Anda di halaman 1dari 72

LEMBAR PENGESAHAN

Makalah Dengan Judul

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL :


MENARIK DIRI DI RSJ PROF. M. ILDREM MEDAN PROVINSI
SUMATERA UTARA

Disetujui Oleh :

Clinical Instructor Pembimbing Institusi


RSJ. Prof. M. Ildrem Provsu

(Ns. Lince Herawati Tambunan,S.Pd, S.Kep) (Asima Sirait, S.Pd M. Kes)

Diketahui Oleh :

Program Studi Ners


Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Universitas Sari Mutiara Koordinator Keperawatan Jiwa
Ketua Program Studi Ners

(Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS) (Ns. Jack Amidos Pardede, S.Kep, Sp.KJ)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas Rahmat dan Hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalh kelompok sebagaimana mestinya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada pembimbing yang memberikan bimbingan dan
masukan dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa kami ingin berterima kasih kepada
Direktur Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. MUHAMMAD ILDREM Medan Provinsi
Sumatra Utara yang telah memperkenankan kami praktik di RSJ Prof. Dr.
MUHAMMAD ILDREM Medan Provinsi Sumatra Utara . Adapun yang terdapat dalam
makalh ini mengenai sosialisasi sejumlah pasien dengan masalah hubungan sosial dan
bertujuan untuk melatih kognitif pasien.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalh ini masih ada
kekurangan, maka dengan kerendahan hati kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan kedepannya dalam penyusunan makalah ini.

Medan, Oktober 2015

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... i


KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................ 2
1. Tujuan Umum ........................................................................... 2
2. Tujuan Khusus .......................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan ......................................................................... 3
E. Sistematika Penulisan .................................................................... 4

BAB II TINJAUAN TEORITIS ..................................................................... 5


A. Defenisi ......................................................................................... 5
B. Etiologi .......................................................................................... 5
C. Manifestasi Klinis ......................................................................... 6
D. Rentang Respon............................................................................. 7
E. Penatalaksanaan ............................................................................ 9
a. Penatalaksanaan Medis .............................................................. 9
b. Penatalaksanaan Keperawatan ................................................... 11
F. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 13
G. Fokus Intervensi ............................................................................ 13

BAB III TINJAUAN KASUS .......................................................................... 15


Identitas Klien ...................................................................................... 15
Analisa Data ......................................................................................... 23
Daftar Masalah Keperawatan ............................................................... 24
Pohon Masalah ..................................................................................... 25
Rencana Tindakan Keperawatan .......................................................... 26
Implementasi dan Evaluasi Tindakan Keperawatan ............................ 33

BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................. 43
A. Pengkajian ..................................................................................... 43
B. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 44
C. Perencanaan ................................................................................... 44
D. Pelaksanaan ................................................................................... 45
E. Evaluasi ......................................................................................... 46

iii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 47
A. Kesimpulan.................................................................................... 47
B. Saran .............................................................................................. 47

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial
yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan perilaku dan
koping individu efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional
(Johnsons, 1997 dalam Videback 2008). Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana
seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi
tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi
untuk komunitasnya (UU Kesehatan Jiwa, 2014).

Menurut WHO (2009), prevalensi masalah kesehatan jiwa mencapai 13% dari
penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25%
di tahun 2030. Prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia sebesar 0,46 %,
dengan kata lain dari 1000 penduduk Indonesia empat sampai lima diantaranya
menderita gangguan jiwa berat. Kondisi diatas mengambarkan prevalensi
masalah kesehatan jiwa baik gangguan jiwa ringan sampai berat cukup tinggi
dan membutuhkan penanganan yang serius serta berkesinambungan. Salah satu
gangguan jiwa berat yang dialami oleh klien adalah skizofrenia (Nyumirah, S.,
2013)

Studi yang dilakukan oleh Bank Dunia (World Bank) pada tahun 1995 di
beberapa Negara menunjukkan bahwa hari-hari produktif yang hilang yang
disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa sebesar 8,1 %. Angka ini jauh lebih
tinggi dari pada dampak yang disebabkan penyakit tuberculosis(7,2%),
kanker(5,8%), penyakit jantung (4,4%) maupun malaria (2,6%). Namun pada
kenyataannya berdasarkan data Riskesdas 2007, ternyata terdapat sekitar 13.000-
24.000 orang penderita gangguan jiwa di Indonesia yang diabaikan oleh

1
keluarganya. Sedangkan di Jawa Tengah berdasarkan data dari Kabupaten/Kota
sampai dengan Juni 2011 tercatat 3 tidak kurang 200 orang penderita gangguan
jiwa tidak dibawa ke RSJ. Hasil penghitungan data jumlah pasien pada tahun
2010 di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dengan rumus jumlah
diagnosa / jumlah gangguan jiwa x 100% (jumlah gangguan jiwa: 3914). Pasien
yang mengalami perilaku kekerasan sebanyak 1534 jiwa atau sekitar 39,2%,
pasien yang mengalami gangguan persepsi halusinasi sebanyak 1606 jiwa atau
sekitar 41%, pasien yang mengalami isolasi sosial : menarik diri sebanyak 457
jiwa atau sekitar 11,7%, pasien yang mengalami waham sebanyak 111 jiwa atau
sekitar 2,8%, pasien yang mengalami gangguan konsep diri : harga diri rendah
yaitu sebanyak 82 jiwa atau sekitar 2,1%, kemudian pasien yang mengalami
depresi sebanyak 662 jiwa atau sekitar 16,9%, pasien yang ingin melakukan
percobaan bunuh diri sebanyak 116 jiwa atau sekitar 2,3%, pasien yang sudah
pulang dan kambuh lagi ada 4452 jiwa atau sekitar 11,5%, pasien skizofrenia
sendiri ada 3912 jiwa atau sekitar 99,99%, kemudian jumlah pasien laki-laki
sekitar 2357 jiwa, sedangkan pasien yang perempuan sebanyak 1557 jiwa
(Arfian, 2010).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan dan fenomena diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: bagaimana asuhan keperawatan pada Tn.D
dengan diagnosa keperawatan Isolasi Sosial : Menarik Diri

C. Tujuan
1. Tujuan umum :
Untuk memberikan gambaran nyata tentang pemberian asuhan keperawatan
pada pasien dengan masalah utama Isolasi Sosial : Menarik Diri.

2
2. Tujuan khusus :
a. Menggambarkan hasil pengkajian keperawatan pada Tn.D dengan
Isolasi Sosial : Menarik Diri
b. Mendiskripsikan diagnosa keperawatan pada Tn.D dengan Isolasi Sosial
: Menarik Diri
c. Dapat menyusun perencanaan keperawatan untuk mengatasi masalah
Isolasi Sosial : Menarik Diri pada Tn. D
d. Mendiskripsikan implementasi pada pasien dengan Dapat mengevaluasi
tindakan keperawatan yang dilakukan dengan Isolasi Sosial : Menarik
Diri
e. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn.D dengan Isolasi Sosial :
Menarik Diri
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Responden
Hasil penulisan ini dapat digunakan untuk penderita agar mempercepat
penyembuhan.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil keputusan atau kebijaksanaan untuk mengatasi masalah-masalah
yang berkaitan dengan kejiwaan khususnya dalam memberikan tindakan
pada pasien dengan Isolasi Sosial : Menarik Diri
3. Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan khususnya
tentang asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan Isolasi Sosial :
Menarik Diri
4. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan
mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien Isolasi
Sosial : Menarik Diri

3
E. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan meliputi Latar Belakang, Ruang Lingkup, Tujuan
Penulisan dan Sistematika Penulisan
BAB II : Landasan Teoritis, meliputi:
1. Teori medis yaitu defenisi, jenis-jenis halusinasi, rentang
respon dan penatalaksanaannya
2. Teori keperawatan yaitu data Pengkajian, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan Keperawatan
BAB III : Tinjauan kasus meliputi : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,
Rencana Keperawatan, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
BAB IV : Pembahasan tentang : Faktor Penghambat Dan Penunjang Serta
Kesenjangan Keperawatan, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan
Keperawatan, Pelaksanaan Keperawatan (Implementasi) Dan
Evaluasi.
BAB V : Penutup meliputi : Kesimpulan dan Saran

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFENISI
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya. Klien mungkin merasa di tolak, tidak di terima, kesepian dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Yosep, 2011).

Isolasi sosial adalah kondisi ketika individu atau kelompok mengalami, atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk lebih terlibat dalam aktivitas
bersama orang lain, tetapi tidak mampu mewujudkannya (Lynda Juall C.,
2009). Isolasi sosial adalah keadaan seorang induividu yang mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain.
pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Keliat Anna, dkk.,
2011).

Menarik diri merupakan keadaan seorang individu yang mengalami penurunan


atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya. Klien mungkin merasa di tolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang Lain (Keliat & Akemat,
2011).

B. ETIOLOGI
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya
perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu
tidak percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis,
putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa
tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi

5
dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan
kegiatan sehari-hari terabaikan (Ade Herman S.D.,2011 ).

C. MANISFESTASI KLINIS
1) Kurang spontan

2) Apatis (acuh terhadap lingkungan)

3) Ekspresi wajah kurang berseri

4) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri

5) Tidak ada atau kurang komunikasi verbal

6) Mengisolasi diri

7) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya

8) Asupan makanan dan minuman terganggu

9) Retensi urin dan feses

10) Aktifitas menurun

11) Kurang energi (tenaga)

12) Rendah diri

13) Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi

tidur) (Direja, 2011).

Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah,

sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak

dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi

sensori : halusinasi dan risiko mencederai diri, orang lain, bahkan lingkungan.

Perilaku yang tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi

6
aktivitas yang akhirnya bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan untuk

melakukan perawatan secara mandiri.

Seseorang yang mempunyai harga diri rendah awalnya disebabkan oleh


ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah dalam hidupnya, sehingga
orang tersebut berperilaku tidak normal (koping individu tidak efektif).
Peranan keluarga cukup besar dalam mendorong klien agar mampu
menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, bila sistem pendukungnya tidak baik
(koping keluarga tidak efektif) maka akan mendukung seseorang memiliki
harga diri rendah (Ade Herman S.D, 2011).

D. RENTANG RESPON
Pattern of Ineffective Lack of Stessor
parenting (Pola coping (Koping Development Internal and
Asuh) Individu Tidak task (Gangguan External
Efektif) Tugas (Stres Internal
Perkembangan) dan Eksternal)
Misal : Misal : Misal : Misal :
Pada anak yang Saat individu Kegagalan menjalani Stres terjadi akibat
kelahirannya tidak menghadapi hubungan intim ansietas yang
dikehendaki (unwanted kegagalan dengan sesama jenis berkepanjangan
child) akibat kegagalan menyalahkan orang atau lawan jenis, dan terjadi
KB, hamil diluar nikah, lain, tidak mampu bersamaan dengan
jenis kelamin yang ketidakberdayaan, mandiri dan keterbatasan
tidak di inginkan, menyangkal tidak menyelesaikan kemampuan
bentuk fisik kurang mampu menghadapi tugas, bekerja, individu untuk
menawan kenyataan dan bergaul, bersekolah, mengatasinya.
menyebabkan keluarga menarik diri dari menyebabkan Ansietas terjadi
mengeluarkan lingkungan, terlalu ketergantungan pada akibat akibat
komentar-komentar tingginya self ideal orang tua, rendahnya berpisah dengan

7
negatif, merendahkan, dan tidak mampu ketahanan terhadap orang terdekat,
menyalahkan anak. menerima realitas berbagai kegagalan. hilangnya
dengan rasa syukur. pekerjaan atau
orang yang
dicintai.

Rentang Respon Isolasi Sosial

Berikut ini akan dijelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi sosial :
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma,
sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu
tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini
adalah sikap yang termasuk respon adaptif.
1. Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa
yang telah terjadi di lingkungan sosialnya
2. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
3. Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama
lain.
4. Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.

8
b. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan
kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon
maladaptif :
1. Menarik diri, merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2. Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain.
3. Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu
sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam
4. Curiga, seseorang yang mengembangkan rasa curiga terhadap orang lain.
(Stuart dan Sundeen, 1998).

E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada klien dengan isolasi sosial adalah sebagai berikut :
a. Penatalaksanaan Medis (Dalami, et.all, 2009)
Isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia tak
tergolongkan maka jenis penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah :
1. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan
dimana arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2
elektrode yang ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan
kanan). Arus tersebut menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung
25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listriknya di
otak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.
Indikasi :
a) Depresi mayor
 Klien depresi berat dengan retardasi mental, waham, tidak ada
perhatian lagi terhadap dunia sekelilingnya, kehilangan berat

9
badan yang berlebihan dan adanya ide bunuh diri yang
menetap.
 Klien depresi ringan adanya riwayat responsif atau memberikan
respon membaik pada ECT.
 Klien depresi yang tidak ada respon terhadap pengobatan
antidepresan atau klien tidak dapat menerima antidepresan.

b) Maniak
Klien maniak yang tidak responsif terhadap cara terapi yang lain
atau terapi lain berbahaya bagi klien.

c) Skizofrenia
Terutama akut, tidak efektif untuk skizofrenia kronik, tetapi
bermanfaat pada skizofrenia yang sudah lama tidak kambuh.
2. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian penting
dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan
rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat
empati, menerima klien apa adanya, memotivasi klien untuk dapat
mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur
kepada klien.
3. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang (Dalami,
dkk., 2009).

10
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Terapi Modalitas Keperawatan yang dilakukan adalah:
1. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
TAK merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang
sama (Keliat, 2004)
Tujuan : Membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta
mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif. (Keliat, 2004)

Terapi aktivitas kelompok yang digunakan untuk pasien dengan isolasi


sosial adalah TAK Sosialisasi dimana klien dibantu untuk melakukan
sosialisasi dengan individu yang ada di sekitar klien. Sosialisasi dapat
pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok dan massa
(Keliat, 2004).

c. Prinsip Perawatan Isolasi Sosial


1. Psikoterapeutik
a) Bina hubungan saling percaya :
1) Buat kontrak dengan pasien memperkenalkan nama perawat pada
waktu interaksi dan tujuan.
2) Ajak klien bercakap-cakap dengan memanggil nama klien, untuk
menunjukan penghargaan yang tulus.
3) Jelaskan pada klien bahwa informasi tentang pribadi klien tidak
akan diberitahukan kepada orang lain yang tidak berkepentingan

b) Berkomunikasi dengan pasien secara jelas dan terbuka


1) Bicarakan dengan pasien tentang sesuatu yang nyata dan pakai
istilah yang sederhana.
2) Bersama klien menilai manfaat dari pembicaraan dengan
perawat.

11
3) Gunakan komunikasi verbal dan non verbal yang sesuai, jelas
dan teratur.
4) Tunjukan sikap empati dan beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya.
c) Kenal dan dukung kelebihan klien
Tunjukkan dan cari penyelesaian masalah (koping) yang bisa
digunakan klien, cara menceritakan perasaannya kepada orang lain
yang terdekat/dipercaya.
1) Bahas dengan klien tentang koping yang konstruktif.
2) Dukung koping klien yang konstruktif.
3) Anjurkan klien untuk menggunakan koping yang konstruktif.

d) Bantu klien mengurangi ansietasnya ketika hubungan interpersonal


1) Batasi jumlah orang yang berhubungan dengan klien pada awal
terapi.
2) Lakukan interaksi dengan klien sesering mungkin.
3) Temani klien beberapa saat dengan duduk di sampingnya.
4) Libatkan klien dalam berinteraksi dengan orang lain secara
bertahap.
5) Libatkan klien dalam aktifitas kelompok.
2. Pendidikan kesehatan
a) Jelaskan kepada klien cara mengungkapkan perasaan klien selain
kata-kata seperti menulis, menangis, menggambar, berolahraga atau
bermain musik.
b) Bicarakan dengan klien peristiwa yang menyebabkan menarik diri.
c) Jelaskan dan anjurkan pada keluarga untuk tetap mengadakan
hubungan dengan pasien.

12
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi Sosial Menarik Diri

G. FOKUS INTERVENSI
Pasien
SP 1
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang
lain
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang - bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian

SP 2

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan
dengan satu orang
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang - bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan harian

SP 3

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


2. Memberikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua orang atau
lebih
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

13
SP 4

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.


2. Menjelaskan kegunaan obat.
3. Melatih pasien minum obat dengan prinsip 5 benar.
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

Keluarga
SP 1

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien


2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami
pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara - cara merawat pasien isolasi sosial

SP 2

1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi


sosial.
2. Melatih keluarga melakukan cara merawatlangsung kepada pasien isolasi
sosial.

SP 3

1. Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas dirumah termasuk minum


obat.
2. Menjelaskan follow up pasien dan rujukan.

14
BAB III
TINJAUAN KASUS

Ruang Rawat : Pusuk Buhit

Tanggal Rawat : 3 Januari 2015

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. D
Tanggal Pengkajian : 23 September 2015
Umur : 34 Tahun
MR No : 02.47.67
Informan : Klien dan Status Klien

II. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT :


Klien sering menyendiri, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, murung,
terkadang mau senyum-senyum sendiri, tertawa sendiri .

III. FAKTOR PRESDISPOSISI

Gangguan jiwa ini sudah dialami klien sejak 4 tahun yang lalu dan sudah 2 kali
dirawat di RSJ terakhir di rawat tahun 2014 lalu di bawa pulang oleh keluarga
setelah dirumah klentidak dikontrol ke rsj dan juga tdk terarut mengkomsumsi
obat sehingga klen kambuh lagi dirumah lalu klien kembali lagi dirawat dan
sampai sekarang ini klien masih berada di RSJ

Masalah : koping keluarga inefektif


regimen teraupetik inefektif

15
4 Dari keluarga klien hanya klien yang mengalami gangguan jiwa
Masalah keperawatan : Tidak Ada
5 Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :
Klien pernah dituduh mencuri sepeda motor dilingkungannya sehingga klien
di amuk massa (dicemoohkan lingkungannya)
Masalah Keperawatan : Koping Individu Inefektif
Harga diri rendah
IV. FISIK
1. Tanda vital :
TD : 110/80 mmHg, N : 96 x/I, S : 37 0 C, P : 20 x/i
2. Ukur :
TB : 163 cm, BB : 45 Kg
3. Keluhan Fisik : Klien tidak memiliki keluhan fisik

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan :

: Satu Rumah

: Laki – Laki

16
: Wanita

: Laki – Laki Yang Meninggal


: Perempuan Yang Meninggal

: Klien

Berdasarkan genogram di atas, dapat dilihat bahwa klien merupakan anak ke


4 dari 8 bersaudara, tidak ada riwayat keluarga yang mengalami gangguan
jiwa.

2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien menyukai keseluruhan bagian tubuhnya.
b. Identitas Diri : Klien anak ke 4 dari 8 bersaudara.
c. Peran : Klien tidak memiliki peran dan ingin cepat
sembuh agar dapat berkumpul dengan keluarga
d. Ideal diri : Klien ingin cepat sembuh.
e. Harga diri : Klien merasa tidak berarti dikeluarga terlebih di
lingkungannya semenjak dia pernah
dipermalukan oarang banyak karena dituduh
mencuri mencuri di lingkungannya.
Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Keluarga
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Selama di Rumah
sakit Klien tidak pernah mengikuti kegiatan.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien tidak mau
berhubungan dengan orang lain dan tidak mau bergaul dengan teman –
temannya sekamar maupun selingkungannya dan sering menyendiri
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial :Menarik Diri

17
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien menganut agam islam. Klien yakin akan
agamanya.
b. Kegiatan ibadah : Klien sekali-kali mau sholat diruangan.

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan : Klien mampu mengenakan pakaian dengan baik.
2. Pembicaraan : Klien masih dapat berbicara dengan baik sesuai dengan
topik yang dibicarakan.
3. Aktivitas motorik : Klien melakukan aktifitas sehari-hari dengan baik.
4. Alam perasaan : Klien tampak sedih karena berada di Rumah Sakit Jiwa
dan berpisah dengan keluarga.
5. Afek : Saat diwawancara klien menunjukkan ekspresi wajah
datar.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik Diri.
6. Interaksi Selama Wawancara : Klien tampak kurang kooperatif, kontak mata
kurang, memalingkan wajah kearah lain, sering menunduk.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik Diri.
7. Persepsi : Klien pernah mendengar suara suara tidak jelas dan sesekali
mau senyum-senyum sendiri.
Masalah keperawatan : Resiko halusinasi Pendengaran.
8. Proses Pikir : Baik. Karena klien dapat berbicara dengan perawat sesuai
dengan topik pembicaraan.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
9. Isi Pikir : Tidak dijumpai pada klien isi pikir (waham).
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
10. Tingkat Kesadaran : Composmentis (sadar)
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
11. Memori : Masih baik. klien masih dapat mengingat kejadian masa lalu hingga
sekarang, dan dapat menceritakannya kepada perawat.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.

18
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien masih dapat berhitung dengan
hitungan sederhana tanpa bantuan orang lain.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
13. Kemampuan Penilaian : Klien mampu mengambil keputusan bila diberi pilihan
baik dan buruk.
Masalah keperawtaan : Tidak ada masalah.
14. Daya tilik diri : Klien menyadari bahwa dia sedang sakit dan sedang dirawat di
Rumah Sakit Jiwa.
Masalah keperawatan : Tidak ada Masalah.

VII. KEBUTUHAN PERSONAL


1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan
Makan : Klien dapat makan dengan mandiri dengan cara yang baik seperti
biasanya, klien makan
BAB/BAK : Klien BAB 1x sehari dan BAK kurang lebih 5x sehari dan
mampu eliminasi dengan baik, menjaga kebersihan setelah BAK 3x sehari.
Keamanan :
Perawatan kesehatan :
Berpakaian/berhias : Klien mampu memakai pakaian sendiri.
Transportasi :
Tempat tinggal :
Uang :
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah.

2. Kegiatan Hidup Sehari-hari


a. Perawatan Diri
- Mandi : Klien mampu mandi sendiri.
- BAB/BAK : Klien BAB 1x sehari dan BAK kurang lebih 5x sehari dan
mampu eliminasi dengan baik, menjaga kebersihan setelah BAK.
- Kebersihan : Klien tampak bersih terlihat dari pakaian yang dikenakan.
- Ganti Pakaian : 1x sehari.

19
- Makan : Klien dapat makan dengan mandiri dengan cara yang baik seperti
biasanya, klien makan 3x sehari.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.

b. Nutrisi
- Klien puas dengan pola makanannya.
- Klien tidak mau makan bersama teman-temannya lebih suka mengasingkan
diri.
- Frekuensi makan : 3x sehari.
- Nafsu makan : biasa.
- Berat badan : 50 kg.
- Tinggi badan : 160 cm.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.

c. Tidur
- Klien mengatakan tidak ada masalah dalam tidurnya.
- Klien merasa tenang saat bangun tidur.
- Klien mengatakan selalu tidur siang.
- Waktu tidur malam kurang lebih 8 jam.
- Waktu bangun pukul 6 pagi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.

3. Kemampuan Klien Dalam Hal


Mengantisipasi kebutuhan sendiri : klien mampu mengantisipasi kebutuhan
sendiri.
Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri : Klien dapat membuat
keputusan berdasarkan keinginan sendiri.
Mengatur penggunaan obat : dalam pemenuhan obat dibantu oleh perawat.
Melakukan pemeriksaan kesehatan (follow up) : dibantu oleh perawat.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.

20
4. Klien memiliki sistem pendukung
Keluarga : Mendukung kesembuhan klien.
Profesionalisme/terapis : Melakukan terapi kepada klien berkolaborasi dengan
tim medis.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.

VIII. Mekanisme Koping


Adaptif
- Berbicara dengan orang lain : Tidak mau bersosialisasi dengan temannya.
- Mampu menyelesaikan masalah : Tidak mampu.
- Teknik relaksasi : Tarik napas dalam.
- Olahraga : Klien tidak terlalu kooperatif saat melakukan olahraga.
Maladaptif
- Minum alkohol : Dulu pasien minum tuak.
- Reaksi lambat/berlebihan : Pasien bereaksi lambat.
- Bekerja berlebihan : Tidak terlalu kooperatif.
- Menghindar : Klien selalu menghindar dari teman-temannya.
- Menciderai diri : Klien menciderai dirinya.
- Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan


Masalah dengan dukungan kelompok : Klien kurang mendapatkan dukungan
dari teman-temannya karena sering mengasingkan diri.
Masalah berhubungan dengan lingkungan : Klien merasa malu terhadap
lingkungannya karena pengalaman masa lalunya.
Masalah dengan pendidikan : Klien tidak ada masalah dengan pendidikan.
Masalah Pekerjaan : Klien tidak bekerja.
Masalah ekonomi : Tidak ada masalah
Masalah Lain : Tidak ada masalah

21
X. Pengetahuan Kurang Tentang
Penyakit Jiwa
Koping
Sistem Pendukung
Faktor Presipitasi
Obat-obatan
Lainnya
Masalah keperawatan :

XI. Aspek Medik


Diagnosa Medik : Skizoprenia Paranoid

XII. Daftar Masalah Keperawatan


1. Isolasi Sosial : Menarik Diri.
2. Resiko halusinasi.
3. Harga Diri Rendah
4. Klien melakukan eliminasi BAB/BAK secara mandiri
5. Klien mandi 2x sehari secara mandiri
6. Klien berpakaian secara mandiri dan rapi
7. Klien memiliki pola tidur siang dimulai dari jam 13.30- 14.30 WIB dan pada
malam hari klien memiliki pola tidur jam 22.00-06.00 WIB. Kualitas tidur
klien terganggu karena klien sering terbangun pada malam hari.
8. Klien mengkonsumsi obat dengan oleh perawat
9. Klien masih memerlukan perawatan lanjutan dan perawatan pendukung
untuk proses pemulihan klien
10. Klien menjaga kebresihan tempat tidur dan lingkungan sekitar.
11. Klien tidak memiliki kegiatan di luar rumah karena klien dalam proses
perawatan.

22
XIII. MEKANISME KOPING
Klien masih ingin berbicara dengan orang lain walaupun tidak sering.

XIV. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Klien memiliki masalah dalam berhubungan dengan lingkungan karena stigma
masyarakat terhadap dirinya yang dirawat di RSJ.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

XV. ASPEK MEDIK


Diagnosa Medik : Skizofrenia Paranoid Episode Berulang.
Terapi Medik : Haloperidol 1,5 mg (3 x 1)
Diazepam 2 mg (3x1)
XVI. Analisa Data
Data Masalah Keperawatan

Data Subjek:
 Klien tidak mau berhubungan
dengan orang lain dan tidak mau
bergaul dengan teman – temannya.
sehingga klien tampak menyendiri Isolasi sosial : Menarik Diri

Data Objektif:
 Klien tampak menyendiri saat
berada diruangan
 Klien tampak sedih
 Klien suka melamun

23
Data Subjek:
- Klien mengatakan pernah sekali
mendengar suara suara. Resiko Tinggi : Halusinasi

Data Objektif:
- Klien tampak menyendiri saat
berada diruangan
- Klien suka melamun
- klin terlihat mau sekali-sekali
senyum

Data Subjektif:
 Klien merasa tidak berarti
dikeluarga terlebih di Harga diri rendah
lingkungannya karena dicemooh
karena dituduh mencuri sepeda
motor di lingkungannya

Data Objektif:
Klien menunduk saat menjawab
pertanyaann perawat

XVII. Daftar Masalah Keperawatan


1. Isolasi sosial : Menarik Diri
2. Gangguan Persepsi Sensori : Resiko halusinasi
3. Harga Diri Rendah

24
XVIII. Pohon Masalah

Resiko Gangguan Persepsi sensori :Halusinasi

Regiment Isolasi Sosial : Menarik Diri

Koping Keluarga infektif Harga Diri Rendah

I. Daftar Diagnosa Keperawatan


1. Isolasi sosial : Menarik Diri
2. Gangguan Persepsi Sensori : Resiko halusinasi
3. Harga Diri Rendah

25
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA

INISIAL : Tn. D RUANGAN: PUSUK BUHIT RM: 02.47.67

NO TGL. DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


. KEPERAWAT TUJUAN KRITERIA HASIL TINDAKAN
AN KEPERAWATAN
1 22-9- Isolasi sosial : Tujuan Umum : 1. Setelah 2x Sp.1
2015 Menarik Diri Klien dapat pertemuan klien
berhubungan dengan dapat menerima 1. Bina hubungan saling percaya
orang lain dan kehadiran perawat.  Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
lingkungan sehingga  Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perkenalan.
pasien tidak menarik 2. Setelah 1x  Tanya nama lengkap dan nama panggilan yang di sukai
diri. pertemuan klien klien
dapat menyebutkan  Buat kontrak yang jelas untuk pertemuan selanjutnya.
Tujuan Khusus : penyebab/alasan  Tunjukkan sikap yang jujur dan menepati janji setiap kali
 Klien dapat menarik diri pada berinteraksi.
dirinya.

26
mengenal penyebab
isolasi sosial : 2. Identifikasi penyebab isolasi sosial
menarik diri pada  Tanyakan pada klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan
dirinya percaya orang lain
dengan perawat. 3. Klien dapat  Tanyakan apa yang menyebabkan klien tidak berinteraksi
menyebutkan 2 dari dengan orang lain
 Klien dapat 3 manfaat  Tanyakan pada klien kenapa tidak ingin bergabung dengan
mengenal perasaan berhubungan dengan teman-temannya
yang menyebabkan orang lain.
perilaku menarik 3. Anjurkan pasien bersosialisasi dengan teman-teman nya
diri. 4. Klien dapat  Anjurkan klien untuk bercakap-cakap dengan teman
menyebutkan cara temannya
berhubungan dengan  Bawa klien untuk berkenalan dengan temannya
 Klien dapat orang lain.
mengetahui 4. Jelaskan pada pasien keuntungan bersosialisasi dengan teman-
keuntungan teman nya
berhubungan  Diskusikan keuntungan bila klien memiliki banyak teman
dengan orang lain. dan bergaul akrab dengan mereka

27
 Klien dapat  Diskusikan kerugian bila klien hanya mengurung diri dan
berhubungan tidak bergaul dengan orang lain.
dengan orang lain
secara
bertahap SP II
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Tujuan Umum:  Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimilikinya dan
Klien dapat
disukainya
menjadwalkan kegiatan
23-9- yang dilakukannya.  Beri kesempatan kepada klien untuk memperagakan

2015 kegiatan yang telah di latih.


Tujuan Khusus :
 Beri pujian atas kegiatan yang di latih
1. Klien dapat
melakukan kegiatan  Beri pujian atas aktifitas yang dapat di lakukan klien setiap

yang terjadwal hari. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi

dan perubahan setiap aktivitas.

 Berikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua


2. Klien dapat

28
berinteraksi dengan orang atau lebih
orang lain
 Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan hari
3. Klien dapat
berhubungan
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara
dengan orang lain
berkenalan dengan satu orang
secara bertahap
 Berikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu orang
 Bantu pasien memasukkan kegiatan berbincang- bincang
dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian

Tujuan Umum:  Jelaskan cara berkenalan dengan orang lain.

Klien dapat  Bila klien sudah menunjukkan kemajuan tingkatkan jumlah


berhubungan dengan interaksi dengan dua orang atau lebih
orang lain dan  Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah
lingkungan sehingga dilakukan oleh klien.
pasien tidak menarik  Beri dorongan agar klien tetap semangat meningkatkkan
diri. interaksinya.

Tujuan Khusus : 3. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang - bincang

29
4. Klien dapat dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian
25-9- melakukan kegiatan  Bantu pasien memasukkan kegiatan berbincang- bincang
2015 yang terjadwal dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian
5. Klien dapat
berinteraksi dengan SP III
orang lain 1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Klien dapat  Diskusikan dengan klien kemampuan ketiga yang
berhubungan
dimilikinya
dengan orang lain
secara bertahap  Beri kesempatan kepada klien untuk memperagakan

kegiatan yang telah di latih.


Tujuan Umum:
 Beri pujian atas kegiatan yang di latih
Klien dapat
berhubungan dengan  Beri pujian atas aktifitas yang dapat di lakukan klien setiap
05-9- orang lain dan hari. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi
2015 lingkungan sehingga
dan perubahan setiap aktivitas.
pasien tidak menarik
diri.  Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan hari

30
Tujuan Khusus :
 Klien dapat 2. Memberikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan orang
melakukan kegiatan
atau lebih
yang terjadwal
 Berikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua
 Klien dapat
orang atau lebih di depan perawat
mengetahui prinsip
5 benar dalam
meminum obat

SP IV:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
 Beri kesempatan kepada klien untuk memperagakan

kegiatan yang telah di latih.

 Beri pujian atas kegiatan yang di latih

 Berikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua

orang atau lebih

31
2. Jelaskan kegunaan obat.
 Beri penjelasan mengenai obat yang diminum setiap hari
seperti nama obat, kegunaan obat dan efek samping obat

3. Latih pasien minum obat dengan prinsip 5 benar.


4. Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
 Latih klien dengan yang sudah dipilih klien sesuai dengan
kemampuan klien dan klien dapat menjadwalkan kegiatan
yang sudah dilatih.

32
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN

KESEHATAN JIWA DIUNIT RAWAT INAP

RUMAH SAKIT JIWA PROVSU

Nama : T. n D Ruangan : Pusuk Buhit RM : 02.47.67

Hari/Tgl Implementasi Evaluasi

25 oktober ( Pukul 10.00 ) S : Senang


2015, jam
Sp.1
10.00 WIB
1. Bina hubungan saling percaya
O:
 Menyapa klien dengan ramah baik
verbal maupun non verbal  Klien mampu mengidentifikasi penyebab
 Memrkenalkan nama, nama isolasi
panggilan dan tujuan perkenalan.  Klien mampu berdiskusi dengan perawat
 mnanyakan nama lengkap dan nama  Klien mampu berkomunikasi dengan teman-
panggilan yang di sukai klien teman
 mununjukkan sikap yang jujur dan A :
menepati janji setiap kali

33
berinteraksi. Isolasi sosial (+)
 Membuat kontrak yang jelas untuk
pertemuan selanjutnya.
P:

 Melakukan sp 2
2. Identifikasi penyebab isolasi sosial
 Menanyakan pada klien tentang
kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain
 Menanyakan apa yang
menyebabkan klien tidak
berinteraksi dengan orang lain
 Menanyakan pada klien kenapa
tidak ingin bergabung dengan
teman-temannya

3. Anjurkan pasien bersosialisasi dengan


teman-teman nya

34
 Menyuruh klien untuk bercakap-
cakap dengan teman-temannya
dengan menemaninya berkenalan
dan ikut berbincang-bincang
dengan temannya
 Membawa klien untuk berkenalan
dengan teman-temannya satu
ruangan

4. Jelaskan pada pasien keuntungan


bersosialisasi dengan teman-teman nya
 Mendiskusikan keuntungan bila
klien memiliki banyak teman dan
bergaul akrab dengan mereka yaitu
dengan menjelaskan bahwa banyak
teman dapat membuat hati senang
dan dapat saling tolong menolong

35
 Mendiskusikan kerugian bila klien
hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengan orang lain yaitu
menjelaskan bahwa jika tidak
memilki teman klien akan
kesepian dan tidak ada teman
untuk berbagi dan saling tolong
menolong.

RTL :

Sp2 isolasi sosial : Membantu pasien


memasukkan kegiatan berbincang - bincang
dengan orang lain sebagai salah satu
kegiatan harian

36
5oktober Pukul 11.00 S: Senang
2015, Jam
Sp 2 isolasi sosial :
10.00
WIB 1. Mengevaluasi jadwal kegitatan O :
pasien
 Klien mampu melakuan latihan bercakap-
 Mendiskusikan dengan klien
cakap dengan orang lain
kemampuan yang  Klien mampu melakukan kegiatan
dimilikinya dan disukainya berbincang - bincang dengan orang lain.

 Memberi kesempatan kepada


A:
klien untuk memperagakan

kegiatan yang telah di latih. Isolasi sosial (+)

 Memberi pujian atas P:

kegiatan yang di latih

 Memuji klien atas aktifitas Sp 3

yang dapat di lakukan setiap

hariBerikan kesempatan

kepada klien berkenalan

dengan dua orang atau lebih

Menyarankan supaya klien

memasukkan dalam jadwal

kegiatan hari

2. Memberikan kesempatan
kepada pasien mempraktekkan
cara berkenalan dengan satu

37
orang
 Memberikan kesempatan
kepada pasien
mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu
orang
 Membantu pasien
memasukkan kegiatan
berbincang- bincang
dengan orang lain sebagai
salah satu kegiatan harian
 Mengajari klien cara
berkenalan dengan orang
lain.
 Mengajari klien sambil
membawanya untuk
berkenalan lebih dari 2
orang
 Memberi pujian pada klien
karena sudah berkenalan
dan berinteraksi pada orang
lain lebih dari 2 orang.
 Menyuruh klien supaya
bersemangat untuk
berbincang-bincang dengan
oarang lain

3. Membantu pasien
memasukkan kegiatan
berbincang - bincang dengan

38
orang lain sebagai salah satu
kegiatan harian
 Menulis dan memasukkan
kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan
harian klien

RTL : Sp 3 isolasi sosial :


Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien

6 oktober Pukul 10.00 S : Senang


2015,
SP 3 :

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan O :


harian pasien
 Klien berpatisipasi dan sangat koperatif
 Mendiskusikan dengan
dalam kegiatan menyusun jadwal hariannya
klien kemampuan yang  Klien mampu melakukan latihan mencuci
dimilikinya dan disukainya baju

 Memberi kesempatan
A : isolasi sosial (+)
kepada klien untuk

memperagakan kegiatan P:

mencuci baju yang telah di  Latihan berkenalan dengan orang lain


 Latihan berbincang-bicang dengan teman
latih.
 Latihan Mengidentifikasi isolasi sosial

39
 Memberi pujian atas  Latihan mengikuti jadwal kegiatan yang
telah dibuat
kegiatan yang di latih
 Latihan untuk mebersihkan kamar
dengan mengatakan semua
(mengepel), 1 x1 hari
yang dikerjakannya sudah  Latihan Minum obat secara teratur dengan

bagus prinsip 5 Benar

 Memberikan kesempatan

kepada klien berkenalan

dengan dua orang atau

lebih

 Menganjurkan klien

memasukkan dalam jadwal

kegiatan hari berkenalan

dengan 2 orang atau lebih

dalam satu hari

2. Memberikan kesempatan
kepada klien berkenalan
dengan dua orang atau lebih
 Memberikan kesempatan
kepada pasien dan
mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu
orang
 Membuat jadwal kegiatan
berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah
satu kegiatan harian

40
 Menjelaskan cara
berkenalan dengan orang
lain dengan cara senyum,
sapa, sentuh dan memberi
salam kepada teman-
temannya
 Memberi pujian untuk
setiap kemajuan interaksi
yang telah dilakukan oleh
klien.
 Memberi dorongan agar
klien tetap semangat
meningkatkkan
interaksinya.

3. Menganjurkan klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

41
SP IV : S : Senang

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan O :


harian pasien.
 Klien berpatisipasi dan sangat
 Memberi kesempatan kepada
koperatif dalam kegiatan
klien untuk memperagakan menyusun jadwal hariannya

kegiatan membersihkan kamar  Klien mampu melakukan latihan


mengepel.
(mengepel) yang telah di latih.

 Memberi pujian atas kegiatan


A : isolasi sosial (+)
yang di latih
P:
 Memberikan kesempatan kepada
 Latihan berkenalan dengan orang
klien berkenalan dengan dua
lain
orang atau lebih
 Latihan berbincang-bicang dengan
2. Jelaskan kegunaan obat. teman
 Memberi penjelasan mengenai  Latihan Mengidentifikasi isolasi
obat yang diminum setiap hari sosial
seperti nama obat, kegunaan  Latihan mengikuti jadwal kegiatan
obat dan efek samping obat yang telah dibuat
3. Latih pasien minum obat dengan  Latihan untuk mebersihkan kamar
prinsip 5 benar. (mengepel), 1 x1 hari
 Latihan Minum obat secara teratur
dengan prinsip 5 Benar

42
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan kepada Tn.D dengan dengan Isolasi
Sosial : Menarik Diri di ruang Pusuk Buhit RSJD PROVSU, maka penulis pada BAB
ini akan membahasan kesenjangan antara teoritis dengan tinjauan kasus.

Pembahasan dimulai melalui tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa


keparawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pada pembahasan ini diuraikan tentang hasil pelaksanaan tindakan keperawatan
dengan pemberian terapi generalis pada klien isolasi sosial. Pembahasan
menyangkut analisis hasil penerapan terapi generalis terhadap masalah keperawatan
isolasi sosial . Tindakan keperawatan didasarkan pada pengkajian dan diagnosis
keperawatan yang terdiri dari tindakan generalis yang dijabarkan sebagai berikut.

Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber, yaitu dari
pasien dan tenaga kesehatan di ruangan. Penulis mendapat sedikit kesulitan dalam
menyimpulkan data karena keluarga pasien jarang mengunjungi pasien di rumah
sakit jiwa. Maka penulis melakukan pendekatan kepada pasien melalui komunikasi
terapeutik yang lebih terbuka membantu pasien untuk memecahkan perasaannya dan
juga melakukan observasi kepada pasien.

Adapun upaya tersebut yaitu:


1. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada klien
agar klien lebih terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan perasaan.
2. Mengadakan pengkajian klien dengan wawancara
3. Mengadakan pengkajian dengan cara membaca status, melihat buku rawatan dan
bertanya kepada pegawai ruangan Pusuk Buhit.

43
Dalam pengkajian ini, penulis tidak menemukan kesenjangan karena ditemukan hal
sama pada tinjauan teoritis pada kasus Tn. D, Klien merasa tidak berguna,
penolakan dalam lingkungan, tampak menyendiri. Gejala-gejala tersebut merupakan
manisfestasi klinis dari Townsend, M.C (1998) & Carpenito, L.J (1998) isolasi
sosial. Selain itu terdapat faktor predisposisi maupun presipitasi yang menyebabkan
kekambuhan penyakit yang dialami oleh Tn.D.

B. Tahap Diagnosa Keperawatan


Dalam tinjauan teoritis ditemukan diagnosa keperawatan : defisit perawatan,
sedangkan pada tinjauan kasus diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu :
a. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
b. Isolasi Sosial : Menarik Diri

Diagnosa keperawatan yang terdapat pada kasus tetapi tidak terdapat pada teori
adalah isolasi sosial: menarik diri. Diagnosa isolasi sosial: menarik diri dijumpai
pada kasus karena klien kurang kooperatif dan klien terkadang memalingkan wajah
dan sering menunduk. merasa malu saat diwawancarai. Diagnosa gangguan konsep
diri: harga diri rendah dijumpai pada kasus karena klien merasa tidak berarti
dikeluarga dan dilingkungan tempat tinggalnya semenjak suaminya pergi merantau
dan tidak pernah pulang dan tidak pernah menafkahinya, klien tampak sedih dan
malu karena penyakitnya.

C. Tahap perencanaan

Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan rencana asuhan


keperawatan yang merupakan tahap selanjutnya setelah pangkajian dan penentuan
diagnosa keperawatan. Pada tahap perencanaan penulis hanya menyusun rencana
tindakan keperawatan sesuai dengan pohon masalah keperawatan yaitu :defisit
perawatan diri.

44
Pada tahap ini antara tinjauan teoritis dan tinjaun kasus tidak ada kesenjangan
sehingga penulis dapat melaksanakan tindakan seoptimal mungkin dan didukung
dengan tersedianya sarana ruangan perawat yang baik dan adanya bimbingan dan
petunjuk dari petugas kesehatan dari rumah sakit jiwa yang diberikan kepada
kelompok.

Secara teoritis digunakan cara strategi pertemuan sesuai dengan diagnosa


keperawatan yang muncul saat pengkajian. Adapun upaya yang dilakukan penulis yaitu:

- Menjelaskan pentingnya kebersihan diri


- Menjelaskan cara menjaga kebersihan diir
- Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
- Menjelaskan cara makan yang baik
- Menjelaskan cara eliminasi (BAB/BAK) yang baik
- Menjelaskan cara berdandan

D. Tahap Implementasi
Pada setiap diagnosa keperawatan, tahap implementasi baik antara tinjauan teoritis
dan tinjauan kasus tidak ada kesenjangan. Implementasi merupakan perwujudan dari
perencanaan yang merupakan serangkaian tindakan, disini perawat menjelaskan
rencana tindakan untuk diagnosa keperawatan : deficit perawatn diri. Dari setiap
diagnosa keperawatan implementasi yang dilakukan sebagai berikut, membina
hubungan saling percaya, menjelaskan pentingnya kebersihan diri, menjelaskan cara
menjaga kebersihan diri, membantu pasien mempraktekkan cara menjaga
kebersihan diri, menjelaskan cara makan yang baik, menjelaskan cara eliminasi
(BAB/BAK) yang baik, menjelaskan cara berdandan. Untuk melakukan implementsi
pada keluarga, pada tahap-tahap diagnosa tidak dapat dilaksanakan karena penulis
tidak pernah berjumpa dengan keluarga klien (keluarga tidak pernah berkunjung).

45
E. Tahap evaluasi

Pada tinjauan teoritis evaluasi yang diharapkan adalah :


 Pasien mempercayai perawat sebagai terapis
 Pasien menyadari bahwa pentingnya menjaga kebersihan diri
Pada tinjauan kasus evaluasi yang dihasilkan adalah :
 Klien dapat mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
 Klien mengikuti program pengobatan secara optimal

46
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas, maka penulis dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pengkajian dilakukan secara langsung pada klien dan juga dengan menjadikan
status klien sebagai sumber informasi yang dapat mendukung data-data
pengkajian. Selama proses pengkajian, perawat mengunakan komunikasi
terapeutik serta membina hubungan saling percaya antara perawat-klien. Pada
kasus Tn.D, diperoleh bahwa klien sering menyendiri,tidak mau berkomunikasi
dengan orang lain , murung, kadang-kadang berbicara sendiri, tertawa sendiri
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Tn.D sebanyak 5 yang meliputi:
Halusinasi pendengaran, isolasi sosial, koping individu inefektif, regimen terapi
inefektif, harga diri rendah. Tetapi pada pelaksanaannya, penulis fokus pada
masalah utama yaitu halusinasi pendengaran.
3. Perencanaan dan implementasi keperawatan disesuaikan dengan strategi
pertemuan pada pasien isolasi sosial.
4. Evaluasi diperoleh bahwa terjadi peningkatan kemampuan klien dalam
mengendalikan isolasi sosial yang dialami serta dampak pada penurunan gejala
isolasi sosial yang dialami.

B. Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan dapat meenrapkan komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan strategi
pertemuan 1-3 pada klien dengan isolasi sosial sehingga dapat mempercepat
proses pemulihan klien

47
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan bimbingan klinik kepada mahasiswa profesi ners sehingga
mahasiswa semakin ampu dalam elakukan asuhan keperawatan pada pasien-
pasien yang mengalami isolasi sosial

3. Bagi Rumah Sakit


Laporan ini diharapkan dapat menjadai acuan dan referensi dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial.

48
DAFTAR PUSTAKA

Direja.A. (2011).Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika : Yogyakarta

Jenny, dkk.(2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. USU Press : Medan, 65-80.

Kusumawati, Farida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba Medika : Jakarta

Yosep I, 2011, Keperawatan Jiwa, Bandung: PT Refika Aditama.

\
LAMPIRAN
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

LATAR BELAKANG
Terapi aktivitas kelompok ( TAK) adalah upaya untuk memfasilitasi kemampuan
sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.

Manusia adalah makhluk sosial yang harus membina hubungan interpersonal yang
positif untuk mencapai kegiatan positif. Hubungan interpersonal yang sehat terjadi jika
individu yang terlihat di dalamnya saling merasakan berdekatan, sementara identitas
pribadi masih tetap dipertahankan. Membina perasaan saling tergantung yang
merupakan keseimbangan ketergantungan dan kemandirian .

Kelompok dalam perkumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang
lain, sering bergantungn dan mempunyai norma yang sama. Kelompok mungkin datang
dari berbagai latar belakang dengan keadaan yang berbeda. kelompok berfungsi tempat
berbagai pengalaman dan sering menjadi tempat persatuan satu sama lain, untuk
menemukan cara menyelesaikan masalah.
1. Topik
Isolasi sosial
2. Tujuan
 Tujuan Umum
Melatih klien untuk menggunakan kemampuan yang dimilikinya.
 Tujuan Khusus
a. Mampu berkonsentrasi dengan permainan yang diberikan
b. Mampu mengikuti kegiatan yang diberikan dengan tepat waktu
c. Mampu melaksanakan kegiatan sesuai dengan intruksi yang diberikan
d. Melatih kesabaran klien.

3. Kriteria hasil
 Klien kooperatif
 Klien mampu berinteraksi dengan yang lain.
 Klien mampu mengendalikan perasaannya

4. Sarana dan Prasarana


 Huruf-huruf
 Karton
 Lem
5. Metode
 Sensorik
 Individu

6. Pengorganisasian
 Waktu dan Tempat
Tanggal : 9 september 2015
Hari : kamis
Jam : 10.00 wib
Tempat : perpustakaan
 Team Therapy
1. Leader : Widya Rosintan
Tugas :
 Menyusun Rencana TAK
 Membuka dan memulai permainan
 Mengarahkan kelompok untuk mencapai tujuan
 Menjelaskan topic dan lamanya kegiatan
 Memimpin pelaksanaan TAK
 Mengantisipasi masalah yang mungkin timbul
 Memotivasi anggota selama TAK berlangsung

2. Co Leader : Tito Yoel Williams Sitorus


Tugas :
 Membantu leader dalam mengorganisasikan anggota kelompok
 Menyampaikan informasi pada fasilitator
 Mengingatkan leader apabila ada kegiatan yang menyimpang

3. Observer :
1. Eliza putri
Tugas :
 Mengikuti jalanya kegiatan selama TAK
 Mengobservasi respon selama kegiatan berlangsung
 Mengatur jalannya kegiatan
 Mencatat semua kasus yang terjadi dan melaporkan
 Mengumumkan pemenang TAK
4. Fasilitator :
1. Dwi Rahayu
2. Fitriani Br Ginting
3. Dedi Susanto Gultom
4. Hasma Warni Diva

Tugas :
 Menyediakan alat yang digunakan
 Memberikan dukungan kepada klien
 Mengantisipasi klien dalam kegiatan TAK
 Membantu kelompok dalam berperan aktif dalam TAK
 Membantu menghidupkan music
 Mengikuti jalannya permainan.

7. Langkah-Langkah Kegiatan
a) Tahap persiapan
 Mengingatkan kontrak dengan klien yang akan mengikuti TAK
 Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

b) Tahap Orientasi
1. Salam Traupetik
 Leader membuka acara dengan memberi salam kepada pembimbing
 Leader memperkenalkan diri dan meminta anggota atau tim untuk
memperkenalkan diri.
 Memberi kesempatan pada peserta atau klien untuk memperkenalkan
diri masing-masing.
2. Penjelasan tujuan dan aturan main
 Leader menjelaskan topic, waktu dan tujuan kegiatan
 Leader atau co leader menanyakan apakah klien sudah siap
mengikuti TAK
 Leader atau co leader menanyakan kepada klien apakah ada yang
kurang jelas.
 Leader atau co leader menjelaskan antara kegiatan yang diperagakan
fasilitator
 Observer menjelaskanpenilaian.

c) Tahap Kerja
 Fasilitator mempersiapkan klien di area permainan membagi menjadi 3
kelompok
 Fasilitator rmempersiapkan alat permainan berupa speaker , laptop , huruf-
huruf dan music.
Fasilitator mempraktekkan cara menyusun kata/ huruf- huruf yang benar
 Leader mempersiapkan untuk memulai kegiatan dengan memberikan aba-
aba satu, dua, tiga
 Observer menilai ketepatan waktu, mengamati dan memperhatikan jalanya
kegiatan.
 Fasilitator mengantisipasi klien
 Leader dan co leader mengamati dan memperhatikan kegiatan agar
berjalan dengan lancar
 Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menceritakan
pengalamanya.
 Observer mengumumkan pemenang dan memberi hadiah .

d) Tahap terminasi
 Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
 Memberi kesempatan pada klien/peserta untuk mengungkapkan isi hatinya
selama mengikuti TAK
 Memberikan pujian atas kehadirannya.
 Leader mengumumkan hal-hal yang penting selama kegiatan berlangsung.
 Leader menutup kegitan saat melakukan TAK
e) Kriteria Penilaian
1. Hal-hal yang dinilai
 Kekompakan kelompok
 Ketepatan kata-kata
 Ketepatan jawab pertanyaan
 Ketepatan gerakan dari pertanyaan yang diajukan
2. Hadiah
 Diberikan kepada peserta TAK
3. Peserta TAK
Terdiri dari 1 kelompok 5 orang

Kelompok 1

1. ..
2. ..

Kelompok 2

1. ..
2. ..

Kelompok 3

1. ..
2. ..

Juara

 Juara I
 Juara II
 Juara III
SETTING

Fasilitator fasilitator

pasien pasien

pasien pasien

observer

leader Co leader
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP )

Tahap Kegiatan perawat Kegiatan klien waktu


Pengkajian
Pendahuluan 1. Member salam (leader) 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri ( 2. Mendengarkan
seluruh perawat) 3. Memperkenalkan diri
3. Memberi kesempatan 4. Mendengarkan
kepada klien untuk 5. Mendengarkan
memperkenalkan diri 6. Memperhatikan
masing-masing 7. Memperhatikan
4. Menjelaskan topic, 8. memperhatikan
waktu dan tujuan
kegiatan
5. Menjelaskan aturan
kegiatan ( leader dan co
leader )
6. Melakukanstimulasi
permainan
7. Menjelaskan penilaian (
observer )
8. Menyiapkan alat (
fasilitator )
Penyajian 1. memberi aba aba untuk 1. mempraktekkan
memulai permainan
(leader/co leader) 2. mempraktekkan
2. Pengaplikasikan
intruksi dari leader
(fasilitator)
Penutup 1. mengumumkan 1. memperhatikan dan
pemenang mendengarkan
danmemberi/hadiah
(obsever) 2. mendengarkan
2. menanyakkan perasaaan
pada klien setelah 3. mendengarkan
mengikutiTAK
(LEADER) 4. mendengarkan dan
3. Memberikan pujian memperhatikan
4. menyampaikan manfaat
yang diperoleh dari 5. membalassalam
kegiatan
5. mengucapkan salam
PENGKAJIAN

Ruang Rawat : Pusuk Buhit

Tanggal Rawat : 3 Januari 2015

XIX. IDENTITAS KLIEN


Inisial : Tn. D
Tanggal Pengkajian : 23 September 2015
Umur : 34 Tahun
MR No : 02.47.67
Informan : Klien dan Status Klien

XX. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT :


Klien sering menyendiri, tertidak mau berkomunikasi dengan orang lain,
murung, terkadang mausenyum-senyum sendiri, tertawa sendiri .

XXI. FAKTOR PRESDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ?

 Ya Tidak

2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil  Kurang berhasil Tidak Berhasil

3. Trauma
Pelaku/UsiaKorban/Usia Saksi/Usia
Aniaya Fisik :

Aniaya seksual :

Penolakan :
Kekerasan dalam-
keluarga :

Tindakan kriminal :

Jelaskan : Gangguan jiwa ini sudah dialami klien sejak 4 tahun yang
lalu dan sudah 2 kali dirawat di RSJ terakhir di rawat tahun
2014 lalu di bawa pulang oleh keluarga setelah dirumah
klientidak dikontrol ke RSJ dan juga tidak teratur
mengkonsumsi obat sehingga klien kambuh lagi dirumah,
lalu klien kembali lagi dirawat dan sampai sekarang ini
klien masih berada di RSJ.
Masalah Keperawatan : Regiment terapeutik inefektif.
Koping keluarga inefektif.

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


Ya  Tidak
Penjelasan : Dalam keluarga hanya klien yang mengalami
gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : Klien pernah dituduh


mencuri sepeda motor dilingkungannya sehingga klien di amuk massa
(dicemoohkan lingkungannya).
Masalah Keperawatan : Koping Individu Inefektif
Harga diri rendah
XXII. FISIK
6. Tanda vital :
TD : 110/80 mmHg, N : 96 x/I, S : 37 0 C, P : 20 x/i
7. Ukur :
TB : 163 cm, BB : 45 Kg
8. Keluhan Fisik : Klien tidak memiliki keluhan fisik
Jelaskan : Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan tidak terdapat
permasalahan yang ditemukan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.

XXIII. PSIKOSOSIAL
9. Genogram

Keterangan :

: Satu Rumah : Laki – Laki


Yang Meninggal
: Laki – Laki
: Perempuan
: Wanita Yang Meninggal

: Klien
Jelaskan : Berdasarkan genogram di atas, dapat dilihat bahwa orangtua klien
sudah meninggal, klien merupakan anak ke 4 dari 8 bersaudara, tidak ada
riwayat keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.

10. Konsep diri


f. Gambaran diri : Klien menyukai keseluruhan bagian tubuhnya.
g. Identitas Diri : Klien anak ke 4 dari 8 bersaudara.
h. Peran : Klien tidak memiliki peran dan ingin cepat
sembuh agar dapat berkumpul dengan keluarga
i. Ideal diri : Klien ingin cepat sembuh.
j. Harga diri : Klien merasa tidak berarti dikeluarga terlebih di
lingkungannya semenjak dia pernah
dipermalukan oarang banyak karena dituduh
mencuri mencuri di lingkungannya.
Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah

11. Hubungan Sosial


d. Orang yang berarti : Keluarga
e. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Selama di Rumah
sakitklien tidak pernah mengikuti kegiatan.
f. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien tidak mau
berhubungan dengan orang lain dan tidak mau bergaul dengan teman –
temannya sekamar maupun selingkungannya dan sering menyendiri
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial :Menarik Diri

12. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien menganut agam islam. Klien yakin akan
agamanya.
b. Kegiatan ibadah : Klien sekali-kali mau sholat diruangan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
XXIV. STATUS MENTAL
11. Penampilan : Klien mampu mengenakan pakaian dengan baik.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
12. Pembicaraan : Klien masih dapat berbicara dengan baik sesuai dengan
topik yang dibicarakan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
13. Aktivitas motorik : Klien melakukan aktifitas sehari-hari dengan baik.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
14. Alam perasaan : Klien tampak sedih karena berada di Rumah Sakit Jiwa dan
berpisah dengan keluarga.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
15. Afek : Saat diwawancara klien menunjukkan ekspresi wajahdatar.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik Diri.
16. Interaksi SelamaWawancara :Klien tampak kurang kooperatif, kontak mata
kurang, memalingkan wajah kearah lain, sering menunduk.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik Diri.
17. Persepsi : Klien pernah mendengar suara suara tidak jelas dan sesekali mau
senyum-senyum sendiri.
Masalah keperawatan : Resiko Tinggi Halusinasi Pendengaran.
18. Proses Pikir :Baik. Karena klien dapatberbicara dengan perawat sesuai dengan
topik pembicaraan.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
19. Isi Pikir :Tidak dijumpai pada klien isi pikir (waham).
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
20. Tingkat Kesadaran : Composmentis (sadar)
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
21. Memori :Masih baik. klien masih dapat mengingat kejadian masa lalu hingga
sekarang, dan dapat menceritakannya kepada perawat.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
22. Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien masih dapat berhitung dengan
hitungan sederhana tanpa bantuan orang lain.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
23. Kemampuan Penilaian : Klien mampu mengambil keputusan bila diberi pilihan
baik dan buruk.
Masalah keperawtaan : Tidak ada masalah.
24. Daya tilikdiri :Klien menyadari bahwa dia sedang sakit dan sedang dirawat di
Rumah Sakit Jiwa.
Masalah keperawatan : Tidak ada Masalah.

XXV. KEBUTUHAN PERSONAL


1. Makan
 Bantuan minimal Bantuan total

2. BAB/BAK

 Bantuan minimal Bantuan total


Jelaskan : Klien dapat makan dengan mandiri dengan cara
yang baik seperti biasanya. Klien BAB 1x
sehari dan BAK kurang lebih 5x sehari dan
mampu eliminasi dengan baik, menjaga
kebersihan setelah BAK 3x sehari.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

3. Mandi
 Bantuan minimal Bantuan total

4. Berpakaian/berhias
 Bantuan Minimal Bantuan total

5. Istirahat dan tidur

 Tidur siang lama :  2 jam

 Tidur malam lama : 8 jam


6. Penggunaan obat

 Bantuan minimal Bantuan total

7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan  Ya Tidak
Ti
da
8. Kegiatan di rumah sakit
k
Mempersiapkan 
m Ya
m
Tidak
Ti a
Menjaga kerapian kamar 
da
a Ya Tidak
m
m
Ti
Mencuci pakaian k Ya
Ti n
p Tidak
pu
da
Pengaturan keuangan m Ya
da u
Tidak
Ti
m
kka m
da
ul
m
Ti
m ulk
9. Kegiatan diluar rumah sakit ai a
da
pu a ai
m
pe
Belanja m
m k Ya ea
Tidak
m
pu
Menjaga kerapian kamar pu
m
ul Ya
bi
m
m
Tidak
m
ai
m a bi
ca pu
Lain-lain ul
m
pe
ul Ya Tidak
ca
ra m
ai
pu
m
ai ra
an ul
pe
m
bi
pe an
XXVI. MEKANISME KOPING ai
m
ul
ca
m pe
Adaptif bi
ai
ra
bi m
ca
- Berbicara dengan orang lain : pe
Tidak mau bersosialisasi
an
ca dengan temannya.
bi
ra
m
ra : Tidak mampu.ca
- Mampu menyelesaikan masalah
an
bi
an
- Teknik relaksasi : Tarik napasca dalam. ra
an
- Olahraga : Klien tidak terlalu kooperatif
ra saat melakukan olahraga.
an

Maladaptif
- Minum alkohol : Dulu pasien minum tuak.
- Reaksi lambat/berlebihan : Pasien bereaksi lambat.
- Bekerja berlebihan : Tidak terlalu kooperatif.
- Menghindar : Klien selalu menghindar dari teman-temannya.
- Menciderai diri : Klien menciderai dirinya.
Jelaskan :Klien masih ingin berbicara dengan orang lain walaupun tidak sering.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.

XXVII. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


- Masalah dengan dukungan kelompok : Klien kurang mendapatkan
dukungan dari teman-temannya karena sering mengasingkan diri.
- Masalah berhubungan dengan lingkungan : Klien merasa malu terhadap
lingkungannya karena pengalaman masa lalunya.
- Masalah dengan pendidikan : Klien tidak ada masalah dengan pendidikan.
- Masalah Pekerjaan : Klien tidak bekerja.
Jelaskan :Klien memiliki masalah dalam berhubungan dengan lingkungan
karena stigma masyarakat terhadap dirinya yang dirawat di RSJ.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik Diri.

XXVIII. ASPEK MEDIK


Diagnosa Medik : Skizoprenia Paranoid
Terapi Medik : Haloperidol 1,5 mg (3 x 1)
Diazepam 2 mg (3x1)

XXIX. ANALISA DATA


Data Masalah Keperawatan
Data Subjek:
 Klien tidak mau berhubungan
dengan orang lain dan tidak mau Isolasi sosial : Menarik Diri
bergaul dengan teman – temannya.
sehingga klien tampak menyendiri
Data Objektif:
 Klien tampak menyendiri saat
berada diruangan
 Klien tampak sedih
 Klien suka melamun

Data Subjek:
- Klien mengatakan pernah sekali
mendengar suara suara. Resiko Tinggi: Halusinasi

Data Objektif:
- Klien tampak menyendiri saat
berada diruangan
- Klien suka melamun
- klin terlihat mau sekali-sekali
senyum

Data Subjektif:
 Klien merasa tidak berarti
dikeluarga terlebih di Harga diri rendah
lingkungannya karena dicemooh
karena dituduh mencuri sepeda
motor di lingkungannya

Data Objektif:
Klien menunduk saat menjawab
pertanyaann perawat
XXX. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
4. Isolasi sosial : Menarik Diri
5. Gangguan Persepsi Sensori : Resiko Tinggi Halusinasi
6. Harga Diri Rendah

XXXI. POHON MASALAH

Resiko Tinggi Gangguan Persepsi sensori :Halusinasi

Regiment Isolasi Sosial : Menarik Diri

Koping Keluarga infektif Harga Diri Rendah

XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


4. Isolasi sosial : Menarik Diri
5. Gangguan Persepsi Sensori : Resiko Tinggi Halusinasi
6. Harga Diri Rendah

Anda mungkin juga menyukai