Anda di halaman 1dari 26

Asuhan Keperawatan Anak

Dengan Demam Berdarah


Dengue (DBD)

Bettywati
Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD)

• Penyakit DBD adalah suatu penyakit yang ditularkan melalui


gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang membawa virus dengue.
Penyakit ini merupakan endemik yang sering terjadi pada daerah
tropis (Sumampouw 2020). Peningkatan Kasus DBD pada wilayah
tropis dalam meningkat dalam waktu yang cepat dan dapat
menimbulkan kejadian luar biasa di dunia (Tansil Et Al.2021)
• Penyakit DBD ini juga merupakan penyakit yang
sering terjadi di negara tropis hal ini disebabkan karen
memiliki tingkat kelembapan, curah hujan dan
perpindahan dari desa ke kota yang sangat tinggi.
Situasi yang terjadi di negara tropis merupakan tempat
berkembang biaknya nyamuk Aedes Albopictus dan
Aedes Aegypti yang dapat meningkatkan prevalensi
penyakit demam berdarah (Anon 2021).
Etiologi

• Penyebab utama dari penyakit DHF ini adalah


kelompok virus dengue yang menularkan melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti. Virus ini merupakan
golongan kelompok Arthropoda Virus
(Arbovirosis), genus Flavivirus, dan famili
Flaviviridae.
DHF atau DBD juga dapat disebabkan oleh beberapa factor yang dapat menjadi
tempat berkembang biaknya nyamuk tersebut yaitu sebagai berikut :

a. Faktor Predisposisi
1) Usia
2) Musim Hujan
b. Faktor Presipitasi
1) Sosial ekonomi
2) Kepadatan Penduduk
3) Lingkungan yang tidak bersih yang dapat menjadi tempat perkembang
biakan nyamuk Aedes Aegepty
Patofisiologi

• Penularan infeksi virus dengue yaitu melalui virus,


manusia, dan vektor perantara. Penularan virus ini
melalui nyamuk Aedes Aegypti, Aedes Albopictus,
Aedes Polinensis pada manusia kemudian menjadi
viremia selanjutnya virus akan berada di kelenjar air
liur berkembang biak dalam waktu 8- 10 hari. Virus
dalam tubuh manusia berkembang biak.
• dalam sistem retikuloendotelial dengan target utama
virus dengue adalah APC (Antigen Presenting Cells)
pada umumnya berupa monosit atau makrofag seperti
sel Kupffer dari hepar dapat juga. Viremia timbul pada
saat menjelang gejala klinis tampak hingga 5 – 7 hari
setelahnya. Virus bersirkulasi dalam darah perifer di
dalam sel monosit, sel limfosit B dan sel limfosit T
(Marcdante et al. 2018).
• Gejala klinik secara umum terdiri dari tiga stadium
yaitu stadium demam, stadium kritis, dan stadium
pemulihan. Stadium demam berlangsung selama dua
hingga tujuh hari, pada hari pertama hingga ketiga
pasien tiba-tiba merasakan demam tinggi yang bahkan
bisa mencapai 40°c.
• Selanjutnya syok terjadi akibat kebocoran plasma,
perdarahan hebat dan kegagalan multiorgan dapat terjadi
pada fase ini terjadi jika tidak ada pengobatan yang
memadai. Pada fase ketiga, stadium pemulihan terjadi
pada hari ke enam sampai ketujuh, penderita biasanya
merasakan demam lagi dan perlahan trombosit biasanya
naik normal seperti biasa.Perembesan plasma ke ruang
interstitial an didapatkan cairan menumpuk pada rongga
peritoneum , pleura, dan perikardium jika tidak tertangani
maka akan mengakibatkan syok hipovolemik yang
berlanjut pada Dengue Syok Syndrome hingga kematian
Manifestasi Klinis
• Gejala klinis utama pada DHF ditandai dengan
demam dan manifestasi perdarahan yang timbul
secara spontan maupun setelah dilakukan uji
tourniquet kemudian untuk memastikan terkait
gejala DHF maka World Health Organization
(WHO) pada tahun 1998 menentukan gejala
klinis dan laboratorium (Soegijanto 2012)
a. Gejala Klinis yaitu sebagai berikut:
- Demam tinggi mendadak dan berlangsung 2 – 7 hari
- Sakit Kepala
- Nyeri retro orbital dan nyeri tulang
- Uji tourniquet positif
- Perdarahan spontan seperti pendarahan dibawah kulit atau petekie,
ekimosis, pendarahan di gusi, dan melena dan hematemesis
- Trombositopenia
- Hepatomegali
- Renjatan syok seperti nadi lemah dan cepat, akral
- dingin, dan anak rewel dan gelisah
- Leukopenia (WBC < 5.000 sel /mm 3
- Trombositopenia < 150.000 sel /mm 3
• Hematokrit Hct meningkat 5 – 10 %Dalam surat
keputusan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
(2020)
• Klasifikasi Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau
Demam Berdarah Dengue (DBD) berdasarkan surat
keputusan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
(2020)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada anak dengan DHF adalah sebagai
berikut menurut WHO 2011 dikutip dalam Kalayanarooj (2011) :Perhitungan kebutuhan cairan pada
anak yaitu sebagai berikut :
Jika BB 10 kg pertama = 100 cc kg/BB/24 jam
Jika BB 10 kg kedua = 50 cc kg/BB/24 jam
Jika BB > 20 kg = 25 cc kg/BB/24 jam

a. Fase Demam yaitu tanda klinis demam tinggi dengan uji Tourniquet positif + leukopenia (WBC ≤
5.000 sel/mm 3) – nilai prediksi positif 70–83%
b. Tes Diagnostik
1) Tes NS1Ag selama fase demam (lima hari pertama demam): sensitivitas 60–70%, spesifisitas >99%
2) PCR – sensitivitas dan spesifisitas baik tetapi mahal dan tidak tersedia di sebagian besar tempat
3) Tes ELISA-IgM, IgG – tidak cocok untuk diagnosis dini karena antibodi meningkat secara
signifikan setelah hari ke-5 demam
Penatalaksanaan
1) Menurunkan demam dengan pemberian antipiretik paracetamol
2) Tingkatkan pemberian makanan oral pada anak : diet lunak, jus, larutan rehidrasi
3) Pantau CBC setiap hari
4) Anjurkan untuk kembali ke rumah sakit secepatnya bila tidak nampak perbaikan secara
klinis
Fase Kritis
Fase kritis merupakan waktu transisi yaitu dimana suhu pada umumnya hari ke 3-5
demam.
• Trombositopenia, yaitu jumlah trombosit ≤ 100.000 sel/mm 3, merupakan indikator
terbaik untuk
• kebocoran plasma: Jumlah trombosit antara 50.000 dan 100.000 sel/mm3 – awal
kebocoran plasma (sekitar setengah dari pasien DD mengalami trombositopenia pada
tingkat ini), trombosit count < 50.000 sel/mm3 – DBD kemungkinan besar dan biasanya
menunjukkan bahwa telah terjadi kebocoran plasma, kemungkinan selama 24 jam.
• Rawat pasien dengan trombositopenia dan kurang nafsu makan/kondisi klinis yang
buruk.

• Pertimbangkan untuk menerima pasien berisiko tinggi: bayi, pasien obesitas, pasien
dengan syok berkepanjangan (tingkat IV), perdarahan, ensefalopati, penyakit yang
mendasari, kehamilan.

• Deteksi efusi pleura dan asites dengan pemeriksaan fisik pada fase kebocoran dini
atau bahkan pada saat syok sangat sulit. Foto rontgen dada dan ultrasonography
atau albumin serum ≤ 3,5 gm% adalah cara alternatif untuk mendeteksi kebocoran
plasma.

• Manajemen cairan IV yang tepat selama periode kritis atau penggantian volume
plasma dibutuhkan apabila anak:
1) Anak terus menerus muntah, tidak mau minum, demam tinggi dan tidak memungkinkan
diberikan per oral karena ditakutkan akan mempercepat terjadinya syok.
2) Larutan garam isotonik pada masa kritis, misalnya 5% dextrose dalam normal saline solution
(NSS), 5% Ringer Acetate, 5% Ringer- Lactate. Dekstrosa 5% dalam NSS lebih disukai karena kasus
parah yang memerlukan rawat inap adalah mereka yang nafsu makannya buruk, mual/muntah
dan sakit perut.

3) Jumlah total cairan yang dibutuhkan selama periode kritis 24-48 jam diperkirakan sebagai

rumatan + defisit 5% (M+5%D), termasuk cairan oral dan IV. Pada pasien DSS durasi pemberian

cairan IV mungkin 24-36 jam dan pada DBD non syok 48-60 jam
• Tingkat cairan IV harus disesuaikan denga tanda-tanda vital klinis (TD, nadi, laju pernapasan, suhu),
hematokrit (Hct) dan produksi urin (0,5 ml/kg/jam)
• Jika respon klinis tidak baik (kejutan ulang, tanda vital tidak stabil, tidak mampu menurunkan laju
cairan IV) selidiki dan perbaiki data laboratorium berikut:

• a) Analisa gas darah (kapiler atau vena), jika ada, periksa fungsi hati dan ginjal. Koreksi asidosis bila
pH darah < 7,35 dan HCO3 < 15 mEq/L.
• b) Awasi pendarahan – Hct: jika tinggi, dekstran diindikasikan, jika rendah atau tidak meningkat,
pertimbangkan transfusi darah dan pertimbangkan pemberian vitamin K1secara intravena.
• c) Pantau kadar elektrolit lainnya: Na, K. Berikan gluconate 1 ml/kg/dosis yang diencerkan dua kali
dengan cairan IV dan dorong IV secara perlahan. Dosis maksimum adalah 10 ml/dosis.
• d) Pantau Gula darah

• Fase Pemulihan
• 1) Hentikan cairan IV bila ada tanda pemulihan: ruam pemulihan, gatal, nafsu makan meningkat atau
> 30 jam setelah syok dan > 60 jam setelah kebocoran plasma. Sinus bradikardi dapat diamati pada
beberapa pasien.
• Pasien dengan asites masif dan efusi pleuramungkin memerlukan diuretik selama periode reabsorpsi
plasma ekstravasasi ke dalam sirkulasi.

• Beberapa pasien mungkin tidak mendapatkan kembali nafsu makannya pada periode ini. Ini mungkin
karena diuresis dan hilangnya kalium dalam urin. Suplemen kalium mungkin diperlukan pada fase ini.
Buah (pisang, jeruk) dan jus buah kaya akan potasium dan disukai oleh Sebagian besar pasien.

Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan dbd yaitu perdarahan masif dan dengue shock syndrome (dss)
atau syndrome syok dengue (ssd). Syok biasanya ditandai dengan nadi lemah atau cepat bahkan sampai
tidak dapat teraba, tekanan nadi menurun hingga 20 mmhg atau sampai dengan nol, tekanan darah menurun
hingga dibawah 80 mmhg atau bahkan sampai nol, terjadi penurun disekitar mulut dan kulit ujung jari,
hidung, telinga, dan kaki terasa dingin. DSS dapat menyebabkan kegagalan multi organ dan jika syok
berkepanjangan dapat mengakibatkan asidosis metabolik yang dapat menyebabkan kematian pada anak
(Armenda et al. 2021).
KONSEP DASAR KEPERAWATAN DBD

1. Pengkajian

Umumnya keluhan didapatkan pada anak yaitu panas mendadak disertai dengan menggigil, namun
pada saat demam biasanya kesadaran anak composmentis. Panas mulai turun terjadi antara hari ke 3
dan ke 7, akan tetapi pada hari keduanya kondisi anak masih tampak lemah. Keluhan lainnya
biasanya adanya nyeri telan, mual, muntal, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyer otot,
dan persendian, nyeri ulu hati dan terasa pegal saat adanya pergerakan pada bola mata. Pada grade
III dan IV terdapat manifestasi perdarahan pada kulit dan gusi, melena atau hematemesis.
Masalah Keperawatan
• Masalah keperawatan yang dapat diangkat menjadi
• diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut (Persatuan
• Perawat Nasional Indonesia,2016)
a. Hipertermia
b. Defisit nutrisi
c. Hipovolemia
d. Resiko syok
e. Risiko pendarahan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai