INTRAKRANIAL
SURABAYA
Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil Dari Golongan III/b ke Golongan III/c
Oleh :
NIP. 198308312010012012
2021
1
2
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan
Atasan Langsung Penulis
Surabaya,
2. Sumiatin, S. Kep, Ns 2.
3
KATA PENGANTAR
limpahan rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Stroke ICH dengan
Surabaya
Surabaya
5. Suami dan Keluarga yang telah memberi semangat, dukungan dan bantuan
6. Rekan- rekan yang telah memberi semangat, dukungan dan bantuan dalam
Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput
4
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah yang penulis buat. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pembaca.
Penulis
5
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................... 1
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................ 4
6
2.1.8 Komplikasi ICH................................................................. 25
2.1.9 Penatalaksanaan................................................................ 25
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................ 73
BAB V PENUTUP................................................................................... 76
5.1 Kesimpulan................................................................................ 76
5.2 Saran.......................................................................................... 76
7
BAB I
PENDAHULUAN
dan kanker serta penyebab kecacatan nomor satu diseluruh dunia sehingga
merupakan satu masalah kesehatan yang penting dan perlu diperhatikan. Dampak
stroke tidak hanya dirasakan oleh penderita, namun juga oleh keluarga dan
meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga
dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Saat ini Indonesia tercatat
sebagai negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia (Yastroki, 2009).
Angka ini diperberat dengan adanya pergeseran usia penderita stroke yang semula
menyerang orang usia lanjut kini bergeser ke arah usia produktif. Bahkan, kini
banyak menyerang anak-anak usia muda (Gemari, 2008). Stroke merupakan suatu
darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya
secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala - gejala dan tanda-tanda yang
Organization (WHO, 2005).
500.000 orang, dari jumlah tersebut terdapat sekitar 25% atau sekitar 125.000
1
2
orang meninggal dan sisanya cacat permanen. Badan kesehatan dunia mencatat
bahwa setiap 6 detik terdapat 1 orang terkena stroke. Setiap tahun kurang lebih 15
juta orang di dunia terkena stroke. Enam juta di antaranya meninggal dunia. Dan,
lima juta sisanya akan mengalami cacat permanen (Fauzi, 2014). Insiden stroke
perdarahan antara 15%-30% dan iskemik antara 70%-85%. Akan tetapi, untuk
negara-negara berkembang atau Asia kejadian stroke perdarahan sekitar 30% dan
iskemik 70%. Intracerebral hemorrhage berjumlah sekitar 10% dari seluruh stroke
8,3 permil di tahun 2007 menjadi 12,1 di tahun 2013. Di Jawa Timur, prevalensi
Sulawesi selatan (17,9 permil), DI Yogyakarta (16,9 permil) dan Sulawesi Tengah
(16,6 permil) (Riskesdas, 2017). Berdasarkan data rekam medis RSUD dr.M.
Soewandhie Surabaya tahun 2020 jumlah pasien stroke haemoragik sebanyak 722
orang
menyebabkan ruptur arteri serebri. Keluarnya darah dari pembuluh darah didalam
otak berakibat pada jaringan disekitarnya atau didekatnya bergeser dan tertekan.
Darah yang keluar dari pembuluh darah sangat mengiritasi otak, sehingga
tempat arteri yang lemah. Makin lama aneorisma makin besar dan kadang-kadang
3
pecah saat melakukan aktivitas. Dalam keadaan fisiologis orang dewasa jumlah
darah yang mengalir ke otak 5-8 ml/menit per 100 gr jaringan otak. Bila aliran
darah ke otak turun menjadi 18 ml/menit per 100 gr jaringan otak akan menjadi
penghentian aktifitas listrik pada neuron tetapi struktur sel masih baik, sehingga
gejala ini masih reversibel. Oksigen sangat dibutuhkan oleh otak sedangkan O2
diperoleh dari darah. Bila supply O2 terputus 8-20 detik akan terjadi gangguan
fungsi otak dan bila lebih lama dari 6-10 detik akan terjadi lesi yang tidak putih
tekanan intra kranial dan menyebabkan ischemi didaerah lain yang tidak ada
perdarahan. (Crown,2009)
tekanan intracranial dengan berfokus pada pemantauan tanda vital, MAP, serta
pemberian posisi kepala head up 30o. Diharapkan bagi perawat untuk memantau
tinggi niai MAP, klien akan mengalami peningkatan tekanan intrakranial dan
berisiko buruk pada kondisi klien. Berdasarkan masalah yang telah diuraikan
diatas, maka perlu dilakukan perawatan klien dengan asuhan keperawatan pasien
1.3 Tujuan
Soewandhie Surabaya.
TINJAUAN PUSTAKA
otak akibat proses patologi pada sistem pembuluh darah otak, sehingga terjadi
serebral, baik fokal maupun global yang berlangsung cepat dan lebih dari 24
adalah penyakit gangguan fungsional otak akut fokal maupun global yang
disebabkan oleh perdarahan suatu arteri serebralis. Darah yang keluar dari
sehingga darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke dalam jaringan otak.
menyebabkan penurunan aliran darah otak yang berujung pada kematian sel
berasal dari pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh
6
7
trauma. Perdarahan ini banyak disebabkan oleh hipertensi dan penyakit darah
seperti hemophilia.
terjadi dalam substansi otak, seringkali terjadi pada pasien hipertensi dan
juga dapat diakibatkan oleh keadaan patologi pada arteri, tumor otak, dan
narkotik (kokain).
Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan
pusat komputer dari semua alat tubuh. Yang mengatur semua kegiatan di
dalam aktivitas tubuh. Otak menyusun sekitar seperlimapuluh berat badan dan
terletak di rongga kranial. Berat otak orang dewasa kira-kira 1400 gram
kemerahan. Otak dibungkus oleh tiga selaput otak (meningeal) dan dilindungi
oleh tengkorak. Otak mengapung dalam suatu cairan untuk menunjang otak
yang lembek dan halus. Cairan ini bekerja sebagai penyerap goncangan akibat
pukulan dari luar terhadap kepala. Perkembangan otak terletak pada rongga
memperlibatkan tiga gejala pembesaran otak awal, yaitu otak depan, otak
Menurut (Priscilla et al., 2016) beberapa komponen yang ada pada otak,
berikut penjelasannya :
1. Cerebrum
sepasang hemisfer kanan dan kiri serta tersusun dari korteks yang ditandai
dengan sulkus (celah) dan girus. Cerebrum terdiri dari beberapa lobus yaitu:
a. Lobus Frontalis
kemampuan dalam berpikir dan nalar, bicara serta emosi. Pada lobus
b. Lobus Temporalis
yang berjalan ke bawah dari fisura lateral dan sebelah posterior dari
pembentukan emosi.
c. Lobus Parietalis
d. Lobus Oksipitalis
e. Lobus Limbik
perubahan.
2. Cerebellum
3. Brainstem
fungsional penting yang terdapat di batang otak. Brainstem terdiri dari tiga
dibutuhkan untuk fungsi jaringan hidup yang baik. Karena kebutuhan otak
sangat mendesak dan vital mengharuskan aliran darah terus konstan. Suplai
darah arteri ke otak merupakan suatu jalinan pembuluh- pembuluh darah yang
Otak dilindungi oleh beberapa bagian yaitu kulit kepala, rambut, tulang
a. Durameter
merupakan lapisan terluar yang padat dan keras berasal dari jaringan ikat tebal
dan kuat. Di antara durameter dan selaput araknoid terdapat ruang yang
12
durameter serebral dan terpisah dari periosteum vertebra dan ligamen dalam
b. Lapisan araknoid
piameter. Antara dura dan araknoid dipisahkan oleh ruang subdura, sedangkan
dari plasma darah tapi berisi konsentrasi Na, K, bikarbonat, cairan, glukosa
yang lebih kecil dan klorida yang lebih tinggi dengan PH cairan serebrospinal
c. Piameter
medula spinalis.
13
1. Hipertensi
riwayat klinis.
2. Amyloid Angiopathy
amyloid dapat berupa perdarahan lobar pada orang berusia diatas 70 tahun
riwayat klinis dan juga imaging seperti CT Scan, MRI dan juga
Angiography.
14
3. Arteriovenus Malformation
4. Aneurisma Intracranial
5. Angioma Cavernosum
MRI.
6. Venous Angioma
konvensional.
15
perdarahan rekuren adalah 10% dalam 12 bulan pertama dan kurang dari
8. Neoplasma intracranial
9. Coagulopathy
10. Perdarahan
Menurut Israr (2008) ada beberapa macam faktor risiko yang menyebabkan
terjadinya ICH yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi merupakan faktor yang
Faktor risiko ini dipengaruhi oleh banyak hal terutama perilaku. Faktor risiko
jantung, merokok, dan konsumsi alkohol. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
16
adalah faktor risiko yang tidak dapat dirubah walaupun dilakukan intervensi
yang tidak dapat dimodifikasi meliputi usia dan jenis kelamin (Isran & Yayan,
2008).
a. Usia
Stroke dapat terjadi pada semua orang dan pada semua usia, termasuk
anak-anak. Stroke dapat terjadi pada semua usia, namun lebih dari 70%
darah 18 karena penuaan dapat menjadi salah satu faktor terjadi serangan
b. Jenis Kelamin
Pria memiliki kecenderungan lebih besar untuk terkena stroke pada usia
wanita pada usia yang lebih muda, tetapi para wanita akan menyusul
a. Stres
17
Pengaruh stres yang dapat ditimbulkan oleh faktor stres pada proses
darah dan menyebabkan terjadinya plak. Jika sudah terbentuk plak akan
Iskandar, 2011)
b. Hipertensi
plak pada pembuluh darah semakin cepat (Jusniadi & Iskandar, 2011).
c. Diabetes Melitus
darah otak dan jantung. Kadar glukosa darah yang tinggi akan
18
dari keluarga dan diperparah dengan pola hidup yang kurang sehat
d. Hiperkolestrolemia
Secara alamiah tubuh kita lewat fungsi hati membentuk kolesterol sekitar
1000 mg setiap hari dari lemak jenuh. Selain itu, tubuh banyak dipenuhi
adalah pembuluh darah pada bagian otak maka sering disebut stroke
Iskandar, 2011).
e. Merokok
f. Konsumsi Alkohol
terutama pada cabang-cabang arteri serebri media, yang mensuplai ke dalam basal
sehingga terjadi robekan dan reduplikasi pada lamina interna, hialinisasi lapisan
media dan akhirnya terbentuk aneurisma kecil yang dikenal dengan aneurisma
21
Charcot-Bouchard. Hal yang sama dapat terjadi pembuluh darah yang mensuplai
pons dan serebelum. Rupturnya satu dari pembuluh darah yang lemah
Pada pasien dengan tekanan darah normal dan pasien usia tua, ICH dapat
kortikal yang berukuran kecil dan sedang. Penumpukan protein ß-amyloid ini
menjadi rapuh dan lemah, yang memudahkan terjadinya risiko ruptur spontan.
menimbulkan perdarahan masif, dan dapat meluas ke dalam ventrikel atau ruang
perdarahan di kemudian hari. Hal ini memiliki hubungan yang signifikan antara
pada otak dapat ruptur dan menimbulkan perdarahan intraserebral tipe lobular.
Gangguan aliran venous karena stenosis atau oklusi dari aliran vena akan
batas adekuat antikoagulasi pada semua kasus kecuali untuk pencegahan emboli
22
pada katub jantung prostetik, dimana nilai yang direkomendasikan berkisar 2,5-
terjadinya ICH pada beberapa ribu pasien tiap tahunnya (Gilroy, 2000).
dapati hipertensi kronik. Gejala dan tanda tergantung lokasi perdarahan. Herniasi
uncal dengan hiiangnya fungsi batang otak dapat terjadi. Pasien yang selamat
dengan perdarahan pada lobus temporal atau lobus frontal dapat mengalami
seizure tiba – tiba yang dapat diikuti kelumpuhan kontralateral. Pasien usia tua
Gejala dari ICH adalah tiba-tiba mengalami defisit neurologis fokal yang
berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam dengan disertai sakit
kepala, mual, muntah, kesadaran menurun, dan tekanan darah tinggi. Jarang
pasien datang dengan gejala setelah bangun dari tidur. Defisit neurologis terkait
awal dalam perdarahan serebelar, sedangkan kelemahan bisa menjadi gejala awal
dengan ganglia perdarahan basal. Perkembangan awal dari defisit neurologis dan
23
penurunan tingkat kesadaran dapat terjadi pada 50% pasien dengan ICH.
Perkembangan defisit neurologis pada banyak pasien dengan ICH sering karena
pertama. Jika dibandingkan pasien dengan stroke iskemik, timbulnya sakit kepala
dan muntah tiga kali lebih sering pada pasien dengan ICH Meskipun perbedaan
dalam gejala klinis antara hemoragik dan stroke iskemik sudah dapat dibedakan
intraserebral.
1. Laboratorium:
a. Pada pemeriksaan paket stroke: Viskositas darah pada apsien CVA ada
(Muttaqin, 2008)
endap darah (LED) pada pasien CVA bertujuan mengukur kecepatan sel
(Prince, 2005).
posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan
kardiovaskular
3. Infark Serebri
5. Fistula caroticocavernosum
6. Epistaksis
2.1.9 Penatalaksanaan
secara dini sangat penting untuk pemberian obat yang tepat guna mencegah
pemeriksaan neurologi.
2. Penatalaksanaan Keperawatan:
a. Perbaiki dan jaga jalan nafas.
b. Oksigenasi dan ventilasi harus adekuat dilihat dari kadar PCO2 (normal
atau tidak)
c. Jika dari hematome (<4 jam) terdapat tanda-tanda penting segera lakukan
pembedahan
e. Jika terjadi peningkatan TIK lakukan terapi dengan cepat dan apabila
g. Baringkan pasien dengan posisi kepala ditinggikan 150 – 300 dan ganti
j. Minimal satu kali per shift lakukan suction atau sesuaikan dengan
kebutuhan
1) Hilangkan infeksi.
1. Pengkajian
a. Biodata
Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
b. Keluhan utama
2013).
e. Pemeriksaan fisik
1) B1: Breathing
2) B2: Blood
3) B3: Brain
Saraf I
29
Biasanya pada pasien stroke tidak ada kelainan pada fungsi penciuman.
Saraf II
yang sakit.
Saraf V
Saraf VII
Saraf VIII
Saraf IX dan X
30
Saraf XI
Saraf XII
pengecapan normal.
Sistem sensorik
visual karena gangguan jaras sensorik primer di antara mata dan korteks
tubuh.
auditorius.
4) B4: Bladder
Gangguan ginjal berupa Inkontinensia urine atau retensio urin, tidak ada
gangguan BAK hal ini akibat dari kerusakan saraf mengontrol kandung
kemih
5) B5: Bowel
Penurunan nafsu makan, penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang
kelemahan syaraf pada khusus, mual dan muntah akibat peningkatan TIK
6) B6: Bone
anggota ekterimitas. Hal ini disebabkan kerusakan pada salah satu sisi otak
Sistem motorik
salah satu sisi tubuh dapat menunjukan kerusakan pada neuron motor
dan hemimplegian.
Pemeriksaan reflex
patologis.
Gerakan involunter
33
34
35
2. Diagnosis Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
EDUKASI
i. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
(luaran positif)
(luaran negative)
meningkat)
44
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Identitas
Nama Pasien : Ny. S
No. rm : 682xxx
Pendidikan : SMP
Alamat : Surabaya
Pasien masuk rumah sakit dengan riwayat sekitar jam 11.00 WIB tanggal
26/11/2021 mengeluh tiba tiba lemas bagian tubuh sebelah kanan dan sulit
tidak mual. kemudian dibawa ke IGD Rumah Sakit dr. Mohamad Soewandhie
Surabaya tanggal 27 November 2021 pukul 09.00 WIB. Setelah ada hasil CT
45
MRS di ruang Intensive Stroke Unit pada tanggal 28 November 2021 Jam
16.00 WIB
cuping hidung (+), retraksi intercostal (+), auskultasi suara nafas vesikuler
2. B2 (Blood)
Tekanan darah 185/98 mmHg, Nadi 60 x/menit (teraba lemah), CRT < 2
3. B3 (Brain)
Pupil isokor 3 mm/3 mm, refleks cahaya +/+, buka mata cenderung
mengantuk
Reflek patologis: reflek babinski -/-, reflek chaddock -/-, reflek Gordon -/-,
reflek fisiologis : patella +/+. reflek BPR +2/+2, TPR +2/+2, KPR +1/+1,
4. B4 (Blader)
November 2021, produksi kuning jernih 400 cc dalam 3 jam, tidak ada
(-)115cc/3jam.
5. B5 (Bowel)
47
6. B6 (Bone)
Pasien menagtakan tangan dan kaki kanan tidak bisa digerakkan, kulit
normal, tidak tampak luka decubitus, kulit tidak diaphoresis, tidak ada
volume 17,2 cc yang mendesak ventrikel lateralis kiri dengan midline shift
Thorax foto :
costophrenicus kanan dan kiri tajam, tulang-tulang dinding thorax dan soft
Manitol 6x100
Parasetamol 3x1 gr
EDUKASI
54
paraf
- Memberikan O2
putih banyak
100 ml
- Monitoring MAP
putih banyak
ml
- Memberikan O2
putih,encer, minimal
calloputinol 100 mg
100 ml
(+)100cc/3jam Diyah
- Monitoring MAP
(+)250cc/6jam
- S :36,4˚C
- RR : 25 x/mnt
- Spo2 : 96%
- CRT<2 detik
- Dyspneu (+), Nafas cuping hidung (-), otot bantu nafas (-)
- Akral hangat, kering, merah
1/12/2 14.00 - Mengidentifikasi tanda dan gejala peningkatan PTIK
sabun mandi)
- Monitoring MAP
500 mg I.V
(+)200cc/6jam
mannitol 100 ml
Diyah
- Memonitor frekuensi, irama, upaya nafas, K/U lemah
pasien nafas dengan O2 nasal 4 lpm RR : 22 x/mnt Spo2
: 97% TD : 140/80 mmHg N : 92 x/mnt S :36,2˚C GCS
446, CRT<2 detik, Nafas cuping hidung (-), otot bantu
nafas (-), Akral hangat, kering, merah
- Mendokumentasikan hasil pemantauan
64
- GCS :346
- Nafas dengan O2 masker 8 lpm
- TD : 150/80 mmHg
- N : 95 x/mnt
- S :36,1˚C
- RR : 25 x/mnt
- Spo2 : 95%
- CRT<2 detik
- dyspnea (+), pernapasan cuping hidung (-),
penggunaan otot bantu napas (+), irama
napas cepat dan teratur, ronchi /-
- Hb : 12,2 mg/dl
- Aktiviatas sehari-hari dibantu perawat
- Kekuatan otot Ektemitas kanan atas dan
bawah 2/2 dan Ektemitas kiri atas dan
bawah 5/5,
- Rentang gerak sebelah kanan menurun
- Gerakan terbatas pada anggota gerak
sebelah kanan
- Fisik lemah pada tangan dan kaki kanan
- Pasien membatasi aktivitas
A: Gangguan mobilitas fisik
P: Dukungan mobilisasi
I:
o Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai mobilisasi
o Memonitor toleransi fisik melakukan
pergerakan
o Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
o Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
67
mobilisasi
o Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu (mis. pagar tempat tidur)
o Anjurkan melakukan mobilisasi
- GCS 446
- Pasien nafas dengan O2 nasal 4 lpm
- TD : 140/80 mmHg
- N : 92 x/mnt
- S :36,2ºC
- RR : 22 x/mnt
- Spo2 : 97%
- CRT<2 detik
- Pernapasan cuping hidung (-), penggunaan otot
bantu napas (-), ronchi -/-
- Aktiviatas sehari-hari dibantu perawat
- Kekuatan otot Ektemitas kanan atas dan
bawah 2/2 dan Ektemitas kiri atas dan bawah
5/5,
- Rentang gerak sebelah kanan menurun
- Gerakan terbatas pada anggota gerak sebelah
kanan
- Fisik lemah pada tangan dan kaki kanan
- Pasien membatasi aktivitas
A: Gangguan mobilitas fisik
P: Dukungan mobilisasi
I:
o Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai mobilisasi
o Memonitor toleransi fisik melakukan
pergerakan
o Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
o Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu (mis. pagar tempat tidur)
o Anjurkan melakukan mobilisasi
73
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan pemaparan dari sisi tinjauan teoritis tentang CVA ICH dan
tinjauan kasus melalui pengkajian dan observasi langsung terhadap Ny. S dengan
urutan peristiwa yang melandasi tegaknya diagnosis CVA. Dimulai dengan pasien
datang ke IGD pada tanggal 27–11–2021 pada pukul 09.00 WIB, dengan keluhan
utama sakit kepala, badan lemas sejak 1 hari lalu dan bagian tubuh sebelah kanan
juga ikut lemas. Tekanan darah 175/98 mmHg, Nadi 66 x/menit (teraba lemah),
CRT < 2 detik, kadar haemoglobin 12,1 gr/dl, HCT 44 %. Diagnosa Medis saat di
dengan O2 masker 8 lpm, TD: 185/98 mmHg, Nadi 60 x/menit (teraba lemah),
CRT < 2 detik, %. Pasien sudah dilakukan suction, secret berwarna putih, kental,
Tanggal 30-11-2021 Nafas dengan O2 masker 6 lpm SpO2: 98%, RR: 23 x/mnt,
TD: 170/88 MmH, HR: 66 x/mnt, Suhu: 36,30C, CRT < 2 detik, %. Pasien sudah
dilakukan suction, secret berwarna putih, kental, jumlah sedang didalam mulut.
Tanggal 01-12-2021 pasien nafas spontan dengan O2 nasal 4 lpm, SpO2: 97%,
RR: 22 x/mn, Suhu: 36,20C, GCS 446, TD: 150/80 MmHg, HR: 72 x/mnt
CVA pada Ny. S diakibatkan karena adanya riwayat hipertensi yang tidak
yang dikerjakan. Pemantauan nilai TIK menjadi hal yang wajib dilakukan setiap
76
berikutnya.
lain, menjaga status pernapasan dan tingkat kesadaran pasien dengan perfusi
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
terjadi dalam substansi otak, seringkali terjadi pada pasien hipertensi dan
5.2 Saran
ICH merupakan masalah yang dapat mengancam jiwa. Informasi diberikan secara
hari. Perawat harus mampu menjalankan peran fungsi edukasi terhadap keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Nastiti, D. (2012). Gambaran Faktor Risiko Kejadian Stroke pada Pasien Stroke
Salemba Medika.
Priscilla, L. M., Karea, M. B., & Bauldoff, G. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Qurbany, Z. T., & Wibowo, A. (2016). Stroke Hemoragik e.c Hipertensi Grade
Safithri, N. A. (2014). Resiliensi Pada Pasien Stroke Ringan Ditinjau Dari Jenis
Pustaka.
79
Supadi. (2011). Pengaruh Elevasi Posisi Kepala Pada Klien Stroke Hemoragik