Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DHF (DENGUE HAEMORAGIC FEVER)


DI RUANGAN MELATI
RSUD TUGUREJO SEMARANG

DISUSUN OLEH :

INDARYATI

G3A016257

PROGRAM PRROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2017
A. Pengertian
Dengue haemoragic fever adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus
(arthropodborn virus) dan di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes
albopictus dan Aedes aegypti) (Hendarwanto, 2010 ).
Dengue haemoragic fever ( DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina). DHF terutama menyerang anak remaja
dan dewasa dan sering kali menyebabkan kematian bagi penderita
(Christantie,Effendy,2008).

B. Penyebab
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropod-borne viruses) artinya virus
yang di tularkan melalui gigitan arthropoda misalnya nyamuk aedes aegypti (betina).
Arthropoda akan menjadi sumber infeksi selama hidupnya sehingga selain menjadi
vektor virus dia juga menjadi hospes reservoir virus tersebut yang paling bertindak
menjadi vektor adalah berturut-turut nyamuk (Hendarwanto,2009).

C. Klasifikasi
Sesuai dengan patokan dari WHO (1975) bahwa penderita DHF dalam perjalanan
penyakit terdapat derajat I dan IV. (Sumarmo, 2009) antara lain :
1. Derajat I (Ringan)
Demam mendadak 2 sampai 7 hari disertai gejala klinik lain, dengan manifestasi
perdarahan ringan. Yaitu uji tes “rumple leed’’ yang positif.
2. Derajat II (Sedang )
Golongan ini lebih berat daripada derajat pertama, oleh karena ditemukan
perdarahan spontan di kulit dan manifestasi perdarahan lain yaitu epitaksis
(mimisan), perdarahan gusi, hematemesis dan melena (muntah darah). Gangguan
aliran darah perifer ringan yaitu kulit yang teraba dingin dan lembab.
3. Derajat III ( Berat )
Penderita syok berat dengan gejala klinik ditemukannya kegagalan
sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (< 20
mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab, dan penderita menjadi
gelisah.
4. Derajat IV
Penderita syok berat (profound shock) dengan tensi yang tidak dapat diukur dan
nadi yang tidak dapat diraba.

D. Manifestasi Klinik
Seperti pada infeksi virus yang lain, maka infeksi virus Dengue juga merupakan
suatu self limiting infectious disease yang akan berakhir sekitar 2-7 hari. Infeksi virus
Dengue pada manusia mengakibatkan suatu spektrum manifestasi klinis yang
bervariasi antara penyakit yang paling ringan, dengue fever, dengue hemmorrhagic
fever dan dengue shock syndrom (IDAI,2011).
1. Demam
Demam mendadak disertai dengan gejala klinis yang tidak spesifik seperti
anoreksia, lemah, nyeri pada punggung, tulang sendi dan kepala. Pada umumnya
gejala klinik ini tidak mengkhawatirkan. Demam berlangsung antara 2-7 hari
kemudian turun secara lysis.
2. Perdarahan
Umumnya muncul pada hari kedua sampai ketiga demam bentuk perdarahan
dapat berupa uji rumple leed positif, petechiae, purpura, echimosis, epistasis,
perdarahan gusi dan yang paling parah adalah melena.
3. Hepatomegali
Hati pada umumnya dapat diraba pada pemulaan demam, kadangkadang juga di
temukannya nyeri, tetapi biasanya disertai ikterus.
4. Shock
Shock biasanya terjadi pada saat demam menurun yaitu hari ketiga dan ketujuh
sakit. Shock yang terjadi dalam periode demam biasanya mempunyai prognosa
buruk. Penderita DHF memperlihatkan kegagalan peredaran darah dimulai
dengan kulit yang terasa lembab dan dingin pada ujung hidung, jari dan kaki,
sianosis sekitar mulut dan akhirnya shock.
5. Trombositopenia
Trombositopenia adalah berkurangnya jumlah trombosit, apabila dibawah
150.000/mm3 biasanya di temukan di antara hari ketiga sampai ketujuh sakit.
6. Kenaikan Nilai Hematokrit
Meningkatnya nilai hematokrit merupakan indikator yang peka terhadap
terjadinya shock sehingga perlu di lakukan pemeriksaan secara periodik.
7. Gejala Klinik Lain
Gejala Klinik Lain yang dapat menyertai penderita adalah epigastrium, muntah-
muntah, diare dan kejang-kejang (IDAI ,2011)

E. Patofisiologi
Fenomena patologis utama yang menentukan berat penyakit DHF adalah
meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah (kapiler), yang mengakibatkan
terjadinya perembesan atau kebocoran plasma, peningkatan permeabilitas dinding
kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma yang otomatis jumlah trombosit
berkurang (trombositopenia), terjadinya hipotensi (tekanan darah rendah) yang
dikarenakan kekurangan haemoglobin, plasma merembes selama perjalanan penyakit
mulai dari permulaan masa demam dan mencapai puncaknya pada masa terjadinya
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) bersamaan dengan menghilangnya
plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Meningginya nilai hematokrit
menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke
daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang rusak (Hendarwanto, 2011).
F. Pathways

G. Penatalaksanaan
1. Pengobatan
Penatalaksanaan untuk klien Demam Berdarah Dengue adalah penanganan pada
derajat I hingga derajat IV.  
a. Derajat I dan II
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75 ml/kg
BB/hari untuk anak dengan berat badan kurang dari 10kg atau bersama
diberikan oralit, air buah atau susu secukupnya, atau pemberian cairan
dalam waktu 24 jam antara lain sebagai berikut :
(1) 100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg
(2) 75 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
(3) 60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
(4) 50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg
2) Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder
3) Pemberian antipieritika untuk menurunkan panas.
4) Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc/kg BB/hari.

b. Derajat III
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20 ml/kg
BB/jam, apabila ada perbaikan lanjutkan peberian RL 10 m/kg BB/jam,
jika nadi dan tensi tidak stabil lanjutkan jumlah cairan berdasarkan
kebutuhan dalam waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk.
2) Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran L ) sebanyak 10
ml/kg BB/jam dan dapat diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24 jam,
apabila setelah 1 jam pemakaian RL 20 ml/kg BB/jam keadaan tekanan
darah kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka berikan cairan yang
cukup berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam jika baik
lanjutkan RL sebagaimana perhitungan selanjutnya.
3) Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih
menurun dan dibawah 80 mmHg maka penderita harus mendapatkan
plasma ekspander sebanyak 10 ml/kgBB/jam diulang maksimal 30 mg
/kg BB/24 jam bila baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan diatas.

c. Derajat IV
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30
ml/kgBB/jam, apabila keadaan tekanan darah baik, lanjutkann RL
sebanyak 10 ml/kgBB/jam.
2) Apabila keadaan tensi memburuk maka harus dipasang. 2 saluran infuse
dengan tujuan satu untuk RL 10 ml/kgbb/1jam dan satunya pemberian
palasma ekspander atau dextran L sebanyak 20 ml/kgBB/jam selam 1
jam,
3) Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma ekspander 20
ml/kgBB/jam,
4) Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander 10
ml/kgBB/jam diulangi maksimun 30 ml/kgBB/24jam.
5) Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan
perbaikan maka konsultasikan kebagian anastesi untuk perlu tidaknya
dipasang central vaskuler pressure atau CVP. (IDAI, 2011).                  

2. Penyuluhan (Health Education)
Perawat dapat melakukan penyuluhan atau Health Education tentang
cara pencegahan vektor efektif. Penyuluhan dapat dilakukan pada orang tua
murid di sekolah-sekolah, di posyandu, yaitu di dalam rumah hendaknya
selalu terang, tidak menggantungkan pakaian yang bekas dipakai terutama di
kamar tidur karena nyamuk akan senang hinggap pada pakaian yang bekas
dipakai yang sudah bau keringat. BAK kamar mandi atau jambangan bunga
yang ada di dalam bunga agar sering dibersihkan dan diganti airnya setiap 2
hari sekali membenahi atau menata halaman supaya tidak ada tempat yang
terisi air, seperti pecahan botol, tempurung kelapa, kaleng bekas atau benda-
benda yang dapat menampung air. Dedaunan kering yang sudah menumpuk
hendaknya disapu bersih. Selain itu juga air tidak tertampung, mengelola
sampah sesuai situasi dan kondisi setempat, apakah dibakar atau diangkat oleh
mobil sampah untuk dibuang ke TPA sehingga nyamuk tidak berkembang
biak. (Hendarwanto, 2010).

H. Pengkajian Keperawatan
Tahap–tahap proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi keperawatan. Kelima langkah tersebut dapat dijadikan
pedoman dalam mencapai tujuan keperawatan yaitu : meningkatkan, mempertahankan
kesehatan, atau membuat pasien mencapai kematian dengan tenang pada pasien
terminal, serta memungkinkan pasien pasien atau keluarga dapat dapat mengatur
kesehatan sendiri menjadi lebih baik. (Potter, 2005 dalam Alimul : 2008).
1. Pengkajian Keperawatan
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis yang
terorganisasi yang meliputi tiga aktivitas dasar yaitu : Pertama, mengumpulkan
data secara sistematis; kedua, memilah dan mengatur data yang dikumpulkan,
ketiga mendokumentasikan dalam format yang dapat dibuka kembali. Pengkajian
pada anak dengan Penyakit infeksi  Demam Berdarah Dengue Menurut Alimul
2008 adalah :
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk
datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah. 
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat
demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan
ke 7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala,
nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa
pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4),
melena, atau hematemesis. 
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak
bisa mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus
yang lain.
e. Riwayat  imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi.
Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila
terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami
keluhan mual, muntah, dan napsu makan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka
anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi
kurang.
g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
h. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan
berkurang, napsu makan menurun.
2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare atau
konstipasi. Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa
terjadi melena.
3) Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing
sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade
IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas
tidur maupun istirahatnya kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersikan tempat sarang
nyamuk Aedes Aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
i. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam
Berdarah Dengue, keadaan fisik anak adalah sebgai berikut:
1) Grade I    : kesadaran komposmentis, keadaan umum  lemah, tanda-tanda
vital dan nadi lemah.
2) Grade II   : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan
perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah,
kecil dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat,
dan kulit tampak biru.
j. Sistem integumen
1) Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan
2) muncul keringat dingin, dan lembab.
3) Kuku sianosis/tidak
k. Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III,
IV. Pada mulut  didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan
gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hiperemia pharing
( pada Grade II, III, IV).
l. Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales
(+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
m. Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
n. Ekstremitas.
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan
atau masalah aktual atau resiko dalam rangka mengindentifikasi dan menentukan
intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah, masalah
kesehatan klien yang ada ada tanggung jawabnya. Menurut Alimul 2008 diagnosa
keperawatan yang muncul antara lain:
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
2. Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada napsu makan.
4. Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
5. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan permeabilitas
kapiler, muntah dan demam.
6. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
7. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak.

( disesuaikan dengan NANDA, 2012 )


J. Rencana Tindakan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah pernyataan singkat dalam pertimbangan perawat
menggambarkan respon pasien pada masalah kesehatan aktual dan resiko (NOC and
NIC).
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
a. Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
b. Kriteria hasil : Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari
kedinginan.
c. Intervensi Keperawatan :
1) Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensi dan pernapasan setiap 3 jam
atau sering lagi.
Rasional     :    Suhu 38,9-41,1oC menunjukkan proses penyakit infeksius
akut. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis.
2) Berikan penjelasan mengenai penyebab demam atau peningkatan suhu
tubuh.
Rasional     :    Untuk memberikan pengetahuan pemahaman tentang
penyebab dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar.
3) Berikan penjelasan kepada keluarga  tentang hal-hal yang dapat dilakukan
untuk mengatasi demam.
Rasional     :    Perubahan dapat lebih tampak oleh orang terdekat,
meskipun adanya perubahan dapat dilihat oleh orang lain yang jarang
kontak dengan pasien.
4) Catatlah asupan dan keluaran cairan.
Rasional     :    Untuk mengetahui keseimbangan cairan baik intake
maupun output.
5) Anjurkan anak  untuk banyak minum paling tidak ± 2,5 liter tiap 24 jam
dan jelaskan manfaat bagi anak.
Rasional     :    Untuk mempercepat proses penguapan melalui urine dan
keringat, selain itu dimaksudkan untuk mengganti cairan tubuh yang
hilang.
6) Berikan kompres dingin pada daerah axila dan lipatan paha.
Rasional     :    kompres air dingin dapat memberikan efek vasodilatasi
pembululuh darah.
7) Anjurkan agar anak tidak memakai selimut dari pakaian yang tebal.
Rasional     :    Untuk memudahkan dalam proses penguapan.
8) Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai dengan program
dokter.
Rasional     :    Pemberian terapi cairan intravena untuk mengganti cairan
yang hilang dan obat-obatan sebagai preparat yang di formulasikan untuk
penurunan panas.
2. Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
a. Tujuan             :    Nyeri berkurang atau terkontrol
b. Kriteria hasil   :    Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri
c. Intervensi keperawatan :
1) Kaji tingkat nyeri yang dialami anak dengan menggunakan skala nyeri (0-
10). Biarkan anak memutuskan tingkat nyeri yang dialami. Tipe nyeri
yang dialami dan respons anak terhadap nyeri.
Rasional     :    Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-
tanda perkembangan resolusi komplikasi.
2) Atur posisi yang nyaman dan usahakan situasi yang tenang.
Rasional     :    Posisi yang nyaman dan situasi yang tenang dapat
mengurangi rasa nyeri atau mengurangi stimulus nyeri.
3) Ciptakan suasana yang gembira pada anak, alihkan perhatian anak dari
rasa nyeri (libatkan keluarga) misalnya: membaca buku, mendengar
musik, dan menonton TV.
Rasional     :    Untuk mengurangi rasa nyeri pada anak.
4) Berikan kesempatan pada anak untuk berkomunikasi dengan teman-
temannya atau orang terdekat.
Rasional     : Dapat menguragi ansietas dan rasa takut, sehingga
mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit.
5) Berikan obat-obat analgetik (kolaborasi dengan dokter).
Rasional     :    Memberikan penurunan nyeri/tidak nyaman.

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada napsu makan.
a. Tujuan             :    
1) Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi yang adekuat.
b. Kriteria hasil   :    Anak mengkonsumsi jumlah makanan yang adekuat.
c. Intervensi keperawatan :
a) Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh anak.
Rasional     :    Untuk memberikan  nutrisi yang optimal meskipun
kehilangan napsu makan serta memotivasi anak agar mau makan.
b) Berikan makanan yang mudah ditelan, seperti bubur dan tim, serta
dihidangkan selagi masih hangat
Rasional`    :    Memudahkan proses menelan dan meringankan kerja
lambung untuk mencerna makanan dan menghindari rasa mual.
c) Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan
teknik porsi kecil tetapi sering.
Rasional     :    karena porsi biasanya ditoleransi dengan lebih baik.
d) Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan
skala yang sama.
Rasional     :    Untuk membantu status nutrisi.
e) Mempertahankan kebersihan mulut pasien
Rasional     :    Untuk merangsang napsu makan.
f) Mempertahankan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk
penyembuhan penyakit.
Rasional     :    Untuk menghindari intoleransi makanan.
g) Jelaskan pada keluarga manfaat makanan/ nutrisi bagi anak terutama saat
sakit.
Rasional     :    Makanan merupakan penambahan tenaga bagi orang sakit.
h) Catatlah jumlah/porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Rasional     :    Untuk mengetahui jumlah intake makanan dan penentuan
dalam pemberian diet dan selanjutnya.

4. Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.


a. Tujuan             :    Tidak terjadi perdarahan
b. Kriteria hasil   :    Jumlah trombosit dalam batas normal.
c. Intervensi Keperawatan :
1) Monitor penurunan trombosit yang di sertai dengan tanda klinis
Rasional     :    Untuk mengetahui perkembangan penyakit apabila terjadi
perdarahan bawah kulit.
2) Monitor jumlah trombosit setiap hari
Rasional     :    Mengetahui nilai batas normal dan perkembangan
penyakit.
3) Berikan penjelasan mengenai pengaruh trombositopenia pada pada anak.
Rasional     :    Penjelasan yang akurat tentang trombositopenia
merupakan faktor penyebab terjadinya syok apabila terjadi penurunan
trombosit yang hebat.
4) Anjurkan anak untuk banyak istirahat
Rasional     :    Memberikan relaksasi untuk anggota organ tubuh serta
membantu dalam proses penyembuhan.

5. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan permeabilitas


kapiler, muntah dan demam
a. Tujuan             :    
1) Anak menunjukkan terpenuhinya tanda-tanda kebutuhan cairan.
b. Kriteria hasil   :    
1) Anak mendapatkan cairan yang cukup
2) Menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat yang dibutuhkan dengan
tanda-tanda vital dan turgor kulit yang normal, membran mukosa
lembab.
c. Intervensi keperawatan :
1) Monitor keadaan umum pasien
Rasional     :    Untuk mengetahui perkembangan penyakit.
2) Observasi tanda-tanda vital setiap 2-3  jam.
Rasional     :    Untuk meningkatkan hidrasi dan mencegah dehidrasi.
3) Perhatikan keluhan pasien seperti mata kunang-kunang, pusing, lemah,
ekstremitas dingin dan sesak napas.
Rasional     :    Untuk mengetahui perubahan yang terjadi bila adanya
kekurangan cairan sehingga mendapatkan perawatan lebih baik.
4) Mengobservasi dan mencatat intake dan output.
Rasional     :    Untuk menentukan status hidrasi
5) Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Rasional     : Menentukan adanya ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit.
6) Monitor nilai laboratorium : elektrolit darah, serum albumin.
Rasional     :    Menentukan adanya ketidakseimbangannya cairan dan
elektrolit.
7) Mempertahankan intake dan output yang adekuat.
Rasional     :    Pemenuhan kebutuhan cairan menurunkan resiko
dehidrasi.
8) Monitor dan mencatat berat badan.
Rasional     :    merupakan indikator cairan dan nutrisi.
9) Pasang infus dan beri terapi cairan intravena jika terjadi perdarahan
(kolaborasi dengan dokter)
Rasional     :    Pemberian infus dimaksudkan untuk mengganti cairan
yang hilang akibat kebocoran plasma.

6. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.


a. Tujuan             :    Anak mendapat istirahat yang adekuat
b. Kriteria hasil   :   
1) Anak melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan.
2) Kebutuhan istirahat anak terpenuhi.
c. Intervensi keperawatan :
1) Bantulah anak untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari seperti:
mandi, makan dan eliminasi, sesuai dengan tingkat keterbatasan anak.
Rasional     :    Melindungi anak dari cedera selama melakukan aktivitas
dan memungkinkan penghematan energi atau kelemahan tubuh.
2) Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan anak
Rasional     :    Bantuan keluarga membuat anak merasa aman secara
moril dan fisik serta membantu perawat dalam memenuhi kebutuhan
pasien.  
3) Dekatkan dan siapkan alat-alat yang dibutuhkan di dekat anak
Rasional     :    Memudahkan pasien dapat mengambil keperluannya.
7. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak.
a. Tujuan             :    
1) Keluarga menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal koping
yang adatif.
b. Kriteria hasil   :    
1) Keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit dan terapinya
2) Keluarga menunjukkan perilaku koping positif terhadap anak.
c. Intervensi keperawatan :
1) Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga
terhadap situasi yang penuh stress.
Rasional     :    Karena hal ini biasanya terjadi dalam proses penyesuaian
dan untuk menguatkan pemahaman keluarga.
2) Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang
lebar, dan identifikasi faktor yang paling mencemaskan keluarga.
Rasional     :    Agar keluarga mendapat dukungan yang di butuhkan
sehingga kemampuan mereka untuk mengatasi masalah dapat
dimaksimalkan.
3) Identifikasi koping yang biasa digunakan dan seberapa besar
keberhasilannya dalam mengatasi keadaan.
Rasional     :    Untuk memberikan dukungan dan ketenangan sesuai
kebutuhan.
4) Tanyakan kepada keluarga apa yang dapat dilakukan untuk membuat
anak atau keluarga menjadi lebih baik atau dan jika memungkinkan
memberikan apa yang diminta oleh kelurga.
Rasional     :    Untuk memberikan perawatan yang optimal terhadap
intervensi lanjut.
5) Memenuhi kebutuhan dasar anak; jika anak sangat tergantung dalam
melakukan aktivitas sehari-hari, ijinkan hal ini terjadi dalam waktu yang
tidak terlalu lama. Kemudian secara bertahap meningkatkan kemandirian
anak dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
Rasional     :    Untuk memberikan dukungan sehingga kemampuan  anak
untuk melakukan koping dapat di maksimalkan serta menurunkan resiko
cedera.           
Daftar Pustaka

Sunaryo, Soemarno, (2009), Demam Berdarah Pada Anak, UI ; Jakarta.

Effendy, Christantie, (2008), Perawatan Pasien DHF, EGC ; Jakarta.

Hendarwanto, (2010), Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, FKUI ; Jakarta.

Alimul, Hidayat A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba medika.

Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. McCloskey. 2012.Nursing Interventions
Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa : Mosby Elsavier.

Jhonson,Marion. 2012. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC). St. Louis ,Missouri ;
Mosby.

NANDA International. 2012. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications 2012-2014. Jakarta :


EGC

Pedoman Praktek Klinik: Ikatan Dokter Anak Indonesia (2011)

Potter, Patricia A. Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fudamental  Keperawatan : Konsep, Proses
dan Praktis Volume 2. EGC :Jakarta

Anda mungkin juga menyukai