Disetujui Oleh :
Diketahui Oleh :
(Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS) (Ns. Jack Amidos Pardede, S.Kep, Sp.KJ)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas Rahmat dan Hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalh kelompok sebagaimana mestinya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada pembimbing yang memberikan bimbingan dan
masukan dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa kami ingin berterima kasih kepada
Direktur Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. MUHAMMAD ILDREM Medan Provinsi
Sumatra Utara yang telah memperkenankan kami praktik di RSJ Prof. Dr.
MUHAMMAD ILDREM Medan Provinsi Sumatra Utara . Adapun yang terdapat dalam
makalh ini mengenai sosialisasi sejumlah pasien dengan masalah hubungan sosial dan
bertujuan untuk melatih kognitif pasien.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalh ini masih ada
kekurangan, maka dengan kerendahan hati kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan kedepannya dalam penyusunan makalah ini.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................. 43
A. Pengkajian ..................................................................................... 43
B. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 44
C. Perencanaan ................................................................................... 44
D. Pelaksanaan ................................................................................... 45
E. Evaluasi ......................................................................................... 46
iii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 47
A. Kesimpulan.................................................................................... 47
B. Saran .............................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial
yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan perilaku dan
koping individu efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional
(Johnsons, 1997 dalam Videback 2008). Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana
seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi
tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi
untuk komunitasnya (UU Kesehatan Jiwa, 2014).
Menurut WHO (2009), prevalensi masalah kesehatan jiwa mencapai 13% dari
penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25%
di tahun 2030. Prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia sebesar 0,46 %,
dengan kata lain dari 1000 penduduk Indonesia empat sampai lima diantaranya
menderita gangguan jiwa berat. Kondisi diatas mengambarkan prevalensi
masalah kesehatan jiwa baik gangguan jiwa ringan sampai berat cukup tinggi
dan membutuhkan penanganan yang serius serta berkesinambungan. Salah satu
gangguan jiwa berat yang dialami oleh klien adalah skizofrenia (Nyumirah, S.,
2013)
Studi yang dilakukan oleh Bank Dunia (World Bank) pada tahun 1995 di
beberapa Negara menunjukkan bahwa hari-hari produktif yang hilang yang
disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa sebesar 8,1 %. Angka ini jauh lebih
tinggi dari pada dampak yang disebabkan penyakit tuberculosis(7,2%),
kanker(5,8%), penyakit jantung (4,4%) maupun malaria (2,6%). Namun pada
kenyataannya berdasarkan data Riskesdas 2007, ternyata terdapat sekitar 13.000-
24.000 orang penderita gangguan jiwa di Indonesia yang diabaikan oleh
1
keluarganya. Sedangkan di Jawa Tengah berdasarkan data dari Kabupaten/Kota
sampai dengan Juni 2011 tercatat 3 tidak kurang 200 orang penderita gangguan
jiwa tidak dibawa ke RSJ. Hasil penghitungan data jumlah pasien pada tahun
2010 di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dengan rumus jumlah
diagnosa / jumlah gangguan jiwa x 100% (jumlah gangguan jiwa: 3914). Pasien
yang mengalami perilaku kekerasan sebanyak 1534 jiwa atau sekitar 39,2%,
pasien yang mengalami gangguan persepsi halusinasi sebanyak 1606 jiwa atau
sekitar 41%, pasien yang mengalami isolasi sosial : menarik diri sebanyak 457
jiwa atau sekitar 11,7%, pasien yang mengalami waham sebanyak 111 jiwa atau
sekitar 2,8%, pasien yang mengalami gangguan konsep diri : harga diri rendah
yaitu sebanyak 82 jiwa atau sekitar 2,1%, kemudian pasien yang mengalami
depresi sebanyak 662 jiwa atau sekitar 16,9%, pasien yang ingin melakukan
percobaan bunuh diri sebanyak 116 jiwa atau sekitar 2,3%, pasien yang sudah
pulang dan kambuh lagi ada 4452 jiwa atau sekitar 11,5%, pasien skizofrenia
sendiri ada 3912 jiwa atau sekitar 99,99%, kemudian jumlah pasien laki-laki
sekitar 2357 jiwa, sedangkan pasien yang perempuan sebanyak 1557 jiwa
(Arfian, 2010).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan dan fenomena diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: bagaimana asuhan keperawatan pada Tn.D
dengan diagnosa keperawatan Isolasi Sosial : Menarik Diri
C. Tujuan
1. Tujuan umum :
Untuk memberikan gambaran nyata tentang pemberian asuhan keperawatan
pada pasien dengan masalah utama Isolasi Sosial : Menarik Diri.
2
2. Tujuan khusus :
a. Menggambarkan hasil pengkajian keperawatan pada Tn.D dengan
Isolasi Sosial : Menarik Diri
b. Mendiskripsikan diagnosa keperawatan pada Tn.D dengan Isolasi Sosial
: Menarik Diri
c. Dapat menyusun perencanaan keperawatan untuk mengatasi masalah
Isolasi Sosial : Menarik Diri pada Tn. D
d. Mendiskripsikan implementasi pada pasien dengan Dapat mengevaluasi
tindakan keperawatan yang dilakukan dengan Isolasi Sosial : Menarik
Diri
e. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn.D dengan Isolasi Sosial :
Menarik Diri
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Responden
Hasil penulisan ini dapat digunakan untuk penderita agar mempercepat
penyembuhan.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil keputusan atau kebijaksanaan untuk mengatasi masalah-masalah
yang berkaitan dengan kejiwaan khususnya dalam memberikan tindakan
pada pasien dengan Isolasi Sosial : Menarik Diri
3. Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan khususnya
tentang asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan Isolasi Sosial :
Menarik Diri
4. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan
mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien Isolasi
Sosial : Menarik Diri
3
E. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan meliputi Latar Belakang, Ruang Lingkup, Tujuan
Penulisan dan Sistematika Penulisan
BAB II : Landasan Teoritis, meliputi:
1. Teori medis yaitu defenisi, jenis-jenis halusinasi, rentang
respon dan penatalaksanaannya
2. Teori keperawatan yaitu data Pengkajian, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan Keperawatan
BAB III : Tinjauan kasus meliputi : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,
Rencana Keperawatan, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
BAB IV : Pembahasan tentang : Faktor Penghambat Dan Penunjang Serta
Kesenjangan Keperawatan, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan
Keperawatan, Pelaksanaan Keperawatan (Implementasi) Dan
Evaluasi.
BAB V : Penutup meliputi : Kesimpulan dan Saran
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFENISI
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya. Klien mungkin merasa di tolak, tidak di terima, kesepian dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Yosep, 2011).
Isolasi sosial adalah kondisi ketika individu atau kelompok mengalami, atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk lebih terlibat dalam aktivitas
bersama orang lain, tetapi tidak mampu mewujudkannya (Lynda Juall C.,
2009). Isolasi sosial adalah keadaan seorang induividu yang mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain.
pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Keliat Anna, dkk.,
2011).
B. ETIOLOGI
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya
perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu
tidak percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis,
putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa
tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi
5
dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan
kegiatan sehari-hari terabaikan (Ade Herman S.D.,2011 ).
C. MANISFESTASI KLINIS
1) Kurang spontan
6) Mengisolasi diri
13) Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi
sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak
sensori : halusinasi dan risiko mencederai diri, orang lain, bahkan lingkungan.
Perilaku yang tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi
6
aktivitas yang akhirnya bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan untuk
D. RENTANG RESPON
Pattern of Ineffective Lack of Stessor
parenting (Pola coping (Koping Development Internal and
Asuh) Individu Tidak task (Gangguan External
Efektif) Tugas (Stres Internal
Perkembangan) dan Eksternal)
Misal : Misal : Misal : Misal :
Pada anak yang Saat individu Kegagalan menjalani Stres terjadi akibat
kelahirannya tidak menghadapi hubungan intim ansietas yang
dikehendaki (unwanted kegagalan dengan sesama jenis berkepanjangan
child) akibat kegagalan menyalahkan orang atau lawan jenis, dan terjadi
KB, hamil diluar nikah, lain, tidak mampu bersamaan dengan
jenis kelamin yang ketidakberdayaan, mandiri dan keterbatasan
tidak di inginkan, menyangkal tidak menyelesaikan kemampuan
bentuk fisik kurang mampu menghadapi tugas, bekerja, individu untuk
menawan kenyataan dan bergaul, bersekolah, mengatasinya.
menyebabkan keluarga menarik diri dari menyebabkan Ansietas terjadi
mengeluarkan lingkungan, terlalu ketergantungan pada akibat akibat
komentar-komentar tingginya self ideal orang tua, rendahnya berpisah dengan
7
negatif, merendahkan, dan tidak mampu ketahanan terhadap orang terdekat,
menyalahkan anak. menerima realitas berbagai kegagalan. hilangnya
dengan rasa syukur. pekerjaan atau
orang yang
dicintai.
Berikut ini akan dijelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi sosial :
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma,
sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu
tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini
adalah sikap yang termasuk respon adaptif.
1. Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa
yang telah terjadi di lingkungan sosialnya
2. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
3. Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama
lain.
4. Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.
8
b. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan
kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon
maladaptif :
1. Menarik diri, merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2. Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain.
3. Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu
sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam
4. Curiga, seseorang yang mengembangkan rasa curiga terhadap orang lain.
(Stuart dan Sundeen, 1998).
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada klien dengan isolasi sosial adalah sebagai berikut :
a. Penatalaksanaan Medis (Dalami, et.all, 2009)
Isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia tak
tergolongkan maka jenis penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah :
1. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan
dimana arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2
elektrode yang ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan
kanan). Arus tersebut menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung
25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listriknya di
otak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.
Indikasi :
a) Depresi mayor
Klien depresi berat dengan retardasi mental, waham, tidak ada
perhatian lagi terhadap dunia sekelilingnya, kehilangan berat
9
badan yang berlebihan dan adanya ide bunuh diri yang
menetap.
Klien depresi ringan adanya riwayat responsif atau memberikan
respon membaik pada ECT.
Klien depresi yang tidak ada respon terhadap pengobatan
antidepresan atau klien tidak dapat menerima antidepresan.
b) Maniak
Klien maniak yang tidak responsif terhadap cara terapi yang lain
atau terapi lain berbahaya bagi klien.
c) Skizofrenia
Terutama akut, tidak efektif untuk skizofrenia kronik, tetapi
bermanfaat pada skizofrenia yang sudah lama tidak kambuh.
2. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian penting
dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan
rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat
empati, menerima klien apa adanya, memotivasi klien untuk dapat
mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur
kepada klien.
3. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang (Dalami,
dkk., 2009).
10
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Terapi Modalitas Keperawatan yang dilakukan adalah:
1. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
TAK merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang
sama (Keliat, 2004)
Tujuan : Membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta
mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif. (Keliat, 2004)
11
3) Gunakan komunikasi verbal dan non verbal yang sesuai, jelas
dan teratur.
4) Tunjukan sikap empati dan beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya.
c) Kenal dan dukung kelebihan klien
Tunjukkan dan cari penyelesaian masalah (koping) yang bisa
digunakan klien, cara menceritakan perasaannya kepada orang lain
yang terdekat/dipercaya.
1) Bahas dengan klien tentang koping yang konstruktif.
2) Dukung koping klien yang konstruktif.
3) Anjurkan klien untuk menggunakan koping yang konstruktif.
12
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi Sosial Menarik Diri
G. FOKUS INTERVENSI
Pasien
SP 1
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang
lain
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang - bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian
SP 2
SP 3
13
SP 4
Keluarga
SP 1
SP 2
SP 3
14
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. D
Tanggal Pengkajian : 23 September 2015
Umur : 34 Tahun
MR No : 02.47.67
Informan : Klien dan Status Klien
Gangguan jiwa ini sudah dialami klien sejak 4 tahun yang lalu dan sudah 2 kali
dirawat di RSJ terakhir di rawat tahun 2014 lalu di bawa pulang oleh keluarga
setelah dirumah klentidak dikontrol ke rsj dan juga tdk terarut mengkomsumsi
obat sehingga klen kambuh lagi dirumah lalu klien kembali lagi dirawat dan
sampai sekarang ini klien masih berada di RSJ
15
4 Dari keluarga klien hanya klien yang mengalami gangguan jiwa
Masalah keperawatan : Tidak Ada
5 Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :
Klien pernah dituduh mencuri sepeda motor dilingkungannya sehingga klien
di amuk massa (dicemoohkan lingkungannya)
Masalah Keperawatan : Koping Individu Inefektif
Harga diri rendah
IV. FISIK
1. Tanda vital :
TD : 110/80 mmHg, N : 96 x/I, S : 37 0 C, P : 20 x/i
2. Ukur :
TB : 163 cm, BB : 45 Kg
3. Keluhan Fisik : Klien tidak memiliki keluhan fisik
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
: Satu Rumah
: Laki – Laki
16
: Wanita
: Klien
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien menyukai keseluruhan bagian tubuhnya.
b. Identitas Diri : Klien anak ke 4 dari 8 bersaudara.
c. Peran : Klien tidak memiliki peran dan ingin cepat
sembuh agar dapat berkumpul dengan keluarga
d. Ideal diri : Klien ingin cepat sembuh.
e. Harga diri : Klien merasa tidak berarti dikeluarga terlebih di
lingkungannya semenjak dia pernah
dipermalukan oarang banyak karena dituduh
mencuri mencuri di lingkungannya.
Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Keluarga
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Selama di Rumah
sakit Klien tidak pernah mengikuti kegiatan.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien tidak mau
berhubungan dengan orang lain dan tidak mau bergaul dengan teman –
temannya sekamar maupun selingkungannya dan sering menyendiri
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial :Menarik Diri
17
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien menganut agam islam. Klien yakin akan
agamanya.
b. Kegiatan ibadah : Klien sekali-kali mau sholat diruangan.
18
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien masih dapat berhitung dengan
hitungan sederhana tanpa bantuan orang lain.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
13. Kemampuan Penilaian : Klien mampu mengambil keputusan bila diberi pilihan
baik dan buruk.
Masalah keperawtaan : Tidak ada masalah.
14. Daya tilik diri : Klien menyadari bahwa dia sedang sakit dan sedang dirawat di
Rumah Sakit Jiwa.
Masalah keperawatan : Tidak ada Masalah.
19
- Makan : Klien dapat makan dengan mandiri dengan cara yang baik seperti
biasanya, klien makan 3x sehari.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
b. Nutrisi
- Klien puas dengan pola makanannya.
- Klien tidak mau makan bersama teman-temannya lebih suka mengasingkan
diri.
- Frekuensi makan : 3x sehari.
- Nafsu makan : biasa.
- Berat badan : 50 kg.
- Tinggi badan : 160 cm.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
c. Tidur
- Klien mengatakan tidak ada masalah dalam tidurnya.
- Klien merasa tenang saat bangun tidur.
- Klien mengatakan selalu tidur siang.
- Waktu tidur malam kurang lebih 8 jam.
- Waktu bangun pukul 6 pagi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
20
4. Klien memiliki sistem pendukung
Keluarga : Mendukung kesembuhan klien.
Profesionalisme/terapis : Melakukan terapi kepada klien berkolaborasi dengan
tim medis.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
21
X. Pengetahuan Kurang Tentang
Penyakit Jiwa
Koping
Sistem Pendukung
Faktor Presipitasi
Obat-obatan
Lainnya
Masalah keperawatan :
22
XIII. MEKANISME KOPING
Klien masih ingin berbicara dengan orang lain walaupun tidak sering.
Data Subjek:
Klien tidak mau berhubungan
dengan orang lain dan tidak mau
bergaul dengan teman – temannya.
sehingga klien tampak menyendiri Isolasi sosial : Menarik Diri
Data Objektif:
Klien tampak menyendiri saat
berada diruangan
Klien tampak sedih
Klien suka melamun
23
Data Subjek:
- Klien mengatakan pernah sekali
mendengar suara suara. Resiko Tinggi : Halusinasi
Data Objektif:
- Klien tampak menyendiri saat
berada diruangan
- Klien suka melamun
- klin terlihat mau sekali-sekali
senyum
Data Subjektif:
Klien merasa tidak berarti
dikeluarga terlebih di Harga diri rendah
lingkungannya karena dicemooh
karena dituduh mencuri sepeda
motor di lingkungannya
Data Objektif:
Klien menunduk saat menjawab
pertanyaann perawat
24
XVIII. Pohon Masalah
25
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA
26
mengenal penyebab
isolasi sosial : 2. Identifikasi penyebab isolasi sosial
menarik diri pada Tanyakan pada klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan
dirinya percaya orang lain
dengan perawat. 3. Klien dapat Tanyakan apa yang menyebabkan klien tidak berinteraksi
menyebutkan 2 dari dengan orang lain
Klien dapat 3 manfaat Tanyakan pada klien kenapa tidak ingin bergabung dengan
mengenal perasaan berhubungan dengan teman-temannya
yang menyebabkan orang lain.
perilaku menarik 3. Anjurkan pasien bersosialisasi dengan teman-teman nya
diri. 4. Klien dapat Anjurkan klien untuk bercakap-cakap dengan teman
menyebutkan cara temannya
berhubungan dengan Bawa klien untuk berkenalan dengan temannya
Klien dapat orang lain.
mengetahui 4. Jelaskan pada pasien keuntungan bersosialisasi dengan teman-
keuntungan teman nya
berhubungan Diskusikan keuntungan bila klien memiliki banyak teman
dengan orang lain. dan bergaul akrab dengan mereka
27
Klien dapat Diskusikan kerugian bila klien hanya mengurung diri dan
berhubungan tidak bergaul dengan orang lain.
dengan orang lain
secara
bertahap SP II
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Tujuan Umum: Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimilikinya dan
Klien dapat
disukainya
menjadwalkan kegiatan
23-9- yang dilakukannya. Beri kesempatan kepada klien untuk memperagakan
28
berinteraksi dengan orang atau lebih
orang lain
Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan hari
3. Klien dapat
berhubungan
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara
dengan orang lain
berkenalan dengan satu orang
secara bertahap
Berikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu orang
Bantu pasien memasukkan kegiatan berbincang- bincang
dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian
29
4. Klien dapat dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian
25-9- melakukan kegiatan Bantu pasien memasukkan kegiatan berbincang- bincang
2015 yang terjadwal dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian
5. Klien dapat
berinteraksi dengan SP III
orang lain 1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Klien dapat Diskusikan dengan klien kemampuan ketiga yang
berhubungan
dimilikinya
dengan orang lain
secara bertahap Beri kesempatan kepada klien untuk memperagakan
30
Tujuan Khusus :
Klien dapat 2. Memberikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan orang
melakukan kegiatan
atau lebih
yang terjadwal
Berikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua
Klien dapat
orang atau lebih di depan perawat
mengetahui prinsip
5 benar dalam
meminum obat
SP IV:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
Beri kesempatan kepada klien untuk memperagakan
31
2. Jelaskan kegunaan obat.
Beri penjelasan mengenai obat yang diminum setiap hari
seperti nama obat, kegunaan obat dan efek samping obat
32
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN
33
berinteraksi. Isolasi sosial (+)
Membuat kontrak yang jelas untuk
pertemuan selanjutnya.
P:
Melakukan sp 2
2. Identifikasi penyebab isolasi sosial
Menanyakan pada klien tentang
kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain
Menanyakan apa yang
menyebabkan klien tidak
berinteraksi dengan orang lain
Menanyakan pada klien kenapa
tidak ingin bergabung dengan
teman-temannya
34
Menyuruh klien untuk bercakap-
cakap dengan teman-temannya
dengan menemaninya berkenalan
dan ikut berbincang-bincang
dengan temannya
Membawa klien untuk berkenalan
dengan teman-temannya satu
ruangan
35
Mendiskusikan kerugian bila klien
hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengan orang lain yaitu
menjelaskan bahwa jika tidak
memilki teman klien akan
kesepian dan tidak ada teman
untuk berbagi dan saling tolong
menolong.
RTL :
36
5oktober Pukul 11.00 S: Senang
2015, Jam
Sp 2 isolasi sosial :
10.00
WIB 1. Mengevaluasi jadwal kegitatan O :
pasien
Klien mampu melakuan latihan bercakap-
Mendiskusikan dengan klien
cakap dengan orang lain
kemampuan yang Klien mampu melakukan kegiatan
dimilikinya dan disukainya berbincang - bincang dengan orang lain.
hariBerikan kesempatan
kegiatan hari
2. Memberikan kesempatan
kepada pasien mempraktekkan
cara berkenalan dengan satu
37
orang
Memberikan kesempatan
kepada pasien
mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu
orang
Membantu pasien
memasukkan kegiatan
berbincang- bincang
dengan orang lain sebagai
salah satu kegiatan harian
Mengajari klien cara
berkenalan dengan orang
lain.
Mengajari klien sambil
membawanya untuk
berkenalan lebih dari 2
orang
Memberi pujian pada klien
karena sudah berkenalan
dan berinteraksi pada orang
lain lebih dari 2 orang.
Menyuruh klien supaya
bersemangat untuk
berbincang-bincang dengan
oarang lain
3. Membantu pasien
memasukkan kegiatan
berbincang - bincang dengan
38
orang lain sebagai salah satu
kegiatan harian
Menulis dan memasukkan
kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan
harian klien
Memberi kesempatan
A : isolasi sosial (+)
kepada klien untuk
memperagakan kegiatan P:
39
Memberi pujian atas Latihan mengikuti jadwal kegiatan yang
telah dibuat
kegiatan yang di latih
Latihan untuk mebersihkan kamar
dengan mengatakan semua
(mengepel), 1 x1 hari
yang dikerjakannya sudah Latihan Minum obat secara teratur dengan
Memberikan kesempatan
lebih
Menganjurkan klien
2. Memberikan kesempatan
kepada klien berkenalan
dengan dua orang atau lebih
Memberikan kesempatan
kepada pasien dan
mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu
orang
Membuat jadwal kegiatan
berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah
satu kegiatan harian
40
Menjelaskan cara
berkenalan dengan orang
lain dengan cara senyum,
sapa, sentuh dan memberi
salam kepada teman-
temannya
Memberi pujian untuk
setiap kemajuan interaksi
yang telah dilakukan oleh
klien.
Memberi dorongan agar
klien tetap semangat
meningkatkkan
interaksinya.
3. Menganjurkan klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
41
SP IV : S : Senang
42
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan kepada Tn.D dengan dengan Isolasi
Sosial : Menarik Diri di ruang Pusuk Buhit RSJD PROVSU, maka penulis pada BAB
ini akan membahasan kesenjangan antara teoritis dengan tinjauan kasus.
A. Pengkajian
Pada pembahasan ini diuraikan tentang hasil pelaksanaan tindakan keperawatan
dengan pemberian terapi generalis pada klien isolasi sosial. Pembahasan
menyangkut analisis hasil penerapan terapi generalis terhadap masalah keperawatan
isolasi sosial . Tindakan keperawatan didasarkan pada pengkajian dan diagnosis
keperawatan yang terdiri dari tindakan generalis yang dijabarkan sebagai berikut.
Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber, yaitu dari
pasien dan tenaga kesehatan di ruangan. Penulis mendapat sedikit kesulitan dalam
menyimpulkan data karena keluarga pasien jarang mengunjungi pasien di rumah
sakit jiwa. Maka penulis melakukan pendekatan kepada pasien melalui komunikasi
terapeutik yang lebih terbuka membantu pasien untuk memecahkan perasaannya dan
juga melakukan observasi kepada pasien.
43
Dalam pengkajian ini, penulis tidak menemukan kesenjangan karena ditemukan hal
sama pada tinjauan teoritis pada kasus Tn. D, Klien merasa tidak berguna,
penolakan dalam lingkungan, tampak menyendiri. Gejala-gejala tersebut merupakan
manisfestasi klinis dari Townsend, M.C (1998) & Carpenito, L.J (1998) isolasi
sosial. Selain itu terdapat faktor predisposisi maupun presipitasi yang menyebabkan
kekambuhan penyakit yang dialami oleh Tn.D.
Diagnosa keperawatan yang terdapat pada kasus tetapi tidak terdapat pada teori
adalah isolasi sosial: menarik diri. Diagnosa isolasi sosial: menarik diri dijumpai
pada kasus karena klien kurang kooperatif dan klien terkadang memalingkan wajah
dan sering menunduk. merasa malu saat diwawancarai. Diagnosa gangguan konsep
diri: harga diri rendah dijumpai pada kasus karena klien merasa tidak berarti
dikeluarga dan dilingkungan tempat tinggalnya semenjak suaminya pergi merantau
dan tidak pernah pulang dan tidak pernah menafkahinya, klien tampak sedih dan
malu karena penyakitnya.
C. Tahap perencanaan
44
Pada tahap ini antara tinjauan teoritis dan tinjaun kasus tidak ada kesenjangan
sehingga penulis dapat melaksanakan tindakan seoptimal mungkin dan didukung
dengan tersedianya sarana ruangan perawat yang baik dan adanya bimbingan dan
petunjuk dari petugas kesehatan dari rumah sakit jiwa yang diberikan kepada
kelompok.
D. Tahap Implementasi
Pada setiap diagnosa keperawatan, tahap implementasi baik antara tinjauan teoritis
dan tinjauan kasus tidak ada kesenjangan. Implementasi merupakan perwujudan dari
perencanaan yang merupakan serangkaian tindakan, disini perawat menjelaskan
rencana tindakan untuk diagnosa keperawatan : deficit perawatn diri. Dari setiap
diagnosa keperawatan implementasi yang dilakukan sebagai berikut, membina
hubungan saling percaya, menjelaskan pentingnya kebersihan diri, menjelaskan cara
menjaga kebersihan diri, membantu pasien mempraktekkan cara menjaga
kebersihan diri, menjelaskan cara makan yang baik, menjelaskan cara eliminasi
(BAB/BAK) yang baik, menjelaskan cara berdandan. Untuk melakukan implementsi
pada keluarga, pada tahap-tahap diagnosa tidak dapat dilaksanakan karena penulis
tidak pernah berjumpa dengan keluarga klien (keluarga tidak pernah berkunjung).
45
E. Tahap evaluasi
46
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas, maka penulis dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pengkajian dilakukan secara langsung pada klien dan juga dengan menjadikan
status klien sebagai sumber informasi yang dapat mendukung data-data
pengkajian. Selama proses pengkajian, perawat mengunakan komunikasi
terapeutik serta membina hubungan saling percaya antara perawat-klien. Pada
kasus Tn.D, diperoleh bahwa klien sering menyendiri,tidak mau berkomunikasi
dengan orang lain , murung, kadang-kadang berbicara sendiri, tertawa sendiri
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Tn.D sebanyak 5 yang meliputi:
Halusinasi pendengaran, isolasi sosial, koping individu inefektif, regimen terapi
inefektif, harga diri rendah. Tetapi pada pelaksanaannya, penulis fokus pada
masalah utama yaitu halusinasi pendengaran.
3. Perencanaan dan implementasi keperawatan disesuaikan dengan strategi
pertemuan pada pasien isolasi sosial.
4. Evaluasi diperoleh bahwa terjadi peningkatan kemampuan klien dalam
mengendalikan isolasi sosial yang dialami serta dampak pada penurunan gejala
isolasi sosial yang dialami.
B. Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan dapat meenrapkan komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan strategi
pertemuan 1-3 pada klien dengan isolasi sosial sehingga dapat mempercepat
proses pemulihan klien
47
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan bimbingan klinik kepada mahasiswa profesi ners sehingga
mahasiswa semakin ampu dalam elakukan asuhan keperawatan pada pasien-
pasien yang mengalami isolasi sosial
48
DAFTAR PUSTAKA
Jenny, dkk.(2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. USU Press : Medan, 65-80.
Kusumawati, Farida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba Medika : Jakarta
\
LAMPIRAN
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
LATAR BELAKANG
Terapi aktivitas kelompok ( TAK) adalah upaya untuk memfasilitasi kemampuan
sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
Manusia adalah makhluk sosial yang harus membina hubungan interpersonal yang
positif untuk mencapai kegiatan positif. Hubungan interpersonal yang sehat terjadi jika
individu yang terlihat di dalamnya saling merasakan berdekatan, sementara identitas
pribadi masih tetap dipertahankan. Membina perasaan saling tergantung yang
merupakan keseimbangan ketergantungan dan kemandirian .
Kelompok dalam perkumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang
lain, sering bergantungn dan mempunyai norma yang sama. Kelompok mungkin datang
dari berbagai latar belakang dengan keadaan yang berbeda. kelompok berfungsi tempat
berbagai pengalaman dan sering menjadi tempat persatuan satu sama lain, untuk
menemukan cara menyelesaikan masalah.
1. Topik
Isolasi sosial
2. Tujuan
Tujuan Umum
Melatih klien untuk menggunakan kemampuan yang dimilikinya.
Tujuan Khusus
a. Mampu berkonsentrasi dengan permainan yang diberikan
b. Mampu mengikuti kegiatan yang diberikan dengan tepat waktu
c. Mampu melaksanakan kegiatan sesuai dengan intruksi yang diberikan
d. Melatih kesabaran klien.
3. Kriteria hasil
Klien kooperatif
Klien mampu berinteraksi dengan yang lain.
Klien mampu mengendalikan perasaannya
6. Pengorganisasian
Waktu dan Tempat
Tanggal : 9 september 2015
Hari : kamis
Jam : 10.00 wib
Tempat : perpustakaan
Team Therapy
1. Leader : Widya Rosintan
Tugas :
Menyusun Rencana TAK
Membuka dan memulai permainan
Mengarahkan kelompok untuk mencapai tujuan
Menjelaskan topic dan lamanya kegiatan
Memimpin pelaksanaan TAK
Mengantisipasi masalah yang mungkin timbul
Memotivasi anggota selama TAK berlangsung
3. Observer :
1. Eliza putri
Tugas :
Mengikuti jalanya kegiatan selama TAK
Mengobservasi respon selama kegiatan berlangsung
Mengatur jalannya kegiatan
Mencatat semua kasus yang terjadi dan melaporkan
Mengumumkan pemenang TAK
4. Fasilitator :
1. Dwi Rahayu
2. Fitriani Br Ginting
3. Dedi Susanto Gultom
4. Hasma Warni Diva
Tugas :
Menyediakan alat yang digunakan
Memberikan dukungan kepada klien
Mengantisipasi klien dalam kegiatan TAK
Membantu kelompok dalam berperan aktif dalam TAK
Membantu menghidupkan music
Mengikuti jalannya permainan.
7. Langkah-Langkah Kegiatan
a) Tahap persiapan
Mengingatkan kontrak dengan klien yang akan mengikuti TAK
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b) Tahap Orientasi
1. Salam Traupetik
Leader membuka acara dengan memberi salam kepada pembimbing
Leader memperkenalkan diri dan meminta anggota atau tim untuk
memperkenalkan diri.
Memberi kesempatan pada peserta atau klien untuk memperkenalkan
diri masing-masing.
2. Penjelasan tujuan dan aturan main
Leader menjelaskan topic, waktu dan tujuan kegiatan
Leader atau co leader menanyakan apakah klien sudah siap
mengikuti TAK
Leader atau co leader menanyakan kepada klien apakah ada yang
kurang jelas.
Leader atau co leader menjelaskan antara kegiatan yang diperagakan
fasilitator
Observer menjelaskanpenilaian.
c) Tahap Kerja
Fasilitator mempersiapkan klien di area permainan membagi menjadi 3
kelompok
Fasilitator rmempersiapkan alat permainan berupa speaker , laptop , huruf-
huruf dan music.
Fasilitator mempraktekkan cara menyusun kata/ huruf- huruf yang benar
Leader mempersiapkan untuk memulai kegiatan dengan memberikan aba-
aba satu, dua, tiga
Observer menilai ketepatan waktu, mengamati dan memperhatikan jalanya
kegiatan.
Fasilitator mengantisipasi klien
Leader dan co leader mengamati dan memperhatikan kegiatan agar
berjalan dengan lancar
Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menceritakan
pengalamanya.
Observer mengumumkan pemenang dan memberi hadiah .
d) Tahap terminasi
Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Memberi kesempatan pada klien/peserta untuk mengungkapkan isi hatinya
selama mengikuti TAK
Memberikan pujian atas kehadirannya.
Leader mengumumkan hal-hal yang penting selama kegiatan berlangsung.
Leader menutup kegitan saat melakukan TAK
e) Kriteria Penilaian
1. Hal-hal yang dinilai
Kekompakan kelompok
Ketepatan kata-kata
Ketepatan jawab pertanyaan
Ketepatan gerakan dari pertanyaan yang diajukan
2. Hadiah
Diberikan kepada peserta TAK
3. Peserta TAK
Terdiri dari 1 kelompok 5 orang
Kelompok 1
1. ..
2. ..
Kelompok 2
1. ..
2. ..
Kelompok 3
1. ..
2. ..
Juara
Juara I
Juara II
Juara III
SETTING
Fasilitator fasilitator
pasien pasien
pasien pasien
observer
leader Co leader
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP )
Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil Kurang berhasil Tidak Berhasil
3. Trauma
Pelaku/UsiaKorban/Usia Saksi/Usia
Aniaya Fisik :
Aniaya seksual :
Penolakan :
Kekerasan dalam-
keluarga :
Tindakan kriminal :
Jelaskan : Gangguan jiwa ini sudah dialami klien sejak 4 tahun yang
lalu dan sudah 2 kali dirawat di RSJ terakhir di rawat tahun
2014 lalu di bawa pulang oleh keluarga setelah dirumah
klientidak dikontrol ke RSJ dan juga tidak teratur
mengkonsumsi obat sehingga klien kambuh lagi dirumah,
lalu klien kembali lagi dirawat dan sampai sekarang ini
klien masih berada di RSJ.
Masalah Keperawatan : Regiment terapeutik inefektif.
Koping keluarga inefektif.
XXIII. PSIKOSOSIAL
9. Genogram
Keterangan :
: Klien
Jelaskan : Berdasarkan genogram di atas, dapat dilihat bahwa orangtua klien
sudah meninggal, klien merupakan anak ke 4 dari 8 bersaudara, tidak ada
riwayat keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
12. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien menganut agam islam. Klien yakin akan
agamanya.
b. Kegiatan ibadah : Klien sekali-kali mau sholat diruangan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
XXIV. STATUS MENTAL
11. Penampilan : Klien mampu mengenakan pakaian dengan baik.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
12. Pembicaraan : Klien masih dapat berbicara dengan baik sesuai dengan
topik yang dibicarakan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
13. Aktivitas motorik : Klien melakukan aktifitas sehari-hari dengan baik.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
14. Alam perasaan : Klien tampak sedih karena berada di Rumah Sakit Jiwa dan
berpisah dengan keluarga.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
15. Afek : Saat diwawancara klien menunjukkan ekspresi wajahdatar.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik Diri.
16. Interaksi SelamaWawancara :Klien tampak kurang kooperatif, kontak mata
kurang, memalingkan wajah kearah lain, sering menunduk.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik Diri.
17. Persepsi : Klien pernah mendengar suara suara tidak jelas dan sesekali mau
senyum-senyum sendiri.
Masalah keperawatan : Resiko Tinggi Halusinasi Pendengaran.
18. Proses Pikir :Baik. Karena klien dapatberbicara dengan perawat sesuai dengan
topik pembicaraan.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
19. Isi Pikir :Tidak dijumpai pada klien isi pikir (waham).
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
20. Tingkat Kesadaran : Composmentis (sadar)
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
21. Memori :Masih baik. klien masih dapat mengingat kejadian masa lalu hingga
sekarang, dan dapat menceritakannya kepada perawat.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
22. Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien masih dapat berhitung dengan
hitungan sederhana tanpa bantuan orang lain.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
23. Kemampuan Penilaian : Klien mampu mengambil keputusan bila diberi pilihan
baik dan buruk.
Masalah keperawtaan : Tidak ada masalah.
24. Daya tilikdiri :Klien menyadari bahwa dia sedang sakit dan sedang dirawat di
Rumah Sakit Jiwa.
Masalah keperawatan : Tidak ada Masalah.
2. BAB/BAK
3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
Bantuan Minimal Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan Ya Tidak
Ti
da
8. Kegiatan di rumah sakit
k
Mempersiapkan
m Ya
m
Tidak
Ti a
Menjaga kerapian kamar
da
a Ya Tidak
m
m
Ti
Mencuci pakaian k Ya
Ti n
p Tidak
pu
da
Pengaturan keuangan m Ya
da u
Tidak
Ti
m
kka m
da
ul
m
Ti
m ulk
9. Kegiatan diluar rumah sakit ai a
da
pu a ai
m
pe
Belanja m
m k Ya ea
Tidak
m
pu
Menjaga kerapian kamar pu
m
ul Ya
bi
m
m
Tidak
m
ai
m a bi
ca pu
Lain-lain ul
m
pe
ul Ya Tidak
ca
ra m
ai
pu
m
ai ra
an ul
pe
m
bi
pe an
XXVI. MEKANISME KOPING ai
m
ul
ca
m pe
Adaptif bi
ai
ra
bi m
ca
- Berbicara dengan orang lain : pe
Tidak mau bersosialisasi
an
ca dengan temannya.
bi
ra
m
ra : Tidak mampu.ca
- Mampu menyelesaikan masalah
an
bi
an
- Teknik relaksasi : Tarik napasca dalam. ra
an
- Olahraga : Klien tidak terlalu kooperatif
ra saat melakukan olahraga.
an
Maladaptif
- Minum alkohol : Dulu pasien minum tuak.
- Reaksi lambat/berlebihan : Pasien bereaksi lambat.
- Bekerja berlebihan : Tidak terlalu kooperatif.
- Menghindar : Klien selalu menghindar dari teman-temannya.
- Menciderai diri : Klien menciderai dirinya.
Jelaskan :Klien masih ingin berbicara dengan orang lain walaupun tidak sering.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
Data Subjek:
- Klien mengatakan pernah sekali
mendengar suara suara. Resiko Tinggi: Halusinasi
Data Objektif:
- Klien tampak menyendiri saat
berada diruangan
- Klien suka melamun
- klin terlihat mau sekali-sekali
senyum
Data Subjektif:
Klien merasa tidak berarti
dikeluarga terlebih di Harga diri rendah
lingkungannya karena dicemooh
karena dituduh mencuri sepeda
motor di lingkungannya
Data Objektif:
Klien menunduk saat menjawab
pertanyaann perawat
XXX. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
4. Isolasi sosial : Menarik Diri
5. Gangguan Persepsi Sensori : Resiko Tinggi Halusinasi
6. Harga Diri Rendah