Anda di halaman 1dari 9

No.

Dokumen:

SPO No. Revisi :

Tanggal Terbit:

Halaman :1/8

Puskesmas II
ABCD
NAMA KEPALA
PUSKESMA

1. Pengertian Demam berdarah dengue adalah infeksi yang disebabkan


oleh virus dengue.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah agar.........

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas 2 ABCD nomer.............

4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.02.02/Menkes/514/2015

5. Prosedur Anamnesis (Subjective)


1. Demam tinggi, mendadak, terus menerus selama 2 – 7
hari.
2. Manifestasi perdarahan, seperti: bintik-bintik merah di kulit,
mimisan, gusi berdarah, muntah berdarah, atau buang air
besar berdarah.
3. Gejala nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital.
4. Gejala gastrointestinal, seperti: mual, muntah, nyeri perut
(biasanya di ulu hati atau di bawah tulang iga)
5. Kadang disertai juga dengan gejala lokal, seperti: nyeri
menelan, batuk, pilek.
6. Pada kondisi syok, anak merasa lemah, gelisah, atau
mengalami penurunan kesadaran.
7. Pada bayi, demam yang tinggi dapat menimbulkan kejang.

Faktor Risiko
1. Sanitasi lingkungan yang kurang baik, misalnya: timbunan
sampah, timbunan barang bekas, genangan air yang
seringkali disertai di tempat tinggal pasien sehari-hari.
2. Adanya jentik nyamuk Aedes aegypti pada genangan air di
tempat tinggal pasien sehari-hari.
3. Adanya penderita demam berdarah dengue (DBD) di
sekitar pasien.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana


(Objective)
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonik untuk demam dengue
1. Suhu > 37,5 derajat celcius
2. Ptekie, ekimosis, purpura
3. Perdarahan mukosa
4. Rumple Leed (+)

Tanda Patognomonis untuk demam berdarah dengue


1. Suhu > 37,5 derajat celcius
2. Ptekie, ekimosis, purpura
3. Perdarahan mukosa
4. Rumple Leed (+)
5. Hepatomegali
6. Splenomegali
7. Untuk mengetahui terjadi kebocoran plasma, diperiksa
tanda-tanda efusi pleura dan asites.
8. Hematemesis atau melena

Pemeriksaan Penunjang :
1. Darah perifer lengkap, yang menunjukkan:
a. Trombositopenia ( 100.000/L).
b. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:

• peningkatan hematokrit (Ht) 20% dari nilai standar data populasi menurut umur

• Ditemukan adanya efusi pleura, asites


• Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
c. Leukopenia < 4000/μL.
2. Serologi Dengue, yaitu IgM dan IgG anti-Dengue, yang
titernya dapat terdeteksi setelah hari ke-5 demam.

Penegakan Diagnosis (Assessment)


Diagnosis Klinis Demam Dengue
1. Demam 2–7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-
menerus, bifasik.
2. Adanya manifestasi perdarahan baik yang spontan seperti
petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis dan atau melena; maupun berupa uji tourniquet
positif.
3. Nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital.
4. Adanya kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah atau
di sekitar rumah.
5. Leukopenia < 4.000/mm3
6. Trombositopenia < 100.000/mm3

Apabila ditemukan gejala demam ditambah dengan adanya


dua atau lebih tanda dan gejala lain, diagnosis klinis demam
dengue dapat ditegakkan.

Diagnosis Klinis Demam Berdarah Dengue


1. Demam 2–7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-
menerus (kontinua)
2. Adanya manifestasi perdarahan baik yang spontan seperti
petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis dan atau melena; maupun berupa uji
Tourniquette yang positif
3. Sakit kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital
4. Adanya kasus demam berdarah dengue baik di lingkungan
sekolah, rumah atau di sekitar rumah a. Hepatomegali
b. Adanya kebocoran plasma yang ditandai dengan salah
satu:
• Peningkatan nilai hematokrit, >20% dari pemeriksaan awal
atau dari data populasi menurut umur
• Ditemukan adanya efusi pleura, asites
• Hipoalbuminemia, hipoproteinemia c. Trombositopenia
<100.000/mm3
Adanya demam seperti di atas disertai dengan 2 atau lebih
manifestasi klinis, ditambah bukti perembesan plasma dan
trombositopenia cukup untuk menegakkan diagnosis Demam
Berdarah Dengue.

Tanda bahaya (warning signs) untuk mengantisipasi


kemungkinan terjadinya syok pada penderita Demam
Berdarah Dengue.

Kriteria Diagnosis Laboratoris


Kriteria Diagnosis Laboratoris diperlukan untuk survailans
epidemiologi, terdiri atas:

Probable Dengue, apabila diagnosis klinis diperkuat oleh


hasil pemeriksaan serologi antidengue.
Confirmed Dengue, apabila diagnosis klinis diperkuat
dengan deteksi genome virus Dengue dengan pemeriksaan
RT-PCR, antigen dengue pada pemeriksaan NS1, atau
apabila didapatkan serokonversi pemeriksaan IgG dan IgM
(dari negatif menjadi positif) pada pemeriksaan serologi
berpasangan.
Isolasi virus Dengue memberi nilai yang sangat kuat dalam
konfirmasi diagnosis klinis, namun karena memerlukan
teknologi yang canggih dan prosedur yang rumit pemeriksaan
ini bukan merupakan pemeriksaan yang rutin dilakukan.
Diagnosis Banding
1. Demam karena infeksi virus (influenza , chikungunya, dan
lain-lain)
2. Idiopathic thrombocytopenic purpura
3. Demam tifoid

Komplikasi
Dengue Shock Syndrome (DSS), ensefalopati, gagal ginjal,
gagal hati
Penatalaksanaan komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan pada Pasien Dewasa
1. Terapi simptomatik dengan analgetik antipiretik
(Parasetamol 3x500-1000 mg).
2. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi
- Alur penanganan pasien dengan demam dengue/demam
berdarah dengue, yaitu:pemeriksaan penunjang Lanjutan
- Pemeriksaan Kadar Trombosit dan Hematokrit secara serial

Gambar 1.7 Alur penanganan pasien dengan demam


dengue/demam berdarah

Kriteria Rujukan
1. Terjadi perdarahan masif (hematemesis, melena).
2. Dengan pemberian cairan kristaloid sampai dosis 15
ml/kg/jam kondisi belum membaik.
3. Terjadi komplikasi atau keadaan klinis yang tidak lazim,
seperti kejang, penurunan kesadaran, dan lainnya.

Penatalaksanaan pada Pasien Anak


Demam berdarah dengue (DBD) tanpa syok
1. Bila anak dapat minum
a. Berikan anak banyak minum
• Dosis larutan per oral: 1 – 2 liter/hari atau 1 sendok makan
tiap 5 menit.
• Jenis larutan per oral: air putih, teh manis, oralit, jus buah,
air sirup, atau susu.
b. Berikan cairan intravena (infus) sesuai dengan kebutuhan
untuk dehidrasi sedang. Berikan hanya larutan kristaloid
isotonik, seperti Ringer Laktat (RL) atau Ringer Asetat (RA),
dengan dosis sesuai berat badan sebagai berikut:
• Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
• Berat badan 15 – 40 kg : 5 ml/kgBB/jam
• Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
2. Bila anak tidak dapat minum, berikan cairan infus kristaloid
isotonik sesuai kebutuhan untuk dehidrasi sedang sesuai
dengan dosis yang telah dijelaskan di atas.
3. Lakukan pemantauan: tanda vital dan diuresis setiap jam,
laboratorium (DPL) per 4-6 jam.
a. Bila terjadi penurunan hematokrit dan perbaikan klinis,
turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan
klinis stabil.
b. Bila terjadi perburukan klinis, lakukan penatalaksanaan
DBD dengan syok.
4. Bila anak demam, berikan antipiretik (Parasetamol 10 – 15
mg/kgBB/kali) per oral. Hindari Ibuprofen dan Asetosal.
5. Pengobatan suportif lain sesuai indikasi.

Demam berdarah dengue (DBD) dengan syok


1. Kondisi ini merupakan gawat darurat dan mengharuskan
rujukan segera ke RS.
2. Penatalaksanaan awal:
a. Berikan oksigen 2 – 4 liter/menit melalui kanul hidung atau
sungkup muka.
b. Pasang akses intravena sambil melakukan pungsi vena
untuk pemeriksaan DPL.
c. Berikan infus larutan kristaloid (RL atau RA) 20 ml/kg
secepatnya.
d. Lakukan pemantauan klinis (tanda vital, perfusi perifer, dan
diuresis) setiap 30 menit.
e. Jika setelah pemberian cairan inisial tidak terjadi perbaikan
klinis, ulangi pemberian infus larutan kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan
pemberian larutan koloid 10 – 20 ml/kgBB/jam (maksimal 30
ml/kgBB/24 jam).
f. Jika nilai Ht dan Hb menurun namun tidak terjadi perbaikan
klinis, pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi.
Berikan transfusi darah bila fasilitas tersedia dan larutan
koloid. Segera rujuk.
g. Jika terdapat perbaikan klinis, kurangi jumlah cairan hingga
10 ml/kgBB/jam dalam 2 – 4 jam. Secara bertahap diturunkan
tiap 4 – 6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
h. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan
setelah 36 – 48 jam. Hindari pemberian cairan secara
berlebihan.
3. Pengobatan suportif lain sesuai indikasi.

Rencana Tindak Lanjut


Demam berdarah dengue (DBD) tanpa syok
1. Pemantauan klinis (tanda vital, perfusi perifer, diuresis)
dilakukan setiap satu jam.
2. Pemantauan laboratorium (Ht, Hb, trombosit) dilakukan
setiap 4-6 jam, minimal 1 kali setiap hari.
3. Pemantauan cairan yang masuk dan keluar.

Demam berdarah dengue (DBD) dengan syok


Dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
merujuk pasien ke RS jika kondisi pasien stabil.
Persyaratan perawatan di rumah
1. Persyaratan untuk pasien dan keluarga
a. DBD non-syok(tanpa kegagalan sirkulasi).
b. Bila anak dapat minum dengan adekuat.
c. Bila keluarga mampu melakukan perawatan di rumah
dengan adekuat.
2. Persyaratan untuk tenaga kesehatan
a. Adanya 1 dokter dan perawat tetap yang bertanggung
jawab penuh terhadap tatalaksana pasien.
b. Semua kegiatan tatalaksana dapat dilaksanakan dengan
baik di rumah.
c. Dokter dan/atau perawat mem-follow up pasien setiap 6 – 8
jam dan setiap hari, sesuai kondisi klinis.
d. Dokter dan/atau perawat dapat berkomunikasi seara lancar
dengan keluarga pasien sepanjang masa tatalaksana.

Kriteria Rujukan
1. DBD dengan syok (terdapat kegagalan sirkulasi).
2. Bila anak tidak dapat minum dengan adekuat, asupan sulit,
walaupun tidak ada kegagalan sirkulasi.
3. Bila keluarga tidak mampu melakukan perawatan di rumah
dengan adekuat, walaupun DBD tanpa syok.

Konseling dan Edukasi


a. Penjelasan mengenai diagnosis, komplikasi, prognosis, dan
rencana tatalaksana.
b. Penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya (warning signs)
yang perlu diwaspadai dan kapan harus segera ke layanan
kesehatan.
c. Penjelasan mengenai jumlah cairan yang dibutuhkan oleh
anak.
d. Penjelasan mengenai diet nutrisi yang perlu diberikan.
e. Penjelasan mengenai cara minum obat.
f. Penjelasan mengenai faktor risiko dan cara-cara
pencegahan yang berkaitan dengan perbaikan higiene
personal, perbaikan sanitasi lingkungan, terutama metode 4M
plus seminggu sekali, yang terdiri atas:
1) Menguras wadah air, seperti bak mandi, tempayan, ember,
vas bunga, tempat minum burung, dan penampung air kulkas
agar telur dan jentik Aedes aegypti mati.
2) Menutup rapat semua wadah air agar nyamuk Aedes
aegypti tidak dapat masuk dan bertelur.
3) Mengubur atau memusnahkan semua barang bekas yang
dapat menampung air hujan agar tidak menjadi sarang dan
tempat bertelur nyamuk Aedes aegypti.
4) Memantau semua wadah air yang dapat menjadi tempat
nyamuk Aedes aegypti berkembang biak.
5) Tidak menggantung baju, menghindari gigitan nyamuk,
membubuhkan bubuk abate, dan memelihara ikan.

Prognosis
Prognosis jika tanpa komplikasi umumnya dubia ad bonam,
karena hal ini tergantung dari derajat beratnya penyakit.

6. Diagram Alir

(bila perlu)

7. Unit terkait Semua Ruangan

8.Rekaman
Historis No Yang Isi Tanggal mulai
Perubahan diubah Perubahan
Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai