Anda di halaman 1dari 28

Dosen : Ns. Sri Sakinah, S.Kep,. M.

Kep

ASKEP
DEFISIT KEPERAWATAN DIRI

DI SUSUN OLEH :
MARIANA

STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP


PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugaas askep “Defisit

Perawatan Diri”, dengan tepat pada waktunya. Banyak rintangan dan hambatan

yang kami hadapi dalam penyusunan makalah ini. Namun berkat bantuan dan

dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen, sehingga kami bisa

menyelesaikan makalah ini. Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat

membantu dalam proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para

pembaca.

Barru, 20 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan penulisan.................................................................................. 2
C. Ruang lingkup penulisan..................................................................... 3
D. Metode penulisan................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORITIS..........................................................................
A. Konsep dasar defisit perawatan diri...................................................... 3
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................. 11
A. Pengkajian................................................................................................ 12
B. Diagnosa keperawatan.............................................................................. 14
C. Dioagnosa................................................................................................... 16
D. Rencana tindakan keperawatan.................................................................. 16
BAB IV STRATEGI PELAKSANAAN.............................................................
A. Proses keperawatan............................................................................... 19
B. Strategi komunisasi dalam pelaksanaan tindakan ................................ 21
BAB V PENUTUP............................................................................................
A. Kesimpulan............................................................................................ 23
B. Saran...................................................................................................... 23
DAFTARPUSTAKA.................................. ..................................................... 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan jiwa adalah suatu pelayan kesehatan  tentang masalah

kesehatan jiwa dari rentang sehat jiwa sampai gangguan jiwa yang terjadi pada

anak sampai lansia. Salah satu pilar model keperawatan profesional adalah

pelayan keperawatan dengan menggunakan sistem pemberian asuhan

keperawatan (patient care delivery system ). Dan sistem pemberian asuhan

keperawatan yang diterapkan adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan

proses keperawatan. Salah satu asuhan keperawatan yang kami bahas ini

adalah auhan keperawatan pada klien dengan gangguan defisit keperawatan

diri.

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang

mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi

aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene),

berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009).

Manusia sebagai makhluk holistik yang  dipengaruhi oleh lingkungan

dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun

komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus

mengembangkan strategi koping yang efektif agar mampu beradaptasi

(Susilowati, 2005).

Kegagalan dalam memberi koping yang sesuai dengan tekanan yang

dialami dalam jangka panjang mengakibatkan individu mengalami berbagai

1
macam gangguan mental. Gangguan mental tersebut sangat bervariatif,

tergantung dari berat ringannya sumber tekanan, perbedaan antar individu, dan

latar belakang individu yang bersangkutan (Siswanto, 2007).

Kesehatan jiwa tidak hanya terkait dengan gangguan jiwa. Ada

beberapa aspek yang mempengaruhi kesehatan jiwa, misalnya: kualitas Sumber

Daya Manusia dalam mengawasi emosional, kemudian aspek sosial yakni

kejadian di lingkungan yang berdampak pada gangguan jiwa seperti tindakan

kekerasan dan merasa tidak nyaman. Saat ini lebih dari 450 juta penduduk

dunia hidup dengan gangguan jiwa. Di Indonesia berdasarkan data Riset

Kesehatan Dasar ( RISKESDAS) tahun 2007, menunjukkan gangguan mental

emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar 11, 6 % dari

populasi orang dewasa. Jumlah populasi orang dewasa di Indonesia kurang

lebih 150. 000. 000 orang yang mengalami gangguan mental emosional.

(Sunaryo, 2004).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan defisit perawatan diri dan memberi pengetahuan kepada

mahasiswa dan mahasiswi tentang asuhan keperawatan kepada klien defisit

perawatan diri.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tentang konsep dasar defisit perawatan diri

b. Mengetahui tentang jenis – jenis defisit keperawtan diri

2
c. Mengetahui tentang penyebab defisit keperawtan diri

d. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan defisit

perawat diri.

e. Mengetahui strategi pelaksaan

C. Ruang Lingkup Penulisan

Pada askep ini, saya hanya membatasi konsep dasar defisit perawatan

diri,  jenis – jenis defisit keperawtan diri, penyebab defisit keperawtan diri,

asuhan keperawatan defisit perawat diri, strategi pelaksaan

D. Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini, saya menggunakan metode deskriftif

yaitu dengan menggambarkan konsep dasar defisit perawatan diri  dan asuhan

keperawatan klien dengan gangguan defisit perawatan diri dengan melakukan

tinjauan terhadap beberapa referensi baik melalui buku literatur yang terdapat

di perpustakaan maupun melalui media informasi online (internet).

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri

Perawatan diri meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan oleh individu

dikehidupan sehari hari.

1. Defenisi

            Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam

memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya,

kesehatan dan kesejahteraan sesuai kondisi kesehatannya, klien dinyatakan

terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (

Depkes 2000).

           Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk

melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)

(Nurjannah, 2004).

Menurut Poter dan Perry (2005), personal hygine adalah

suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang

untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi

dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk

dirinya.

Personal hygine berasal dari bahasa yunani yang

berarti personal yang artinya perorangan dan hygine  berarti sehat.

Kebersihan perorangan adalah suatubtindakan untuk memelihara

4
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).

2. Jenis-jenis defisit perawatan diri

Ada beberapa jenis defisit perawatan diri :

a. Kurang perawatan diri : mandi / kebersihan.

Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk

melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.

b. Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian / berhias.

Kurang perawatan diri(mengenakan pakaian)

merupakan      gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas

berdandan sendiri.

c. Kurang perawatan diri : makan

Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan  kemampuan untuk

menunjukkan aktivitas makan.

d. Kurang perawatan diri : toileting

Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk

melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri. (Nurjannah :

2004,77-79 ).

3. Penyebab defisit perawatan diri

Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2003) penyebab kurang

perawatan diri adalah sebagai berikut :

a. Kelelahan fisik

b. Penurunan kesadaran

5
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003), penyebab kurang

perawatan diri adalah :

1) Faktor prediposisi

a) Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien  tidak mampu melakukan

perawatan diri.

Riwayat kesehatan struktur dilobus frontal, dimana lobus

tersebut berpengaruh kepada proses kognitif, ada riwayat keluarga

yang menderita gangguan jiwa, gangguan sistem limbic akan

berpengaruh pada fungsi perhatian, memori dan suplai oksigen

serta glukosa terganggu.

b) Kemampuan psikologi turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas

yang kurang meyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan

termasuk perawatan diri.

Beberapa masalah psikologi yang menyebabkan defisit

perawatan diri diantaranya :

1. Harga diri rendah : klien tidak mempunyai motivasi untuk

merawat diri

2. Body image: gambaran individu terhadap dirinya sangat

mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya

perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan

kebersihan dirinya.

6
c) Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri

lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan

kemampuan dalam perawatan diri.

2) Faktor presipitasi

  Faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang

penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah

atau lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu

kurang mampu melakukan perawatan diri.

Menurut Tarwoto & Wartonah (2003: 59) faktor – faktor yang

mempengaruhi personal hygiene adalah:

a. Body image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi

kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga

individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

b. Praktik sosial

Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka

kemungkinan akan terjadi perubahan pola  personal hygiene.

c. Status sosial ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta

gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan

uang untuk menyediakannya.

7
d. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan

yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya

pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga

kebersihan kakinya.

e. Budaya

Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh

dimandikan.

f. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk

tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo

dan lain-lain.

g. Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri

berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.

h. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan

fisik yang sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit,

gangguan membran mukosa mulut, infeksi

pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

8
i. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene

adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan

mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan

interaksi sosial.

3) Penilaian terhadap stress

    Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi

sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain.

Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan,

ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin mengembangkan

kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain

yang menimbulkan rasa aman. Klien semakin tidak dapat melibatkan

diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman

tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga

rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan

rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari penyebab

kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan. Keadaan dimana

seorang individu mengalami atau berisiko mengalami suatu

ketidakmampuan dalam menangani stressor internal atau lingkungan

dengan adekuat karena ketidakadekuatan sumber-sumber (fisik,

psikologis, perilaku atau kognitif).

9
4) Mekanisme koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi

menjadi 2 (Stuart & Sundeen, 2000) yaitu :

a. Mekanisme koping adaptif

Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan,

belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah klien bisa

memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri

b.Mekanisme koping maladaptif

Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah

pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai

lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.

5) Tanda dan gejala

Adapun  tanda  dan  gejala  defisit  perawatan  diri  menurut 

Fitria  (2009) adalah sebagai berikut:

a. Mandi/hygiene

Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,

memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau

aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan

tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.

b. Berpakaian/berhias

Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil

potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau

menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidak mampuan untuk

10
mengenakan pakaian dalam, memilih  pakaian,  menggunakan  alat 

tambahan,  menggunakan  kancing tarik, melepaskan pakaian,

menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat

yang memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.

c. Makan

Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,

mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah

makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan,

membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut,

mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya   ke   mulut,   

melengkapi   makan,   mencerna   makanan menurut cara yang

diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna

cukup makanan dengan aman.

d. BAB/BAK(toileting)

Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam

mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari

jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri

setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar

kecil. 

BAB III

11
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Riwayat  keperawatan

a. Pola kebersihan tubuh

b. Perlengkapan personal hygine yang dipakai

c. Faktor -faktor yang mempengaruhi personal hygine

2. Alasan masuk rumah sakit

Defisit dalam merawat diri, dari perawatan perawatan diri yang biasa

dilakukan, dan  sekarang jarang dilakukan dengan diawali masalah seperti

senang menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat

murung.

3. Faktor yang mempengaruhi

Faktor prediposisi

1) Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan

perawatan diri.

Riwayat kesehatan struktur dilobus frontal, dimana lobus

tersebut berpengaruh kepada proses kognitif, ada riwayat keluarga

yang menderita gangguan jiwa, gangguan sistem limbic akan

berpengaruh pada fungsi perhatian, memori dan suplai oksigen serta

glukosa terganggu.

12
2) Kemampuan psikologi turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang

kurang meyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk

perawatan diri.

Beberapa masalah psikologi yang menyebabkan defisit

perawatan diri diantaranya :

a. Harga diri rendah : klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat

diri

b. Body image: gambaran individu terhadap dirinya sangat

mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan

fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

3) Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri dari

lingkungannya.

4) Faktor presipitasi

Faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang

penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah

atau lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu

kurang mampu melakukan perawatan diri. Cara klien menilai masalah

merupakan awal dari terbentuknya sumber koping. Jika sumber koping

tidak adekuat, bahkan jika ada namun mekanisme koping maladaptif

maka akan menimbulkan permasalahan.

4. Pemeriksaan fisik

13
a. Rambut: Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah

rontok, keadaan rambut yang kusam, keadaan tekstur.

b. Kepala: Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu, kebersihan.

c. Mata : Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merah

d. Hidung: Lihat kebersihan hidung, membran mukosa

e. Mulut: Lihat keadaan mukosa mulut, kelembabannya, kebersihan

f. Gigi: Lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi

g. Telinga: Lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksi

h. Kulit: Lihat kebersihan, adakah lesi, warna kulit, teksturnya,

pertumbuhan bulu.

i. Genetalia: Lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan lubang uretra,

keadaan skrotum, testis pada pria, cairan yang dikeluarkan

B. Diagnosa keperawatan                                  

Kurangnya perawatan diri : Kebersihan diri.

Definisi : Kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan

kebersihan untuk dirinya.

Kemungkinan ditemukan data :

1. Badan kotor dan berbau

2. Rambut kotor

3. Kuku panjang dan kotor

4. Bau mulut dan kotor

Kondisi klinis :

14
1. Stroke

2. Fraktur

3. Koma

Tujuan yang diharapkan :

1. Kebersihan diri sesuai pola

2. Keadaan badan, mulut, rambut dan kuku bersih

3. Pasien merasa nyaman

Intervensi :

1. Kaji pola kebersihan diri.

R : Data dasar dalam melakukan intervensi

2. Bantu klien dalam kebersihan badan, mulut, rambut dan kuku

R : Mempertahankan rasa nyaman

3. Lakukan penkes : pentingnya kebersihan diri, pola kebersihan diri, cara

kebersihan.

R : Meningkatkan pengetahuan dan lebih kooperatif

Objektif :

1. Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut

kotor, gigi kotor, kulit berdaki, dan berbau,  serta kuku panjang dan

kotor.

2. Ketidakmampuan berapakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-

acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak

bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan (wanita).

15
3. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan

ketidakmampuan mengambil makan sendiri.

4. Ketidakmampuan bab/bak secara mandiri ditandai bab/bak tidak pada

tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah bab/bak.

C. Diagnosa

Defisit perawatan diri

D. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Tujuan

a. Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri

seperti mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan, dan

bab/bak.

b. Tindakan keperawatan untuk klien

Tindakan yang dilakukan mencakup SP 1, 2, 3 dan Sp kelurga

Tgl Tg Tgl Tg Tgl Tg Tgl

No Kemampuan l l l

A Pasien
SP I
1 Mengidentifikasi penyebab defisit perawatan

diri pasien
2 Berdiskusi dengan pasien tentang pentingnya

kebersihan diri
3 Berdiskusi dengan pasien tentang cara menjaga

kebersihan diri
4 Menganjurkan pasien memasukkan dalam

jadwal kegiatan harian


SP II

16
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Menjelaskan cara mandi yang baik
3 Membantu pasien mempraktekkan cara

mandi yang baik 
4 Menganjurkan pasien memasukkan dalam

jadwal kegiatan harian


SP III p
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Menjelaskan cara eliminasi yang baik
3 Membantu pasien mempraktekkan cara

eliminasi yang baik dan memasukkan dalam

jadual
4 Menganjurkan pasien memasukkan dalam

jadwal kegiatan harian


SP IV p
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Menjelaskan cara berdandan
3 Membantu pasien mempraktekkan cara

berdandan
4 Menganjurkan pasien memasukkan dalam

jadwal kegiatan harian


B Keluarga
SP I
1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan

keluarga dalam merawat pasien


2 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit

perawatan diri, dan jenis defisit perawatan diri

yang dialami pasien beserta proses terjadinya


3 Menjelaskan cara-cara merawat pasien defisit

perawatan diri 
SP II
1 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat

pasien dengan defisit perawatan diri

17
2 Melatih keluarga melakukan cara merawat

langsung kepada pasien defisit perawatan diri


SP III
1 Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di

rumah termasuk minum obat  (discharge

planning)
2 Menjelaskan  follow up pasien setelah pulang

BAB IV

STRATEGI PELAKSANAAN

A. Proses Keperawatan

Kondisi klien

1. Data Subyektif :

Klien mengatakan sudah tidak mandi selama 7 hari.

Klien mengatakan malas untuk mandi

2. Data Obyektif :

Baju kotor

Rambut acak acakan

Badan bau

Kulit kotor

Menggaruk tubuh

3. Diagnosa Keperawatan

18
Defisit perawatan diri

1. Tindakan Keperawatan

a.    Tujuan Sp1

1. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.

2. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.

3. Menbantu  klien  mempraktekkan  cara  menjaga  kebersihan diri.

4. Menganjurkan  klien  memasukkan  dalam  jadwal  kegiatan harian. 

b. Intervensi

1. Bina hubungan saling percaya

Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan

agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat.

Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan

saling percaya adalah:

a. Mengucapkan salam terapeutik

b. Berjabat tangan

c. Menjelaskan tujuan interaksi

d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu

pasien.

2. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku malas untuk melakukan

perawatan diri

3. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri

a. Kaji pengetahuan klien tentang kebersihan diri

19
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan

ketika tidak melakukan perawatan diri

c. Diskusikan kepada klien tentang pentingnya kebersihan untuk diri

d. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien

mengungkapkan perasaanya tentang perawatan diri

4. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri

a. Menjelaskan berapa kali sehari mandi

b. Menjelaskan cara eliminasi yang benar

c. Menjelaskan cara menggosok gigi yang benar

d. Menjelaskan cara berhias diri

5. Membantu pasien mempraktekan cara menjaga kebersihan diri

a. Mempraktekkan cara gosok gigi yang benar

b. Mempraktekkan cara berhias diri

6. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Diskusikan bersama klien tentang aktivitas yang akan dilakukan

setiap hari sesuai kemampuan klien

B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan

1. Orientasi

a. Salam Kenal

“Assalamualaikum”…..selamat pagi pak?Perkenalkan nama saya

Mariyani, biasa dipanggil yani.saya mahasiswi stikes yarsi pontianak

yang akan praktek di ruang 5 ini, selama dua minggu, yang nantinya

saya akan membantu menyelesaikan atau mengurangi masalah yang

20
bapak rasakan, bapak namanya siapa?Senang dipanggil apa?Asalnya

dari mana pak?

b. Evaluasi/validasi

“Bagaimana keadaan bapak hari ini? Apa ada keluhan atau

masalah selama tinggal disini? Apa bapak sudah makan?Sudah

mandi??

c. Kontrak :

1. Topik

“Pak, mari kita berbincang-bincang tentang mengapa bapak

tidak mau melaskukan perawatan diri….selain itu juga kita akan

berdiskusi tentang bagaimana manfaat jika bapak melakukan

perawatan diri, Dan kegiatan ini akan kita masukan dikegiatan harian

bapak.

2. Waktu

“Baiklah pak, berapa lama kita akan berbincang-bincang?

3. Tempat

“bapak maunya kita berbincang-bincang dimana? Disini atau

dimana?

2. Terminasi

a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

—  Evaluasi klien subjektif

—  Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement)

21
b.  Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil

tindakan yang telah dilakukan):

c. Kontrak yang akan datang

—  Topik :

—  Waktu :

—  Tempat :

BAB V

PENUTUP

A.    Kesimpulan

               Perawatan diri merupakan suatu hal yang penting bagi setiap individu,

karena dengan melakukan perawatan diri pada tubuh kita dapat menciptakan suatu

pola hidup yang sehat dan memberikan kepedulian pada diri suatu individu.

Perawatan diri merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan

dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan

diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan

kebersihan untuk dirinya.

               Ketidakmampuan individu yang melakukan perawatan diri itu hampir 90

%, dialami oleh orang yang mengalami gangguan jiwa. Defisit perawatan diri

yang sering dialami yaitu mengenai mandi, makan, berhias diri, dan eliminasi.

Oleh sebab itu peran perawatan sangat penting bagi klien yang mengalami defisit

perawatan diri, agar dapat memberikan motivasi dan mengajarkan klien agar dapat

melakukan perawatan diri secara individu sesuai dengan asuhan keperawatan.

22
B.     Saran

               Berdasarkan kesimpulan diatas, maka kelompok mengambil saran dalam

rangka meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan. Saran-saran adalah sebagai

berikut :

1.      Untuk Keluarga

Apabila sudah mengetahui dan memahami akibat yang akan dilakukan oleh

klien yang mengalami defisit perawatan diri, maka sebagai orang terdekat /

keluarga harus memberikan motivasi dan nasehat agar pasien dapat melakukan

perawatan diri secara individu.

2.      Untuk Perawat

Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik secara

teoritis maupun praktek tentang defisit perawatan diri agar dapat memberikan

nasehat, motivasi, dorongan pada klien yang mengalami defisit perawatan diri

agar dapat melakukan perawatan diri pada dirinya dan dapat memberikan asuhan

keperawatan defisit perawatan diri dengan baik.

3.       Untuk Rumah Sakit

Bagi rumah sakit agar dapat memfasilitasi klien dalam melakukan

perawatan dirinya secara individu, agar dapat memberikan atau membiasakan

klien dalam melakukan perawatan diri secara individu.

23
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.

Jakarta :EGC.

Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI. Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan

Jiwa. Yogyakarta : Momedia

Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah

Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto

https://jurnalis-perawat.blogspot.com/2019/04/makalah-askep-defisit-perawatan-

diri. Di akses 20 Septemer 2020

Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 –

2006. Jakarta : Prima Medika.

24
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan

Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC

25

Anda mungkin juga menyukai