Anda di halaman 1dari 15

A.

konsep penyakit

I. Definisi penyakit
DHF adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengueJenis virus ini tergolong arbovirus
yang mana virus ini akan masuk ke dalam tubuh penderita dan kemudian penularannya melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegpti betina, yang kemudian penyakit ini lebih di kenal dengan sebutan Demam
Berdarah Dengue (DBD). (Ngastiyah)DHF adalah penyakit virus yang tersebar luas di seluruh dunia
terutama di daerah tropis. Penderitanya terutama adalah anak-anak

berusia di bawah 15 tahun, namun pada saat ini tidak sedikit orang dewasa yang terserang penyakit
virus ini. Sumber penularan utama adalah manusia dan primata, sedang penularannya adalah nyamuk
Aedes (Soedarto,2009)Menurut Nursalam DHF adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua
orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak.
II. Etiologi
Penyebab penyakit DHF adalah virus dengue dari kelompok Arbovirus B yang kemudian ditularkan oleh
nyamuk Aedes. di Indonesia hinggasekarang telah dapat diisolasi 4 serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3
dan DEN-4 merupakan serotipe yang paling banyak sebagai penyebab. Di Indonesia, khususnya di
daerah endemik DBD, seseorang dapat terkena infeksi ini pada waktu yang bersamaan. dikenal dua jenis
nyamuk Aedes, yaitu:

a. Aedes Aegpty
1) Paling sering ditemukan, biasanya (di daerah perkotaan).

2) Nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan berkembang biak di dalam rumah, yaitu di
tempat penampungan air jernih atau tempat penampungan air di sekitar rumah.

3) Nyamuk ini sepintas tampak berlurik, berbintik-bintik putih.

4) Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.
5) Jarak terbang 100 meter.
b. Aedes Albopictus
1) Tempat habitatnya di air jernih. Biasanya di sekitar rumah atau pohon- pohon, tempat yang
menampung air hujan yang bersih,seperti pohon pisang, pandan, kaleng bekas, (biasanya di daerah
pedesaan).

2) Menggigit pada waktu siang hari.

3) Jarak terbang 50 meter.

III.Manifestasi Klinis
Menurut Sumarno 2009, pada umumnya permulaan penyakit ini ditunjukkan dengan munculnya demam
secara tiba-tiba, disertai nyeri kepala, sakit pada sendi dan otot, dan ruam-ruam demam berdarah yang
mempunyai ciri-ciri merah terang, petekia, yang menyebar hampir menyelimputi seluruh bagian tubuh.
Selain itu jika terdapat peradangan di bagian perut maka akan tibul rasa sakit di perut, mual, muntah-
muntah, atau diare, pilek ringan hingga batuk-batuk Pada kondisi yang telah disebutkan di atas maka
perlunya kewaspadaan yang harus disikapi dengan
pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga. Segera berobat apabila pasien/penderita
mengalami demam tinggi 3 hari berturut-turut,Sehingga mendapatkan penolongan yang tepat dan tidak
berakibat fatal.puncak dari penyakit ini biasanya berkisar enam sampai tujuh hari, dan biasanya demam
turun. Sesudah masa tunas/inkubasi selama 3-15 hari orang yang tertular dapat mengalami ini dalam
salah satu dari 4 bentuk berikut ini:
a.Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
b.Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi yang kemudian diikuti dengan munculnya bintik-
bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit.

c.DHF gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung
(epitaksis/mimisan), mulut, dubur dan sebagainya.
d.Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DHF ditambah dengan syok atau keadaan yang makin
memburuk setiap harinya.dan pada umumnya berujung pada kematian.

Penyebab demam berdarah menunjukan demamyang tinggi, pendarahan,trombositopenia dan


hemokonsentrasi. Sejumlah kasus kecil bisa menyebabkan sindrom shock dengue yang mempunyai
tingkat kematian tinggi Gejala utama demam berdarah menurut (Widoyono, 2011) yaitu:
1) Demam
Penyakit ditandai oleh demam tinggi yang terjadi secara mendadak dan terus menerus, demam ini
berlangsung 2-7 hari, naik turun.
a) Kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai 40oC dan dapat terjadi kejang demam.
b) Saat fase demam mulai cenderung klien seakan sembuh, fase ini bisa disebut dengan awal kejadian
syok, biasanya pada hari ketiga dari demam.

c) Hari ke 3, 4 dan 5 adalah fase krisis yang harus lebih diwaspadai, seringkali pada hari ke 6 dapat
terjadi syok, kemungkinan terjadi perdarahan dan penurunan trombosit yang
sangat drastis.

2) Tanda-tanda perdarahan
Penyebab perdarahan pada DHF adalah: trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit serta koagulasi
intravascular yang menyeluruh. Jenis perdarahan terbanyak adalah perdarahan kulit seperti uji
tourniuquet positif, petechia, purpura ekimasis, dan perdarahan kunjungtiva. Petechia merupakan tanda
khas perdarahan yang sering ditemukkan.Tanda ini dapat ditemukan pada epitaksis, perdarahan
gusi,melena dan hematemesis dan dapat perdarahan subkonjungtiva atau hematuria.
3) Hepatomegali
Ditemukan pada awal penyakit, bervariasi dan hanya sekedar dapat diraba sampai 2 cm di bawah
lengkungan iga kanan.Derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri
tekan pada daerah tepi hati, berhubungan dengan adanya perdarahan, pada sebagian kecil kasus dapat
dijumpai ikterus.
4) Syok
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah demam turun. Demam
turun di sertai dengan keringat, perubahan denyut nadi dan tekanan darah, ujung ektermitas teraba
dingin, disertai kongesti kulit. Perubahan ini memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi sebagai akibat
dari perembesan plasma beberapa saat setelah suhu turun antara lain hari ke 3-7 erdapat tanda
kegagalan sirkulasi.

a) Kulit teraba kasar dan lembab terutama di ujung jari dan kaki.
b) Sianosis di sekitar mulut.
c) Klien menjadi gelisah.
d) Nadi cepat, lemah kecil sampai tak teraba.
e) Pada saat akan syok beberapa klien tampak sangat lemah,

gelisah dan sakit perut.Syok dapat terjadi dalam waktu yang sangat singkat, klien dapat meninggal
dalam waktu 12-24 jam atau cepat sembuh setelah penggantian cairan. Apabila syok tidak dapat diatasi
akan terjadi kompilkasi asidosis metabolik:
a) Perdarahan saluran cerna hebat.
b) Kejang dan koma (pada klien dengan perdarahan intraserebral).
Gejala tambahan pada DHF, menurut Soedarmo (2009) yaitu:

1) Perdaarahan.
2) Masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.
3) Peningkatan suhu secara tiba-tiba.
4) Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada supra orbital dan tetra orbital.
5) Nyeri hebat pada otot dan tulang bila tendon dan otot perut ditekan.
6) Mual dan muntah.
7) Batuk ringan.
8) Pada masa ditemukan pembengkakan, infeksi konjungtiva dan otot-otot sekitar mata terasa pegal.
9) Eksontem muncul pada awal demam, terlihat pada muka dan dada yang berlangsung pada beberapa
jam emudian muncul kembali pada hari ke 3-6.
10) Bercak di tangan dan kaki lalu seluruh tubuh.
11) Brakardi.
12) Lidah kotor dan konstipasi.
13) Hari ke 3 dan ke 5 muncul petheki, purpura, ecomosis, hematemesis, melena, dan eptaksis.
14) Hati membesar dan nyeri tekan (+)

15) Gejala syok.


16) Sianosis perifer terutama pada ujung hidung, jari-jari tangan dan kaki
IV. Penatalaksanaan
Penatalaksanaa sebelum atau tanpa renjatan:
1) Grade I dan II
a. Rasa haus dan dehidrasi akibat demam tinggi berikan minum sebanyak 1 ½ -2 Liter dalam 24 jam, air
berupa air teh dengan gula, sirup, atau susu/Asi. Pada beberapa penderita di berikan gastroenteritis oral
solution (oralit). Minuman di berika satu sendok makan setiap 3-5 menit. Jika anak mengalami
hiperpireksi (suhu mencapai 40˚c atau lebih) atasi dengan antipiretik dan kompres dingin (surface
cooling), jika terjadi kejang maka di saran kan untuk di beri luminal atau antikonvulsan lainnya. Luminal
di berkan dengan dosis :

1) Anak di bawah 1 tahun dosis 30 mg / KgBB

2) Anak lebih dari 1 tahun dosis 75 mg / KgBB


3) Jika dalam kurun waktu 15 menit kejang belum ada perubahan maka dosis di naikan 3 mg / KgBB
4) Anak di atas 1 tahun dosis 50 mg / KgBB Pemberian infus fluid drip pada penderita DHF tanpa
renjatan

dilaksanakan apabila terlihat indikasi :


1) Penderita terus-menerus muntah, sehingga tidak memungkin kan untuk makan melalui oral
2) Didapatkan Ht yang terus meningkat Jika terindikasi hal yang disebutkan maka, penderita
2) Grade III
a) Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam, apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih
dari 80 mmHg dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/menit dan akral hangat) lanjutkan
dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil dilanjutkan infus tersebut dengan
jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairandalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang
sudah masuk dibagi dengan sisa waktu (24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan).
Perhitungan kebutuhan cairandalam 24 jam diperhitungkan sebagai berikut:
100 mL/KgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg
75 mL/KgBB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
60 mL/KgBB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
50 mL/KgBB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg
b) Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20mL/KgBB/1 jamkeadaan tensi masih terukur kurang
dari 80mmHg dan nadi cepat, akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma
ekspander (dextran L atau yang lainnya) sebanyak 10mL/KgBB/1 jam dan dapat diulang maksimalkan
30mL/kgBB/dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membaik dilanjutkan cairan RL sebanyak
kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat
mengatasi renjatan.
c) Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat
10mL/KgBB/1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat
lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma
ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 mL/KgBB/1 jam dan dapat di ulang maksimal 30
mL/KgBB dalam kurun waktu 24 jam.

Untuk pasien saat ini menggunakan cairan infus kaen 3A 36tpm mikro

V.komplikasi
Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari porlekatan kompleks antigen- antibodi pada membrane
trombosit mengeluarkan ADT. Hal ini menyebabkan trombosit akan dihancurkan oleh RES, sehingga
terjadi trombositopenia. Agregasi trombosit ini akan menyebabkan pengeluaran platelet faktor III
mengakibatkan koagulopati konsumtif, ditandai dengan peningkatan FDT, sehingga terjadi penurunan
faktor pembekuan.Agregasi trombosit ini juga mengakibatkan ganggguan fungsi trombosit sehingga
walaupun jumlah trombossit cukup banyak, namun tidak berfungsi dengan baik. Aktivitas koagulasi akan
menyebabkan aktivasi
faktor Hageman. Maka akan terjadi aktivasi faktor Hageman yang memicu peningkatan permeabilitas
kapiler yang mempercepat terjadinya syok.

a. Syok.
Infeksi sekunder oleh virus dengue akan menyebabkan respon antibodi amnestic yang akan terjadi
dalam waktu beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit dengan menghasilkan
titer tertinggi antibodi IgG anti dengue. Di samping itu, replikasi virus dengue terjadi juga dalam limfosit
yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Kemudian terbentuklah
sistem komplemen, pelepasan C3aC5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma dari ruang intravaskuler ke ruang
extravaskuler.
Pada klien dengan syok berat volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan berlangsung
selama 2-28 jam. Perembesan plasma initerbukti dengan adanya peningkatan kadar hematokrit,
penurunan kadar natrium dan terdapatnya cairan di dalam rongga srose (efusi pleura, ascites). Syok
yang tidak ditanggulangi menyebabkan asidosis dan anoksia yang dapat berakhir fatal yaitu kematian.
Sindrom Syok Dengue (SSD) Seluruh kriteria DHF disertai kegagalan sirkulasi di tandai dengan :

1) Nadi yang cepat dan lemah.


2) Tekanan darah turun (≤ 20mmHg)
3) Hipotensi (dibandingkan standar sesuai umur).
4) Kulit dingin dan lembab.
5) Gelisah
b. Oedema Paru
Oedema paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian cairan yang berlebihan.
Pemberian cairan pada hari sakit

ketiga sampai kelima sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan udem paru oleh
karena perembesan plasma masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang
ekstravaskuler, apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya melihat penurunan
hemoglobin dan hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit), klien akan mengalami distress
pernapasan,disertai sembab pada kelopak mata dan ditunjang dengan gambaran udem paru pada foto
rontgen dada.
Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan semakin beratnya bentuk demam berdarah
yang dialami, perdarahan dan shock syndrome. Komplikasi paling serius walaupun jarang terjadi adalah
sebagai berikut:
1) Dehidrasi
2) Perdarahan
3) Jumlah platlet yang rendah
4) Bradikardi
Efusi Pleura disebabkan oleh infeksi virus dengue yang bias memecahkan membrane kapiler dan
memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan yang kemudian masuk ke dalam rongga pleura
secara cepat dan akumulasi cairan ini disebut efusi pleura.
c. Penurunan Kesadaran
Saat terjadi infeksi virus dengue kemudian mengalami replikasi maka terbentuk kompleks virus antibody
yang menyebabkan efek salah satunya permeabilitas kapiler yang mengikat sehingga terjadi penurunan
transportasi O2 ke otak, sehingga terjadi penurunan kesadaran.
VI.Diagnosa banding

Chikungunya

Manifestasi klinis infeksi virus chikungunya menyerupai demam dengue, yaitu onset demam mendadak,
artralgia, dan ruam kulit yang khas. Namun pada chikungunya, artralgia umumnya skala nyeri berat dan
jarang menyebabkan perdarahan maupun renjatan. Hasil positif serologi chikungunya membantu
membedakan dengan DF.[15]

Campak

Gejala campak sama demam akut dengan manifestasi ruam kulit. Namun pada campak, umumnya
terdapat tanda bercak koplik khas pada selaput lendir mulut, ruam lebih sering ditemukan pada kepala
dan telinga, dan lebih sering disertai keluhan saluran napas atas dan konjungtivitis. Pemeriksaan
serologi spesifik measles dengan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dapat membedakannya
dengan DF.[15]

COVID-19

Coronavirus disease 2019 (COVID-19) sering kali sulit dibedakan dengan demam dengue, karena
memiliki gejala dan tanda yang hampir sama. Penderita COVID-19 juga sering mengalami leukopenia dan
trombositopenia. Namun pada COVID-19, terdapat riwayat kontak dengan pasien terkonfirmasi COVID-
19, terdapat gejala anosmia, dysgeusia, dan keluhan saluran napas yang lebih berat. Pemeriksaan real
time reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) COVID-19 dapat membedakan penyakit
ini dengan DF.[15]

Infeksi Tifoid

Demam pada infeksi tifoid dapat menyerupai DF. Namun pada infeksi tifoid, umumnya tipe demam
dengan pola anak tangga, disertai gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, konstipasi, atau diare.
Pemeriksaan kultur darah/urin/feses positif Salmonella enterica serovar typhi dapat mendiagnosis pasti
infeksi tifoid.[15]
Gangguan Hematologi

Gangguan hematologi yang dapat menyerupai DF di antaranya immune thrombocytopenic purpura


(ITP), leukemia stadium lanjut, dan anemia. Cara membedakannya dapat melalui pemeriksaan sumsum
tulang.

B.pengkajian

I.wawancara

Biodata pasien

Nama. : An.z

Umur. : 6 bulan

Tanggal lahir : 04-08-2022

Jenis kelamin : perempuan

Agama. : Islam

Suku / bangsa : Jawa /Indonesia

Alamat. : Dusun Wage RT:01 RW:04 kec.mandirancan kab.kuningan

Diagonsa medis : fever unspecified

Tanggal masuk RS : 07-02-2023

Tanggal pengkajian : 10-02-2023

Identitas penanggung jawab

Nama. : Tn.A (ayah pasien )

Umur. : 34 tahun

Alamat : dusun Wage RT:01 RW:04 kec.mandirancan kab.kuningan

Pekerjaan : wiraswasta

II.pemeriksaan fisik

No Jenis pemeriksaan Inspeksi Palpasi Auskultasi Perkusi

1 Kepala dan rambut Rambut hitam ,kepala Tidak ada


simetris ,tidak Hidrosefalus luka ,tidak ada
benjolan
2 Mata Kedua mata pasien
simetris, tidak juling , tidak
ada oedim ,alis
simetris,konjungtiva tidak
Anemis,sklera putih ukuran
pupil normal, refleks pupil
isokor

3 Hidung Hidung simetris , tidak ada Tidak ada nyeri


polip ,tidak ada bengkak tekan
ada sekret

4 Mulut Mukosa bibir berwarna Tidak teraba


pink , gigi belum benjolan
tumbuh,tidak ada
karies,tidak ada infeksi
(stomatitis)

Gusi Merah muda, tidak ada


lesi ,tidak ada perdarahan

Tonsil Merah muda,tonsil tidak


bengkak

5 Telinga Daun telinga simetris Teksyur daun


ukuran daun telinga normal telinga normal,
, tidak ada inflamasi ,tidak
ada Lesi,tidak ada Keuka tes
bengkak,tidak ada serumen Weber pasien
dapat
merasakan
getaran

6 Leher -leher tidak bengkak -tidak ada


masa di leher
- tidak ada pembesaran
Vena -posisi trakea
simetris
-tirak ada lesi
-nadi karotis
- tidak ada nyeri telan teraba

7 Dada - warna kulit putih - tidak ada - suara napas -tidak ada bunyi
nyeri tekan normal tambahan
-bentuk dada normal tidak
skoliosis

- tidak pakai otot nanti


napas

- tidak ada lesi

8 Abdomen -bentuk perut simetris -tidak ada -suara bising -ada nyeri tekan
benjolan usus sedikit
-bentuk umbilical normal hiperaktif

9 Ekstremitas atas dan - pasien dapat meraih


bawah mainan

-gerakan motorik baik

-padien dapet
menggerakankrdua kaki
dan bisa menendang
secara aktif

III.Pemeriksaan Diagnostik

Jenis pemeriksaan Hasil lab Nilai rujukan

Haemoglobin 12.8 12.0-14.10

Leukosit 12.3 4.0-10.00

Eritrosit 5.05 37.0-43.0

Haematokrit 39.6 37.0-43.0

Thrombosit 34.9 150-390

Index eritrosit

MCV 78 76-96

Mch 25 27-33

Mchc 32 30-35

RDW CV 14.0 11.6-14.8

Hitung jenis /DIFF

Basofil 1 0-1

Eosinofil 0 0-3

Neutrofil segmem 45 40-70


Limfosit 44 20-40

Monosit 8 2-8

Kimia darah

GDS 77.0 <150

Rapid antigen Negatif

Terapi obat

Kaen 3A 36/tpm mikro

Inj cefotaxime 2x350mg

Inj antrain 3x0,15 cc

IV. Analisa data

Keluhan utama

Demam

Riwayat kesehatan saat ini

Orang tua pasien mengatakan demam batuk ,pilek ,bab cair sejak 5 hari yang lalu sebelumasuk rumah
sakit , hari ini bab 1x cair ,tidak ada darah , ada kejang <1 menit saat demam hari pertama sebelum
masuk rumah sakit

Riwayat kesehatan masa lalu

Sebelum nya pasien tidak pernah mengalami demam

Riwayat kesehatan keluarga

Pada keluarga pasien tidak ada yang mengalami epilepsi atau penyakit lain yang menurun dan menular

Penampilan umum

Pasien berpenampilan bersih

GCS : 15 E:4 V:5 M:6 compos mentis


Tanda-tanda vital

Nadi : 125x/menit. Suhu : 38,5°c BB: 7kg

Respirasi : 26x/menit. Spo2 : 96%

Data subyektif Data obyektif

-orang tua pasien mengatakan demam ,batuk pilek ,bab - K/u lemah
cair sejak 5 hari yang lalu sebelu masuk rumah sakit
- GCS : 15 E:4 M:6 V:5 Compos mentis
- hari ini bab 1x lendir tidak ada darah
- pulsasi teraba lemah
-orang tua pasien mengatakan saat hari pertama
demam OS kejang <1 menit sebelum masuk RS -BAB cair berlendir

- orang tua Os mengatakan sudah memberikan obat -Nadi : 125x/m


penurun panas dan diare tetapi tidak tahu nama obat
Respirasi : 26x/m
nya
BB : 7kg

S:38,°c

Spo2:96%

- Diet : susu / asi, Nestle

C.diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1.hipertermia berhubungan dengan proses infeksi di tandai dengan suhu tubuh di atas nilai normal
(D0130)

2.diare berhubungan dengan iritasi usus di tandai dengan feses lembek atau cair (D0020)

3.defisit nutrisi berhubungan dengan gangguan metabolik di tandai dengan penurunan nafsu makan
( orang tua memberikan Nestle) (D0019)

4.risiko hipovolemia berhubungan dengan pengeluaran cairan secara aktif di tandai dengan diare (0034)

D.rencana asuhan keperawatan


No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Evaluasi

1 Hipertermia berhubungan Setelah di lakukan Manajemen S :- orang tua


dengan proses infeksi di tandai intervensi selama hipertermia pasien mengatakan
dengan suhu tubuh di atas nilai 1x24 jam maka: demam
normal Observasi :
1.suhu tubuh - sudah di bersi asi
kembali normal 1.penyebab
tidak ada demam hipertermia - orang tua pasien
mengatakan bab
2.kebutuhan cairan 2.monitor suhu pasien cair
tercukupi tubuh
-orang tua pasien
3.monitor haluan mengatakan tidak
urine ada kejang

4.monitor - orang tua pasien


komplikasi akibat mengatakan masih
hipertermia ada batuk pilek
sedikit
Therapetik :
O: - ku lemah
1.sediakan
lingkungan dingin -pulsasi teraba
lemah
2.longgarkan
pakaian GCS ; 15 E:4 M:6 V:
5 Compos mentis
3.berikan cairan oral
sesuai kebutuhan - urine keluar ±
100cc
Edukasi :
- bab cair
1.anjurkan tirah
baring - nadi 125x/m

Kolaborasi : Respirasi 26x/m

Kolaborasi Suhu 38,5°c


pemberian elektrolit
jika perlu Spo2 :96%

BB : 7kg

Observasi : A: # hipertermia

Setelah di lakukan 1.identifikasi # defisit nutrisi


intervensi selama pemberian makanan
Diare berhubungan dengan 2x24 jam maka : 2.monotor tanda # diare
iritasi usus di tandai dengan hipovolemi
2. feses lembek atau cair 1.fungsi
gastrointestinal 3.momitor
membaik keamanan makanan P : lanjutkan
intervensi
2.tidak ada infeksi Terapeutik :

3.eliminasi fekal 1.pasang jalur


normal intravena

2.beri asupan oral

Edukasi :

1.anjurkan porsi
makan kecil tapi
bertahap

2.anjurkan
pemberian asi /susu

Kolaborasi :

Kolaborasi
pemberian obat

Observasi

1.identifikasi status
Setelah di lakukan nutrisi
intervensi selama
2.identifikasi alergi
1x24 jam maka
makanan
status nutrisi
membaik dengan 3.monitor asupan
kriteria hasil : makanan
Defisit nutrisi berhubungan
dengan gangguan metabolik di 1.nafsu makan Terapeutik
3.
tandai dengan penurunan nafsu membaik
makan (makan netsle) 1. Berikan makan
2.porsi makan habis rendah serat

Edukasi

Anjurkan diet sesuai


kebutuhan

Kolaborasi

Kolaborasi dengan
ahli gizi

Observasi
Setelah di lakukan
intervensi selama 1.identifilasi
1x24 jam maka penyebab
cairan tubuh hipovolemia
terpenuhi dengan
kriteria hasil : 2.monitor intake
dan out put cairan
Risiko hipovolemia 1.turgor kulit normal
3.monitor
berhubungan dengan
2.out put urine kecepatan cairan
pengeluaran cairan di tandai
membaik infus
dengan diare
4.
3.berat badan tidak Terapeutik
turun
1.timbang berat
4.intake cairan badan
terpenuhi
2.batasi asupan
cairan dan garam

Edukasi

1.anjurkan cara
membatasi cairan

Kolaborasi

1.pemberian
diuretik
Tanggal:
10
februari Nama : Mery Siti maryam
2023 jam
16.00

E. Daftar pustaka

Http //: www.respiratory .com

Buku SDKI persatuan perawat Indonesia Edisi 1

Buku SLKI persatuan perawat Indonesia Edisi 1 cetakan II

Buku SIKI persatuan perawat Indonesia Edisi 1 cetakan II

Anda mungkin juga menyukai