Anda di halaman 1dari 35

CASE BASED DISCUSSION

RENDAHNYA TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU KONSUMSI


TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI ESENSIAL

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat


Untuk Program Pendidikan Profesi Dokter Pada Bagian
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Disusun oleh :
Dyah Chandra Rahmadinda KP (012.10.6137)
Edy Hariyanto (012.10.6138)
Eta Septiani (012.10.6149)
Harlina Nurlita (012.10.6174)
Ilyu Ainun Najie (012.10.6190)
Muhammad Ulinnuha (012.10.6229)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat

Puskesmas Ngaliyan 9-27 Juni 2014

Telah Disahkan:

Semarang, Juni 2014

Mengetahui

Kepala Puskesmas Ngaliyan Pembimbing

dr. Wahidah Norfridalia, M.Kes dr. Joyce J. Maya

Mengetahui,

Kepala Bagian IKM FK Unissula

dr. Ophi Indria Desanti, MPH


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, yang telah memberikan rahmat
karunia dan hidayah, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Rendahnya Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Konsumsi Terhadap Kejadian Hipertensi
Esensial” di Puskesmas Ngaliyan.

Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Laporan ini memuat data tentang kasus Hipertensi di Puskesmas
Ngaliyan, Kota Semarang.
Laporan ini dapat terselesaikan berkat kerjasama tim dan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk ini kami mengucapkan terima kasih sebesar - besarnya kepada yang terhormat :
1. dr. Ophi Indria Desanti, MPH, kepala Departemen IKM FK Unissula Semarang
2. Siti Thomas,SKM , Koordinator Pendidikan IKM FK Unissula Semarang
3. dr. Kristanto Muliana, Selaku Pembimbing Bagian IKM Unissula Semarang.
4. dr. Wahidah Norfridalia, M.Kes, Kepala Puskesmas Ngaliyan Semarang.
5. dr. Joyce J. Maya selaku pebimbing di Puskesmas Ngaliyan Kota Semarang.
6. Seluruh Staf Puskesmas Ngaliyan Semarang
7. Semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan laporan kasus ini.
Kami menyadari bahwa hasil penulisan Laporan kasus ini masih jauh dari kata
sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan.Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan dan perbaikan laporan kasus ini agar lebih baik.
Akhir kata kami berharap semoga laporan kasus Kejadian Hipertensi di Puskesmas
Ngaliyan Kota Semarang ini bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Juni 2014

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii

KATA PENGANTAR........................................................................................ iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................. 1

1.2.Tujuan penelitian ............................................................ 3

1.2.1. Tujuan Umum ......................................................... 3

1.2.2. Tujuan Khusus ......................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 5

2.1. Hipertensi Esensial........................................................... 5

2.1.1. Definisi ..................................................................... 5

2.1.2. Epidemiologi............................................................. 6

2.1.3. Etiologi..................................................................... 7
2.1.4. Klasifikasi.................................................................. 7
2.1.5. Faktor Resiko .......................................................... 8
2.1.6. Penatalaksanaan ..................................................... 10
2.1.7. Komplikasi ............................................................... 10
BAB III STATUS PRESENT.................................................................... 12

3.1. Cara dan Waktu ........................................................ 12

3.2. Hasil Kunjungan ......................................................... 12


3.2.1. Data Pasien ...................................................... 12

3.3. Anamnesa ......................................................................... 13

3.3.1. Riwayat Penyakit Sekarang .............................. 13

3.3.2. Riwayat Penyakit Dahulu ................................. 13

3.2.3. Riwayat Keluarga ............................................. 14

3.2.4. Riwayat Sosial Ekonomi ................................... 14

3.2.5. Keadaan saat ini ............................................... 14

3.4. Pemeriksaan Fisik............................................................. 14

3.5. Data Perkesmas............................................................... 17

BAB IV ANALISA/PEMBAHASAN......................................................... 20

BAB V Kesimpulan dan Saran ......................................................... 22

BAB VI Penutup ...................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 26

LAMPIRAN ................................................................................................ 28
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Salah satu PTM (Penyakit Tidak menular) yang menjadi masalah

kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the

silent killer. Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita

hipertensi (CDC, 2002). Apabila penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang

organ target, dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan

ginjal, serta kebutaan. Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit

hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar

terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan 3 kali

lebih besar terkena serangan jantung (WHO, 2003; WHO, 2005; JNC, 2003).

Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini

terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya

meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak

mendapatkan pengobatan secara adekuat (WHO, 2005; JNC, 2003).

Penyakit tidak menular, terutama hipertensi terjadi penurunan dari

31,7 persen tahun 2007 menjadi 25,8 persen tahun 2013. Asumsi terjadi

penurunan bisa bermacam-macam mulai dari alat pengukur tensi yang berbeda

sampai pada kemungkinan masyarakat sudah mulai datang berobat ke fasilitas

kesehatan. Terjadi peningkatan prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara

(apakah pernah didiagnosis nakes dan minum obat hipertensi) dari 7,6 persen
tahun 2007 menjadi 9,5 persen tahun 2013 (Kemenkes, 2013). Berdasarkan

data dari Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011, angka penderita

hipertensi dari tahun 2007 hingga 2011 sebagai berikut. Pada tahun 2007

sebesar 123.990 jiwa, terjadi peningkatan pada tahun 2008 sebesar 130.683

jiwa. Selanjutnya pada tahun 2009 dan 2010 mengalami penurunan, pada tahun

2009 sebesar 113.537 jiwa dan pada tahun 2010 sebesar 107.839 jiwa. Namun,

pada tahun 2011 terjadi peningkatan yaitu sebesar 128.594 jiwa (DKK, 2011).

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibagi dalam

dua kelompok besar yaitu faktor yang melekat atau tidak dapat diubah seperti

jenis kelamin, umur, genetik dan faktor yang dapat diubah seperti obesitas,

kurang aktifitas fisik dan lain-lain. Untuk terjadinya hipertensi perlu peran

faktor risiko tersebut secara bersama-sama (common underlying risk factor),

dengan kata lain satu faktor risiko saja belum cukup menyebabkan timbulnya

hipertensi (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003).

Hipertensi esensial meliputi lebih kurang 90% dari seluruh penderita

hipertensi dan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Dari

golongan hipertensi sekunder, sekitar 50% diketahui penyebabnya dan dari

golongan ini hanya sedikit yang dapat diperbaiki kelainannya. Seringkali

hipertensi ditemukan pada saat dilakukan pemeriksaan kesehatan rutin atau

datang dengan keluhan lain (Ferdinand, 2006). Hipertensi merupakan penyakit

yang dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko yang sebagian besar

merupakan faktor perilaku dan kebiasaan hidup. Apabila seseorang mau

menerapkan hidup sehat, maka akan mampu terhindar dari hipertensi. Penyakit
ini berjalan terus seumur hidup dan sering tanpa disertai adanya keluhan yang

khas selama belum terjadi komplikasi pada organ tubuh.

Hipertensi merupakan penyakit yang bisa dicegah, namun akan

menimbulkan berbagai komplikasi bila tidak segera ditangani dengan baik.

Berbagai peneliti juga mengungkapkan bahwa penyakit hipertensi membuka

peluang 12 kali lebih besar untuk menderita stroke dan 6 kali lebih besar untuk

terkena serangan jantung, serta 5 kali lebih besar kemungkinan meninggal

karena gagal jantung (congestive heart failure). Penderita hipertensi juga

berisiko besar mengalami gagal ginjal (Widyaningsih N.N, 2008).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan pertanyaan

penelitian sebagai berikut: “Apa Saja Faktor Penyebab Hipertensi di

Kecamatan Ngaliyan?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Mengetahui Analisa Faktor Hipertensi di Kecamatan Ngaliyan

berdasarkan pendekatan HL Blum.

1.3.2. Tujuan khusus

1.3.2.1. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor lingkungan

yang mempengaruhi terjadinya hipertensi.


1.3.2.2. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor perilaku

yang mempengaruhi terjadinya hipertensi.

1.3.2.3. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor pelayanan

kesehatan yang mempengaruhi terjadinya hipertensi.

1.3.2.4. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor genetik yang

mempengaruhi terjadinya hipertensi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi Esensial

2.1.1. Definisi

Hipertensi merupakan suatu keadaan di mana tekanan arteri tinggi,

berbagai kriteria sebagai batasannya telah diajukan berkisar dari tekanan

sistolik 140 – 200 mmHg dan tekanan diastolik 90-110 mmHg (Dorland,

2007). Tekanan darah diukur dengan spygmomanometer yang telah

dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah

pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang

paling sedikit selama lima menit sampai tiga puluh menit setelah merokok

atau minum kopi. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan

sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi

primer untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena

sebab-sebab yang diketahui. Menurut The Seventh Report of The Joint

National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of

High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa

terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan

derajat 2 (Yogiantoro M, 2006). Hipertensi primer atau hipertensi essensial

merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Anggraini dkk,

2009). Pada beberapa pasien hipertensi primer terdapat kecenderungan

herediter yang kuat (Guyton and Hall, 2008).


2.1.2. Epidemiologi

Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang

memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk

otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot

jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan

masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di

dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien

dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah. Diperkirakan

sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun

2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15

milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita

hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (Armilawati et al,

2007). Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak

dikumpulkan dan menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita

yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case finding

maupun penatalaksanaan pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas

dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi

terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15%, tetapi angka prevalensi yang

rendah terdapat di Ungaran, Jawa Tengah sebesar 1,8% dan Lembah Balim

Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar 0,6% sedangkan angka

prevalensi tertinggi di Talang Sumatera Barat 17,8% (Wade, 2003).


2.1.3. Etiologi

Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan

pasti. Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus.

Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi

sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti

kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan

lain-lain. Adapun penyebab paling umum pada penderita hipertensi maligna

adalah hipertensi yang tidak terobati. Risiko relatif hipertensi tergantung pada

jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang

tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara

lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang

dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi (Yogiantoro M, 2006).

2.1.4. Klasifikasi Hipertensi

Penyakit hipertensi bedasarkan penyebabnya dapat dibagi menjadi 2

golongan yaitu (Smeltzer, 2004; DEPKES RI, 2006) :

a. Hipertensi Essensial atau Primer

Penyebab dari hipertensi essensial sampai saat ini masih belum

dapat diketahui. Kurang lebih 90% penderita hipertensi

tergolong hipertensi essensial sedangkan 10% nya tergolong

hipertensi sekunder.

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat

diketahui antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan


kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal

(hiperaldosteronisme) dan lain-lain.

Pada tahun 2003, JNC-VII 2003 membuat pembagian hipertensi.

Berikut anjuran frekuensi pemeriksaan tekanan darah sebagaimana dapat

dilihat pada tabel 2.1 berikut ini (US Departement of Health, 2004) :

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC-VII 2003

Kategori Sistolik Diastolik (mmHg)


(mmHg)
Normal ≤120 ≤ 80

Prehipertensi 120 – 139 80 – 89

Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 -99

Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100

2.1.5. Faktor risiko penyebab hipertensi

Faktor risiko yang relevan terhadap mekanisme terjadinya hipertensi

primer adalah :

1. Genetik

Hipertensi primer bersifat diturunkan atau bersifat genetik. Individu

dengan riwayat keluarga hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih

besar untuk menderita hipertensi primer daripada orang yang tidak

mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.

2. Jenis kelamin

Hipertensi primer lebih jarang ditemukan pada perempuan pra

menopause dibanding pria karena pengaruh hormon. Wanita yang

belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang


berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).

Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam

mencegah terjadinya proses aterosklerosis.

Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya

imunitas wanita pada usia premenopause (Thomas, 2007).

3. Usia

Insidensi hipertensi primer meningkat seiring dengan pertambahan

usia. 50-60 % pasien dengan umur lebih dari 60 tahun memiliki

tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.

4. Obesitas

Obesitas dapat meningkatkan kejadian hipertensi primer. Hal ini

disebabkan lemak dapat menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah

sehingga dapat meningkatkan tekanan darah (Anggraini dkk., 2009).

5. Asupan garam

Asupan garam yang tinggi dapat meningkatkan sekresi hormon

natriuretik. Hormon tersebut menghambat aktivitas sel pompa natrium

dan mempunyai efek penekanan pada sistem pengeluaran natrium

sehingga terjadi peningkatan volume plasma yang mengakibatkan

kenaikan tekanan darah.

6. Hiperaktivitas simpatis

Pada hipertensi primer, sekresi katekolamin yang meningkat akan

memacu produksi renin menyebabkan konstriksi arteriol dan vena

serta meningkatkan curah jantung (Gray, et al., 2002).


2.1.6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipertensi primer bertujuan untuk mencegah

morbiditas dan mortalitas, juga untuk mencapai tekanan darah kurang dari

140/90 mmHg. Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan perubahan gaya

hidup seperti olahraga dan diet rendah garam. Namun apabila perubahan gaya

hidup kurang memadai untuk mencapai tekanan darah yang diharapkan maka

dapat dilakukan pemberian diuretika, inhibitor ACE (angiotensin-converting-

enzim), penyekat reseptor beta-adrenergik, dan penyekat saluran kalsium

(Brown, 2007).

2.1.7. Komplikasi

Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit

jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit

ginjal. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ

dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. Dengan

pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin terjadi

akibat hipertensi, yaitu komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan

sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa

perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal

jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat

selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan

yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan

kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan
serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA) (Anggreini

AD et al, 2009).
BAB III

STATUS PRESENT

3.1 CARA DAN WAKTU PENGAMATAN

Cara pengamatan dilakukan dengan pengumpulan data primer dari

wawancara dan data sekunder dengan menggunakan rekam medik.

Pengamatan dilakukan dalam dua tempat yaitu di Puskesmas saat penderita

berobat yaitu tanggal 16 Juni 2014 dan di rumah penderita (Home Visite)

untuk mencari faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan berobat yaitu

tanggal 19 Juni 2014.

3.2 HASIL PENGAMATAN

3.2.1 Daftar Penderita (Pasien)

Identitas pasien

 Nama : Tn. K

 Jenis kelamin : Laki-laki

 Umur : 55 tahun

 Agama : Islam

 Status Perkawinan : Menikah

 Pendidikan terakhir : SMA

 Pekerjaan : Jasa

 Alamat : Jl. Pengilon 3 Kelurahan Bringin,


Kec.Ngaliyan
 Mulai berobat : 14 Juni 2014, Rawat Jalan
Puskesmas Ngaliyan
3.2.2 Anamnesis

3.2.2.1 Riwayat Penyakit Sekarang

Dari hasil anamnesa dengan pasien dan keluarga,

didapatkan pasien mengalami riwayat hipertensi

sejak masih muda (sekitar usia 25 tahun). Selain itu

juga mengeluh pada pundak yang pegal, kenceng-

kenceng, mudah lelah, dan selalu berkeringat setiap

saat. Mudah sekali emosi karena dipengaruhi stress

keluarga.

3.2.2.2 Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien merasakan semua keluhan sejak masih muda

(sekitar usia 25 tahun). Pernah mengalami jatuh dari

kamar mandi dan terjadi kekakuan pada anggota

gerak atas. Setelah diberikan obat ada perubahan,

hingga menjadi normal kembali. Sering

mengkonsumsi obat sakit kepala yang dibeli di

Apotek maupun warung, namun tidak ada

perubahan. Konsumsi kopi yang terus menerus

hampir tiap hari, dan sering begadang tiap malam.

Faktor stress keluarga sebagai pemicu tersering

timbulnya gejala hipertensi selama ini.


3.2.2.3 Riwayat Keluarga

Pasien tidak begitu paham tentang riwayat

hipertensi dari orang tua (meninggal sejak masih

kecil). Saudara-saudara pasien juga tidak ada yang

mempunyai penyakit hipertensi.

3.2.2.4 Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien bekerja sebagai penyedia jasa angkutan di

Ngaliyan, Istri berjualan di pasar Karang Ayu. Dua

anak sudah berkeluarga dan bekerja serta satu anak

masih di jenjang sekolah SMP. Kesan ekonomi

cukup.

3.2.2.5 Keadaan saat ini

Pasien masih merasakan kepala yang pusing, leher

pegal dan kenceng-kenceng, serta berkeringat yang

terus menerus. Obat yang diberikan dari puskesmas

tidak begitu mengurangi keluhan pasien.

3.2.3 Pemeriksaan Fisik

3.2.3.1 Keadaan umum : tampak kesakitan

3.2.3.2 Kesadaran : composmentis

3.2.3.3 Tanda Vital :

Tekanan Darah : 150/100

Nadi : 90 x/menit, isi dan tegangan

cukup
RR : 24 x/menit

Temperatur : 37,5 C

3.2.3.4 Kepala

Rambut : hitam, tidak mudah dicabut

UUB : cekung

Mata : konjungtiva palpebra anemis -/- ,

ikterik -/-, edem palpebra -/-, cowong -/-, air mata

sudah tidak keluar.

Hidung : secret (-), epistaksis (-)

Telinga : sekret (-)

Mulut : sianosis (-), gusi berdarah (-),

sariawan (-)

Bibir : kering (-),mukosa dalam sianosis (-)

Selaput lendir : kering (-)

Lidah : kotor (-), tremor (-)

Gigi : karies (-)

Tenggorokan : T 1-1 , faring hiperemis (-)

Leher : Pembesaran KGB (-)

3.2.3.5 Dada

Paru

Inspeksi : simetris, retraksi (-)

Palpasi : stem fremitus kanan = kiri

Perkusi : sonor seluruh lapang paru


Auskultasi :

suara dasar : vesikuler +/+ di seluruh lapangan

paru

suara tambahan : ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V 2 cm

medial LMCS, tidak kuat angkat, dan tidak melebar

Perkusi :

Batas kiri : SIC V 2 cm medial LMCS

Batas atas : SIC II LPS sinistra

Batas kanan : SIC II LPS dextra

Auskultasi : BJ I-II normal, bising (-), gallop (-)

3.2.3.6 Abdomen

Inspeksi : perut buncit

Auskultasi : bising usus normal

Perkusi : normal

Palpasi : Nyeri tekan (-), turgor turun

(-)

Hepar : dbn

Lien : dbn

3.2.3.7 Alat kelamin : laki-laki, dbn

3.2.3.8 Kelenjar
Pembesaran KGB inguinal (-)

3.2.3.9 Anggota gerak

Superior Inferior

Akral dingin -/- -/-

Sianosis -/- -/-

Oedem -/- -/-

Capp. Refill < 2” < 2”

Gerakan +N / +N +N / +N

Kekuatan 5/5 5/5

Reflek fisiologis +N / + N +N / +N

Reflek patologis -/- -/-

Tonus +N/+N +N/+N

Klonus -/- -/-

2. Pemeriksaan Penunjang

3.3 DATA PUSKESMAS

Identitas keluarga

Nama KK : Tn. K

Umur : 55 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : Jasa
Data Lingkungan

a. Data Individu :

Pasien tinggal serumah dengan istri, 2 anak dan 1 menantu.

b. Ekonomi

Pasien bekerja sebagai penyedia jasa angkutan di Ngaliyan, istri pasien

bekerja sebagai pedagang di Pasar Karang Ayu. Kesan ekonomi: cukup

(rata-rata Rp. 2.400.000 per bulan).

c. Masyarakat

Pasien tinggal di daerah padat penduduk dimana tidak ada jarak antara

rumah ke rumah, rumah saling berhadapan dengan jarak 2m.

Kebersihan lingkungan banyak berceceran kotoran ayam di halaman

maupun jalan depan rumah, got kurang bersih dan tempat sampah yang

kurang memadai. Akses ke penyedia layanan kesehatan dekat (sekitar

100 m)

d. Lingkungan rumah

- Berdasarkan data hasil laporan kasus didapatkan luas tanah rumah

pasien ± 5 m x 10 m = 50 m 2 yang dan dihuni oleh 5 orang sehingga

didapatkan kepadatan rumah 10 m2/orang.

- Ventilasi rumah pasien berupa jendela sebanyak 4 buah @ 40cm x

40cm, dan 1 pintu depan, 1 pintu belakang

- Terdapat 1 MCK

- Jarak sumur dengan septik tank kurang dari 10 m.


- Lantai rumah : dengan ubin pada bagian depan dan tanah pada bagian

belakang

- Kamar di rumah bagian belakang tidak terdapat jendela dan ventilasi

Data Perilaku

Pasien dalam keseharian sebagai tukang ojek sering begadang sampai

malam, dan hampir setiap malam selalu konsumsi kopi sachet supaya tidak

mengantuk. Istirahat sangat singkat kerena jam 1 pagi sudah harus

mengantar istri ke pasar dan pulang jam 5 pagi. Selanjutnya pasien

beristirahat hingga siang, dan baru berangkat bekerja hingga larut malam.

Kondisi keluarga kurang harmonis, karena anak terakhir pasien sering

membuat emosi dan kadang tidak terkontrol. Sehingga memicu serangan

mendadak.

Data pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan terdekat (Rumah Sakit) berjarak lebih kurang

100 meter dari tempat tinggal. Sejak dahulu selalu berobat ke Puskesmas

dan tidak pernah konsultasi ke Rumah Sakit atau Dokter Spesialis.

Data genetika

Ayah
Ibu
(pasien)

3
Anak
BAB IV

ANALISA HASIL

Berdasarkan kasus, pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan riwayat

hipertensi sejak masih muda (sekitar usia 25 tahun). Selain itu juga mengeluh

pada pundak yang pegal, kenceng-kenceng, mudah lelah, dan selalu berkeringat

setiap saat. Mudah sekali emosi karena dipengaruhi stress keluarga. Selama ini

rutin ke Puskesmas jika mengeluh hipertensinya kambuh. Hanya diberikan obat

antihipertensi dan analgetik dari puskesmas.

Dalam kasus ini teradapat beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab

timbulnya hipertensi, yaitu:

1. Perilaku

Kebiasaan pasien yang selalu mengkonsumsi kopi sachet hampir setiap

hari. Juga kebiasaan pasien kurang istirahat karena pekerjaan pasien.

Selama ini keluhan pasien hanya diobati dengan obat simtomatik dari

apotek maupun warung. Selain itu juga ketidakbisaan pasien

mengendalikan emosi, terutama kepada anak terakhirnya.

2. Sosial Ekonomi

Penghasilan yang cukup, hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Sehingga untuk ke Dokter Spesialis maupun Rumah Sakit tidak mampu

dilakukan.

3. Pengetahuan dan Informasi

Pasien sangat minimal informasi tentang hipertensi, pasien baru tahu jenis

makanan yang dapat memicu gejala hipertensi. Lingkungan sekitar juga


kurang peduli, karena tidak memberikan informasi ke pasien tentang

faktor-faktor yang bisa menyebabkan hipertensi.

4. Genetik

Hipertensi bisa saja merupakan penyakit yang diturunkan (sesuai literatur),

namun pasien tidak mengetahui begitu jelas tentang faktor tersebut.

5. Pelayanan Kesehatan

Jarak ke pelayanan kesehatan (rumah sakit) sangat dekat, kurang lebih 100

m dari rumah. Sedangkan jarak ke puskesmas sekitar 4 km, sehingga juga

mudah dijangkau pasien.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Banyak faktor yang dapat membuat seseorang terkena penyakit hipertensi.

Berdasarkan hasil analisa laporan, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi pada kasus ini berdasarkan

pendekatan HL Blum adalah :

5.1. Perilaku

a. Kebiasaan pasien yang selalu mengkonsumsi kopi sachet hampir setiap

hari.

b. Kebiasaan pasien kurang istirahat karena pekerjaan pasien.

c. Selama ini keluhan pasien hanya diobati dengan obat simtomatik dari

apotek maupun warung.

d. Ketidakbisaan pasien mengendalikan emosi, terutama kepada anak

terakhirnya.

e. Penghasilan yang cukup, hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Sehingga untuk ke Dokter Spesialis maupun Rumah Sakit tidak mampu

dilakukan.

5.2. Lingkungan

a. Pasien sangat minimal informasi tentang hipertensi, pasien baru tahu

jenis makanan yang dapat memicu gejala hipertensi.


b. Lingkungan sekitar juga kurang peduli, karena tidak memberikan

informasi ke pasien tentang faktor-faktor yang bisa menyebabkan

hipertensi

5.3. Pelayanan kesehatan

a. Jarak antara tempat tinggal dengan Puskesmas bisa terjangkau.

5.4. Genetik

a. Pasien lupa tentang riwayat hipertensi kedua orangtuanya.

Saran

 Saran untuk pasien dan keluarga :

- Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan keluarga.

- Menerapkan diet rendah garam dan mengurangi konsumsi kopi

sachet.

- Menjaga pola istirahat yang berkualitas dan teratur.

- Untuk keluarga, supaya lebih bisa menjaga perilaku supaya tidak

memancing emosi pasien.

- Mengurangi mengkonsumsi obat simtomatik yang dibeli di apotek

maupun warung.

 Saran untuk pelayanan kesehatan :

- Memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai hipertensi pada

setiap pasien yang didiagnosa hipertensi.


- Memberikan penyuluhan mengenai penatalaksanaan dan

pengendalian hipertensi.

- Melakukan program khusus bagi pasien hipertensi untuk mencegah

komplikasi, seperti pemantauan tekanan darah rutin dan konsultasi

khusus.
BAB VI

PENUTUP

Demikian laporan dan pembahasan mengenai hasil peninjauan pada

penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ngaliyan. Kami menyadari

bahwa kegiatan ini sangat penting dan bermanfaan bagi para calon dokter,

khususnya yang kelak akan terjun ke masyarakat sebagai Health Privider,

Decision Maker, dan Communicator sebagai wujud peran serta dalam

pembangunan kesehatan.

Akhir kata kami berharap laporan ini bermanfaat sebagai bahan masukan

dalam usaha meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja

Puskesmas Ngaliyan.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini A.D., Waren A., Situmorang E., Asputra H., Siahaan S.S. 2009.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada
Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang
Periode Januari sampai Juni 2008.
http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/02/files-of-drsmed-faktor-
yang-berhubungan-dengan-kejadian-hipertensi.pdf. dikutip pada tanggal
23 juni 2014.
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2013
Brown C.T. 2007. Penyakit Aterosklerotik Koroner dalam Patofisiologi Konsep
Klinis dan Proses-Proses Penyakit Volume 1. 6th ed. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC, hal : 582-584.
Carretero O .A., Oparil S. 2000. Essential Hypertention. AHA. 101 : 239.
CDC. State-specific trend in self report 3rd blood pressure screening and high
blood pressure-United States 1991-1999. MMWR. 2002 ; 51(21) : 456.
DEPKES RI, 2006, Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit
Hipertensi, Jakarta : Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
DINKES, Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
Dorland, W.A.N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. 29th ed. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC, hal: 1051, 2147.
Ferdinand KC, Kleinpeter MA. Management of hypertension and dyslipidemia.
Current Hypertension Reports; 2006.

Gray H.H., Dawkins K.D., Morgan J.M., Simpson I.A. 2002. Lecture Notes
Cardiologi. Jakarta : Penerbit Erlangga, hal : 58-62.
Guyton A.C., Hall J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11st ed. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal :951-76.
Hapsari B., 2010, pengaruh hipertensi primer terhadap premenstrual syndrome
pada wanita dikelurahan jati kecamatan jaten karanganyar, USM:
Surakarta.
Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure (JNC). The Seventh Report of the JNC (JNC-7).
JAMA. 2003;289 (19) : 2560-72.
Nurlaely ,F., Hipertensi pada Lansia [internet]. c2010 [cited 2011 Nov 18].
Available from: http://nurlaelyn07.alumni.ipb.ac.id/author/
Sheldon G. Sheps. Mayo Clinic Hipertension (Terjemahan). Jakarta: Intisari
Mediatama; 2005. p: 26, 158.
Smeltzer, S. C., 2004, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart, ed. 8, Vol. 2, jakarta : EGC.
Thomas M. 2007. Hypertension : clinical features and investigations. Hospital
Pharmacist. 14 : 111-14.
US Departement Of Health, 2004, The Seventh Report Of The Joint National
Committee On Prevention, Detection, Evaluation, And Treatment Of
High Blood Pressure, US Departement Of Health And Human Services,
National Institutes Of Health, National Hearth, Lung And Blood
Institute.
WHO / SEARO. Surveillance of major non-communicable diseases in South–East
Asia region. Report of an inter-country consultation.Geneva: WHO; 2005.
WHO-ISH Hypertension Guideline Committee. Guidelines of the management of
hypertension. J Hypertension. 2003; 21(11) : 1983-92.
Widyaningsih NN. 2008. Pengaruh keadaan sosial ekonomi, gaya hidup, status
gizi dan tingkat stress terhadap tekanan darah [skripsi]. Bogor: Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN

KUESIONER HIPERTENSI

A. Data Demografi

1. Inisial nama :

2. umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Pendidikan Terakhir :

Tidak tamat SD/sederajat

Tamat SD/sederajat

Tamat SMP/sederajat

Tamat SMA/sederajat

Tamat sarjana/diploma

5. Pekerjaan :

PNS

Pegawai swasta

Wiraswasta

Pensiun

Tidak bekerja

Lainnya (tuliskan)
B. Gambaran Faktor Resiko Hipertensi

(riwayat keluarga, kebiasaan mengkonsumsi makanan asin, makanan lemak


jenuh, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga)

No. Pernyataan Ya Tidak


Bagian 1
1. Keluarga saya (ayah,ibu atau anak) mempunyai riwayat
tekanan darah tinggi yaitu tekanan darah 140/90 mmHg
atau lebih
2. Saya suka makan makanan asin dan memakannya 3x
dalam seminggu atau lebih.
3. Saya suka makan makanan berlemak seperti gorengan,
jeroan, daging kambing, telur ayam, daging sapid an
memakannya 3x dalam seminggu atau lebih.
4. Saya saat ini adalah perokok.
5. Saya mempunyai kebiasaan merokok lebih dari 2
bungkus tiap hari.
6. Anggota keluarga saya ada yang merokok.
7. Saya sering terpapar dengan asap rokok.
Bagian 2
8. Saya terbiasa berolahraga secara rutin 2-3x setiap
minggu.
9. Saya terbiasa menggunakan waktu selama 30-45 menit
setiap kali berolahraga.

Faktor Resiko Hipertensi : Stres

Di satu bulan yang lalu Tidak Hampir Kadang Cuk Sangat


N seberapa sering Anda perna tidak -kadang up sering
o. merasakan hal ini : h pernah serin
g
Bagian 1 0 1 2 3 4
1. Saya merasa kecewa karena
mengalami hal tidak
diharapkan
2. Saya merasa tidak mampu
mengatasi hal penting dalam
hidup saya
3. Saya merasa gugup dan
tertekan
4. Saya merasa tidak mampu
mengatasi segala sesuatu
yang seharusnya saya atasi
5. Saya marah karena sesuatu di
luar kontrol saya telah terjadi
6. Saya merasa kesulitan-
kesulitan menumpuk semakin
berat sehingga saya tidak
mampu mengatasinya
Bagian 2 4 3 2 1 0
7. Saya percaya terhadap
kemampuan sendiri untuk
mengatasi masalah pribadi
8. Saya merasa segala sesuatu
telah berjalan sesuai recana
saya
9. Saya mampu mengatasi
semua masalah dalam hidup
saya
10 Saya merasa sukses
.

Anda mungkin juga menyukai