Anda di halaman 1dari 50

CASE PRESENTATION

DIAGNOSIS HOLISTIK DAN TERAPI KOMPREHENSIF TERHADAP


KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA AN. M.R.P
Berdasarkan Pendekatan Segitiga Epidemologi Di Perumahan S.H
Puskesmas Bangetayu Semarang

Laporan Kesehatan Masyarakat


Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Di Puskesmas Bangetayu
Periode Kepaniteraan April – Mei 2019

Oleh :
Andi Budiarto
30101306870

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019

1
HALAMAN PENGESAHAN

DIAGNOSIS HOLISTIK DAN TERAPI KOMPREHENSIF TERHADAP


KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA AN. M.R.P
Berdasarkan Pendekatan Segitiga Epidemologi Di Perumahan S.H
Puskesmas Bangetayu Semarang

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:


Andi Budiarto
30101306870

Laporan Kasus yang telah diseminarkan, diterima dan disetujui di depan tim
penilai Puskesmas Bangetayu Kota Semarang.

Telah Disahkan
Semarang, Mei 2019
Disahkan Oleh:

Mengetahui,

Kepala PKM Bangetayu Pembimbing Kepaniteraan IKM

dr. Suryanto Setyo Priyadi Dr.dr. H. Imam D.M.,M.kes.Epid

Kepala Bagian IKM

DR. Siti Thomas Zulaikhah, SKM, MKes

2
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan
kasus “DIAGNOSIS HOLISTIK DAN TERAPI KOMPREHENSIF
TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA AN.
M.R.P Berdasarkan Pendekatan Segitiga Epidemologi Di Perumahan S.H
Puskesmas Bangetayu Semarang”
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka menjalankan
kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Laporan ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Siti Thomas Zulaikhah, S.KM, M.Kes selaku Kepala bagian IKM FK Unissula
Semarang.
2. dr. Ratnawati, M.Kes selaku Koordinator Pendidikan IKM FK Unissula Semarang.
3. Dr.dr. Imam Djamaludin M., M.kes.Epid selaku pembimbing bagian IKM FK
Unissula Semarang.
4. dr. Suryanto Setyo Priyadi selaku Kepala Puskesmas Bangetayu Semarang.
5. dr. Ninik Relaningsih selaku pembimbing di Puskesmas Bangetayu Semarang.
6. Dokter, Paramedis, Staf, dan teman-teman coass Puskesmas Bangetayu Semarang
atas bimbingan dan kerjasama yang telah diberikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami sangat
berterima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhir kata kami berharap semoga hasil laporan kasus diagnosis holistik dan
terapi komprehensif dalam layanan kedokteran keluarga terhadap kejadian demam
berdarah dengue di Puskesmas Bangetayu semarang dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Semarang, Mei 2019

Penulis
3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... 1

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... 2

PRAKATA................................................................................................... 3

DAFTAR ISI ..............................................................................................

4BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 6

1.1 Latar belakang ...................................................................... 6

1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 8

1.3 Tujuan penelitian .................................................................. 9

1.3.1 Tujuan umum .......................................................... 9

1.3.2 Tujuan khusus ......................................................... 9

1.4 Manfaat Penelitian................................................................. 9

1.4.1 Manfaat bagi mahasiswa .......................................... 9

1.4.2 Manfaat bagi masyarakat ......................................... 10

BAB II ANALISA SITUASI.................................................................. 11

2.1 Cara dan Waktu Pengamatan .................... 11

2.1.1 Identitas Pasien......................................................... 11

2.1.2 Anamnesis Holistik .................................................. 11

2.1.3 Data Keluarga........................................................... 17

2.1.4 Pemeriksaan Fisik .................................................... 18

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang ........................................... 21

2.1.6 Diagnosis Holistik .................................................... 21

4
2.1.7 Usulan Penatalaksanaan Komprehensif ................... 23

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................ 32

3.1 Gambaran Proses dan Permasalahan yang Diamati .............. 32

3.2 Uraian Temuan di Setiap Aspek............................................ 32

3.3 Alternatif Pemecahan Masalah.............................................. 39

3.4 Plan of Action (POA) ............................................................ 41

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ........ 46

4.1 Kesimpulan ........................... 46

4.2 Saran...................................................................................... 47

4.2.1 Untuk pasien.................................................................. 47

4.2.2 Untuk Puskesmas .......................................................... 47

4.2.3 Untuk Unissula.............................................................. 48

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 49

LAMPIRAN ..............................................................................................

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) adalah penyakit infeksi

yang disebabkan oleh virus Dengue, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk

Aedes sebagai vektor, dengan gejala demam tinggi mendadak disertai

manifestasi perdarahan, bertendensi menimbulkan renjatan (shock), dan

kematian (WHO, 2015). DBD memiliki kecenderungan kasus yang mudah

meningkat dan meluas yang disebabkan karena ledakan pertumbuhan

penduduk, distribusi geografis, pengaruh iklim dan kurangnya perilaku

masyarakat tentang pencegahan penyakit DBD (Widoyono, 2008).

World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa terjadi

500.000 kasus DBD dan 22.000 kematian, dimana korban terbanyak berasal

dari kalangan anak-anak dan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah

penderita DBD setiap tahunnya (WHO, 2015). Berdasarkan profil kesehatan

kasus DBD di provinsi Jawa Tengah terbukti 35 kabupaten/kota sudah

pernah terjangkit penyakit DBD. Angka kesakitan/Incidence Rate (IR)

DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016 sebesar 43.4 per 100.000

penduduk dan angka kesakitan kasus DBD di kabupaten Semarang yaitu,

55.31 per 100.000 penduduk (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,

2016).

Di wilayah kerja Puskesmas Bangetayu Angka Kejadian Kasus DBD

d a n D D tahun 2018 didapatkan 10 kasus DBD dan 25 kasus DD. Pada

tahun 2019 didapatkan 10 kasus DBD dan 85 kasus DD. Pada tahun 2019

6
Puskemas Bangetayu melaporkan dari bulan April- Mei terdapat 4 kasus

DBD di Sembung Harjo. Data tersebut menunjukan bahwa kasus DBD

cukup banyak di temukan di wilayah kerja Puskesmas Bangetayu.

Beberapa metode pengendalian vektor diupayakan oleh program

pengendalian DBD di tingkat pusat dan didaerah yaitu manajemen

lingkungan, pengendalian biologis (predator dan bakteri), pengendalian

kimiawi (insektisida), perlindungan individu (pemakaian kelambu, obat

nyamuk, losion anti nyamuk), peraturan perundangan dan partisipasi

masyarakat. Pemaparan pengetahuan terkait kasus DBD merupakan hal yang

penting dikarenakan perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor

lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau

masyarakat. Berdasarkan penelitian yang ada, meskipun kesadaran dan

pengetahuan masyarakat sudah tinggi tentang kesehatan, namun praktek

(practice) tentang kesehatan atau perilaku hidup sehat masyarakat masih

rendah (Depkes, 2015).

Berdasarkan data rekapitulasi kasus DBD, maka penulis tertarik untuk

lebih mendalami kejadian demam berdarah dengue pada an. M..R.P di

Puskesmas Bangetayu Semarang berdasarkan pendekatan segitiga

epidemiologi.

7
1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka dibuat rumusan masalah : “Bagaimana

diagnosis holistik dan terapi komprehensif terhadap penyakit DBD pada An.

M.R.P di Puskesmas Bangetayu Semarang dengan pendekatan segitiga

epidemiologi?”

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi mengenai diagnosis holistik

dan terapi komprehensif terhadap kejadin DBD pada pasien An.

M.R.P berdasarkan pendekatan segitiga epidemiologi.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk memperoleh infomasi mengenai faktor pejamu (host)

yang mempengaruhi terjadinya DBD

1.3.2.2 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor agent yang

mempengaruhi terjadinya DBD

1.3.2.3 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor lingkungan

(environtment) yang mempengaruhi terjadinya DBD

1.3.2.4 Untuk mendeskripsikan aspek medis umum pada kejadian

DBD

1.3.2.5 Untuk mengetahui penatalaksanaan komprehensif melalui

kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

8
1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat bagi mahasiswa

1.4.1.1 Menambah wawasan tentang DBD, penyebab serta faktor

yang mempengaruhinya.

1.4.1.2 Mahasiswa mengetahui secara langsung permasalahan

yang ada di lapangan.

1.4.1.3 Sebagai media yang menambah wawasan pengetahuan

tentang ilmu kesehatan masyarakat.

1.4.1.4 Mahasiswa terbiasa untuk melaporkan masalah mulai

penemuan masalah hingga membuat plan of action

1.4.1.5 Sebagai modal dasar untuk melakukan penelitian bidang

ilmu kesehatan masyarakat pada tataran yang lebih lanjut.

1.4.2. Manfaat bagi masyarakat

1.4.2.1. Masyarakat mengetahui mengenai DBD

1.4.2.2. Masyarakat mengetahui manfaat perilaku hidup bersih dan

sehat

1.4.2.3. Masyarakat mengetahui tentang kesehatan lingkungan

1.4.2.4. Membangun kesadaran masyarakat tentang pencegahan

terhadap kejadian DBD.

9
BAB II

ANALISA SITUASI

1.1 Cara dan Waktu Pengamatan

Pengambilan kasus DBD dilakukan berdasarkan konfirmasi dari RS

Islam Sultan Agung Semarang atas kunjungan pasien terdiagnosis DBD di

wilayah Bangetayu Semarang Mei 2019. Anamnesis holistik dan kunjungan

rumah untuk mengamati perilaku dan kondisi lingkungan pasien yang

dilakukan di Perumahan Sembung Harjo RT IV RW VIII pada tanggal 8 - 9 Mei

dan 11 Mei 2019. Penyebab masalah kesehatan terkait DBD menggunakan

pendekatan Segitiga Epidemiologi.

1.2 Laporan Hasil Pengamatan

Pengamatan dilakukan secara langsung di rumah pasien, Perumahan

Sembung Harjo RT I RW IV Semarang, pada tanggal 8-9 Mei dan 11 Mei

2019.

1.2.1. Identitas Pasien

Nama : An. M.R.P

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 12 tahun

Agama : Islam

Alamat : Perumahan Sembung Harjo RT IV RW VIII

Kewarganegaraan : WNI

10
Cara pembayaran : BPJS

1.2.2. Anamnesis Holistik

1. Aspek 1 Personal

a. Keluhan Utama : demam tinggi mendadak 2 hari, pusing

lemas dan nyeri badan.

b. Harapan : Pasien sembuh sehingga bisa sehat seperti

semula dan tidak terulang lagi

c. Kekhawatiran : Takut penyakit akan semakin memburuk

2. Aspek 2 Anamnesis Medis Umum


Riwayat Penyakit Sekarang
Pada 4 Mei 2019, pasien merasa badan panas, tidak nyaman,

pusing, nyeri badan dan sebelumnya pasien mengalami flu. Pasien

dibawa IGD ke RS Islam Sultang Agung Semarang, dan disarankan untuk

rawat inap. 2 hari setelah mendapatkan perawatan muncul bintik-bintik

merah di kulit pasien, mual (+) dan muntah (+) dan hasil laboratorium

didapatkan kadar trombosit yang rendah 4 hari setelah mendapat

perawatan di Rumah Sakit kondisi pasien membaik, nafsu makan

membaik, bebas demam, tidak pusing dan muntah, dan hasil laboratorium

trombosit meningkat, sehingga dari dokter yang menangani pasien di rumah

sakit tersebut membolehkan pasien untuk rawat jalan.

11
No Jenis Imunisasi Jumlah Dasar
1. BCG 1x 1 bulan
2. Polio 4x 0, 2, 4,6 bulan
3. Hepatitis B 3x 0,2,6 bulan
4. DPT 3x 2, 4, 6 bulan
Kesan: imunisasi lengkap

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien sebelumnya tidak pernah sakit seperti ini

sebelumnya dan belum pernah sakit sampai dirawat di rmuah sakit.

Tidak ada riwayat alergi obat maupun makanan.

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga ada yang menderita keluhan serupa yaitu ibunya

dan adeknya dan semuanya dibawa ke IGD RS sultan agung

semarang.

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah anak pertama, pasien kelas 6 SD. Pasien

tinggal dengan kedua orangtua nya. Ayah pasien bekerja swasta

dan ibu pasien sehari hari bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Pembiayaan kesehatan menggunakan kartu BPJS. Tetangga

tidak ada yang mengalami sakit serupa.

3. Aspek 3 Faktor Risiko Internal

a. Data Individu :

Pasien berusia 12 tahun, Pasien merupakan seorang

pelajar Sekolah Dasar. Berat badan pasien 32 kg, dan tinggi

badan 125 cm dimana status gizi normal.

12
b. Data Perilaku

Perilaku

• Pasien sering tidur siang sepulang dari sekolah dan

tidak pernah menggunakan lotion anti nyamuk

maupun menggunakan obat pengusir nyamuk ketika

akan tidur.

• Keluarga pasien sering menggantung baju dan handuk

di dalam rumah.

• Keluarga pasien tidak menggunakan kelambu pada

tempat tidur.

Data Rumah

Pasien tinggal di rumah sederhana di daerah Perumahan

Sembung Harjo bersama ayah dan ibu. Luas bangunan 6x12 m.

Rumah tersebut terdiri atas ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 kamar

mandi, dan dapur.

c. Dinding permanen (Batu Bata)

d. lantai keramik

e. Ventilasi : terdapat di ruang tamu, dapur

f. Pencahayaan : minimal, terdapat 2 jendela yang jarang

dibuka.

g. Sumber air minum air artetis

h. Mandi dan cuci menggunakan air artetis

i. Untuk memasak keluarga pasien menggunakan gas LPG

j. Keadaan lingkungan rumah saling berdampingan dengan


13
jarak rumah yang terlalu berdekatan antar tetangga.

4. Aspek 4 Faktor Risiko Eksternal

a. Data Lingkungan

➢ Lingkungan dan bangunan rumah

✓ Rumah terletak dilingkungan yang sangat padat

penduduk dengan jarak antar rumah sangat

berdekatan.

✓ Terdapat dua jendela, namun jarang dibuka.

✓ Ventilasi rumah pasien terdapat di ruang tamu, dan

dapur.

✓ Di dekat kamar mandi tepatnya didepan kamar

pasien terdapat jemuran tempat keluarga pasien

menggantung baju yang tidak beraturan.

b. Ekonomi

Pasien tinggal di rumah di daerah Perumahan

Sembung Harjo bersama ayah dan ibu. Luas bangunan

6x12 m. Rumah tersebut terdiri atas ruang tamu, 2 kamar

tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi, 1 jamban. Ayahnya pasien

bekerja swasta dan ibunya sebagai ibu rumah tangga.

Kesan ekonomi : Cukup

14
c. Sosial Masyarakat

Keluarga pasien memiliki hubungan yang baik dengan

warga dan tetangga sekitar. Sekitar lingkungan rumah

pasien tidak ada yang menderita gejala serupa. Rata rata

lingkungan masyarakat pada tempat tinggal pasien

merupakan orang menengah kebawah.

5. Aspek 5 derajat fungsional

Derajat Fungsional Skala 1: Tidak ada kesulitan, dimana

pasien dapat hidup mandiri.

15
1.2.3. Data Penghuni Rumah

Keterangan :

: laki laki :Laki-laki 12 th, penderita

: perempuan : : Tinggal satu :Rumah

Nama Usia t Status


i
Tn. D 40 tahun Ayahn
g
g
Ny. H 32 tahun Ibu a
l
An. M.R.P (pasien) 12 tahun Anak
s
An. Z 9 tahun Anak
a
t
u

r
u
m
a
h

16
1.2.4. Pemeriksaan Fisik

Pasien berjenis kelamin Laki-laki, berusia 12 tahun , berat badan


32 kg, tinggi badan 125 cm.
Tanda Vital
Keadaan umum : Tampak sehat
Kesadaran : komposmentis
Nadi : 84 x/menit, isi dan tegangan cukup
RR : 22 x/menit
Temperatur : 36,9° C
Status Presens
Kepala : mesosefal
Mata : konjungtiva palpebra anemis - / -
Hidung : napas cuping (-), perdarahan hidung (-)
Telinga : sekret (-)
Mulut : sianosis (-), kering (-)
Bibir : kering (-), mukosa dalam sianosis (-)
Lidah : kotor (-), tremor (-)
Tenggorokan : faring hiperemi(-), pseudomembran (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax :
Pulmo
Inspeksi : simetris, statis, dinamis, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi: suara dasar vesikuler.
Suara tambahan : ronkhi -/-, bising -/-, hantaran -/- seluruh lapangan
paru
Cor
Inspeksi : Pungtum maksimum jantung tidak tampak

17
Palpasi : Pungtum maksimum jantung teraba di ICS V, 2 cm medial
linea midclavicularis, sinistra, pulsus para sternal (-), pulsus
epigastrium (-)
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II reguler, bising (-).
Abdomen :
Inspeksi : Datar, Meteorismus (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) pada epigastrium
Perkusi : Timpani (+) disemua kuadran abdomen.
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas :

Superior Inferior

Akral dingin -/- -/-


Oedem -/- -/-
Pucat -/- -/-
Gerak Dalam batas Dalam batas
normal normal
Petekie - -

Pemeriksaan Status Gizi

Anak Laki-laki 12 tahun


Berat Badan : 32 kg
Panjang Badan : 125 cm
Pemeriksaan status gizi ( Z score ) :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝐾𝑔)
𝐼𝑀𝑇 =
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚) 𝑥 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)

32
𝐼𝑀𝑇 = = 20,48 (𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙)
1,25 𝑥 1,25

18
1.2.5. Pemeriksaan Penunjang

Hematologi

• Hematologi (04/05/2019)
Nilai Nilai Normal
Hb 17, 3 11,0-15,0
Hematokrit 51,3 33-47
Jumlah leukosit 7070 4500-13500
Jumlah trombosit 42.000 156.000 – 408.000

• Hematologi (05/05/2019)
Nilai Nilai Normal
Dengue IgM Postif Negatif
Dengue IgG Negatif Negatif
Hb 15,2 11-15
Hematokrit 44,3 33-47
Jumlah leukosit 4160 4500-13.500
Jumlah trombosit 31.000 156.000 – 408.000

• Hematologi (06/05/2019)
Nilai Nilai Normal
Hb 13, 9 11-15
Hematokrit 40,7 33-47
Jumlah leukosit 5830 4500-13500
Jumlah trombosit 43.000 156.000 – 408.000

19
• Hematologi (07/05/2019)
Nilai Nilai Normal
Hb 12,8 11-15
Hematokrit 36,7 33-4
Jumlah leukosit 6830 4500-13500
Jumlah trombosit 59.000 156.000 – 408.000

1.3 Diagnosis Holistik

Aspek 1 Personal

Keluhan Utama : Demam tinggi mendadak 2 hari,

pusing, lemas dan nyeri badan

Harapan : Pasien sembuh sehingga bisa sehat seperti

semula dan tidak terulang lagi

Kekhawatiran : Takut penyakit akan semakin memburuk

Aspek 2 Anamnesis Medis Umum

- Diagnosis kerja : Demam Berdarah Dengue

- Diagnosis Banding : Tifoid, demam Chikunguya, demam dengue

Aspek 3 Kondisi Internal

o Pasien sering tidur siang sepulang dari sekolah dan tidak

pernah menggunakan lotion anti nyamuk maupun

menggunakan obat pengusir nyamuk ketika akan tidur.

o Keluarga pasien sering menggantung baju dan handuk bekas

pakai di dalam rumah

o Pengetahuan ibu pasien tentang DBD, penyebab, cara


20
penularan, pencegahan, dan penanggulang-an masih kurang.
o Penampungan air dibersihkan >7 hari sekali.

Aspek 4 Kondisi Eksternal

o Rumah terletak dilingkungan yang sangat padat penduduk

dengan jarak antar rumah sangat berdekatan .

o Terdapat dua jendela, namun sepasang jendela disamping

pintu depan tidak pernah dibuka, sehingga hanya ada satu

jendela yg terbuka untuk sirkulasi udara dan sedikit

pencahayaan

o Ventilasi rumah pasien terdapat di ruang tamu, dapur, kamar

mandi dan kamar tidur tanpa saringan nyamuk ataupun fiber.

o Di depan kamar anak terdapat jemuran tempat keluarga

pasien menggantung baju dan handuk bekas pakai

Aspek 5 Derajat Fungsional

Derajat Fungsional Skala 1: Tidak ada kesulitan, dimana

pasien dapat hidup mandiri.

21
1.4 Usulan Penatalaksanaan Komprehensif

Identifikasi Masalah

Seorang anak Laki-laki berusia 12 tahun bernama An. M.R.P datang

ke IGD RS Islam Sultan Agung Semarang dan disarankan untuk rawat

inap. Berdasarkan cakupan wilayah kerja Puskesmas Bangetayu

mendapatkan laporan kasus An. M.R.P yang menderita DBD, dengan

keluhan demam tinggi naik turun, pusing, muntah, nyeri badan.

Berdasarkan identifikasi dari faktor resiko internal pasien didapatkan

kebiasaan tidur siang-sore sepulang sekolah dan tidak menggunakan anti

nyamuk sebelum tidur. Adanya gantungan handuk dan baju yang banyak

yang digantung dan tidak beraturan didepan kamar pasien, Penampungan air

dibersihkan >7 hari sekali.

Berdasarkan identifikasi faktor eksternal, pasien tinggal di daerah

yang padat penduduk dengan jarak antar rumah yang sangat padat sehingga

memungkinkan penyebaran penyakit dan ventilasi yang tidak ditutupi oleh

penjaring nyamuk. Keadaan tersebut memungkinkan berjalannya siklus

hidup nyamuk sehingga memudahkan penularan kasus DBD.

22
Intervensi

1. Promotif

a. Patient Centered

- Memberikan edukasi sederhana mengenai apa itu demam

berdarah dengue, penyebabnya, cara penyebaranya dan

gejalanya

b. Family Focused

- Memberikan edukasi kepada keluarga pasien mengenai demam

berdarah dengue, penyebaran, gejala, ciri nyamuk, dan tanda

bahaya, pencegahan dan penanganan awal sehingga keluarga

terutama ibu dapat mengenali gejala awal dan dapat menyadari

sehingga dapat memberikan penanganan awal sembari membawa

ke pelayanan kesehatan ketika terdapat gejala dan tanda demam

berdarah dengue

- Memberikan edukasi cara menguras penampungan air yang benar

dengan menggunakan sikat yang bertujuan untuk membersihkan

lumut disekitar ember yang memungkinkan penempelan telur

nyamuk.

c. Community Oriented

- Melakukan edukasi kepada warga desa melalui poster

- Memberikan edukasi tentang tempat tempat yang disukai nyamuk.

23
2. Preventive

a. Patient Centered

- Memberikan edukasi mengenai cara pencegahan DBD kepada

pasien, seperti salah satunya menggunakan obat anti nyamuk

sebelum tidur

- memberi edukasi untuk meletakan barang kepunyaan sendiri

dengan rapih dan pada tempatnya

- Mengenakan lengan panjang

b. Family Focused

- Seluruh anggota keluarga ikut serta dalam berpartisipasi untuk

menjaga lingkungan rumah baik di dalam maupun luar agar tetap

bersih

- Menyarankan untuk menata barang barang sesuai pada

tempatnya serta tidak sembarangan menggantung pakaian di

sembarang sudut rumah

- Menganjurkan melakukan pencegahan 3M plus

- Mengedukasi pemakaian lotion anti nyamuk sebelum tidur

c. Community Oriented

- Melakukan pengamatan jentik pada tetangga pasien dan

memberikan edukasi pada tetangga pasien tentang DBD

- Melakukan edukasi mengenai pemberantasan sarang nyamuk dan

dihubungkan dengan keadaan sekitar serta kebersihan lingkungan

- Tidak menimbun barang bekas di luar atau di dalam rumah

24
3. Kuratif

a. Patient Centered

- Rawat inap di RS Islam Sultan Agung Semarang


- Menyarankan untuk meminum obat secara rutin
- Menyarankan untuk banyak minum

- Menyarankan pasien untuk makan makanan Gizi seimbang

- Menyarankan pasien untuk istirahat cukup

b. Family focused
-
c. Community Oriented
-

4. Rehabilitatif

a. Patient Centered

- Menyembuhkan DBD pasien

- Motivasi untuk menjaga kesehatan dan kebugaran

- Perilaku hidup bersih dan sehat

- Menjaga gizi tetap baik, maka penderita diberitahukan untuk

menjaga kualitas dan kuantitas makanan di rumah

25
b. Family Focused

- Memberi saran kepada keluarga untuk saling bekerja sama

mengenai kesadaran kebersihan rumah dan pemberantasan sarang

nyamuk, dan mulai untuk membenahi dan melakukan penataan

barang barang agar tidak dibiarkan menumpuk dan waspada akan

gejala gejala demam berdarah sehingga sadar jika anak mulai

menunjukan gejala dan segera memberikan pertolongan

pertama sekaligus membawa pada fasilitas kesehatan agar tidak

menjadi semakin parah dan pada kondisi pada komplikasi

Tabel 2.1 Checklist survei PHBS

No Indikator Perilaku Ya Tidak


1 Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan V
2 Asi Ekslusif V
3 Penimbangan balita V
4 Gizi keluarga/ sarapan V
5 Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali V
KLP Kesling
6 Air bersih V
7 Anggota rumah tangga menggunakan jamban V
8 Anggota rumah tangga membuang sampah pada V
tempatnya
9 Lantai rumah kedap air V
KLP GAYA HIDUP
10 Aktivitas fisik/olahraga V
11 Ada anggota keluarga yg tidak merokok V
12 Mencuci tangan V
13 Menggosok gigi minimal 2 kali sehari V
14 Anggota rumah tangga tidak menyalahgunakan V
Miras/Narkoba

26
KLP UKM
15 Anggota rumah tangga menjadi peserta JPK/Dana Sehat V
16 Anggota rumah tangga melakukan PSN seminggu sekali V

Dari hasil di atas didaptkan skor 13 sehingga dapat di kasifikasikan

sebagai keluarga yang memiliki PHBS Strata Sehat Utama.

Tabel 3. 1 Checklist survei Rumah sehat

KOMPONEN
NO RUMAH YG KRITERIA NILAI
DINILAI
I KOMPONEN RUMAH
1 Langit-langit a. Tidak ada 0
b. Ada, kotor, sulit dibersihkan, dan rawan
kecelakaan 1
c. Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan 2 V
a. Bukan tembok (terbuat dari anyaman
2 Dinding bambu/ilalang) 1
b. Semi permanen/setengah tembok/pasangan
bata atau batu yang tidak diplester/papan yang V
tidak kedap air. 2
c. Permanen (Tembok/pasangan batu bata yang
diplester) papan kedap air. 3
3 Lantai a. Tanah 0
b. Papan/anyaman bambu dekat dengan
V
tanah/plesteran yang retak dan berdebu. 1
c. Diplester/ubin/keramik/papan (rumah
panggung). 2
4 Jendela kamar tidur a. Tidak ada 0 V
b. Ada 1
5 Jendela ruang keluarga a. Tidak ada 0

27
b. Ada 1 V
6 Ventilasi a. Tidak ada 0
b. Ada, lubang ventilasi dapur < 10% dari luas
lantai 1
c. Ada, lubang ventilasi > 10% dari luas lantai 2 V
7 Lubang asap dapur a. Tidak ada 0
b. Ada, lubang ventilasi dapur < 10% dari luas
lantai dapur 1
b. Ada, lubang ventilasi dapur > 10% dari luas
lantai dapur (asap keluar dengan sempurna)
V
atau ada exhaust fan atau ada peralatan lain yang
sejenis. 2
a. Tidak terang, tidak dapat dipergunakan untuk
8 Pencahayaan membaca 0
b. Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk
V
membaca dengan normal 1
c. Terang dan tidak silau sehingga dapat
dipergunakan untuk membaca dengan normal. 2

II SARANA SANITASI
1 Sarana Air Bersih a. Tidak ada 0
b. Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi
(SGL/SPT/PP/KU/PAH). syarat kesh. 1
c. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat
kesh. 2
e. Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesh. 3 V
d. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi
syarat kesh. 4

2 Jamban (saran pembua- a. Tidak ada. 0


b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup,
ngan kotoran). disalurkan ke sungai / kolam 1

28
c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, disalurkan
ke sungai atau kolam 2
d. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septic tank 3 V
e. Ada, leher angsa, septic tank. 4
a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di
3 Sarana Pembuangan Air halaman 0
Limbah (IPAL)
b. Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber air
(jarak sumber air (jarak dengan sumber air <
10m). 1
c. Ada, dialirkan ke selokan terbuka 2
d. Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber
air (jarak dengan sumber air > 10m). 3
e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran
4 V
kota) untuk diolah lebih lanjut.

4 Saran Pembuangan a. Tidak ada 0

Sampah/Tempat Sampah b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup 1
c. Ada, kedap air dan tidak bertutup 2 V
d. Ada, kedap air dan bertutup. 3

PERILAKU
III PENGHUNI

1 Membuka Jendela a. Tidak pernah dibuka 0 V


Kamar Tidur b. Kadang-kadang 1
c. Setiap hari dibuka 2

2 Membuka jendela a. Tidak pernah dibuka 0 V


Ruang Keluarga b. Kadang-kadang 1
c. Setiap hari dibuka 2

3 Mebersihkan rumah a. Tidak pernah 0

29
dan halaman b. Kadang-kadang 1 V
c. Setiap hari 2

4 Membuang tinja bayi a. Dibuang ke sungai/kebun/kolam sembarangan 0


dan balita ke jamban b. Kadang-kadang ke jamban 1
c. Setiap hari dibuang ke jamban 2 V

a. Dibuang ke sungai / kebun / kolam


5 Membuang sampah sembarangan 0
pada tempat sampah b. Kadang-kadang dibuang ke tempat sampah 1
c. Setiap hari dibuang ke tempat sampah. 2 V

TOTAL HASI PENILAIAN

Keterangan :
: NILAI x BOBOT : 28x31 = 868
Hasil : (Rumah tidak sehat)
Penilaian

Kriteria :

1) Rumah Sehat = 1068 – 1200

2) Rumah Tidak Sehat = < 1068

Kesimpulan

Keluarga pasien sudah mencakup keluarga dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), akan tetapi keadaan rumah yang padat akan barang dan penghuni, keadaan
pencahayaan yang kurang, tidak tersedianya jendela yang cukup, hanya di ruang tamu dan
area sekitar dapur saja sehingga belum memenuhi kriteria rumah sehat.

30
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Analisa Penyebab Masalah

3.1.1 Agent (Faktor penyebab)

Suatu agent atau penyebab penyakit yang dapat berupa unsur

(element), zat (substance) atau kekuatan (force) baik yang sudah diketahuai

maupun blum diketahui, baik hidup atau tidak hidup yang keberadaan atau

ketidak beradaanya, yang melalui hubungan atau pemaparan yang efektf

dengan host atau penjamu yang rentan, dan dalam keadaan lingkungan

yang mendukung akan menjadi perangsang (stimulus) untuk memulai dan

mengembangkan proses penyakit pada diri host atau pejamu (Budioro,

2007).

Dikenali terdapat beberapa macam kelompk agent, yakni agent

biologis, nutrient, kimiawi, fisk dan juga mekanik (Budioro, 2007). Dalam

kasus ini agent yang bereperan adalah agen biologis yakni virus dengue dari

kelompok arbovirus B (arthropod-borne virus) yang termasuk kedalam genus

flavivirus. Terdapat 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4, dan

DEN-3 merupakan jenis yang sering dihubungkan dengan kasus parah,

infeksi oleh salah satu serotipe akan menimbulkan kekebalan terhadap

serotipe yang bersangkutan namun tidak utuk serotipe lain, dan ke empat

serotipe ini terdapat di indonesia, dengen vektor nyamuk aedes aegypti atau

aedes albopictus dengan catatan nyamuk yang menjadi vektor penyakit DBD

adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi saat mengigit manusia yang sedang

sakit dan viremia (terdapat virus dalam


31 darahnya) atau virus yang ditularkan
secara transovarial dari nyamuk ke telurnya (Widoyono, 2008). Penyebaran

penyakit DBD di Jawa biasanya terjadi bulan januari sampai april dan mei,

dengan faktor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas antara lain:

imunitas pejamu, kepadatan populasi penduduk, transmisi virus, dan

virulensi (Widoyono, 2008)

Di Indonesia, berdasarkan data dari BMKG melalui pemaparan

dari deputi bidang klimatologi mengemukakan jika musim hujan pada tahun

2017/2018 secara umum akan dimulai pada akhir oktober-november 2017,

yang beradasarkan analisis curah hujan didapatkan kondisi curah hujan di

sebagian besar indonesia lebih basar dari normalnya dan dibandingankan

tahun 2016 dengan puncak musim penghujan yang akan terjadi pada bulan

Desember 2017- Februari 2018 (Putratama, 2017).

Menurut penelitian (Santorini, 2007) terdapat hubungan yang

bermakna antara kasus DBD dengan curah hujan (P= 0,00) dan AHJ. Ketika

curah hujan tinggi maka Aedes juga akan meningkat, seperti yang terjadi pada

bulan Desember kemudian akan mencapai puncaknya pada Februari, namun

saat september ketika curah hujan turun aedes pun meningkat hal ini

dikarenakan faktor suhu dan kelembaban. AHJ juga berhubungan dengan

curah hujan (P= 0,002), ketika musim hujan datang makan TPN meningkat,

seperti diketahui jika Aedes lebih menyukai tempat bersih untuk meletakan

telurnya, seekor nyamuk akan bertelur sebanyak 100-300 butir, sehingga

populasi nyamuk meningkat dengan cepat, dan untuk mematangkan telurnya

makan nyamuk membutuhkan manusia sehingga kecenderungan utnuk

menggigit semakin bertambah hal ini yang mnyebabkan AHJ akan meningkat

seiring bertambahnya curah hujan yang tinggi, dan yang menjadi

permasalahanya adalah jika nyamuk yang mengigit membawa virus dengue,


32
sehingga pada saat mengigit manusia terjadi perpindahan virus yang sudah

mengalami replikasi dari tubuh nyamuk ke manusia melalui air liurnya,

sehingga menyebabkan penyakit DBD, oleh karena itu peningkatan curah

hujan diikuti oleh peningkatan AHJ, sehingga kasus DBD meningkat.

Pada kasus ini, kejadian Demam berdarah dengue terjadi pada

bulan April, dimana bulan tersebut merupakan bulan musim penghujan

sehingga meningkatnya jumlah perkembang biakan nyamuk dan peningkatan

AHJ.

3.1.2 Environtment

Pada kasus ini, pasien tinggal di lingkungan yang padat penduduk,

dengan jarak rumah yang terlalu dekat, sedangkan menurut penelitian (steven,

2014) kepadatan hunian berpengaruh terhadap kejadian DBD (P= 0,001), dan

banyaknya perindukan nyamuk juga sangat berhubungan terhadap kejadian

DBD (P=0,005) selain itu keadaan rumah yang dipenuhi tumpukan barang

yang diletakan sembarangan dan gantungan baju kotor yang banyak

tergantung di dalam rumah.

Berdasarkan penelitian (Yunita, et al, 2012) yang mengemukakan jika

kebiasaan menggantung pakaian dirumahnya berisiko 6,29 kali lebih besar

untuk terkena DBD dibandingkan yang tidak (95%CI;3,09-12,81). Pakaian

yang menggantung dalam ruagan merupakan tempat yang disenangi nyamuk

aedes aegypti untuk beristirahat setelah menghisap darah manusia. Setelah

beristirahat, pada saatnya akan menghisap darah manusia kembali hingga

nyamuk merasa cukup darah untuk pematangan sel telur, jika nyamuk tersebut

menghisap darah penderita DBD kemudian selanjutnya menghidap darah

orang sehat, maka akan terjadi penularan.

33
Di lingkungan sekitar, terdapat tetangga dengan riwayat demam

berdarah beberapa bulan lalu dan berdasarkan pemeriksaan jentik nyamuk,

didapatkan ABJ 95,0%, HI 5,0%, hal ini sejalan dengan penelitian (Yunita, et

al, 2015) jika terdapat hubungan antara Keberadaan jentik nyamuk pada

penampung air dengan kejadian DBD, dengan nilai (P=0,01) dengan kekuatan

hubungan 6,35 (CI 95%= 2,66-15,12) yang artinya masyarakat yang disekitar

rumahnya terdapat jentik nyamuk pada penampung air berisiko 6 kali lebih

besar dibanding yang tidak.

Selain itu, Menurut penelitian (Indriyani, 2015) terdapat hubungan antara

house index terhadap kejadian DBD di kecamatan jepara dengan nilai (P=

0,006) OR : 7,480 (CI 95% 1,521-36,77). Angka house index yang beririko

dapat menjadi gambaran bahwa penyebaran nyamuk masih luas, jika

penyebaranya luas maka kepadatan vektor pun akan padat yang dapat

menyebabkan kejadian DBD. Selain itu, terdapat hubungan anatara container

index terhadap kejadian DBD (P= 0,01) OR : 5,588 (CI 95% 1,872-16,665)

Selain itu kondisi rumah pada kasus ini memiliki pencahayaan yang

kurang, padahal pencahayaan rumah merupakan faktor penting dan

pencahayaan rumah berhubungan dengan kejadian DBD (P=0,046), selain itu

keadaan rumah berdasarkan kepemilikan ventilasi berkasa juga berpengaruh

terhadap kejadian DBD yang merupakan penunjang bagi kesehatan manusia.

Karena disamping menjaga stabilitas suhu ruangan, mengatur suhu ruangan,

juga mengurangi bau tidak sedap dan kelembaban, nyamuk aedes aegypti

menyukai tempat hinggap dan beristirahat ditempat gelap dan lembab dengan

intensitas cahaya rendah, selain itu dengan adanya ventilasi berkasa akan

mengurangi jalan masuk bagi nyamuk (Adyatama, 2010)

34
3.1.3 Host

Pasien dan keluarga pasien tidak pernah menggunakan lotion anti

nyamuk maupun obat bakar anti nyamuk di rumahnya, terutama jika tidur

siang, sedangkan hasil Hasil penelitian Andriani (2012), menemukan bahwa

adanya resiko kebiasaan tidak menggunakan obat anti nyamuk dengan

terjadinya infeksi virus dengue di Semarang sebanyak 5,6 kali lebih besar (

OR = 5,6 ; 95% CI = 1,8 — 17,5). Diantara empat variable (tidak menggunaan

pakaian lengan panjang, penggunaan kasa, penggunaan obat anti nyamuk,),

penggunaan obat anti nyamuk merupakan upaya yang paling banyak

dilaksanakan oleh masyarakat. Hal ini menunjukkan penggunaan obat anti

nyamuk dianggap sebagai upaya pencegahan gigitan nyamuk pada siang hari

oleh masyarakat dianggap sangat efektif.

Kejadian DBD dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya adalah

perilaku masyarakat dalam melaksanakan dan menjaga kebersihan

lingkungan. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat

tentang DBD dan kurangnya praktik atau peran serta masyarakat dalam

menjaga kebersihan lingkungan sekitar (Lerik&Marni, 2008). Hal ini sesuai

dengan kasus ini, jika pasien dan keluarganya tidak menegtahui banyak

mengenai DBD.

Pada kasus ini, keadaan imunitas pasien sedang menurun dikarenakan

pasien sedang menglami sakit flu sebelumnya, padahal ketika suatu agent

penyakit memasuki tubuh, semua akan bergantung pada respon dari host

yakni daya tahan tubuh host, sehingga penyakit dapat bermanifestasi atau

bahkan tidak muncul karena daya tahan tubuh yang baik (Budioro, 2007)

35
3.2 Bagan Trias Epidemiologi

Agent
Virus dengue
Serologi IgM dengue (+)

HOST

➢ Banyak Environment
menggantung
pakaian bekas pakai • Lingkungan rumah
➢ Tidak memakai DBD yang padat
lotion anti nyamuk • Ventilasi tanpa
➢ Penurunan imunitas saringan nyamuk
dan pencahayaan
➢ Tingkat
kurang
pengetahuan pasien
• ABJ dalam radius
yang kurang
100 m = 95,0%
mengenai DBD

36
3.3 Alternatif Pemecahan Masalah

Masalah Pemecahan masalah

Perilaku Tidak Sehat dan Penggunaan Lotion anti nyamuk


pengetahuan kurang sebelum tidur
- Kebiasan menggantung • Edukasi tentang tindakan 3M plus
pakaian sembarangan secara rutin untuk mencegah DBD,
- Kebiasan tidur siang tanpa dan menguras penampung air 3-5 hari
menggunakan lotion sekali
anti nyamuk • Edukasi dg poster
- Menguras dan menyikat ember • Memberikan sikat dan keranjang
penampung air >7 hari sekali baju

Penurunan Imunitas • Istirahat yang cukup


• Makan makanan gizi seimbang
• Olahraga secra teratur

Edukasi mengenai sarang dan tempat


Lingkungan Rumah yang disukai oleh nyamuk, gerakan
pemberantasan sarang nyamuk serta
- Pencahayaan yang kurang 3M plus
- Tidak terpasangnya saringan • Mengarahkan untuk tidak
nyamuk pada ventilasi menggantung baju sembarangan
- ABJ dilingkungan tempat • Menyarankan agar sering membuka
tinggal pasien 95,0% jendela ketika pagi hari agar sirkulasi
• cukup dan menggunakan saringan
nyamuk pada ventilasi
• Memberikan edukasi pada warga
setempat

37
3.4. Plan Of Action

Masalah Indikator
Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Tempat Waktu Biaya Pelaksana
keberhasilan
Penurunan Memberikan Dapat Pasien dan Edukasi Rumah 19 - Dokter - Pasien dan
Imunitas edukasi meningkatkan keluarga pasien Juni muda FK keluarga
mengenai kekebalan tubuh pasien 2019 Unissula menjadi
pentingnya sehingga dapat paham dan
menjaga menurunkan mau
kesehatan, pola resiko kejadian melakukan
makan sakit gerakan pola
seimbang. hidup sehat

Perilaku 1 Edukasi Dapat Pasien, Edukasi, Rumah 19 - Dokter 1.Mampu


tidak Sehat mengenai mencegah dan Leaflet pasien Juni muda FK memahami
dan penyakit DBD, penularan anggota 2019 Unissula seputar
Pengetahua gejala, tanda penyakit dan keluarga, penyakit DBD,
n kurang bahaya, mencegah 2. Melakukan
penanganan timbunya kegiatan 4M
awal, sarang nyamuk. Plus sebagai
pencegahanya pencegahan
serta cara DBD
pemberantasan 3.Menjaga
sarang nyamuk kebersihan
2 Edukasi untuk
menjaga
kebersihan
rumah, dan

32
Masalah Indikator
Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Tempat Waktu Biaya Pelaksana
keberhasilan
tidak lingkungan dan
menggantung kerapihan baik
baju di dalam
sembarangan. maupun diluar
rumah dan
tidak
menumpuk
barang
sembarangan
Lingkungan 1.Edukasi 1.Meningkatkan 1.Keluarga Edukasi, Rumah 19 - Dokter 1. Keluarga
Tidak Sehat mengenai sarang kemampuan pasien Leaflet pasien Juni muda sadar akan
dan tempat yang mengenai 2.Warga dan warga 2019 Unissula penyakit DBD
disukai nyamuk, penyakit DBD sekitar sekitar hingga
tidak menumpuk sehingga dapat penanganan
barang barang memahami dan awal
baik didalam melakukan 2. Keluarga
maupun diluar gerakan 4M plus dapat melaku-
rumah dan tidak dan PSN, peka kan gerakan 4M
menggantung terhadap gejala plus dan PSN
pakaian dan tanda 3.Dengan
sembarangan. bahaya DBD, ditemukanya
2. Pemantauan serta memahami jentik nyamuk
jentik nyamuk di penanganan pada lingkun-
lingkungan awal sehingga gan sekitar,
sekitar dapat diharapkan
meminimalisir warga sadar
terjadinya pentingnya
kejadian DBD gerakan 4M
plus dan PSN

33
HASIL PEMANTAUAN JENTIK

NO. NAMA NAMA KK ALAMAT Kontainer Kontainer Luar Pemberian


ANGGOTA (RT/RW) Dalam Rumah Rumah Larsida
KEL. YG (gr)
DITEMUI JML. (+) JML. (+)
Jentik Jentik

1 Sugeng Sugeng IV/VIII 2


2 Rendy Hendra Rendy Hendra IV/VIII 2
3 Daryono Daryono IV/VIII 2
4 Inung Inung IV/VIII 2
5 Haryono Haryono IV/VIII 2
6 Wisnu Wisnu IV/VIII 2
7 Nurkholis Nurkholis IV/VIII 2
8 Agus Agus IV/VIII 2
9 Yanto Yanto IV/VIII 2
10 Warung Warung IV/VIII 2
11 Nugrobo Nugrobo IV/VIII 2
12 Agus Setiono Agus Setiono IV/VIII 2
13 Ikwan Ikwan IV/VIII 2
14 TK Ceria Jamaludin IV/VIII 2
15 Kantor KPP JTP IV/VIII 2
16 Sunari Sunari IV/VIII 2
17 Dwi Saptorini Bagus Sugiarto IV/VIII 2
18 Ahmad Ahmad IV/VIII 2 1 10
19 Helita Nurdin IV/VIII 2
20 Panji Panji IV/VIII
21
22
23
24
25
JUMLAH 48 4 0 0 40

Jml. Diperiksa 20 Rumah Jml. Kontainer diperiksa 38 Bh


Jml. Negatif (-)
19
jentik Rumah Jml. Kontainer (+) 1 Bh
ABJ 95,0% Container Indeks

44
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan kasus ini adalah:

4.1.1. Faktor pejamu terhadap kejadian DBD yang didapatkan dari hasil

pengamatan adalah keadaan imunitas yang menurun ditambah dengan,

kebersihan keluarga terhadap lingkungan kurang yang ditandai dengan,

tidak memakai lotion anti nyamuk, menggantung dan meletakkan

pakaian bekas pakai, kebiasaan menguras ember penampung air lebih

dari tujuh hari. Keadaan tersebut memungkinkan mudahnya

berkembangnya virulensi virus dengue ditubuh penderita.

4.1.2. Faktor lingkungan terhadap kejadian DBD yang didapatkan dari

pengamatan adalah keadaan lingkungan rumah yang padat, keadaan

rumah yang kurang pencahayaan, ventilasi tanpa saringan nyamuk dan

dengan ABJ 95,0 % sangat memudahkan rantai penyebaran penyakit

DBD di lingkungan Perumahan Sembung Harjo Semarang.

4.1.3. Pemberantasan jentik dan sarang nyamuk serta pemberian edukasi

kepada pasien, keluarga pasien dan masyarakat sekitar rumah pasien

tentang DBD menjadi solusi dan pemecahan masalah dalam kasus ini.

45
4.2 Saran

4.2.1. Untuk Pasien

1. Pasien dan keluarga dapat menjaga kebersihan lingkungan dan

berperilaku sehat kaitannya mencegah DBD, seperti tidak

menggantung baju dan handuk bekas p a k a i di rumah, menjaga

kebersihan dan kerapihan rumah, dan melakukan pemberantasan

sarang nyamuk

2. Memotivasi pasien dan keluarga dapat menggunakan obat anti

nyamuk yang dapat mencegah gigitan nyamuk terutama saat tidur.

3. Menjaga daya tahan tubuh dengan makan dengan gizi seimbang,

olahraga dan istirahat cukup

4. Mengedukasi pasien untuk sering menguras penampungan air dan

disikat sehingga mencegah siklus hidup nyamuk

4.2.2. Untuk Puskesmas

1. Dapat meningkatkan pengetahuan keluarga dan masyarakat seperti

menggandeng kelurahan untuk mengadakan kegiatan aktif

kebersihan lingkungan dan penyuluhan rumah ke rumah atau

penyuluhan masalah dan demo mngenai gerakan pemberantasan

46
sarang nyamuk terutama pada wilayah/cakupan dengan proporsi

penderita DBD yang tinggi

4.2.3. Untuk Unissula

Meningkatkan kerjasama dengan puskesmas-puskesmas untuk

bersama-sama meningkatkan kesehatan masyarakat.

47
DAFTAR PUSTAKA

Adytama, 2010, Hubungan Natra Lingkungan Fisik Rumah , Tempat Penampung


air, dan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian DBD di Kelurahan Tidung
Kecamatan Rapocini, Makasar

Andriani, 2012, Perilaku Pencegahan Terhadap Gigitan Nyamuk Sebagai Faktor


Risiko Terjadinya Infeksi Virus Dengue Di Kota Semarang [Thesis].
Semarang: Universitas Diponegoro

Budioro, 2007, Pengantar Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Diponegoro

CDC, 2010, Epidemiology dengue homepage,


http://www.cdc.gov/dengue/epidemiology/index.html

Dinkes Jateng, 2016, Profil kesehatan povinsi kota jawa tengah tahun 2016,
semarang

DKK Semarang, 2005, Profil kesehatan kota semarang, dinas kesehatan kota
semarang, semarang

Indriyani, et al, 2015, Hubungan faktor lingkungan dengan persebaran kejadian


demam berdarah dnegue di kecaatan Jepara Kabupaten Jepara, Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-journal)

Infodatin, 2016, pusat data dan informasi kementerian kesehatan; DBD di Indonesia

Lerik M, Marni. 2008. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Praktik
Ibu Rumah Tangga Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue (PSNDBD) Di Kelurahan Oebufu Kecamatan Oebobo
Kota Kupang 2008.MKM Vol. 03 No. 01
Putratama, 2017, perkembangan cuaca dan musim hujan tahun 2017/2018, dalam
www.bmkg.go.id , Jakarta

Steven, 2014, the role factors of demography characteristic, Nutriion state,


environment, knowledge, attitude, and community practoces toward
dengue hemoragic fever incidens at rangkah helath centre, jurnal widya
medika, vol 2 No1

Santorini, 2007, Pengaruh iklim terhadap kasus Demam Berdarah Dengue, jurnal
kesehatan masyarakat nasional, vol 2 No 1

48
Widoyono, 2008, Demam berdarah dengue, dalam Penyakit Tropis Epidemiologi,
Penularan, Pencegahan & Pemberantasanya, Erlangga, Jakarta, 59-66

WHO, 2014, dengue and severe dengue from world health organization :
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/

Yunita, et al, 2012, Pengaruh Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan


Terhadap Kejadian Demam Berdarah, Jurnal Kesehatan komunitas, Vol
1 No 4.

49
LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Pre Test Dan Post Test

Nama : Tn. Daryono

Usia : 32 tahun

Alamat : Sembung Harjo RT IV/RW VIII, Semarang

Akumulasi hasil jawaban Intepretasi hasil

Betul : 4 ≤ 5 : Pengetahuan kurang

Salah : 6 ≥ 6 : Pengetahuan baik

50
Lembar Post test

Nama : Tn. Daryono

Usia : 32 tahun

Alamat : Sembung Harjo RT IV/RW VIII, Semarang

Akumulasi hasil jawaban Intepretasi hasil

Betul : 9 ≤ 5 : Pengetahuan kurang

Salah : 1 ≥ 6 : Pengetahuan baik

51
Lampiran 2. Poster Edukasi

52
Lampiran 3 Dokumentasi kegiatan

55
56

Anda mungkin juga menyukai