenjar zeis
pada pangkal rambut dan kelenjar meibom pada tarsus.
2. Otot : M. Orbicularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan
bawah, dan terletak dibawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebral
terdapat otot orbicularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M.
Orbicularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. Fasialis (N.VII).
M. Levator Palpebra, yang berorigo pada anulus foramen orbita dan berinsersi
pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. Orbicularis okuli menuju
kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M. Levator Palpebra
terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebral. Otot ini dipersarafi oleh N.III yang
berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka kelopak mata.
3. Didalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan
kelenjar didalamnya atau kelenjar meibom yang bermuara pada margo
palpebral
4. Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan
5. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada
seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat

14
yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar meibom (40
buah dikelopak atas dan 20 pada kelopak bawah)
6. Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebral
7. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V,
sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.

Gambar 1. Anatomi Kelopak Mata

Konjungtiva tarsal yang terletak dibelakang kelopak hanya dapat dilihat


dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup
bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membrane mukosa yang mempunyai sel goblet
yang menghasilkan musin.

II.2 Anatomi Konjungtiva


Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian
belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini.

15
Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin
bersifat membasahi bola mata terutama kornea. Selaput ini mencegah benda-benda
asing di dalam mata seperti bulu mata atau lensa kontak (contact lens), agar tidak
tergelincir ke belakang mata. Bersama-sama dengan kelenjar lacrimal yang
memproduksi air mata, selaput ini turut menjaga agar cornea tidak kering.
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :

1. Konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).


2. Konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata).
3. Konjungtiva forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian
posterior palpebra dan bola mata)

Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan


jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak

Gambar 2. Anatomi Konjungtiva

16
II.3 Blefaritis
II.3.1 Definisi

Adalah peradangan pada palpebral ataupun margo palpebral, dapat disertai


terbentuknya ulkus/tukak pada margo palpebral, serta dapat melibatkan kelenjar
dan folikel rambut.

Terdapat lima tipe :

1. Blefaritis squamous (paling sering, berhubungan dengan dermatitis seboroik)


2. Blefaritis ulseratif (infeksi Stapylococcal pada folikel rambut, sering disertai
rontoknya bulu mata dan berakibat trichiasis)
3. Campuran blefaritis ulseratif/ Staphylococcal dan seboroik
4. Blepharitis posterior atau meibomitis
5. Blepharitis parasitic
II.3.2 Etiologi

Blefaritis disebabkan infeksi dan alergi berjalan kronis maupun menahun.


Blefaritis alergi dapat terjadi karena debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahan
kosmetik. Infeksi kelopak disebabkan kuman Streptococcus alfa atau beta,
Pseudomonas. Demodex follicurum selain dapat merupakan penyebab
merupakan vector untuk terjadinya infeksi Staphylococcus. Dikenal bentuk
blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif, blefaritis angularis.

II.3.3 Klasifikasi

Berdasarkan letaknya, blefaritis dibagi menjadi :

 Blefaritis anterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian luar, tempat
dimana bulu mata tertanam. Blefaritis anterior biasanya disebabkan oleh
infeksi bakteri (staphyloccus blepharits) atau ketombe di kepala dan alis mata
(blefaritis seboroik). Walaupun jarang, dapat juga disebabkan karena alergi.
 Blefaritis posterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian dalam,
bagian yang kontak langsung dengan bola mata. Blefaritis posterior dapat

17
disebabkan karena produksi minyak oleh kelenjar di kelopak mata yang
berlebihan (blefaritis meibom) yang akan mengakibatkan terbentuknya
lingkungan yang diperlukan bakteri untuk bertumbuh.

Berdasarkan penyebab, blefaritis dibagi menjadi:

A. Blepharitis bakteri
Infeksi bakteri pada kelopak dapat ringan sampai sangat berat. Diduga
sebagian besar infeksi kulit superficial kelopak diakibatkan Streptococcus.
Pengobatan pada infeksi ringan ialah dengan memberikan antibiotic local
dan kompres basah dengan asam borat. Pada blefaritis sering diperlukan
pemakaian kompres hangat. Infeksi yang berat perlu diberikan antibiotic
sistemik.
1. Blepharitis superficial
Bila infeksi kelopak superficial disebabkan oleh Staphylococcus maka
pengobatan terbaik ialah dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid dan
sulfisoksazol. Sebelum pemberian antibiotic krusta diangkat dengan kapas
basah. Bila terjadi blefaritis menahum maka dilakukan penekanan manual
kelenjar meibom (Meibomianitis), yang biasanya menyertainya.

2. Blefaritis Angularis
Blefaritis angularis merupakan infeksi Staphylococcus pada tepi kelopak
di sudut kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut
kelopak mata (kantus eksternus dan internus) sehingga dapat mengakibatkan
gangguana pada fungsi pungtum lakrimal. Blefaritis angularis disebabkan
oleh Staphylococcus aureus dan Morax Axenfeld. Biasanya kelainan ini

18
bersifat rekuren.
Blefaritis angularis diobati dengan sulfa, tetrasiklin, dan sengsulfat.
Penyulit pada pungtum lakrimal bagian medial sudut balik mata yang akan
menyumbat ductus lakrimal.

3. Blefaritis Seboroik
Blefaritis seboroik biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun),
dengan keluhan mata kotor, panas, dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah
secret yang keluar dari kelenjar meibom, air mata berbusa pada kantus
lateral, biperemia dan hipertrofipapil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat
terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis, dan jejaring keropeng.
Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar
penanganannya.

Pengobatannya ialah dengan memperbaiki kebersihan dan


membersihkan kelopak dari kotoran. Dilakukan pembersihan dengan kapas
lidi hangat. Dapat dilakukan pembersihan dengan nitrat argenti 1%. Salep
sulfonamide berguna pada aksi keralotiknya. Kompres hangat selama 5-10
menit. Kelenjar meibom dibersihkan dan ditekan menggunakan shampoo
bayi. Pada blefaritis seboroik antibiotic diberikan local dan sistemik seperti
tetrasiklin oral 4 kali 250 mg. penyulit yang dapat timbul berupa flikten,
keratitis marginal, ulkus kornea, vaskularisasi, hordeolum dan madarosis.

19
4. Blefaritis Squamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau
krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak menyebabkan
terjadinya luka kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang
mengenai kelenjar kulit di daerah akar bulu mata dan sering terdapat pada
orang dengan kulit berminyak.

Blefaritis ini berjalan bersama dermatitis sebore. Penyebeb blefaritis


squamosal ialah kelaianan metabolic ataupun oleh jamur. Pasien dengan
blefaritis squamosa akan merasa panas dan gatal. Pada blefaritis skuamosa
terdapat sisik berwarna halus-halus dan penebalan margo palpebra disertai
dengan madorosis. Sisik ini dapat dikupas dari dasarnya tanpa
mengakibatkan perdarahan. Pengobatan blefaritis skuamosa ialah dengan
membersihkan tepi kelopak dengan shampoo bayi, salep mata, dan steroid
setempat disertai dengan memperbaiki metabolism pasien. Penyulit yang
dapat terjadi pada blefiritis skuamosa adalah keratitis dan konjungtivitis

20
5. Blefaritis ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak
akibat infeksi Staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng
berwarna kekuning-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang
kecil dan mengeluarkan darah disekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif
skuama yang terbentuk bersifat kering dank eras, yang bila diangkat akan
luka dengan disertai persdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius.
Ulserasi berjalan lanjut dan lebih dalam merusak folikel rambut sehingga
mengakibatkan rontok (madarosis).

Pengobatan dilakukan dengan antibiotic dan hygiene yang baik.


Pengobatan pada blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin,
atau basitrasin. Biasanya disebabkan stafilokok maka diberi obat
Staphylococcus. Apabila ulseratif luas harus ditambah antibiotic sistemik
dan diberi roboransia. Penyulitnya adalah madarosis akibat ulserasi berjalan
lanjut yang merusak folikel rambut, trikiasis, keratits superficial, keratitis
pungtata, hordeolum, dan kalazion. Bila ulkus kelopak ini sembuh maka
akan terjadi tarikan jaringan parut yang juga dapat berakibat trikiasis.

21
Perbedaan blefaritis ulseratif dan non ulseratif

Blefaritis ulseratif Blefaritis non ulseratif


Etiologinya  Staphylococcus aureus Pitirosporum ovale
Bulu mata jatuh, tidak diganti oleh yang baru, Bulu mata cepat jatuh, tetapi diganti dengan
karena ada destruksi dari folikel rambut yang baru , karena tak ada destruks dari
folikel rambut
Di pangkal rambut terdapat krusta. Bila krusta Dipangkal bulu mata tak tampak krusta tetapi
dilepaskan tampak ulkus kecil-kecil. Krusta skuama.
warnanya kuning, kering, bulu mata lengket.
Blefaritis non ulseratif hampir selalu
berhubungan dengan adanya ketombe di
kepala, alis mata, atau telinga.

B. Blefaritis virus
1. Herpes zoster
Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri
saraf trigeminus. Biasanya herpes zoster akan mengenai orang dengan usia lanjut.
Bila yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala herpes
zoster pada mata dan kelopak mata atas. Gejala tidak akan melampaui garis median
kepala dengan tanda-tanda yang terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang
terkena dan badan berasa demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrat
pada kornea bila mata terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf trigeminus
superficial merupakan gejala yang khusus pada infeksi herpes zoster mata.

2. Herpes simplek
Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai dengan keadaan yang
sama pada bibir merupakan tanda herpes simpleks kelopak. Dikenal bentuk blefaritis
simpleks yang merupakan radang tepi kelopak ringan dengan terbentuknya krusta
kuning basah pada tepi bulu mata, yang mengakibatkan kedua kelopak lengket.

22
D. Blefaritis Jamur
1. Infeksi superfisial
Infeksi jamur pada kelopak superfisial biasanya diobati dengan
griseofulvin terutama efektif untuk epidermomikosis. Diberikan 0,5 – 1 gram
sehari dengan dosis tunggal atau dibagi rata. Pengobatan diteruskan 1-2 minggu
setelah terlihat gejala menurun. Untuk infeksi candida diberi pengobatan nystatin
topical 100.000 unit per gram.

2. Infeksi jamur dalam


Pengobatan infeksi jamur dalam adalah secara sistemik. Infeksi Actinomyces
dan Nocardia efektif diobati dengan sulfonamide, penisilin atau antibiotic
spectrum luas. Amfoterisin B dipergunakan untuk pengobatan Histoplasmosis,
sporotrikosis, asperligosis, torulosis, kriptokokosis dan blastomikosis.
Pengobatan amfoterisin B dimulai dengan 0,05-0,1 mg/Kgbb, yang diberikan
intravena lambat selama 6-8 jam. Dilarutkan dalam dekstrose 5% dalam air. Dosis
dinaikan sampai 1 mg/Kgbb, dosis total tidak boleh melebihi 2 gram. Pengobatan
diberikan setiap hari selama 2-3 minggu.

23
II.4. Konjungtivitis
Peradangan pada konjungtiva atau konjungtivitis dapat disebabkan oleh
bakteri-virus-fungus-alergi. Oleh karena itu, pada setiap konjungtivitis perlu
dilakukan pemeriksaan mikroskopis dari secret ataupun kerokan konjungtiva
untuk mengetahui penyebabnya supaya pengobatannya tepat.1

Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar


mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-
organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan
kimia.2

II.4.1. Etiologi
Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat:
 Infeksi oleh virus atau bakteri
 Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang
 Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet
dari las listrik atau sinar matahari.

II.4.2 Gambaran Klinik Konjungtivitis


a. Subjektif
Seperti ada benda asing, berpasir, pedih, panas, gatal, kadang kabur,
lengket waktu pagi.

b. Objektif
1. Injeksi Konjungtiva
Pelebaran pembuluh a. konjungtiva posterior, yang memberi gambaran
berkelok-kelok, merah dari bagian perifer konjungtiva bulbi menuju kornea
dan ikut bergerak apabila konjungtiva bulbi digerakkan.

24
2. Folikel
Kelainan berupa tonjolan pada jaringan konjungtiva, besarnya kira-
kira 1mm. tonjolan ini mirip vesikel. Gambaran permukaan folikel landai,
licin abu-abu kemerehan karena adanya pembuluh darah dari pinggir
folikel yang naik kearah puncak folikel.
3. Papil raksasa (Coble-stone)
Cobble-stone berbentuk polygonal tersusun berdekatan dengan
permukaan datar. Pada coble-stone pembuluh darah berasal dari bawah
sentral.
4. Flikten
Tonjolan berupa sebukan sel-sel radang kronik di bawah epitel
konjungtiva atau kornea, berupa suatu mikro-abses, dimana permukaan
epitel mengalami nekrosis.
5. Membran
Massa putih padat yang menutupi sebagian kecil, sebagian besar, atau
seluruh konjungtiva. Paling sering menutupi konjungtiva tarsal. Massa puth
ini dapat berupa endapan secret, sehingga mudah diangkat, dan disebut
pseudomembran. Selain massa putih yang menutupi konjungtiva dapat
berupa koagulasi dan nekrosis konjungtiva, sehingga sukar diangkat,
disebut membran.7
Gejala lainnya adalah:
- mata berair
- mata terasa nyeri
- mata terasa gatal
- pandangan kabur
- peka terhadap cahaya
- terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.2

25
II.4.3 Klasifikasi Konjungtivitis
1. Konjungtivitis Bakteri
 Definisi
Inflamasi konjungtiva diakibatkan Staphylococcus aureus
(berhubungan dengan blefaritis), S.Epidermidis, Streptococcus
pneumonia, dan Haemophilus influenza (khususnya pada anak-
anak)
 Diagnosis
Gejala : Mata merah, pedih, nyeri, mengganjal, eksudat, lakrimasi
Tanda :
- Papila konjungtiva
- Kemosis : pembengkakan konjungtiva
- Konjungtiva injeksi
- Tanpa adenopati preaurikuler
Pemeriksaan penunjang :
- Pemeriksaan tajam penglihatan
- Pemeriksaan segmen anterior bola mata
- Sediaan langsung (swab konjungtiva untuk pewarnaan garam)
untuk mengindentifikasi bakteri, jamur dan sitologinya.
 Terapi
Prinsip terapi dengan obat topical spectrum luas. Pada 24 jam
pertama obat diteteskan tiap 2 jam kemudian pada hari berikutnya
diberikan 4 kali sehari selama 1 minggu. Pada malam harinya
diberikan salep mata untuk mencegah belekan di pagi hari dan
mempercepat penyembuhan
 Prognosis
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri,
infeksi dapat berlangsung selama 10-14 hari; jika diobati dengan
memadai, 1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus (yang dapat
berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap

26
menahun) dan konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak diobati
dapat berakibat perforasi kornea dan endoftalmitis). Karena
konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk bagi meningokokus ke
dalam darah dan meninges, hasil akhir konjungtivitis
meningokokus adalah septicemia dan meningitis.Konjungtivitis
bacterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan
menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan.1,4
 Pencegahan
- Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah
membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci
tangannya bersih-bersih.
- Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah
menangani mata yang sakit.
- Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan
penghuni rumah lainnya.8

2. Konjungtivitis Virus
1. Konjungtivitis Folikuler Virus Akut
 Tanda dan gejala
Demam Faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3-40 ⁰C,
sakit tenggorokan, dan konjungtivitis folikuler pada satu atau dua
mata. Folikuler sering sangat mencolok pada kedua konjungtiva dan
pada mukosa faring. Mata merah dan berair mata sering terjadi, dan
kadang-kadang sedikit kekeruhan daerah subepitel. Yang khas adalah
limfadenopati preaurikuler (tidak nyeri tekan).1
 Laboratorium
Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh
adenovirus tipe 3 dan kadang – kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu
dapat dibiakkan dalam sel HeLa dan ditetapkan oleh tes netralisasi.
Dengan berkembangnya penyakit, virus ini dapat juga didiagnosis

27
secara serologic dengan meningkatnya titer antibody penetral virus.
Diagnosis klinis adalah hal mudah dan jelas lebih praktis.1,3,6
Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tak ada
bakteri yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anak-anak
daripada orang dewasa dan sukar menular di kolam renang berchlor. 1,3,6
 Terapi
Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri,
umumnya dalam sekitar 10 hari. 1

2. Keratokonjungtivitis Epidemika
 Tanda dan gejala
Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya
sering pada satu mata saja, dan biasanya mata pertama lebih parah.
Pada awalnya pasien merasa ada infeksi dengan nyeri sedang dan
berair mata, kemudian diikuti dalam 5-14 hari oleh fotofobia, keratitis
epitel, dan kekeruhan subepitel bulat. Sensai kornea normal. Nodus
preaurikuler yang nyeri tekan adalah khas. Edema palpebra, kemosis,
dan hyperemia konjungtiva menandai fase akut. Folikel dan
perdarahan konjungtiva sering muncul dalam 48 jam. Dapat
membentuk pseudomembran dan mungkin diikuti parut datar atau
pembentukan symblepharon. 1,3,4
Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan
subepitel terutama terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan
menetap berbulan-bulan namun menyembuh tanpa meninggalkan
parut. Keratokonjungtiva epidemika pada orang dewasa terbatas pada
bagian luar mata. Namun, pada anak-anak mungkin terdapat gejala
sistemik infeksi virus seperti demam, sakit tenggorokan, otitis media,
dan diare.

28
 Laboratorium
Keratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8,
19, 29, dan 37 (subgroub D dari adenovirus manusia). Virus-virus ini
dapat diisolasi dalam biakan sel dan diidentifikasi dengan tes
netralisasi. Kerokan konjungtiva menampakkan reaksi radang
mononuclear primer; bila terbentuk pseudomembran, juga terdapat
banyak neutrofil. 1
 Penyebaran
Transmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering
terjadi melalui jari-jari tangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang
kurang steril, atau pemakaian larutan yang terkontaminasi. Larutan
mata, terutama anestetika topical, mungkin terkontaminasi saat ujung
penetes obat menyedot materi terinfeksi dari konjungtiva atau silia.
Virus itu dapat bertahan dalam larutan itu, yang menjadi sumber
penyebaran. 1,3
 Pencegahan
Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan
memakai penetes steril pribadi atau memakai tetes mata dengan
kemasan unit-dose. Cuci tangan secara teratur di antara pemeriksaan
dan pembersihan serta sterilisasi alat-alat yang menyentuh mata
khususnya tonometer juga suatu keharusan. Tonometer aplanasi harus
dibersihkan dengan alcohol atau hipoklorit, kemudian dibilas dengan
air steril dan dikeringkan dengan hati-hati. 4,6
 Terapi
Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin
akan mengurangi beberapa gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis
akut dapat memperpanjang keterlibatan kornea sehingga harus
dihindari. Agen antibakteri harus diberikan jika terjadi superinfeksi
bacterial. 1

29
3. Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks
 Tanda dan gejala
Konjungtivitis virus herpes simplex biasanya merupakan penyakit
anak kecil, adalah keadaan yang luar biasa yang ditandai pelebaran
pembuluh darah unilateral, iritasi, bertahi mata mukoid, sakit, dan
fotofobia ringan. Pada kornea tampak lesi-lesi epithelial tersendiri
yang umumnya menyatu membentuk satu ulkus atau ulkus-ulkus
epithelial yang bercabang banyak (dendritik). Konjungtivitisnya
folikuler. Vesikel herpes kadang-kadang muncul di palpebra dan
tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra. Khas terdapat
sebuah nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan. 1,3
 Laboratorium
Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan.
Jika konjungtivitisnya folikuler, reaksi radangnya terutama
mononuclear, namun jika pseudomembran, reaksinya terutama
polimorfonuklear akibat kemotaksis dari tempat nekrosis. Inklusi
intranuklear tampak dalam sel konjungtiva dan kornea, jika dipakai
fiksasi Bouin dan pulasan Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan
pulasan Giemsa. Ditemukannya sel – sel epithelial raksasa
multinuclear mempunyai nilai diagnostic.3
Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator
berujung kain kering di atas konjungtiva dan memindahkan sel-sel
terinfeksi ke jaringan biakan.3
 Terapi
Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada
orang dewasa, umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi.
Namun, antivirus local maupun sistemik harus diberikan untuk
mencegah terkenanya kornea. Untuk ulkus kornea mungkin diperlukan
debridemen kornea dengan hati-hati yakni dengan mengusap ulkus
dengan kain kering, meneteskan obat antivirus, dan menutupkan mata

30
selama 24 jam. Antivirus topical sendiri harus diberikan 7 – 10 hari:
trifluridine setiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vida rabine lima
kali sehari, atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun
dan 1 tetes setiap 2 jam di waktu malam. Keratitis herpes dapat pula
diobati dengan salep acyclovir 3% lima kali sehari selama 10 hari atau
dengan acyclovir oral, 400 mg lima kali sehari selama 7 hari.3
Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih
jarang adalah pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical
harus dipakai 7-10 hari. Penggunaan kortikosteroid
dikontraindikasikan, karena makin memperburuk infeksi herpes
simplex dan mengkonversi penyakit dari proses sembuh sendiri yang
singkat menjadi infeksi yang sangat panjang dan berat. 1,3

4. Konjungtivitis Hemoragika Akut


 Epidemiologi
Semua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami
epidemic besar konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini.
Pertama kali diketahui di Ghana dalam tahun 1969. Konjungtivitis ini
disebabkan oleh coxackie virus A24. Masa inkubasi virus ini pendek
(8-48 jam) dan berlangsung singkat (5-7 hari). 5
 Tanda dan Gejala
Mata terasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak
mengeluarkan air mata, merah, edema palpebra, dan hemoragi
subkonjungtival. Kadang-kadang terjadi kemosis. Hemoragi
subkonjungtiva umumnya difus, namun dapat berupa bintik-bintik
pada awalnya, dimulai di konjungtiva bulbi superior dan menyebar ke
bawah. Kebanyaka pasien mengalami limfadenopati preaurikuler,
folikel konjungtiva, dan keratitis epithelial. Uveitis anterior pernah
dilaporkan, demam, malaise, mialgia, umum pada 25% kasus. 1,5

31
 Penyebaran
Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan
oleh fomite seperti sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air.
Penyembuhan terjadi dalam 5-7 hari.
Temuan Viral Bakteri Klamidia Alergika
Klinis dan
Sitologi
Gatal Minimal Minimal Minimal Hebat
Hiperemia Generalisata Generalisata Generalisata Generalisata
Mata berair Banyak Sedang Sedang Minimal
Eksudasi Minimal Banyak Banyak Minimal
Adenopati Sering Jarang Hanya sering pada Tak ada
preaurikular konjungtivitis
inklusi
Pada kerokan Monosit Bakteri, PMN PMN, sel plasma, Eosinofil
dan eksudat badan inklusi
yang dipulas
Disertai sakit Sesekali Sesekali Tak pernah Tak pernah
tenggorokan
dan demam

II.4.4 Diagnosis Banding

Tanda Konjuntivitis Keratitis/Iritis Glaukoma akut


Tajam penglihatan Normal Turun nyata Sangat kabur
Silau Tidak ada Nyata -
Sakit Pedes, rasa kelilipan Sakit Berat
Mata merah Injeksi konjungtival Injeksi siliar Injeksi sirkumkorneal
Sekret Serous, mukos, purulen Tidak ada Tidak ada
Lengket kelopak Terutama pagi hari Tidak ada Tidak ada
Pupil Normal Mengecil Dilatasi sedang dan terfiksasi
(tidak ada respon cahaya
pupil)

II.5 KATARAK
II.5.1. DEFINISI
Setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya.
Biasanya kekruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat
tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama (Ilyas, S. 2007).

32
II.5.2. FAKTOR RISIKO
- Faktor individu
Faktor individu yang mempengaruhi diantaranya ras, keturunan dan usia
pasien
- Faktor lingkungan
Bahan toksik dan merokok merupakan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi
- Faktor nutrisi
Orang yang tinggal di daerah pegunungan banyak mengkonsumsi protein
hewani yang bisa menghambat katarak dengan jalan mencegah denaturasi
protein
- Faktor protektif
Faktor protektif diantaranya adalah keracunan obat dan penggunaan
kortikosteroid
Beberapa penelitian menyatakan, bahwa katarak senilis dipercepat oleh
beberapa faktor antara lain : penyakit diabetes melitus, hipertensi dengan sistole
naik 20 mmHg, paparan sinar ultraviolet B dengan panjang gelombang antara 280-

33
315 μm lebih dari 12 jam, indeks masa badan lebih dari 27, asap rokok lebih dari
10 batang/hari baik perokok aktif maupun pasif (Sheila et al, 1995; Glynn et al,
1995).

II.5.3. EPIDEMIOLOGI
Katarak senilis terjadi pada usia lanjut, yaitu di atas 50 tahun. Insidensi
katarak di dunia mencapai 5-10 juta kasus baru tiap tahunnya. Katarak senile
merupakan penyebab utama kebutaan, sangat sering ditemukan dan bahkan dapat
dikatakan sebagai suatu hal yang dapat dipastikan timbulnya dengan bertambahnya
usia penderita (Depkes RI, 1996).
Di negara berkembang, katarak merupakan 50-70% dari seluruh penyebab
kebutaan, selain kasusnya banyak dan munculnya lebih awal. Di Indonesia, pada
tahun 1991 didapatkan prevalensi kebutaan 1,2% dengan kebutaan katarak sebesar
0,67% dan tahun 1996 angka kebutaan meningkat 1,47% (Depkes RI, 1996).

II.5.4. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI


Kekeruhan pada lensa dapat disebabkan oleh kelainan kongenital mata, trauma,
penyakit mata, proses usia atau degenerasi lensa, kelainan sistemik seperti diabetes
melitus, riwayat penggunaan obat-obatan steroid dan lainnya. Kerusakan oksidatif
oleh paparan sinar ultraviolet, rokok dan alkohol, dapat meningkatkan risiko
terjadinya katarak (Ilyas, S. 2007).
Penyebab katarak senile sampai sekarang masih belum diketahui secara pasti.
Ada beberapa konsep penuaan yang mengarah pada proses terbentuknya katarak senil
(Ilyas, S. 2007) :
- Jaringan embrio manusia dapat membelah 50 kali kemudian akan mati
- Teori cross-link yang menjelaskan terjadinya pengikatan bersilang asam
nukleat dan molekul protein sehingga mengganggu fungsi
- Imunologis, dengan bertambahnya usia menyebabkan bertambahnya cacat
imunologis sehingga mengakibatkan keruasakan sel.
- Teori mutasi spontan dan teori radikal bebas

34
Pada dasarnya, semua sinar yang masuk ke mata harus terlebih dahulu melewati
lensa. Karena itu setiap bagian lensa yang menghalangi, membelokkan atau
menyebarkan sinar bisa menyebabkan gangguan penglihatan. Pada katarak terjadi
kekeruhan pada lensa, sehingga sinar yang masuk tidak terfokuskan pada retina, maka
bayangan benda yang dilihat akan tampak kabur (Ilyas, S. 2007).

35
II.5.5. GAMBARAN KLINIS
Seorang penderita katarak mungkin tidak menyadari telah mengalami gangguan
katarak. Katarak terjadi secara perlahan-lahan, sehingga penglihatan penderita
terganggu secara berangsur, karena umumnya katarak tumbuh sangat lambat dan
tidak mempengaruhi daya penglihatan sejak awal. Daya penglihatan baru terpengaruh
setelah katarak berkembang sekitar 3-5 tahun. Karena itu, pasien katarak biasanya
menyadari penyakitnya setelah memasuki stadium kritis (Ilyas S., 2007; Daniel V. et
al, 2000).
Gejala umum gangguan katarak meliputi (Ilyas, S. 2007) :
- Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek
- Peka terhadap sinar atau cahaya
- Dapat melihat ganda pada satu mata
- Kesulitan untuk membaca
- Lensa mata berubah menjadi buram

II.5.6. KLASIFIKASI KATARAK


Katarak dapat diklasifikasikan berdasarkan usia, letak kelainan pada lensa
maupun berdasarkan stadiumnya (Daniel V. et al, 2000).
a. Berdasarkan Usia
1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun
2. Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia > 3 bulan tetapi kurang dari 9
tahun
3. Katarak senil, katarak setelah usia 50 tahun
b. Bedasarkan Letak
1. Katarak Nuklear
Katarak yang lokasinya terletak pada bagian tengah lensa atau nukleus. Nukleus
cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari jernih menjadi
kuning sampai coklat. Biasanya mulai timbul sekitar usia 60-70 tahun dan
progresiviasnya lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling banyak
terjadi. Pandangan jauh lebih dipengaruhin daripada pandangan dekat, bahkan

36
pandangan baca dapat menjadi lebih baik, sulit menyetir pada malam hari.
Penderita juga mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna biru
dan ungu (Daniel V. et al, 2000).
2. Katrak Kortikal
Katarak menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks, biasanya
mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat. Terdapat
wedge-shape opacities/cortical spokes atau gambaran seperti ruji. Banyak pada
penderita DM, dengan keluhan yang paling seringa yaitu penglihatan jauh dan
dekat terganggu, disertai penglihatan merasa silau (Daniel V. et al, 2000).

Gambar 2. Katarak Nuklear dan Katarak Kortikal

3. Katarak Subkapsularis Posterior


Bentuk ini terletak pada bagian belakang dari kapsul lensa. Katarak subkapsularis
posterior lebih sering pada kelompok usia lebih muda daripada katarak kortikal
dan katarak nuklear. Biasanya timbul pada usia sekitar 40-60 tahun dan
progresivitasnya cepat, bentuk ini lebih sering menyerang orang dengan diabetes
obesitas atau pemakaian steroid jangka panjang. Katarak ini menyebabkan
kesulitan membaca, sulau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang (Daniel V.
et al, 2000).

37
Gam
bar
3.
Kata
rak
Subs
caps
ular
dan
Kata
rak
Lanjut

c. Berdasarkan Stadium (untuk katarak senilis)


1. Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak yang
membentuk gerigi dengan dasar di perifer dan daerah jernih diantaranya,
kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini pada
awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium ini, terdapat keluhan
poliopia yang disebabkan oleh indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian
lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk waktu yang lama (Ilyas, S. 2007).
2. Katarak Imatur
Pada katarak imatur, terjadi kekeruhan yang
lebih tebal, tetapi belum mengenai semua
lapisan lensa sehingga masih terdapat
bagian-bagian yang jernih pada lensa.
Terjadi penambahan volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa
yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat
menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik
mata dangkal sehingga terjadi glaukoma sekunder. Pada pemeriksaan uji
bayangan iris atau shadow test, maka akan terlihat bayangan iris pada lensa,
sehingga hasil uji shadow test (+) (Ilyas, S. 2007).

38
3. Katarak Intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif
menyerap air. Masuknya air ke dalam lensa menyebabkan lensa menjadi bengkak
dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal
dibandingkan dalam keadaan normal. Katrak intumesen biasanya terjadi pada
katarak yang berjalan cepat dan menyebabkan miopia lentikular (Ilyas, S. 2007).
4. Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai
seluruh lensa. Proses degenerasi yang berjalan
terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama
hasil disintegrasi melalui kapsul, sehingga lensa
kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan
akan berukuran kedalaman normal kembali.
Tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga bayangan iris
negatif (Ilyas, S. 2007).
5. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang
mengalami degenarsi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa
menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai
kapsul yang tebal., maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar,
maka korteks akan memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang terbenam
di korteks lensa. Uji banyangan iris memberikan gambaran pseudopositif (Ilyas, S.
2007).

39
Tabel 1. Perbandingan Katarak Berdasarkan Stadium

II.5.7. DIAGNOSIS BANDING


1. Katarak Diabetik
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes melitus.
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan sistemik, seperti salah satnnya
pada penyakit diabetes melitus. Katarak pada diabetes meluts dapat terjadi da;am
3 bentuk (Ilyas, S. 2007) :
- Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa
akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila
dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bila
terjadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali
- Pasien diabetes juvenile dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak
serentak pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau bentuk
piring subkapsular
- Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histopatologi
dan biokimia sama dengan katarak pasien non-diabetik
2. Katarak Komplikata
Merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang dan porses
degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaukoma, tumor

40
intraokular, iskemia okular, nekrosis anterior segmen, buftalmos, akibat suatu
trauma dan pasca bedah mata (Ilyas, S. 2007).
Katarak komplikata dapat pula disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin,
seperti diabetes melitu, hipoparatiroid, galaktosemia dan miotonia distrofi,
maupun disebabkan oleh keracunan obat (tiotepa intravena, steroid lokal lama,
steroid sistemik, oral kontraseptik dan miotika antikolinesterase). Katarak
komplikata memberikan tanda khusus dimana kekeruhan dimulai di daerah
bawah kapsul atau pada lapis korteks, kekeruhan dapat difus, pungtata, linier,
rosete, reticulum dan biasanya terlihat vakuol (Ilyas, S. 2007)
3. Katarak Traumatik
Katarak jenis ini paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa
atau trauma tumpul terhadap bola mata. Sebagian besar katarak traumatik dapat
dicegah (Ilyas, S. 2007).
Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing, karena lubang
pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang-kadzng corpus
vitreum masuk dalam struktur lensa. Pasien mengeluh penglihatan kabur secara
mendadak. Mata menjadi merah, lensa opak dan mungkin disertai terjadinya
perdarahan intraokular. Apabila humor aqueus atau korpus vitreum keluar dari
mata, mata menjadi sangat lunak. Penyulit adalah infeksi, uveitis, ablasio retina
dan glaukoma (Ilyas, S. 2007).

II.5.8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada katarak adalah tindakan pembedahan. Pengobatan yang
diberikan biasanya hanya memperlambat proses, tetapi tidak menghentikan
proses degenerasi lensa. Beberapa obat-obatan yang digunakan untuk
menghambat proses katarak adalah vitamin dosis tinggi, kalsium sistein maupun
iodium tetes (Ilyas, S. 2007).
Tindakan pembedahan dilakukan dengan indikasi :
a. Indikasi Optik : pasien mengeluh gangguan penglihatan yang mengganggu
kehidupan sehari-hari, dapat dilakukan operasi katarak

41
b. Indikasi Medis : kondisi katarak harus dioperasi diantaranya katarak
hipermatur, lensa yang menginduksi uveitis, dislokasi/subluksasi lensa,
benda asing intraretikuler, retinopati diabetik, ablasio retina atau patologi
segnen posterior lainnya.
c. Indikasi Kosmetik : jika kehilangan penglihatan bersifat permanen karena
kelainan retina atau saraf optik, tetapi leukokoria yang diakibatkan katarak
tidak dapat diterima pasien, operasi dapat dilakukan meskipun tidak dapat
mengembalikan penglihatan.

Pembedahan katarak dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya yaitu :


a. EKIK (Ekstraksi Katarak Intra Kapsular)
Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan
pada katarak senil. lensa beserta kapsulnya dikeluarkan dengan memutus
zonula Zinn yang telah mengalami degenerasi. Pada saat ini pembedahan
intrakapsuler sudah jarang dilakukan (Ilyas, S. 2007).
b. EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular)
Lensa diangkat dengan meninggalkan kapsul, untuk memperlunak
lensa sehingga mempermudah pengambilan lensa melalui sayatan yang
kecil, digunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi (fakoemulsifikasi).
Termasuk kedalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan
kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular,
kemungkinan akan dilakukan bedah gloukoma, mata dengan presdiposisi
untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi
retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah ablasi, untuk
mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps
badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat
terjadinya katarak sekunder (Ilyas, S. 2007).

42
c. Fakoemulsifikasi
Ekstraksi lensa dengan fakoemulsifikasi, yaitu teknik operasi katarak
modern menggunakan gel, suara berfrekuensi tinggi dengan sayatan 3 mm
pada sisi kornea. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar
2-3 mm) di kornea. Getaran ultrasonik akan digunakan untuk
menghancurkan katarak, selanjutnya mesin phaco akan menyedot massa
katarak yang telah hancur tersebut sampai bersih. Sebuah lensa intra ocular
(IOL) yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Untuk lensa
lipat (foldable lens) membutuhkan insisi sekitar 2,8 mm, sedangkan untuk
lensa tidak lipat insisi sekitar 6 mm. Karena insisi yang kecil untuk foldable
lens, maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang
memungkinkan dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.
Indikasi teknik fakoemulsifikasi berupa calon terbaik pasien muda
(40-50 tahun), tidak mempunyai penyakit endotel, bilik mata dalam, pupil
dapat dilebarkan hingga 7 mm. Kontraindikasinya berupa tidak terdapat hal-
hal salah satu di atas, luksasi atau subluksasi lensa. Prosedurnya dengan
getaran yang terkendali sehingga insidens prolaps menurun. Insisi yang
dilakukan kecil sehingga insiden terjadinya astigmat berkurang dan edema
dapat terlokalisasi, rehabilitasi pasca bedahnya cepat, waktu operasi yang
relatif lebih cepat, mudah dilakukan pada katarak hipermatur. Tekanan
intraokuler yang terkontrol sehingga prolaps iris, perdarahan ekspulsif
jarang. Kerugiannya berupa dapat terjadinya katarak sekunder sama seperti
pada teknik EKEK, alat yang mahal, pupil harus terus dipertahankan lebar,
endotel “loss” yang besar (Ilyas, S. 2007).

II.6 Pseudofakia

Pseudofakia adalah suatu keadaan dimana mata terpasang lensa tanam


setelah operasi katarak. Lensa ini akan memberikan penglihatan lebih baik.
Lensa intraokular ditempatkan waktu operasi katarak dan akan tetap disana

43
untuk seumur hidup. Lensa ini tidak akan mengganggu dan tidak perlu
perawatan khusus dan tidak akan ditolak keluar oleh tubuh.
Gejala dan tanda pseudofakia :
- Penglihatan kabur
- Visus jauh dengan optotype Snellen
- Pasien dapat mengalami myopi atau hipermetropi tergantung visus
pasien sebelumnya
- Terdapat bekas insisi atau jahitan
Letak lensa didalam bola mata dapat bermacam – macam, seperti :
- Pada bilik mata depan, yang ditempatkan didepan iris dengan kaki
penyokongnya bersandar pada sudut bilik mata
- Pada pupil dengan fiksasi pupil
- Pada bilik mata belakang, yang diletakkan pada kedudukan lensa normal
dibelakang iris. Lensa dikeluarkan dengan ekstraksi lensa ekstra
kapsular
- Pada kapsul lensa.

Pada saat ini pemasangan lensa terutama diusahakan terletak di


dalam kapsul lensa. Meletakkan lensa tanam didalam bilik mata memerlukan
perhatian khusus :
- Endotel kornea terlindung
- Melindungi iris terutama pigmen iris
- Melindungi kapsul posterior lensa
- Mudah memasukkannya karena tidak memberikan cedera pada
zonula lensa.
Keuntungan pemasangan lensa ini :
- Penglihatan menjadi lebih fisiologis karena letak lensa yang
ditempatkan pada tempat lensa asli yang diangkat.
- Lapang penglihatan sama dengan lapang pandangan normal
- Tidak terjadi pembesaran benda yang dilihat
- Psikologis, mobilisasi lebih cepat.

44
Pemasangan lensa tidak dianjurkan kepada :
1. Mata yang sering mengalami radang intra okuler (uveitis)
2. Anak dibawah 3 tahun
3. Uveitis menahun yang berat
4. Retinopati ultifoc ultifocale berat
5. Glaukoma neovaskuler

II.6.1 LENSA INTRAOKULER DAN IMPLAN

Lensa intraocular (IOL) umum digunakan untuk memperbaiki atau


menyembuhkan cacat visual. IOL dikategorikan dalam dua jenis: monofocal
atau ultifocal. Lensa ultifocal monofocal atau ultifocal dapat dimanfaatkan
dalam penggantian Lensa mata rusak.
 IOL monofokal
IOL monofokal yang berarti mereka memberikan visi pada satu jarak saja
(jauh, menengah atau dekat) berarti bahwa pasien harus memakai kacamata
atau lensa kontak untuk membaca, menggunakan komputer atau melihat pada
jarak lengan.
 IOL Multifocal
IOL multifokal menawarkan kemungkinan melihat dengan baik
pada lebih dari satu jarak, tanpa kacamata atau lensa kontak.
 Toric IOL untuk Astigmatisma
IOL toric dirancang untuk mengoreksi astigmatisme. Toric IOL datang
dalam berbagai kekuatan visi jarak, dalam 2 versi. Satu, mengoreksi
hingga 2,00 dioptri (D) dari Silindris dan yang lain
mengoreksi hingga 3,50 D. Model yang berbeda juga dapat menyaring UV yang
berpotensi merusak atau cahaya biru.
Kebanyakan ahli bedah yang merawat Silindris pada pasien katarak,
cenderung menggunakan astigmatik keratotomi (AK) atau limbal relaxation
incision, yang membuat sayatan di kornea. Selain
astigmatisme kornea, beberapa orang mungkin

45
memiliki astigmatisme lenticular, yang disebabkan oleh ketidakteraturan dalam
bentuk lensa alami di dalam mata. Hal ini bisa diperbaiki dengan IOL toric
namun dengan risiko penglihatan memburuk karena lensa berputar dari
posisi, sehingga butuh operasi lebih lanjut untuk memposisikan atau
mengganti IOL.
 Monovision dengan Lensa Intraokuler
Jika operasi katarak melibatkan kedua mata bisa dipertimbangkan
menggunakan monovision. Hal ini dengan menanamkan sebuah IOL di satu
mata yang memberikan penglihatan dekat dan IOL di mata lain yang
menyediakan penglihatan jarak.
Biasanya orang dapat menyesuaikan diri. Tapi jika tidak
bisa, penglihatan mungkin menjadi kabur baik dekat dan jauh. Masalah lain
adalah bahwa persepsi kedalaman dapat menurun karena visus
binokuler kurang – yang berarti, mata tidak bekerja sama.
 Aspheric IOL
IOL berbentuk bola, yang berarti permukaan depan secara seragam
melengkung. IOL aspheric, pertama kali diluncurkan oleh Bausch + Lomb pada
tahun 2004, yang sedikit datar di pinggiran dan dirancang untuk memberikan
sensitivitas kontras yang lebih baik. Lensa ini memiliki kemampuan untuk
mengurangi penyimpangan visual.
Beberapa ahli bedah katarak memperdebatkan manfaat IOLs aspheric,
karena manfaat sensitivitas kontras tidak dapat berlangsung pada pasien yang
lebih tua karena sel-sel ganglion retina adalah penentu utama sensitivitas
kontras dan pada usia tua secara bertahap kehilangan sel-sel ini. Namun, orang
muda yang menjalani operasi katarak sekarang cenderung memiliki sel
ganglion lebih banyak dan lebih sehat. Jadi mereka akan dapat menikmati
sensitivitas kontras yang lebih baik untuk waktu yang lama.
 Blue Light-Filtering IOLs
IOL ini memfilter baik ultraviolet (UV) dan energi tinggi sinar biru, yang
keduanya terkandung dalam cahaya alami maupun buatan. Sinar UV telah lama

46
dicurigai bisa menyebabkan katarak dan gangguan penglihatan lain, dan IOL
banyak menyaring mereka keluar seperti lensa mata alami sebelum
penghapusan dalam operasi katarak. Sinar biru, yang berkisar 400-
500 nanometer (nm) dalam spektrum cahaya, dapat menyebabkan kerusakan
retina dan berperan dalam timbulnya degenerasi makula.
IOL ini berwarna kuning transparan untuk menyaring sinar biru. Sebenarnya
warna ini mirip dengan lensa kristal alami. Warna kuning ini tidak
mengubah warna lingkungan atau kualitas penglihatan. Namun, beberapa
penelitian menunjukkan bahwa beberapa sensitivitas kontras mungkin
hilang dengan pemakaian IOL jenis ini. Dalam studi Austria, beberapa
orang yang menggunakan IOL ini melihat adanya penurunan
kualitas penglihatan ketika mereka diberi kuesioner.
Sebuah studi yang dilaporkan dalam edisi Desember 2010, Journal of
Cataract & Refractive Surgery menemukan bahwa pasien katarak dengan IOL
berwarna kuning memiliki kesulitan melihat dalam rentang warna biru pada
kondisi pencahayaan yang kurang.
 “Piggyback” IOL
Bila pasien memiliki hasil yang kurang dari optimal dari
lensa intraokular asli yang digunakan dalam operasi katarak, ada pilihan untuk
memasukkan lensa tambahan dari yang dimiliki saat ini. Hal ini dikenal sebagai
“lensa piggyback”, mungkin dapat memperbaiki penglihatan dan
dianggap lebih aman daripada mengeluarkan dan mengganti lensa yang ada.

47

Anda mungkin juga menyukai