Anda di halaman 1dari 27

I.

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI

II. FISIOLOGI
1. Pembuluh darah : yang mempuyai fungsi sangat penting dalam
tubuh yaitu fungsi transportasi dalam tubuh merupakan yang
mebawa nutrisi, oksigen dari usus dan paru-paru untuk kemudian
diedarkan ke seluruh tubuh. (Syaifuddyn, Haji. 2011).
2. Plasma darah : yaitu merupakan bagian cair dari darah plasma
membentuk sekitar 5% dari berat badan tubuh. Plasma adalah
sebagai media sirkulasi elemen-elemen darah yang terbentuk sel
darah merah, sel darah putih dan trombosit. Plasma juga berfungsi
sebagai media transportasi bahan-bahan organik dan an organik
dari satu organ atau jaringan ke organ jaringan lain.
(Syaifuddyn, Haji. 2011).
3. Trombosit : Bukan berupa sel, tetapi berupa kepping yang
merupakan bagian-bagian kecil dari sel besar yang membuatnya
yaitu mega karyosit, disumsum tulang dan lien. Jumlah trombosit
150.000 sampai 450.000 mm. Fungsinya sebagai hemostasis dan
pembekuan darah. Bila ada kerusakan pada dinding pembuluh
darah maka trombosit akan berkumpul dan menutup lubang yang
bocor dengan cara saling melekat, berkelompok dan menggumpal
dan kemudian di lanjutkan dengan proses pembekuan darah.
(Syaifuddyn, Haji. 2011).
4. Leukosit :fungsi utama leukosit adalah sebagai pertahanan tubuh
dengan cara menghancurkan antigen (kuman,virus, toksin)yang
masuk. Ada jenis 5 leukosit yaitu neutrofil, eosinofil, basofil,
limfosit, monosit. Jumlah normal leukosit 5.000-9.000/mm. Bila
jumlahnya berkurang disebut leukopenia. Jika tubuh tidak membuat
leukosit sama sekali disebut agrulasitosis. (Syaifuddyn, Haji.
2011).
5. Eritrosit : eritrosit di buat dari sumsum tulang, didalam sumsum
tulang masih berinti, inti di lepaskan sesaat sebelum dilepaskan.
Pada proses pematang (maturasi) diperlukan hormon eritropoetin
yang di buat oleh ginjal, sehingga bila kekurangan salah satu unsur
pembentukan seperti di atas (kurang gizi) atau ginjal mengalami
kerusakan, maka terjadi gangguan eritrosit (anema) .
(Syaifuddyn, Haji. 2011).

III. DEFINISI
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi akut yang
menular disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti penyakit ini dapat menyerang semua orang.
(Wijayaningsih, 2013)
DHF (dengue haemorrhagic fever) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot
dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi pembesaran
plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit)
atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue
(dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai
oleh renjatan /syok. (Brunner & Suddart. 2013)
IV. ETIOLOGI
Demam dengue disebabkan oleh virus dengue (DEN), yang
termasuk genus falvivirus. Virus yang ditularkan oleh nyamuk ini
tergolong RNA positive- strand virus dari keluarga falviviridae. Terdapat
empat seri tipe virus DEN yang sifat anti gennya berbeda, yaitu virus
dengue-1 (DEN 1), virus dengue-2 (DEN 2), virus dengue-3 (DEN 3) dan
virus dengue-4 (DEN 4). Spesifikasi virus dengue yang dilakukan oleh
Albert Sabin pada tahun 1994 menunjukkan bahwa masing-masing
serotipe virus dengan memiliki genotipe yang berbeda antara serotipe-
serotipe tersebut (Muttaqin, Arif. 2013).

V. MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Muttaqin, Arif. 2013) DHF memiliki tanda sebagai berikut:
1. Tidak nafsu makan
2. Muntah
3. Nyeri kepala
4. Nyeri otot dan persendian
5. Nyeri tenggorokan
6. Nyeri tekan pada lengkung iga kanan
7. Rasa nyeri perut yang menyeluruh
8. Suhu badan tinggi
VI. KLASIFIKASI
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu:
1. Derajat I
Derajat satu biasanya ditandai dengan demam mendadak 2-7 hari
disertai dengan gejala tidak khas dan manifestasi perdarahan yang
dapat diuji tourniquet positif.
2. Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan
perdarahan lain.
3. Derajat III
Derajat 2 ditambah dengan kegagalan sirkulasi ringan, yaitu nadi
cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (<20 mmHg), hipotensi
(systole <80 mmHg) disertai kulit yang dingin, lembab dan
penderita menjadi gelisah.
4. Derajat IV
Derajat 3 ditambah syok berat dengan nadi yang takteraba dan
tekanan darah yang tak dapat diukur, dapat disertai dengan
penurunan kesadaran, sianotik dan asidosis.

VII. PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, klien mengalami
keluhan dan gejala karena viremia yaitu demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal seluruh badan, timbul ruam dan kelainan yang mungkin terjadi
pada sistem retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar getah bening,
hati dan limfa. Ruam atau petekie pada DHF disebabkan oleh kongesti
pembuluh darah di bawah kulit. Bila seseorang mendapat infeksi berulang
dengan tipe virus dengue yang berlainan akan menimbulkan suatu reaksi
antigen antibody yang mengaktifkan sistem komplemen dan terjadinya
agregasi trombosit. (Price, Sylvia A.Wilson. 2012)
VIII. PATHWAY
A. PATHWAY
IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah Lengkap = Hemokonsentrasi ( Hemaokrit meningkat 20 %
atau lebih ) Thrombocitopeni (100. 000/ mm3 atau kurang)
2. Serologi = Uji HI (hemaaglutinaion Inhibition Test)
3. Rontgen Thorac = Effusi Pleura. (Soedarto. 2012)

X. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
a. Derajat I dan II
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL
Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi
sekunder
2) Pemberian antipiretik untuk menurunkan panas.
3) Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah
15 cc/kg BB/hari.
b. Derajat III
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL
dengan dosis 20 ml/kg BB/jam, apabila ada
perbaikan lanjutkan peberian RL 10 m/kg BB/jam,
jika nadi dan tensi tidak stabil lanjutkan jumlah
cairan berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam
dikurangi cairan yang sudah masuk.
2) Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran
L ) sebanyak 10 ml/kg BB/jam dan dapat diulang
maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24 jam, apabila
setelah 1 jam pemakaian RL 20 ml/kg BB/jam
keadaan tekanan darah kurang dari 80 mmHg dan
nadi lemah, maka berikan cairan yang cukup berupa
infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam jika baik
lanjutkan RL sebagaimana perhitungan selanjutnya.
3) Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan
tensi masih menurun dan dibawah 80 mmHg maka
penderita harus mendapatkan plasma ekspander
sebanyak 10 ml/kgBB/jam diulang maksimal 30 mg
/kg BB/24 jam bila baik lanjutkan RL sebagaimana
perhitungan diatas.
c. Derajat IV
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL
dengan dosis 30 ml/kgBB/jam, apabila keadaan
tekanan darah baik, lanjutkann RL sebanyak 10
ml/kgBB/jam.
2) Apabila keadaan tensi memburuk maka harus
dipasang. 2 saluran infuse dengan tujuan satu untuk
RL 10 ml/kgbb/1jam dan satunya pemberian
palasma ekspander atau dextran L sebanyak 20
ml/kgBB/jam selam 1 jam,
3) Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan
plasma ekspander 20 ml/kgBB/jam,
4) Apabila masih tetap memburuk maka berikan
plasma ekspander 10 ml/kgBB/jam diulangi
maksimun 30 ml/kgBB/24jam.
5) Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak
menunjukan perbaikan maka konsultasikan
kebagian anastesi untuk perlu tidaknya dipasang
central vaskuler pressure atau CVP.
2. Non farmakologi
a. Kompres hangat untuk menurunkan panas atau demam.
b. Tirah baring atau istirahat baring
c. Diet makan lunak.
d. Menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes
Aegepty dengan cara:
1) Rumah selalu terang
2) Tidak menggantung pakaian
3) Bak / tempat penampungan air sering dibersihkan dan
diganti airnya minimal 4 hari sekali
4) Kubur barang – barang bekas yang memungkinkan sebagai
tempat terkumpulnya air hujan
5) Tutup tempat penampungan air
e. Perencanaan pemulangan dan PEN KES
f. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktifitas
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik
g. Jelaskan terapi yang diberikan, dosis, dan efek samping
h. Menjelaskan gejala – gejala kekambuhan penyakit dan hal yang
harus dilakukan untuk mengatasi gejala
i. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang
ditentukan
j. Terapi Penggunaan suplemen bahan alam oleh pasien demam
berdarah dengue ( journal of Herbal Supplement Usage of
Dengue Hemorrhagic Fever Patient in East Kalimantan :
Swandari Paramita : 2017)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 79,6% pasien
DBD rawat inap di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
menggunakan suplemen bahan alam. Hasil penelitian ini serupa
dengan penelitian di Malaysia, dimana 85,3% pasien demam dengue
rawat inap disana juga menggunakan complementary alternative
medicine (CAM) atau pengobatan komplementer alternatif (Ching et
al., 2016).
Hasil penelitian di Kalimantan Timur menunjukkan ada tujuh
bahan alam yang digunakan oleh pasien DBD rawat inap, yaitu jamb
u biji (Psidium guajava), kurma (Phoenix dactylifera), pepaya
(Carica papaya), meniran (Phyllanthus niruri), temu hitam
(Curcumaaeruginosa), kunyit (Curcuma longa), dan angkak
(Monascus purpureus).
XI. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah dengue
diantaranya :
1. Penurunan Kesadaran
2. Efusi Pleura
3. Perdarahan luas
4. Syok
5. Gagal ginjal.

XII. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI DENGAN KASUS DHF


(NANDA, NIC, NOC)
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas pasien meliputi : nama, alamat, tanggal lahir,
jenis, kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, agama, suku,
bangsa, tanggal masuk rumah sakit, no.register/MRS, serta
penanggung jawab.
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien meminta bantuan kesehatan
adalah dengan alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF
untuk datang kerumah sakit adalah panas tinggi dan keadaan
lemah.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil dengan kesadaran kompos mentis. Turunnya panas
terjadi antara hari ke 2 dan ke 7 dan keadaan anak semakin
lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta adanya
manifestasi pendarahan pada kulit
2) Riwayat Kesehatan dahulu
Penyakit apa saja yang pernah di derita. Pada DHF, bisa
mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain
3) Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Mengkaji kemungkinan dari generasi terdahulu yang
mempunyai persaman dengan keluhan klien saat ini.
d. Pola fungsi kesehatan
1) Pola Persepsi-Managemen Kesehatan
Menggambarkan Persepsi, pemeliharaan dan penanganan
kesehatan persepsi terhadap arti kesehatan,dan penatalaksanaan
kesehatan menggambarkan persepsi,pemeliharaan dan
penanganan kesehatan persepsi terhadap arti kesehatan,dan
penatalaksanaan kesehatan
2) Pola Nurtisi –Metabolik
Menggambarkan masukan Nutrisi, balance cairan dan
elektrolit nafsu makan,pola makan, Status gizi pada penderita
DHF dapat bervariasi. Penderita dengan status gizi baik
maupun buruk dapat berisiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya. Penderita DHF sering mengalami keluhan
mual, muntah, anoreksia, sakit saat menelandan nafsu maka
menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak di sertai
dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya
menjadi kurang.
3) Pola Eliminasi
Menjelaskan pola Fungsi eksresi, kandung kemih dan Kulit
Kebiasaan defekasi,ada tidaknya masalah defekasi,masalah
miksi (oliguri,disuri dll), penggunaan kateter, frekuensi
defekasi dan miksi, Karakteristik urin dan feses, pola input
cairan, infeksi saluran kemih,masalah bau badan, perspirasi
berlebih, dan akan Diare / konstipasi, melena, oligouria
sampai anuria.
4) Pola Latihan-Aktivitas
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan
dan sirkulasi. Pentingnya latihan/ gerak dalam keadaan sehat
dan sakit. Dan klien akan merasa Nyeri pada anggota badan,
punggung sendi, dan akan menurunnya aktivitas sehari-hari.
5) Pola Kognitif Perseptual
Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi
sensori meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran,
perasaan, pembau dan kompensasinya terhadap tubuh.
6) Pola Istirahat-Tidur
Menggambarkan Pola Tidur,istirahat dan persepasi
tentang energy. Jumlah jam tidur pada siang dan malam,
masalah selama tidur, insomnia atau mimpi buruk, penggunaan
obat, mengeluh letih. Dan pada pasien DHF ini istirahat
tidurnya akan dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan
nyeri.
7) Pola Konsep Diri-persepsi Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi
terhadap kemampuan. Kemampuan konsep diri antara lain
gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan ide diri sendiri
selama sakit.
8) Pola Peran dan Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran
klien terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal
klien.
9) Pola Reproduksi/Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang actual atau
dirasakan dengan seksualitas. Dampak sakit terhadap
seksualitas, riwayat haid, pemeriksaan mamae sendiri, riwayat
penyakit hubungan seksual.
10) Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres )
Menggambarkan kemampuan untuk menanngani stress
dan penggunaan system pendukung penggunaan obat untuk
menangani stress.
11) Pola Keyakinan Dan Nilai
Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai, keyakinan
termasuk spiritual. Menerangkan sikap dan keyakinan klien
dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya.
12) Pola personal hygiene
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan
lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang
dan gantungan baju di kamar) serta jarang melakukan
kebersihan baik tubuh maupun lingkungan sehingga keadaann
mudah didatangi oleh nyamuk tersebut.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum adalah
sebagai berikut :
Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
tanda – tanda vital dan nadi lemah.
Grade II : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
ada perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga,
serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
Grade III : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis,
somnolen, nadi lemah, kecil, dan tidak teratur serta tensi
menurun.
Grade IV : Kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak
teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas
dingin berkeringat dan kulit tampak sianosis.
2) Head to To
a) Kepala
 Inspeksi : pada klien DHF bentuk kepala akan simetris,
tidak ada hematom / edema, dan tidak terdapat
perlukaan dan akan timbul rasa nyeri.
 Palpasi : pada klien DHF tidak ada nyeri tekan, tidak
adanya deformitas, dan tidak ada karakter lesi.
b) Rambut
 Inspeksi : pada klien DHF melihat atau mengamati
warna rambut, kebersihan, tekstur rambut.
 Palpasi : pada klien DHF akan tetap terdapat kekuatan,
konsistensinya akan tetap normal.
c) Wajah
 Inspeksi : pada klien DHF wajah akan simetris, dan
warna wajah akan nampak kemerahan akibat
demamnya.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada lesi atau
perlukaan serta benjolan pada wajah.
d) Mata
 Inspeksi : pada klien DHF bentuk mata akan simetris,
warna konjungtitva akan anemis, gerak pupil akan tetap
isokor dan Kemerahan pada muka, pembengkakan
sekitar mata, pergerakan bola mata nyeri.
 Palpasi : pada klien DHFtidak ada nyeri tekan
e) Hidung
 Inspeksi : pada klien DHF kadang terdapat pendarahan ,
hidung simetris, tidak ada tanda radang, dan tidak ada
pernafasan pernafasan cuping hidung.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, dan deformitas.
f) Mulut
 Inspeksi : mulut di dapatkan bahwa mukosa mulut
kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan, serta
bibir akan nampak kering dan pucat.
g) Leher
 Inspeksi : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut
atas rahang daerah servikal posterior.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, perlukaan atau lesi, serta
tenggorokan mengalami hypermia pharing.
h) Dada/Thorak
 Inspeksi : bentuk dada akan simetris,kadang terdapat
pernafasan cepat, dan nafas dangkal
 Palpasi : pada DHF tidak terdapat nyeri tekan, dan
taktil fremitus akan simetris dan seimbang antara kanan
dan kiri.
 Perkusi : pada klien DHF terdapat suara sonor
 Auskultasi : Didapatkan suara nafas vesikuler yang
lemah
i) Jantung
 Inspeksi : pada klien DHF akan terdapat ictus cordis.
 Palpasi : pada klien DHF jika sudah stadium IV
Vocal – fremitus kurang bergetar
 Perkusi : pada klien DHF akan terdapat suara pekak.
 auskultasi :pada klien paralisis akan normal s1 dan s2
tunggal atau tidak ada suara tambahan.
j) Perut/Abdomen
 Inspeksi : pada DHF bentuk akan semetris, tidak ada
lesi, dan tidak ada edema, serta asites.
 Auskultasi : pada klien DHF bising usus akan terdapat
ganggguan.
 Palpasi : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada
keadaan dehidrasi turgor kulit dapat menurun, suffiing
dulness, balote ment point (Stadium IV).
 Perkusi : pada DHF akan terdapat suara timpani
k) Genetalia
 Inspeksi : pada klien DHF tidak ada lesi, dan edema.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada tanda radang,
dan perlukaan
l) Kulit dan kuku
 Inspeksi : pada klien DHF kuku akan berwarna merah
muda, dan tidak ada lesi serta tidak ada edema pada
kulit dan kuku serta kuku tidak akan sianosis.
 Palpasi : pada kuku CRT dan pada turgor kulit akan
normal kembali < 2 detik.
m) Ekstermitas
Stadium I : Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL test.
Stadium II – III : Terdapat petekie dan ekimose di kedua
ekstrimitas.
Stadium IV : Ekstrimitas dingin, berkeringat dan sianosis
pada jari tangan dan kaki.
n) 12 saraf cranial
1. Saraf 1 : Biasanya pada klien DHF tidak ada kelainan
fungsi penciuman
2. Saraf 2 : Tes ketajaman penglihatan pada kondisi
normal.
3. Saraf 3, 4 dan 6 : Penurunan gerakan kelopak mata
pada sisi yang sakit (lagovtalmos).
4. Saraf 5 : Kelumpuhan seluruh otot pada wajah satu
sisi, lipatan nasolabial pada sisi kelumpuhan
mendatar, adanya gerakan sintimetik.
5. Saraf 7 : Berkurangnya ketajaman pengecapan,
mungkin sekali edema saraf pasialis ditingkat
koramen stelomastoideus meluas sampai kebagian
saraf fasialis, dimana korda tympani menghubungkan
diri padanya.
6. Saraf 8 : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan
tuli persepsi
7. Saraf 9 dan 10 : Padalisis otot orofaring, kesulitan
berbicara, mengunyah dan menelan. Kemampuan
menelan kurang baik, sehingga menganggu
pemenuhan nutrisi vial oral.
8. Saraf 11 : Tidak ada aktofi otot
sternokleidomastoideus dan trapezius. Kemampuan
mobilisasi leher baik
9. Saraf 12 : Lidah simetris tidak ada defiasi pada satu
sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan
mengalami kelumpuhan dan pengecapan pada 2/3
lidah sisi kelumpuhan kurang tajam.
o) Motorik
Jika tidak melibatkan disfungsi neurogis lain,
kekuatan otot normal, control keseimbangan dan
koordinasi pada paralisis bell tidak ada kelainan.
p) Reflek
Gerakan infolunter. Tidak ditemukan adanya
tremor, kejang dan distonia, pada beberapa keadaan
seiring ditemukan ticfasialis.
q) Sensorik
Kemampuan penilaian sensorik raba, nyeri dan
tidak ada kelainan. Tapi suhu tubuh akan terganggu
2. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
2. Ketidak berdayaan berhubungan dengan inteeraksi interpersonal
yang tidak memuaskan
3. Deficit perawatan diri mandi : berhubungan dengan gangguan
persepsi
4. Hipertermia berhubungan dengan penyakit
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis Nyeri akut berhubungan
dengan agens cedera biologis infeksi
3. Intervensi keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
a. Batasan karakteristik
 Insomnia
 Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam
peristiwa hidup
 Berfokus pada diri sendiri
 Perasaan tidak adekuat
 Putus asa
 Peningkatan ketegangan
 Wajah tegang
b. NOC
 Tingkat kecemasan 1211
Indicator Outcome 1 2 3 4 5
121101 Tidak dapat beristirahat
121107 Wajah tegang
121129 Gangguan tidur
121131 Perubahan pada pola makan

 Control kecemasan diri 1402


Indicator Outcome 1 2 3 4 5
140201 Memantau insensitas kecemasan
140207 Menggunakan teknik relaksasi untuk
mengurangi kecemasan
140210 Mempertahankan penampilan peran
140209 Memonitor lamanya waktu antara tiap
episode cemas

 Ketrampilan interaksi sosial 1502


Indicator Outcome 1 2 3 4 5
150202 Menunjukkan penerimaan
150209 Menunjukkan kehangatan
150210 Menunjukkan sikap yang tenang
150212 Terlibat dengan orang lain
Keterangan:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan
c. NIC
1. Terapi relaksasi
a) Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa melakukan
distraksi dengan lampu yang redup
b) Dorong klien untuk mengambil posisi yang nyaman dengan
pakaian longgar dan mata tertutup
c) Dapatkan dapatkan perilaku yang menunjukkan terjadinya
relaksasi misalnya: bernafas dalam, menguap, pernafasan
perut, atau bayangan yang menenangkan
2. Dukungan emosional
a) Eksplorasi yang memicu emosi pasien
b) Buat pernyataan yang mendukung dan berempati
c) Rangkul dan sentuh pasien dengan penuh dukungan
3. Monitor tanda-tanda vital
a) Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan
yang tepat
b) Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda
vital
c) Periksa secara berkala keakuratan instrumen yang
digunakan untuk perolehh data pasien
2. Ketidak berdayaan berhubungan dengan inteeraksi interpersonal
yang tidak memuaskan
a. Batasan karakteristik
 Bergantung pada orang lain
 Frustasi tentang ketidakmampuan untukmelakukan aktifitas
sebelumna
 Kurang berpartisipasi dalam perawatan
 Kurang rasa kendali
 Malu
 Merasa asing
 Ragu tentang penampilan peran
b. NOC
1. Kepercayaan mengenai kesehatan: merasakan kemamppuan
melakukan 1701
Indicator Outcome 1 2 3 4 5
170102 Persepsi bahwa perilaku kesehatan
membutuhkan upaya yang masuk akal
170103 Persepsi kemungkinan melakukan
perilaku kesehatan tidak berlebihan
170104 Persepsi kemungkinan melakukan
perilaku kesehatan sepanjang waktu
170108 Kepercayaan terhadap kemampuan
untuk melakukan perilaku kesehatan

2. Penampilan peran 1501


Indicator Outcome 1 2 3 4 5
150102 Pengetahuan tentang masa perubahan
peran
150103 Penampilan perilaku peran keluarga
150104 Penampilan perilaku peran masyarakat
150116 Melaporkan kenyamanan dalm
perubahan peran

3. Tingkat kecemasan 1211


Indicator Outcome 1 2 3 4 5
1211 01 Tidak dapat beristirahat
121107 Wajah tegang
121112 Kesulitan berkonsentrasi
121116 Rasa takut yang disampaikan secara
lisan
Keterangan:
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
c. NIC
1. Inspirasi harapan
a. Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi area dari
harapan hidup
b. Bantu pasien untuk mengembangkan spiritualitas diri
c. Libatkan poasien aktif dalam perawatannya sendiri
2. Peningkatan harga diri
a. Monitor prnyataan pasien mengenai hargadiri
b. Bantu pasien untuk menemukan penerimaan diri
c. Dukung (melakukan) kontak mata pada saat melakukan
komunikasi dengan orang lain
3. Terapi aktifitas
a. Bantu klien untuk tetap focus pada kekuatan (yang dimiliki)
dibandingkan dengan kelemahan (yang dimiliki)
b. Dorong aktifitas kreatif yang tepat
c. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang diinginkan

3. Defisit Perawatan Diri : Mandi berhubungan dengan gangguan


persepsi – 000108
Batasan Karakteristik :
a. Ketidakmampuan membasuh tubuh
b. Ketidakmampuan mengakses kamar madi
c. Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi
d. Ketidakmampuan mengatur air mandi
e. Ketidakmampuan mengeringkan tubuh
f. Ketidakmampuan menjangkau sumber air
NOC
P : perawatan diri : kebersihan
Indikator Outcome 1 2 3 4 5
030517 Mempertahankankebersihantubuh
030511 Menggunakan rias wajah
030517 Mempertahankan penampilan
yang rapi
030510 Menyisir rambut

S: pergerakan
Indikator Outcome 1 2 3 4 5
020803 Gerakan otot
020804 Gerakan sendi
020814 Bergerak dengan mudah
020801 Keseimbangan
E : Tingkat keidaknyamanan
Indikator Outcome 1 2 3 4 5
210902 Cemas
210906 Strees
210908 Depresi

NIC
Bantuan perawatan diri
1. Monitor kemampuan perawatan diri secara mandiri
2. Monitor kebutuhan pasien terkait dengan alat-alat
kebersihan diri, alat bantu untuk berpakaian, berdandan,
eliminasi, dan makan
3. Berikan peralatan kebersihan pribadi (misalnya deodorant,
sikat gigi, dan sabun mandi)
4. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas normal sehari-
hari sampai batas kemampuannya
5. Ajarkan keluarga untuk mendukung kemandirian dengan
membantu hanya ketika pasien tak mampu melakukan
perawatan diri.
Terapi latihan: pergerakan sendi
6. tentukan batasan pergerakan sendi dan efeknya terhadap
fungsi sendi
7. kolaborasikan dengan ahli terapi fisik dalam
mengembangkan dan menerapkan sebuah program latihan
8. lakukan latihan ROM aktif, sesuai jadwal yang teratur dan
terencana
9. lakukan latihan ROM pasif sesuai indikasi
10. instruksikan keluarga cara melakukan latihan ROM pasif
atau ROM aktif

Dukungan emosional
11. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan cemas,
marah atau sedih
12. Eksplorasi apa yang memicu emosi pasien
13. Buat pernyataan yang mendukung dan berempati
14. Rangkul dan sentuh pasien dengan penuh dukungan
4. Hipertermia berhubungan dengan penyakit - 00007
a) NOC
P : Termoregulasi
Indikator Outcome 1 2 3 4 5
080010 Berkeringat saat panas
080015 Melaporkan kenyamanan
suhu
080007 Perubahan warna kulit
080019 Hipertermia
080003 Sakit kepala
S: Tanda- Tanda Vital
Indikator Outcome 1 2 3 4 5
080201 Suhu tubuh
080202 Tingkat pernafasan
080205 Tekanan darah sistolik
080209 Tekanan nadi
E : Status Kenyaman : Fisik
Indikator Outcome 1 2 3 4 5
201007 Intake makanan
201008 Intake cairan
201017 Nyeri otot
201019 Mual
201020 Muntah
201023 Diare
201024 Konstipasi

b) NIC
1) Perawatan demam
 Kolaborasi pemberian obat antipiretik atau
pemberian intra vena
 Monitor warna kulit dan suhu
 Tutup pasien dengan selimut atau baju ringan
tergantung pada fase demam.
2) Aplikasi panas/dingin
 Jelaskan penggunaan aplikasi panas atau dingin,
alasan perawatan, dan bagaimana hal tersebut akan
mempengaruhi gejala pasien
 Pilih metode stimulasi yang nyaman dan tersedia
 Periksa suhu aplikasi, terutama menggunakan
aplikasi panas
3) Monitor tanda-tanda vital
 Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status
pernafasan dengan tepat
 Monitor tekanan darah saat pasien selesai meminum
obat
 Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermi
serta hipertermi
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis - 00002
a) NOC
P: Status nutrisi
Indikator Outcome 1 2 3 4 5
100402 Asupan makanan
100408 Asupan cairan
100403 Energi
100411 Hidrasi
S: Nafsu makan
Indikator Outcome 1 2 3 4 5
101401 Hasrat/ keinginan untk makan
101406 Intake makanan
101407 Intake nutrisi
101408 Intake cairan
E: fungsi gastrointestinal
Indikator Outcome 1 2 3 4 5
101501 Nafsu makan
101503 Frekuensi BAB
101508 Bising usus
101513 Nyeri perut

b) NIC
1) Manajemen gangguan makan
 Ajarkan dan dukung konsep nutrisi yang baik dengan
klien
 Monitor intake / asupan dan asupan cairan yang tepat
 Dorong klien untuk mendiskusikan makanan yang
disukainya
2) Bantuan perawatan diri : pemberian makan
 Monitor kemampuan klien dalam menelan
 Ciptakan waktu dan lingkunganb yang nyaman selagi
makan
 Berikan makanan dengan suhu yang sesuai
3) Pengajaran : individu
 Bina hubungan baik
 Pertimbangkan kebutuhan pembelajaran klien
 Identifikasi tujuan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan pembelajaran klien
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). CV


Mocomedia. Elsevier.
Brunner & Suddart. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Jakarta : EGC.
Giyatmo. 2013. Efektifitas pemberian jus kurma dalam meningkatkan trombosit
pada pasien demam berdarah dengue di rsu bunda purwokerto. Jurnal
keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8,
No.1, Maret 2013
Heardman, T. Heather. 2015-2017. Diagnosis Keperawatan : Definisi &
Klasifikasi. Jakarta :EGC.
Kasture, P.N., Nagabushan, K.H. & Umar, A. 2016. A Multi-centric, Double
blind, Placebocontrolled, Randomized, Prospective Study to Evaluate the
Efficacy and Safety of Carica papaya Leaf Extract,as Empirical Therapy
for Thrombocytopenia associated with Dengue Fever. Journal of The
Association of Physicians of India, vol. 64, p.15-20.
Moorhead, Sue & Marion Johnson dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification
(NOC). CV Mocomedia. Elsevier
Muttaqin, Arif. 2013. Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan system
immune dan hematologi.Jakarta : Salemba medika.
Paramita, Swandari dkk. 2017. Herbal Supplement Usage of Dengue
Hemorrhagic Fever Patient in East Kalimantan. Jurnal keperawatan :
Volume 10, No. 1, Agustus 2017 |25
Price, Sylvia A.Wilson. 2012. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit
volume 2. Jakarta : EGC
Soedarto. 2012. Dengue Haemoohagic Fever. Jakarta : Sagung Seto
Subenthiran, S., Choon, T.C., Cheong, K.C., Thayan, R. & et al. 2013. Carica
papaya Leaves Juice Significantly Accelerates the Rate of Increase in
Platelet Count among Patients with Dengue Fever and Dengue
Haemorrhagic Fever. Evidence-Based Complementary and Alternative
Medicine, p.1-7.
Syaifuddin, Haji. 2011. Anatomi Fisiologi.Jakarta : EGC.
Wijayaningsih, K. S. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta: Trans Info
Media
Wikinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai