Anda di halaman 1dari 52

CASE PRESENTATION

ANALISA FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASMA PADA PASIEN


(Tn. T)

DI PUSKESMAS NGALIYAN SEMARANG

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk


Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Periode Kepaniteraan Klinik 10 Desember 2017 – 10 Febuari 2018

Disusun oleh :

Erma Handayani

30101306935

Pembimbing :

dr. H. Tjatur Sembodo,MS(PH)

KEPANITERAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PUSKESMAS NGALIYAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

CASE PRESENTATION
ANALISA FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASMA PADA PASIEN
(TN. T)

DI PUSKESMAS NGALIYAN SEMARANG

Yang dipersiapkan dan disusun


oleh:
Erma Handayani

30101306935

Laporan Kasus yang telah diseminarkan, diterima dan disetujui di depan tim
penilai Puskesmas Ngaliyan Semarang.

Semarang, Januari 2018

Pembimbing PKM Ngaliyan Kepala PKM Ngaliyan

dr. Azmi Syahril Fandi dr. Indah Widiastuti

Mengetahui

Pembimbing Kepaniteraan IKM Kepala Bagian IKM

dr. Tjatur Sembodo, MS(PH) DR. Siti Thomas Z., SKM, M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Laporan Kasus di Puskesmas Ngaliyan Semarang Periode Kepaniteraan Klinik 11

Desember 2017 – 10 Febuari 2018.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka

menjalankan kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Laporan ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu

saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr.Indah Widiastuti, selaku Kepala Puskesmas Ngaliyan Semarang.


2. Dr, Azmi Syahril Fandi, selaku pembimbing di Puskesmas Ngaliyan Semarang
3. Dokter, Paramedis, beserta Staf Puskesmas Ngaliyan Semarang atas bimbingan
dan kerjasama yang telah diberikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini jauh dari

sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Oleh karena itu penulis

sangat berterima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhir kata penulis berharap semoga hasil laporan Analisa Penyebab

Terjadinya Asma pada Pasien (Tn. T) di Puskesmas Ngaliyan Semarang dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Januari 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii


CASE PRESENTATION ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 4
1.3. Tujuan ............................................................................................ 4
1.3.1. Tujuan Umum ...................................................................... 4
1.3.2. Tujuan Khusus ..................................................................... 4
1.4. Manfaat .......................................................................................... 5
1.4.1. Manfaat bagi Mahasiswa..................................................... 5
1.4.2. Manfaat bagi Masyarakat ................................................... 5
1.4.3. Manfaat bagi Puskesmas ..................................................... 5
BAB II
ANALISA SITUASI ............................................................................................... 6
2.2.1. Identitas Pasien .................................................................... 6
2.2.2. Pohon Keluarga (Genogram) ............................................ 10
2.2.3. Pemeriksaan Fisik .............................................................. 11
BAB III
PEMBAHASAN ................................................................................................... 19
3.1. Analisa Penyebab Masalah ......................................................... 19
3.1.1. Genetik ................................................................................ 19
3.1.2. Perilaku ............................................................................... 22
Pengetahun pasien dan Keluarga Pasien .................................. 24
3.1.3. Lingkungan ......................................................................... 28

iv
3.1.4. Pelayanan kesehatan .......................................................... 30
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 35
4.1. Simpulan ....................................................................................... 35
4.2. Saran ............................................................................................. 35
4.2.1. Untuk Puskesmas: ................................................................ 35
4.2.2. Untuk Pasien dan Keluarga Pasien ...................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 37

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Genogram Pohon Keluarga ............................................................. 11

Gambar 3. 1. Analisa pendekatan HL blum ......................................................... 32

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1. Anggota Keluarga Pasien .................................................................... 11

Tabel 3. 1. POA (Plan of Action) .......................................................................... 33

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi ..................................................................................... 38


Lampiran 2. Check List Survey Rumah Sehat ...................................................... 39
Lampiran 3 Checklist survei PHBS ...................................................................... 42
Lampiran 4. Leaflet Asma..................................................................................... 43
Lampiran 5. Kuesioner pengetahuan Asma .......................................................... 44

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Asma didefinisikan sebagai penyakit inflamasi kronik saluran

pernafasan dengan perannya sel-sel inflamasi serta elemen selular yang

menyebabkan hiperreaktivitas saluran pernafasan dan mengakibatkan mengi,

sesak nafas, nyeri dada, dan batuk episodik khususnya pada malam atau pada

pagi hari (GINA, 2012). Asma merupakan penyakit resporatorik yang

menjadi masalah kesehatan umum yang terjadi pada anak-anak maupun orang

dewasa baik di negara berkembang maupun negara maju. di Indonesia,

penyakit ini masuk dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan

kematian. Diperkirakan prevalensi asma di Indonesia mencapai 5% dari

seluruh penduduk Indonesia, artinya saat ini ada 12,5 juta pasien yang

menderita asma di Indonesia. di Puskesmas Ngaliyan Semarang selama 1

tahun terhitung dari bulan Januari sampai Desember 2016 mencapai 73 kasus

asma. Tahun 2017 terhitung dari bulan Januari sampai desember terjadi

peningkatan jumlah kasus asma, yaitu sebanyak 175 kasus. Peningkatan

tertinggi pada bulan juli yaitu 23 kasus dan terendah pada bulan april 7 kasus.

Asma memberi dampak negatif bagi kehidupan pengidapnya, seperti

menyebabkan sering tidak masuk sekolah atau kerja dan membatasi kegiatan

olahraga serta aktifitas dari individu maupun seluruh keluarganya. Pada anak-

anak, biaya tidak langsung meningkat jika anak dirawat sehingga menggangu

1
2

pekerjaan keluarga. Menurut sumber, di Amerika tiap harinya 30.000 orang

kambuh, 40.000 orang tidak masuk kerja dan sekolah dan 5.000 orang masuk

Instalasi Gawat Darurat (IGD) akibat asma . Asma dapat muncul berulang

dikarenakan masalah penanganan penderita yang tidak adekuat .keluarga

tidak memahami kondisi penyakit dan pengobatannya karena tidak dapat

mendapat pengetahuan yang cukup tentang penyakit asma. Masalah

lingkungan fisik adalah semakin besarnya polusi yang terjadi lingkungan

indoor dan outdoor, serta perbedaan cara hidup yang kemungkinan ditunjang

dari sosioekonomi individu. Karena lingkungan dalam rumah mampu

memberikan kontribusi besar terhadap faktor pencetus serangan asma, maka

perlu adanya perhatian khusus pada beberapa bagian dalam rumah. Perhatian

tersebut ditujukan pada keberadaan alergen dan polusi udara yang dapat

dipengaruhi oleh faktor kondisi lingkungan rumah dan perilaku keluarga.

Komponen kondisi lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi serangan

asma seperti keberadaan debu, bahan dan desain dari fasilitas perabotan

rumah tangga yang digunakan (karpet, kasur, bantal), memelihara binatang

yang berbulu (seperti anjing, kucing, burung), dan adanya keluarga yang

merokok dalam rumah. Disamping itu agent dan host memiliki andil seperti:

makanan yang disajikan, riwayat keluarga, perubahan cuaca, jenis kelamin.

Purnomo (2008) telah melakukan penelitian terkait Asma dengan

judul penelitian “Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian

Asma” di RS Umum Kabupaten Kudus, Semarang, Jawa Tengah.

Berdasarkan penelitian ini didapatkan data bahwa penyebab Asma adalah


3

asap rokok (p value= 0,001, OR= 23,13), jenis kelamin (p value= 0,028,

OR=8,25), kepemilikan binatang (p value=0,025, OR= 30,65), riwayat

keluarga (p value=0,015, OR= 8,27) dan perubahan cuaca (p value=0,008,

OR= 19,27). namun, di dalam penelitian ini dinyatakan bahwa perabot rumah

tangga (p value =0,059), jenis makanan (p value =0,50) dan debu rumah (p

value =0,306) tidak termasuk kedalam faktor pencetus timbulnya Asma.

Ketiga faktor tersebut berpengaruh akan menimbulkan penyakit Asma tetapi

besar risiko yang diakibatkan lebih kecil, dan secara statistik tidak bermakna.

Deva (2011) juga melakukan penelitian tentang Proporsi Asma terkontrol dan

tidak terkontrol dari kekambuhan Asma. Berdasarkan hasil pemeriksaan ACT

didapatkan bahwa hanya 1 pasien yang terkontrol penuh dan 113 (33%) yang

terkontrol sebagian. Sebagian besar pasien 230 orang (67%) tidak terkontrol.

Satu orang pasien terkontrol penuh merupakan pasien dengan derajat Asma

intermiten dengan pengetahuan tentang Asma yang baik dan aktif mengikuti

kegiatan senam Asma dan selalu berusaha menghindari faktor pencetus. Hasil

penelitian diatas diperkuat oleh hasil penelitian dari Syaiful (2012) tentang

Asosiasi penyakit alergi dengan genetik dan faktor lingkungan. Berdasarkan

hasil penelitian ini ditemukan pula data bahwa debu rumah (p value =0,018),

genetik (p value =0,042). Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak

faktor pencetus penyebab kekambuhan Asma, bukan hanya genetik tapi juga

bisa didapat dari lingkungan dalam dan luar rumah.

Berdasarkan uraian di atas, terdapat peningkatan angka kejadian Asma

di Puskesmas Ngaliyan Semarang pada periode bulan Januari hingga


4

Desember 2017. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menganalisis apa saja

faktor penyebab terjadinya asma pada pasien (Tn. T) di wilayah Puskesmas

Ngaliyan Semarang

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas,

maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Apa saja faktor

penyebab terjadinya asma pada pasien (Tn. T) di wilayah Puskesmas

Ngaliyan Semarang?”

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi mengenai faktor penyebab

terjadinya asma pada pasien (Tn. T) di wilayah Puskesmas Ngaliyan

Semarang berdasarkan pendekatan HL blum .

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor genetik yang

mempengaruhi terjadinya Asma

1.3.2.2. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor perilaku yang

mempengaruhi terjadinya Asma.

1.3.2.3. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor lingkungan

yang mempengaruhi terjadinya Asma

1.3.2.4. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor pelayanan

kesehatan yang mempengaruhi terjadinya Asma


5

1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat bagi Mahasiswa

1.4.1.1. Memberi masukan dan informasi ilmiah untuk memperkaya

keilmuan.

1.4.1.2. Menjadi bahan rujukan untuk penelitian yang lebih lanjut.

1.4.2. Manfaat bagi Masyarakat

1.4.2.1. Memberi rekomendasi langsung kepada masyarakat untuk

memperhatikan pengetahuan, sikap, dan lingkungan tempat

tinggalnya.

1.4.2.2. Memberi rekomendasi kepada tenaga kesehatan untuk lebih

memberdayakan masyarakat dalam upaya kesehatan promotif

dan preventif.

1.4.3. Manfaat bagi Puskesmas

1.4.3.1. Memberi informasi kepada Puskesmas Ngaliyan Semarang

mengenai faktor risiko yang masih menjadi masalah untuk

memicu terjadinya penyakit Asma.

1.4.3.2. Meningkatkan program penyuluhan dari puskesmas kepada

para kader dan masyarakat mengenai penyakit Asma.


BAB II

ANALISA SITUASI

2.1. Cara dan Waktu Pengamatan

Pengamatan kasus asma dilakukan berdasarkan data puskesmas pada

tanggal 28 desember 2017 terdiagnosis asma di Puskesmas Ngaliyan dan data

kunjungan rumah pasien pada tanggal 02 Januari 2018. Analisa pendekatan

HL blum terhadap kejadian Asma diperoleh dari kunjungan rumah pasien

pada tanggal 02 Januari 2018. Anamnesis dan kunjungan rumah pasien

dilakukan dengan tujuan untuk mengamati kondisi lingkungan sekitar, tempat

hunian pasien, perilaku keluarga pasien, serta pengetahuan keluarga pasien

mengenai penyakit Asma.

2.2. Hasil Pengamatan

Pengamatan dilakukan secara langsung di rumah pasien, yaitu di

Kelurahan Wates RW01/ RT 04 pada tanggal 2 Januari 2018.

2.2.1. Identitas Pasien

Nama : Tn T

Tanggal Lahir : 08 September 1953

Jenis Kelamin : laki-laki

Umur : 64 tahun

Agama : Islam

Status Perkawinan : sudah menikah

Pendidikan Terakhir : SMA

6
7

Pekerjaan : Tidak bekerja

Alamat : Kelurahan Wates RW 04/ RT 01,

Kecamatan Ngaliyan

Anamnesis Holistik

ASPEK I Personal

Keluhan Utama Batuk,sesak nafas.

Harapan Keluarga pasien berharap pasien lekas

sembuh dan sehat seperti sedia kala

Kekhawatiran keluhan menjadi sering kambuh

ASPEK II : Medis Umum

Anamnesis

a. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poli rawat jalan puskesmas Ngaliyan

Semarang dengan keluhan sesak yang disertai bunyi

“ngik”,dan batuk. Nyeri dada disangkal oleh pasien. Keluhan

sesak dirasakan sejak dua hari yang lalu dan memberat hari ini.

Pasien lebih nyaman duduk dan masih dapat berbicara beberapa

penggal kalimat. Pasien menyangkal sering sesak nafas sejak kecil.

Pasien mulai sesak nafas sejak usia 14 tahun. Dalam satu

bulan terahir pasien dua kali mengalami serangan sesak.

Serangan sesak terahir yaitu dua minggu yang lalu dan

membaik dengan pemberian uap. Sesak dirasakan memberat

terutama saat terpapar oleh dingin dan setelah merokok.


8

Riwayat BAK normal , warna kuning, nyeri saat berkemih (-

). Riwayat BAB normal, satu kali sehari, BAB berdarah disangkal

oleh pasien.

b. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat asma pada ayah pasien (+),penyakit jantung

disangkal, hipertensi disangkal, DM disangkal, bronkitis disangkal.

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Ayah pasien mengalami sakit yang sama dengan pasien.

d. Riwayat sosial ekonomi

Pasien memiliki 3 orang anak:

I.Perempuan, 40 tahun, sudah menikah

II.Perempuan 35 tahun , sudah menikah

III.Laki- laki, 28 tahun, sudah menikah.

Pasien tinggal di rumah berukuran Rumah tinggal pasien

terdiri,dari 3 ruang tidur, 1 ruang keluarga, 1 kamar mandi, dan 1

dapur. Luas rumah pasien ± 15x10 meter. Dinding luar rumah di

cat warna hijau ,dalam rumah di cat berwarna hijau, lantai rumah

berupa plester. Rumah pasien tampak kurang bersih dan tidak

tertata rapi, sekitar rumah pasien juga kurang bersih. Jarak rumah

pasien dengan rumah tetangga sangat dekat.

Pasien tinggal bersama Anak pertama (Ny. F, 40

tahun),.dan Suami Ny F. (Tn R, 45 tahun) dan 2 0rang cucu ( Nn Y

18 tahun) dan (An N 12 tahun) .Pasien mengaku seorang perokok ,


9

pasien biasa menghabiskan 4- 5 batang rokok dalam sehari.Pasien

merupakan keluarga dengan ekonomi menengah ke

kebawah.Pasien tidak bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari tergantung oleh anak pasien.

Pasien memiliki hewan peliharaan 1 ekor kucing. Kucing

pasien tidak berada didalama kandang sehingga bebas berkeliaran

didalam rumah.

ASPEK III : Faktor Risiko Internal

Faktor risiko Internal yang paling mendukung terjadinya

asma pada pasien ini adalah adanya riwayat asma yang dimiliki

oleh ayah pasien. Salah satu faktor utama terjadinya asma adalah

adanya predisposisi genetik yang biasanya diturunkan oleh

orangtua pasien kepada anaknya.

Pasien merupakan seorang perokok sehingga hal ini juga

merupakan salah satu faktor yang mendukung terjadinya kekambuhan

asma, karena pada penderita asma yang sering terpapar asap rokok

kekambuhan dapat terjadi 2 kali lipat lebih sering.

ASPEK IV : Faktor Risiko Eksternal

a) Data Lingkungan

Pasien tinggal di rumah berukuran Rumah tinggal pasien

terdiri,dari 3 ruang tidur, 1 ruang keluarga, 1 kamar mandi, dan 1

dapur. Luas rumah pasien ± 15x10 meter. Dinding luar rumah di

cat warna hijau ,dalam rumah di cat berwarna hijau, lantai rumah
10

berupa plester. Rumah pasien tampak kurang bersih dan tidak

tertata rapi, sekitar rumah pasien juga kurang bersih. Jarak rumah

pasien dengan rumah tetangga sangat dekat.

Pasien tinggal bersama Anak pertama (Ny. F, 40

tahun),.dan Suami Ny F. (Tn R, 45 tahun) dan 2 0rang cucu ( Nn Y

18 tahun) dan (An N 12 tahun)

Pasien merupakan keluarga dengan ekonomi

menengah ke kebawah.Pasien tidak bekerja untuk memenuhi

kebutuhan sehari- hari tergantung oleh anak pasien.

Pasien memiliki hewan peliharaan 1 ekor kucing. Kucing

pasien tidak berada didalama kandang sehingga bebas berkeliaran

didalam rumah.

b) Data Fasilitas kesehatan

Fasilitas kesehatan terdekat adalah praktek dokter umum dan

puskesmas Ngaliyan. Cara tempuh dengan naik motor dengan

waktu tempuh ±10 menit.

ASPEK V : Derajat Fungsional

Skala 1 : pasien masih cukup aktif dan tidak mengalami masalah

pada nafsu makannya.

2.2.2. Pohon Keluarga (Genogram)


11

Gambar 2. 1. Genogram Pohon Keluarga

Tabel 2. 1. Anggota Keluarga Pasien


NamaNo Jenis Kelamin Usia (tahun) Status Sesak
Nafas
1 Tn. R Laki-laki 65 tahun KK +
2 Ny. F Perempuan 40 tahun Anak -
3 Tn. R Laki-laki 35 tahun Menantu -
4 An. Y Perempuan 18 tahun Cucu -
5 An. N Laki-laki 12 tahun Cucu -

2.2.3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 28 desember 2017 di

Puskesmas Ngaliyan Semarang dengan hasil sebagai berikut :

Data Pemeriksaan Puskesmas Tanggal 28 desember 2017 :

Antropometri dan Status Gizi :

a Berat Badan (BB) = 52 kg

b Tinggi Badan = 167 cm

c Status Gizi(BB/U) = BB: 52 kg TB: 167 cm


12

BMI : BB/TB2 = 52 / (1,67 x 1,67)= 18,70

Status gizi : underweight

d Keadaan Umum : sadar, aktif, sesak nafas (+), retraksi (-),

sianosis(-)

Tanda Vital :

a Nadi : 98x/menit

b Laju Nafas : 24 x/menit

c Suhu Aksila : 37,9o Celcius

d Kepala : Mesosefal

e Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut, mudah

dipilah

f Mata : Konjungtivitis palpebra anemis (-/-), sklera

ikterik (-/-), konjungtivitis (-/-)

g Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-)

h Telinga : Sekret (-)

i Mulut : Kering (-), sianosis (-)

j Selaput Mukosa : Kering (-), sianosis (-)

k Lidah : Lidah kotor (-), tremor (-), kering (-)

l Gigi : Karies (-)

m Tenggorokan : faring hiperemis (-)

n Leher : simetris, pembesaran KGB (-)

Thorax:

1. Paru:
13

a Inspeksi : Simetris, retraksi (-)

b Palpasi : Fremitus kanan sama dengan kiri

c Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

d Auskultasi : Suara dasar vesikuler menurun

e Suara Tambahan : Ronkhi basah halus dan nyaring (-),

wheezing (+/+)

2. Jantung :

a Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

b Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea

midclavicularis sinistra

c Perkusi : dalam batas normal

d Auskultasi : BJ I-II normal, bising (-), gallop (-), irama

reguler

3. Abdomen :

a Inspeksi : Cembung

b Auskultasi : Bising usus (+) N

c Palpasi : Supel, dbn

d Perkusi : Timpani

Extremitas Superior Inferior

Oedem -/- -/-

Capillary Refill <2” <2”

Sianosis -/- -/-


14

4. Hasil Lab : Tidak dilakukan

2.3. Diagnosis Holistik

ASPEK I Personal

Keluhan Utama Batuk, sesak nafas

Harapan Keluarga pasien berharap pasien lekas sembuh dan

sehat seperti sedia kala

Kekhawatiran kondisi pasien menjadi memburuk

ASPEK II : Medis Umum

Diagnosa Klinis : Asma

Diagnosis Banding : PPOK

Aspek III : Faktor Risiko Internal

Faktor risiko Internal yang paling mendukung

terjadinya asma pada pasien ini adalah adanya riwayat

asma yang dimiliki oleh ayah pasien. Salah satu faktor

utama terjadinya asma adalah adanya predisposisi

genetik yang biasanya diturunkan oleh orangtua

pasien kepada anaknya. Pasien merupakan seorang

perokok sehingga hal ini juga merupakan salah satu faktor

yang mendukung terjadinya kekambuhan asma, karena pada


15

penderita asma yang sering terpapar asap rokok

kekambuhan dapat terjadi 2 kali lipat lebih sering.selain itu

pasien mengaku keluhan memberat saat terpapar suhu

dingin

pasien memiliki pengetahuan yang kurang dalam

mengenali faktor yang menyebabkan risiko kejadian asma.

hal ini terlihat dari seringnya kekambuhan asma yang

diderita pasien sejak pasien terdiagnosis asma.

ASPEK IV : Faktor Risiko Eksternal

Perubahan cuaca juga menjadi faktor yang

memperberat keluhan pasien tertama saat pasien terpapar

suhu dingin.

keluarga pasien memiliki pengetahuan yang kurang

dalam mengenali faktor yang menyebabkan risiko kejadian

asma. hal ini terlihat dari seringnya kekambuhan asma yang

diderita pasien sejak pasien terdiagnosis asma.

ASPEK V : Derajat Fungsional

Skala 1 : pasien masih cukup aktif dan tidak

mengalami masalah pada nafsu makannya.

2.4. Usulan Penatalaksanaan Komprehensif

Identifikasi Masalah
16

Berdasarkan uraian di atas, didapatkan pasien dengan kasus Asma.

Faktor internal menunjukkan kurangnya pengetahuan pasien mengenai

penyakit Asma, sikap Pasien yang tidak tau salah satu penyebab asma

adalah faktor genetic, usia, jenis kelamin dan pengetahuan untuk

menghindari faktor pencetus asma seperti perilaku merokok. Faktor

eksternal yang didapat adalah lingkungan rumah yang padat hunian dan

tidak terawatt dengan baik, kondisi rumah kurang bersih dan perabotan tidak

tertata rapi sehingga banyak debu di dalam rumah, selain itu juga hewan

peliharaan yang di biarkan bebas berkeliaran didalam rumah sehingga bulu

hewan tersebut dapat bertebaran di dalam rumah. Padahal hal tersebut dapat

menjadi faktor pencetus kekambuhan asma.selain itu juga perubahan cuaca

dimana keluhan asma pasien muncul saat cuaca dingin.

Intervensi

a Promotif

1. Patient centered :

 Minum obat yang teratur

 Edukasi ke pasien mengenai penyakit asma dan bagaimana

menghindari kekambuhan

 Edukasi ke pasien mengenai penanganan awal saat terjadi serangan

 Kontrol ke pelayanan medis

2. Family oriented:

 Edukasi ke keluarga pasien mengenai penyakit asma


17

 Edukasi ke keluarga pasien mengenai penanganan awal apabila

terjadi serangan asma

 Edukasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat

 Edukasi mengenai rumah sehat

3. Community oriented:

 Edukasi ke masyarakat mengenai penyakit Asma

 Edukasi ke masyarakat mengenai pencegahan kekambuhan asma

 Edukasi ke masyarakat mengenai perilaku hidup bersih dan sehat

 Edukasi ke masyarakat mengenai rumah sehat

b Preventif

1. Patient oriented:

 Menghindari faktor pencetus asma

 Mengurangi kebiasaan merokok

 Memakai masker saat berada diluar rumah untuk menghindari

terpapar debu.

c Kuratif

1. Patient centered :

 Bronkodilator : Salbutamol 3x1

 Steroid: Dexametason 3x1.

2. Family oriented :

 Dukungan dan pengawasan pasien dalam minum obat

3. Community oriented : -

d Rehabilitatif :
18

1. Patient centered :

2. Family oriented :

Dukungan emosional ke penderita untuk rutin minum obat dan perilaku

hidup sehat
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Analisa Penyebab Masalah

3.1.1. Genetik

Asma adalah penyakit yang diturunkan telah terbukti dari

berbagai penelitian. Predisposisi genetik untuk berkembangnya asma

memberikan bakat/ kecenderungan untuk terjadinya asma.Fenotip

yang berkaitan dengan asma, dikaitkan dengan ukuran subjektif

(gejala) dan objektif (hipereaktiviti bronkus, kadar IgE serum) dan

atau keduanya. Karena kompleksnya gambaran klinis asma, maka

dasar genetik asma dipelajari dan diteliti melalui fenotip-fenotip

perantara yang dapat diukur secara objektif seperti hipereaktiviti

bronkus, alergik/ atopi, walau disadari kondisi tersebut tidak khusus

untuk asma. Banyak gen terlibat dalam patogenesis asma, dan

beberapa kromosom telah diidentifikasi berpotensi menimbulkan

asma, antara`lain CD28,IGPB5, CCR4, CD22, IL9R,NOS1, reseptor

agonis beta2, GSTP1; dan gen-gen yang terlibat dalam menimbulkan

asma dan atopi yaitu IRF2, IL-3,Il-4, IL-5, IL-13, IL-9, CSF2 GRL1,

ADRB2, CD14, HLAD, TNFA, TCRG, IL-6, TCRB, TMOD

dan sebagainya.

Genetik mengontrol respons imun

19
20

Gen-gen yang berlokasi pada kompleks HLA (human

leucocyte antigen) mempunyai ciri dalam memberikan respons imun

terhadap aeroalergen. Kompleks gen HLA berlokasi pada kromosom

6p dan terdiri atas gen kelas I, II dan III dan lainnya seperti gen TNF-

α. Banyak studi populasi mengamati hubungan antara respons IgE

terhadap alergen spesifik dan gen HLA kelas II dan reseptor sel T,

didapatkan hubungan kuat antara HLA alel DRB1*15 dengan respons

terhadap alergen Amb av.

Genetik mengontrol sitokin proinflamasi

Kromosom 11,12,13 memiliki berbagai gen yang penting

dalam berkembangnya atopi dan asma. Fenotip alergik dikaitkan

dengan kromosom 11, kromosom 12 mengandung gen yang

mengkode IFN-γ, mast cell growth factor, insulin-like growth factor

dan nictric oxide synthase. Studi berkesinambungan menunjukkan ada

ikatan positif antara petanda-petanda pada lokus 12q, asma dan IgE,

demikian pula kromosom 14 dan 19. (Lazarus, 2000)

Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun

belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita

dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga

menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita

sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhial jika terpapar dengan

faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran pernapasannya

juga bisa diturunkan. (Smeltzer & Bare, 2002) pada penelitian di RS


21

Umum Kabupaten Kudus, Semarang, Jawa Tengah. didapatkan data

bahwa salah satu faktor yang berperan terhadap faktor risiko

terjadinya asma adalah riwayat keluarga dengan hasil (p value=0,015,

OR= 8,27) (purnomo, 2008).penelitian lain menunjukan bahwa Orang

tua asma kemungkinan 8-16 kali menurunkan asma dibandingkan

dengan orang tua yang tidak asma, R.I Ehlich menginformasikan

bahwa riwayat keluarga mempunyai hubungan yang bermakna (OR

2,77: 95% CI=1,11-2,48) (Ehlich,2000)

Atopi dan hiperrespons bronkus mempunyai pola pewaris yang

berbeda yaitu kemampuan untuk menghasilkan IgE terutama

dipengaruhi oleh lingkungan. Faktor lingkungan juga berpengaruh

terhadap terjadinya asma, hal ini diketahui dengan ditemukannya

kejadian asma hanya pada salah satu anggota keluarga yang kembar

monozigot (Yunus,2009). Atopi diturunkan sebagai karakteristik

dominan otosomal 85% dari mereka yang membawa gen mempunyai

gejala penyakit alergi dan 60% mengalami mengi. Dari hasil

penelitian riwayat penyakit asma lebih banyak pada ibu sebanyak

23,3%, dibandingkan riwayat penyakit asma pada ayah sebanyak

17,4%. Jika seorang ibu atau ayah menderita penyakit asma, maka

kemungkinan besar adanya penderita asma dalam anggota keluarga

tersebut. Asma tidak selalu ada pada kembar monozigot, labilitas

bronkokontriksi pada olahraga ada pada kembar identik, tetapi tidak

pada kembar dizigot (Kusumo,2004).


22

3.1.2. Perilaku

Perokok aktif

Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, karbon

monoksida, nitrogen oksida dan gas amoniak. Bangun (2008)

menjelaskan bahwa tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat

lengket dan menempel pada paru-paru. Tar mengandung bahan-bahan

karsinogen, zat-zat tar ini dipindahkan ke dalam cabang-cabang

tenggorok dan paru-paru dengan perantaraan asap dan sesudah itu

tersimpan pada selaput lendir pembuluh-pembuluh ini, yang

disebabkan karena banyaknya rangsangan setempat. Selaput lendir ini

mungkin menjadi lebih tebal pada perokok berat bila dibandingkan

dengan orang bukan perokok. Ini menambah hambatan pada saluran

udara ke dalam paru-paru dan menjadikan jauh lebih sukar baginya

untuk bernafas. Nikotin adalah zat adiktif yang memengaruhi syaraf

dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen yang mampu memicu

kanker. Karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin

dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen dan

tubuh pun menjadi kekurangan oksigen. Padahal oksigen merupakan

bahan utama bagi kehidupan manusia. Nitrogen oksida berpengaruh

pada bulu-bulu halus yang meliputi bronkial dan merangsang bulu-

bulu tersebut. Sehingga, bertambah pula keluarnya cairan ekskresi di

selaput lendir pada saluran pernafasan, dan membesarlah kelenjar

getah bening yang ada pada bronkial. Dengan demikian, berubahlah


23

kualitas dahak yang keluar. Gas amoniak, gas ini yang menyengat

lidah, mengakibatkan terbentuknya lapisan berwarna kuning pada

permukaan lidah dan menganggu kelenjar pengecap serta perasa yang

ada pada permukaan lidah. Gas amoniak juga dapat memperbanyak

keluarnya alir liur, merangsang batuk, membuka peluang pilek secara

berulang-ulang serta radang pada mulut, kerongkongan dan farinks

(MacNaughton, 2008). Guyton dan Hall (2008), mengatakan secara

luas telah diketahui bahwa merokok dapat mengurangi “napas”.

Pernyataan ini benar karena terdapat banyak alasan. Pertama, salah

satu dampak nikotin adalah menyebabkan konstriksi bronkiolus

terminal paru-paru, yang meningkatkan resistensi aliran udara ke

dalam dan keluar paru-paru. Kedua, efek iritasi asap rokok itu sendiri

menyababkan peningkatan sekresi cairan ke dalam cabang-cabang

bronkus, juga pembengkak lapisan epitel. Ketiga, nikotin

melumpuhkan silia pada permukaan sel epitel pernapasan yang

normalnya terus bergerak untuk memindahkan kelebihan cairan dan

partikel asing dari saluran pernapasan. Akibatnya, lebih banyak debris

terakumulasi di jalan napas dan menambah kesukaran bernapas.

Menurut Nadyah (2009), setiap hisapan rokok akan merusak ribuan

silia pada saluran napas. Jumlah silia yang rusak berbanding lurus

dengan jumlah paparan asap rokok pada tiap hisapan. Partikulat dalam

asap rokok mengendap dalam lapisan mukus yang melapisi mukosa

bronkus sehingga menghambat aktivitas silia. Pergerakan cairan yang


24

melapisi mukosa berkurang. Sehingga, iritasi pada sel epitel mukosa

meningkat. Hal ini akan lebih merangsang kelenjar mukosa. Keadaan

ini ditambah dengan gangguan aktivitas silia yang menimbulkan

gejala batuk kronik dan ekspektorasi. Produk mukus yang berlebihan

memudahkan timbulnya infeksi serta menghambat proses

penyembuhan. Keadaan ini merupakan suatu siklus akibat terjadinya

hipersekesi. Bila iritasi dan oksidasi di saluran napas terus

berlangsung maka terjadi erosi epitel serta pembentukan jaringa parut.

Selain itu, terjadi pula metaplasia dan penebalan lapisan skuamosa.

Hal ini menimbulkan stenosis dan obstruksi saluran napas yang

bersifat irreversibel.

Perokok aktif meningkatkan risiko terjadinya asma terutama

pada orang dewasa. Merokok menyebabkan menurunnya fungsi paru

sehingga individu perokok tersebut dapat terserang asma. Penderita

asma yang merokok memiliki potensi mengalami serangan

asma(kusuma,2004)

Pengetahun pasien dan Keluarga Pasien

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga, kulit, dan sebagainya). Pada waktu penginderaan

sampai menghasilkan pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan sebagian besar

dipengaruhi oleh penginderaan pendengaran (telinga) dan penglihatan


25

(mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas

atau tingkat yang berbeda-beda. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (overt behavior)(Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003), terdapat 6 tingkatan

pengetahuan di dalam domain kognitif, yaitu :

1. Tahu (know)

Mengingat (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari

rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (Comprehension)

Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan dengan

benar.

3. Aplikasi (Application)

Kemampuan untuk menggunakan yang telah dipelajari

pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen, tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthetis)
26

Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, atau

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi

yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu objek, berdasarkan kriteria yang ditentukan

sendiri atau menggunakan keriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi

yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Tingkat pengetahuan pasien dan keluarga yang paling sering

kontak dengan pasien merupakan salah satu faktor risiko

yang mempengaruhi terhadap kejadian asma Kurangnya

pengetahuan pasien dan masyarakat tentang asma dan

menganggap asma merupakan penyakit yang tidak dapat

disembuhkan, kurangnya upaya untuk melaksanakan

pencegahan serangan asma di rumah, serta belum terlihat

adanya usaha yang baik dalam mengontrol dan menghindari

alergen. Hal ini yang mengakibatkan kekambuhan pada

pasien asma (Sundaru, 2006).

Sikap Anggota Keluarga Terdekat dengan Pasien.Sikap

(attitude) adalah respons tertutup seseorag terhadap stimulus


27

atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat

dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-

tidak setuju, baik-tidak baik, dan selanjutnya) (Notoatmodjo,

2003).

Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2007), salah

seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan

bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi

merupakan predisposisi perilaku (tindakan), atau reaksi

tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku

yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi

terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap objek.

Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3

komponen pokok, yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan)

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3. Kecenderungan untuk bertindak (need to behave)

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan

tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana

pendapat atau pernyataan responden.


28

Dari hasil wawancara dan kunjungan ke rumah pasien

yang dilakukan pada tanggal 2 Januari 2018 yang lalu, sikap

pasien dan keluarganya kurang memiliki pengetahuan mengenai

penyakit asma, mencakup apa saja faktor risiko terjadinya asma

pencegahan dan penanganan awal apabila pasien mengalami

serangan asma.

3.1.3. Lingkungan

Perubahan cuaca

Kondisi geografis suatu wilayah yang berakibat pada

perubahan cuaca maupun iklim yang menyebabkan perubahan suhu

setempat menjadi ekstrim dapat memperburuk kondisi tubuh penderita

asma. Udara dingin dan kering merupakan iritan yang sangat poten

bagi penderita asma. Perubahan cuaca yang mungkin menjadi iritan

seperti cuaca yang panas dan lembab, sangat dingin, perubahan

suhu/kelembaban/tekanan udara yang tiba-tiba, angin kencang, badai

bergemuruh, cuaca yang ekstrim, dan lain-lain (MacNaughton, 2008).

Data di atas menunjukkan bahwa wilayah Selat cenderung bersuhu

rendah dengan kelembaban udara yang tinggi, yang mengakibatkan

udara di wilayah Selat menjadi dingin dan kering. Penderita asma

yang sudah lama bertempat tinggal di wilayah ini ternyata tetap tidak

mampu mentolerir keadaan tersebut. Iritan di saluran pernafasan

seperti udara dingin dan kering dirasakan sangat cepat menginduksi

penyempitan jalan nafas, akibat saluran nafas yang sangat sensitif


29

pada penderita asma (MacNaughton, 2008). Penderita asma yang

bekerja sebagai petani perkebunan (19,51%) yang mayoritas

bertempat tinggal di dalam wilayah perkebunan tentu saja merasakan

perubahan suhu yang lebih ekstrim dibanding penderita asma yang

bertempat tinggal jauh dari area perkebunan. Selain itu, tindakan

pencegahan terhadap udara dingin dan kering juga berpengaruh

terhadap kondisi tubuh penderita asma. Tindakan seperti memakai

pakaian yang tebal kurang efektif pada keadaan ini, karena yang

terlindungi adalah tubuh, bukan jalan nafas padahal bagi orang asma

yang membutuhkan perlindungan adalah jalan nafas, seperti rongga

hidung dan rongga mulut (GINA, 2008). Maka, tindakan pencegahan

yang mereka lakukan tidak efektif untuk mengurangi frekuensi

maupun intensitas kemunculan gejala asma akibat perubahan suhu

yang mereka rasakan.

Hewan peliharaan

Binatang peliharaan yang berbulu seperti anjing, kucing,

hamster, burung dapat menjadi sumber alergen inhalan. Sumber

penyebab asma adalah alergen protein yang ditemukan pada bulu

binatang di bagian muka dan ekskresi. Alergen tersebut memiliki

ukuran yang sangat kecil (sekitar 3-4 mikron) dan dapat terbang di

udara sehingga menyebabkan serangan asma, terutama dari burung

dan hewan menyusui Untuk menghindari alergen asma dari binatang

peliharaan, tindakan yang dapat dilakukan adalah:


30

1. Buatkan rumah untuk binatang peliharaan di halaman rumah,

jangan biarkan binatang tersebut masuk dalam rumah,

2. Jangan biarkan binatang tersebut berada dalam rumah,

3. Mandikan anjing dan kucing setiap minggunya.

Pasien memiliki peliharaan 1 ekor kucing , kucing tidak diberi

kandang dan di bebaskan berkeloiaran di daloam rumah sehingga bulu

kucing banyak yang terbang di dalam rumah, halo ini juga

mempengaruhi dari terjadinya serangan asma pasien.(Deva,2011)

Tungau debu rumah

Asma bronkiale disebabkan oleh masuknya suatu alergen

misalnya tungau debu rumah yang masuk ke dalam saluran nafas

seseorang sehingga merangsang terjadinya reaksi hipersentitivitas tipe

I. Tungau debu rumah ukurannya 0,1 - 0,3 mm dan lebar 0,2 mm,

terdapat di tempat-tempat atau benda-benda yang banyakmengandung

debu. Misalnya debu yang berasal dari karpet dan jok kursi, terutama

yang berbulu tebal dan lama tidak dibersihkan, juga dari tumpukan

koran-koran, buku-buku, pakaian lama.(syaiful,2012)

3.1.4. Pelayanan kesehatan

Dari sisi pelayanan kesehatan,di puskesmas Ngaliyan sudah

baik, di puskesmas Ngaliyan sudah memberikan informasi ke

masyarakat melalui penyuluhan mengenai asma dan juga sudah

menyediakan alat nebulizer untuk pasien yang membutuhkan

pengobatan inhalasi, pasien datang kepuskesmas langsung di periksa


31

dan di berikan terapi asma ,jarak tempuh rumah pasien dan puskesmas

cukup dekat, dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor sekitar 10

menit
32

PERILAKU
LINGKUNGAN

 Pasien merupakan perokok


 Perubahan cuaca
aktif
 Hewan peliharaan
 Masih sangat minimnya
 Tungau debu rumah
pengetahuan tentang
faktor penyebab asma

ASMA

PELAYANAN KESEHATAN GENETIKA

Tidak ada masalah adanya pengaruh dari genetika


dalam hubungan dengan
penyakit Asma

Gambar 3. 1. Analisa pendekatan HL blum


33

Tabel 3. 1. POA (Plan of Action)

Tempa Indikator
No. Masalah Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Waktu Biaya Pelaksana
t Keberhasilan
Tingkat
Edukasi Meningkatkan
pengetahuan
pasien dan pengetahuan Keluarga pasien
keluarga Pasien dan  Diskusi Dokter
keluarga keluarga pasien Rumah 3 Januari mengetahui dengan
1 pasien
tentang dan pasien
Keluarga  Pemberian pasien 2018
- Muda FK
jelas mengenai
tentang pasien Leaflet Unissula
penyakit mengenai penyakit asma
penyakit
asma penyakit asma
asma
Rumah
pasien Peningkatan
tergolong pengetahuan keluarga
Meningkatkan
rumah tidak pasien tentang rumah
pengetahuan dan
sehat Dokter sehat dan kemauan
Edukasi kemauan keluarga Keluarga Diskusi Rumah 3 Januari
2 sehingga - Muda FK untuk memperbaiki
rumah sehat pasien untuk pasien pasien 2018
meningkat- Unissula kondisi rumah
memperbaiki
kan faktor sehingga
kondisi rumah
risiko meminimalisir faktor
penyakit risiko penyakit asma
asma
Menyediakan
Kucing milik kandang
Meminimalisir Pasien dan Pemberian Dokter
pasien kucing dan Rumah 3 Januari Tidak terjadi
3 faktor risiko keluarga kandang - muda FK
berkeliaran di menaruh pasien 2018 kekambuhan asma
penyakit asma pasien kucing unissula
dalam rumah kandang
kucing di luar

33
34

rumah agar
jauh dari
pasien
Memberikan
penyuluhan
tentang
bahaya
merokok dan
Pasien memahami
memberikan Diskusi
hubungan rokok
Pasien tempat untuk Meminimalisir Pasien dan Pemberian Dokter
Rumah 3 Januari dengan terjadinya
4 merupakan menaruh faktor risiko keluarga tempat - muda fk
pasien 2018 penyakit asma
perokok aktif rokok pasien penyakit asma pasien menaruh unissula
mengurangi kebiasaan
yang telah rokok
merokok
dikurangi
jumlahnya
dan sisanya
di ganti
permen
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan

4.1.1. Berdasarkan analisa HL Blum didapatkan gambaran faktor risiko

yang berpengaruh terhadap kejadian asma di wilayah Puskesmas

Ngaliyan Semarang adalah faktor genetik, perilaku, dan lingkungan

4.1.2. Lingkungan

 Adanya hewan peliharaan yang berkeliaran di dalam rumah

 Perubahan cuaca

 Adanya tungau debu di perabot rumah pasien

4.1.3. Perilaku

 Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga pasien

mengenai penyakit asma

 Pasien merupakan perokok aktif

4.1.4. Genetik

Adanya pengaruh genetik yang berhubungan dengan terjadinya

penyakit asma

4.2. Saran

4.2.1. Untuk Puskesmas:

 Agar meningkatkan kegiatan kunjungan rumah-rumah warga

untuk selalu mengingatkan agar terus melakukan PHBS dan

35
36

menjadikan rumah sehat untuk meningkatkan kualitas hidup

pasien asma

 Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang asma

4.2.2. Untuk Pasien dan Keluarga Pasien

 Memotivasi pasien dan keluarga agar berperilaku hidup bersih

dan sehat

 Memotivasi pasien dan agar rutin mengkonsumsi obat dan

 Jika terjadi kekambuhan asma segera periksakan diri ke

pelayanan kesehatan terdekat.


DAFTAR PUSTAKA

Bare & Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Suddart (Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC

Deva.2011. proporsi asma terkontrol dan tidak terkontrol dengan kekambuhan


asma.diakses 6 januari 2018.http://www.jurnalrespirologi.org/asthma/

GINA (Global Initiative for Astma). 2006. Levels of Asma Control.


http://ginastma.com.

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC

Lazarus SC. Airway Remodeling in Asthma. American Academi of Allergy,


Asthma and Immunology 56th

Annual Meeting, 2000. Available from http//www.medscape.com.

MacNaughton, K. (2008). Exercise induced asthma: facts about EIA. Diunduh


dari www.asthma.about.com

Notoatmojo S: Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta:


Rineka Cipta; 2003.

Purnomo. 2008. Faktor Resiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma


Bronkial Pada Anak. Universitas Diponegoro : Semarang

Sundaru, Heru, 2006. Asma Bronkial. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI.

Syaiful Hidayat dan Vita Health, Asma informasi lengkap untuk penderita dan
keluarganya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2012.

Yunus, faisal dkk. 2003. Senam Asma Indonesia Revisi 2003. Jakarta: Yayasan
Asma Indonesia FKUI.

Wardani, Vani Kusuma. 2004. Hubungan Antara Pengetahuan Umum Asma


Pasien Dengan Tingkat Kontrol Asma Di RSUD Dr. Moewardi. Skripsi.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

WHO. 2000. Asthma. Diakses: 6 Januari 2018.


http://www.who.int/topics/asthma/en/

37
Lampiran 1. Dokumentasi

38
39

Lampiran 2. Check List Survey Rumah Sehat

NO KOMPONEN KRITERIA NILAI HASIL


RUMAH YANG PENILAIAN
DINILAI (KK)
1 2 3 4 5
I KOMPONEN 31
RUMAH (bobot)
1. Langit-langit a. Tidak ada 0
b. Ada, kotor sulit di 1 1
bersihkan dan rawan
kecelakaaan
c. Ada, bersih dan tidak 2
rawan kecelakaan
2. Dinding a. Bukan tembok (terbuat dari 1
anyaman bamboo/ilalang)
b. Semi permanen/setengah 2
tembok/pasangan bata atau
batu yang tidak di
plester/papan yang tidak
kedap air
c. Permanen 3 3
(tembok/pasangan bata atau
batu yang di plester/papan
kedap air)
3. Lantai a. Tanah 0
b. Papan/anyaman bamboo 1
dekat dengan tanah/plester
yang retak/berdebu
c. Diplester 2 2
/ubun/keramik/papan(rumah
panggung)
4. Jendela kamar tidur a. Tidak ada 0 0
b. ada 1
5. Jendela ruang keluarga a. tidak ada 0 0
b. ada 1
6 Ventilasi a. tidak ada 0
b. ada, luas ventilasi 1 1
permanent < 10% dari luas
lantai
c. ada, luas ventilasi 2
permanent > 10% dari luas
lantai
7. Lubang asap dapur a. tidak ada 0
b. ada, luas ventilasi 1 1
permanent < 10% dari luas
40

dapur
c. ada, luas ventilasi 2
permanent > 10% dari luas
dapur (asap keluar dengan
sempurna) atau ada
exhauster fan ada peralatan
lain yang sejenis
8. Pencahayaan a. tidak terang, tidak dapat 0
digunakan untuk membaca
b. kurang terang, sehingga 1 1
kurang jelas untuk
membaca normal
c. terang dan tidak silau, 2
sehingga dapat digunakan
untuk membaca dengan
normal
II SARANA SANITASI 25
(bobot)
1. Sarana Air Bersih
a. tidak ada 0
(SGL/SPT/PP/KU/PAH)
b. ada, bukan milik sendiri 1
dan tidak memenuhi syarat
kesehatan
a. ada, milik sendiri dan tidak 2
memenuhi syarat
b. ada, bukan milik sendiri 3
dan memenuhi syarat
c. ada, milik sendiri dan 4 4
memenuhi syarat
2 Jamban (sarana
a. Tidak ada 0
pembuangan kotoran)
b. Ada, bukan leher angsa, 1
tidak tutup, disalurkan ke
sungai/kolam
c. Ada, bukan leher angsa dan 2
ditutup (leher angsa),
disalurkan ke sungai/kolam
d. Ada, bukan leher angsa ada 3
tutup, septictank
e. Ada, leher angsa, 4 4
septictank
3 Sarana Pembuangan Aira. Tidak ada, sehingga 0
Limbah (SPAL) tergenang tidak teratur di
halaman rumah
b. Ada, diresapkan tetapi 1
41

mencemari sumber air


(jarak dengan sumber air
<10m)
c. Ada, disalurkan ke selokan 2 2
terbuka
d. Ada, dialirkan ke selokan 3
tertutup (selokan kota)
untuk diolah lebih lanjut
4 Sarana Pembuangan
a. Tidak ada 0
Sampah (tempat
sampah)
b. Ada, tetapi tidak kedap air 1 1
dan tidak tertutup
c. Ada, kedap air dan tidak 2
tertutup
d. Ada, kedap air dan tertutup 3
III PERILAKU 44
PENGHUNI (bobot)
1 Membuka Jendela
a. Tidak pernah dibuka 0
Kamar
b. Kadang-kadang 1
c. Setiap hari dibuka 2 2
2 Membersihkan rumah
a. Tidak pernah 0
dan halaman
b. Kadang-kadang 1 1
c. Setiap hari 2
3 Membuang sampah
a. Dibuang ke 0
pada tempat sampah sungai/kebun/kolam
sembarangan
b. Kadang-kadang dibuang ke 1
tempat sampah
c. Setiap hari dibuang ke 2 2
tempat sampah
TOTAL HASIL
PENILAIAN
Keterangan :
= (Nilai I X Bobot I) + (Nilai II X Bobot II) + (Nilai III X Bobot III)
= (9 X 31) + (11 X 25) + (5 X 44)
= 279 + 275 + 220
= 774 (Hasil Penilaian : Rumah Tidak Sehat)
Kriteria :
 Rumah Sehat : 1068-1200
 Rumah Tidak Sehat : < 1068
42

Lampiran 3 Checklist survei PHBS

No Indikator Perilaku ya tidak


1 Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan V
2 Asi Ekslusif V
3 Penimbangan balita V
4 Gizi keluarga/ sarapan V
5 Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali V
KLP Kesling
6 Air bersih V
7 Anggota rumah tangga menggunakan jamban V
8 Anggota rumah tangga membuang sampah pada V
tempatnya
9 Lantai rumah kedap air V
KLP GAYA HIDUP
10 Aktivitas fisik/olahraga V
11 Ada anggota keluarga yg tidak merokok V
12 Mencuci tangan V
13 Menggosok gigi minimal 2 kali sehari V
14 Anggota rumah tangga tidak menyalahgunakan V
Miras/Narkoba
KLP UKM
15 Anggota rumah tangga menjadi peserta V
JPK/Dana Sehat
16 Anggota rumah tangga melakukan PSN V
seminggu sekali

Dari hasil di atas didapatkan skor 12 sehingga dapat di kasifikasikan sebagai


keluarga yang memiliki PHBS Strata Sehat Utama.
43

Lampiran 4. Leaflet Asma


44

Lampiran 5. Kuesioner pengetahuan Asma

PERTANYAAN JAWABAN
B S R
1 Jika tidak diobati asma akan sembuh sendiri ?
2 Asma adalah penyakit yang dapat disebabkan oleh perasaan gugup?
3 Asma adalah maslaah pernafasan yang dipicu oleh emosi yang
berlebihan
4 Obat-obatan asma akan menormalkan kembali saluran nafas agar tidak
ada kerusakan permanen
5 Walaupun tidak bisa disembuhkan asma biasanya bisa dikontrol dengan
cara meminum obat yang tepat
6 Efek samping obat yang dihirup lebih sedikit dibandingkan obat yang
diminum karena obat yang diminum tidak diserap tubuh
7 Obat cair atau tablet kerjanya sama cepatnya dengan obat yang dihirup
8 Jka anda sedang pilek, maka sebaiknya menambah jumlah obat asma
yang dihirup
9 Cara seorang dokter yang paling baik untuk memeriksa seberapa parah
asma anda adalah melalui mendengarkan suara napas anda dengan
stetoskop
10 Umumnya kematian akibat asma dapat dicegah
11 Jika seseorang meniggal akibat asma, artinya serangan asmanya terjadi
sedemikian cepat, sehingga tidak sempat untuk memulai pengobatan
12 Anda dapat mengurangi serangan asma apabila anda berusaha mencari
tahu dan menghindari penyebab asma anda
13 Ketika asma sudah terkontrol dengan obat , maka sulit untuk timbul
serangan asma lagi
14 Apakah bulu hewan peliharaan dapat menyebabkan terjadinya asma
15 Apakah asap rokok dapat menyebabkan terjadinya asma

Anda mungkin juga menyukai