Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATALAKSANA KASUS DEMAM DENGUE DAN


DEMAM BERDARAH DENGUE

Jl. Raya Surabaya - Malang Km 54Desa Lemahbang


Kecamatan Sukorejo - Pasuruanwebsite : www.rs-
1
primahusada.comemail :
Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue
No. ICPC-2 : A77 Viral disease other/NOS
No. ICD-10 : A90 Dengue fever
A91 Dengue haemorrhagic fever

Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut dan
mudah menular yang disebabkan oleh virus dengue atau gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus
Hasil Anamnesis Keluhan
(Subjective) 1. Demam tinggi, mendadak, terus menerus selama 2 – 7 hari.
2. Manifestasi perdarahan, seperti: bintik- bintik merah di kulit, mimisan,
gusi berdarah, muntah berdarah, atau buang air besar berdarah.
3. Gejala nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital.
4. Gejala gastrointestinal, seperti: mual, muntah, nyeri perut (biasanya di
ulu hati atau di bawah tulang iga)
5. Kadang disertai juga dengan gejala lokal, seperti: nyeri menelan,
batuk, pilek.
6. Pada kondisi syok, anak merasa lemah, gelisah, atau mengalami
penurunan kesadaran.
7. Pada bayi, demam yang tinggi dapat menimbulkan kejang.

Faktor Risiko
1. Sanitasi lingkungan yang kurang baik, misalnya: timbunan sampah,
timbunan barang bekas, genangan air yang seringkali disertai di
tempat tinggal pasien sehari-hari.
2. Adanya jentik nyamuk Aedes aegypti pada genangan air di tempat
tinggal pasien sehari-hari.
3. Adanya penderita demam berdarah dengue (DBD) di sekitar pasien
Hasil Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Tanda patognomonik untuk demam dengue
Fisik 1. Suhu > 37,5 derajat celcius
sederhana 2. Ptekie, ekimosis, purpura
(Objective) 3. Perdarahan mukosa
4. Rumple Leed (+)

Tanda Patognomonis untuk demam berdarah dengue


1. Suhu > 37,5 derajat celcius
2. Ptekie, ekimosis, purpura
3. Perdarahan mukosa
4. Rumple Leed (+)
5. Hepatomegali
6. Splenomegali
7. Untuk mengetahui terjadi kebocoran plasma, diperiksa tanda-tanda
efusi pleura dan asites.
8. Hematemesis atau melena
Hasil Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan 1. Darah perifer lengkap, yang menunjukkan:
Penunjang a. Trombositopenia (≤ 100.000/µL).
sederhana b. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:
(Objective) • peningkatan hematokrit (Ht) ≥ 20% dari nilai standar data
• populasi menurut umur
• Ditemukan adanya efusi pleura, asites
• Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
c. Leukopenia < 4000/μL.
2. Serologi Dengue, yaitu IgM dan IgG anti- Dengue, yang titernya dapat
terdeteksi setelah hari ke-5 demam.
Penegakan Diagnosis Klinis Demam Dengue
Diagnosis 1. Demam 2–7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-menerus,
(Assessment) bifasik.
2. Adanya manifestasi perdarahan baik yang spontan seperti petekie,
purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan

2
atau melena; maupun berupa uji tourniquet positif.
3. Nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital.
4. Adanya kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah atau di sekitar
rumah.
5. Leukopenia < 4.000/mm3
6. Trombositopenia < 100.000/mm3
Apabila ditemukan gejala demam ditambah dengan adanya dua atau
lebih tanda dan gejala lain, diagnosis klinis demam dengue dapat
ditegakkan.

Diagnosis Klinis Demam Berdarah Dengue


1. Demam 2–7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-menerus
(kontinua)
2. Adanya manifestasi perdarahan baik yang spontan seperti petekie,
purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan
atau melena; maupun berupa uji Tourniquette yang positif
3. Sakit kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital
4. Adanya kasus demam berdarah dengue baik di lingkungan sekolah,
rumah atau di sekitar rumah
a. Hepatomegali
b. Adanya kebocoran plasma yang ditandai dengan salah satu:
• Peningkatan nilai hematokrit, >20% dari pemeriksaan awal
atau dari data populasi menurut umur
• Ditemukan adanya efusi pleura,
• asites
• Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
c. Trombositopenia <100.000/mm3
Adanya demam seperti di atas disertai dengan 2 atau lebih manifestasi
klinis, ditambah bukti perembesan plasma dan trombositopenia cukup
untuk menegakkan diagnosis Demam Berdarah Dengue.

Tanda bahaya (warning signs) untuk mengantisipasi kemungkinan


terjadinya syok pada penderita Demam Berdarah Dengue.

Klinis
1. Demam turun tetapi keadaan anak memburuk
2. Nyeri perut dan nyeri tekan abdomen
3. Muntah persisten Letargi, gelisah Perdarahaan mukosa Pembesaran
hati Akumulasi cairan Oliguria

Laboratorium
1. Peningkatan kadar hematokrit bersamaan dengan penurunan cepat
jumlah trombosit
2. Hematokrit awal tinggi

Kriteria Diagnosis Laboratoris


Kriteria Diagnosis Laboratoris diperlukan untuk survailans epidemiologi,
terdiri atas:
1. Probable Dengue, apabila diagnosis klinis diperkuat oleh hasil
pemeriksaan serologi anti dengue.
2. Confirmed Dengue, apabila diagnosis klinis diperkuat dengan deteksi
genome virus Dengue dengan pemeriksaan RT-PCR, antigen dengue
pada pemeriksaan NS1, atau apabila didapatkan serokonversi
pemeriksaan IgG dan IgM (dari negatif menjadi positif) pada
pemeriksaan serologi berpasangan.
3. Isolasi virus Dengue memberi nilai yang sangat kuat dalam konfirmasi
diagnosis klinis, namun karena memerlukan teknologi yang canggih
dan prosedur yang rumit pemeriksaan ini bukan merupakan
pemeriksaan yang rutin dilakukan.

Diagnosis Banding
1. Demam karena infeksi virus (influenza, chikungunya, dan lain- lain)

3
2. Idiopathic thrombocytopenic purpura
3. Demam tifoid

Komplikasi
Dengue Shock Syndrome (DSS), ensefalopati, gagal ginjal, gagal hati
Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada Pasien Dewasa
komprehensif 1. Terapi simptomatik dengan analgetik antipiretik (Parasetamol 3x500-
(Plan) 1000 mg).
2. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi
- Alur penanganan pasien dengan demam dengue/demam berdarah
dengue, yaitu: pemeriksaan penunjang Lanjutan
- Pemeriksaan Kadar Trombosit dan Hematokrit secara serial

Gambar 1.1 Alur penanganan pasien dengan demam dengue/


demam berdarah

Penatalaksanaan pada Pasien Anak


Demam berdarah dengue (DBD) tanpa syok
1. Bila anak dapat minum
a. Berikan anak banyak minum
• Dosis larutan per oral: 1-2 liter/hari atau 1 sendok makan tiap 5
menit.
• Jenis larutan per oral: air putih, teh manis, oralit, jus buah, air
sirup, atau susu.
b. Berikan cairan intravena (infus) sesuai dengan kebutuhan untuk
dehidrasi sedang. Berikan hanya larutan kristaloid isotonik, seperti
Ringer Laktat (RL) atau Ringer Asetat (RA), dengan dosis sesuai
berat badan sebagai berikut:
• Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
• Berat badan 15-40 kg: 5 ml/kgBB/jam
• Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
2. Bila anak tidak dapat minum, berikan cairan infus kristaloid isotonik
sesuai kebutuhan untuk dehidrasi sedang sesuai dengan dosis yang

4
telah dijelaskan di atas.
3. Lakukan pemantauan: tanda vital dan diuresis setiap jam,
laboratorium (DPL) per 4-6 jam.
a. Bila terjadi penurunan hematokrit dan perbaikan klinis, turunkan
jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan klinis stabil.
b. Bila terjadi perburukan klinis, lakukan penatalaksanaan DBD
dengan syok.
4. Bila anak demam, berikan antipiretik (Parasetamol 10-15
mg/kgBB/kali) per oral. Hindari Ibuprofen dan Asetosal.
5. Pengobatan suportif lain sesuai indikasi.

Demam berdarah dengue (DBD) dengan syok


1. Kondisi ini merupakan gawat darurat dan mengharuskan rujukan
segera ke RS.
2. Penatalaksanaan awal:
a. Berikan oksigen 2-4 liter/menit melalui kanul hidung atau
sungkup muka.
b. Pasang akses intravena sambil melakukan pungsi vena untuk
pemeriksaan DPL.
c. Berikan infus larutan kristaloid (RL atau RA) 20 ml/kg
secepatnya.
d. Lakukan pemantauan klinis (tanda vital, perfusi perifer, dan
diuresis) setiap 30 menit.
e. Jika setelah pemberian cairan inisial tidak terjadi perbaikan
klinis, ulangi pemberian infus larutan kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
larutan koloid 10-20 ml/kgBB/jam (maksimal 30 ml/kgBB/24
jam).
f. Jika nilai Ht dan Hb menurun namun tidak terjadi perbaikan
klinis, pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi.
Berikan transfusi darah bila fasilitas tersedia dan larutan koloid.
Segera rujuk.
g. Jika terdapat perbaikan klinis, kurangi jumlah cairan hingga 10
ml/kgBB/ jam dalam 2-4 jam. Secara bertahap diturunkan tiap 4-
6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
h. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah
36-48 jam. Hindari pemberian cairan secara berlebihan.
3. Pengobatan suportif lain sesuai indikasi. Rencana Tindak Lanjut

Demam berdarah dengue (DBD) tanpa syok


1. Pemantauan klinis (tanda vital, perfusi perifer, diuresis) dilakukan
setiap satu jam.
2. Pemantauan laboratorium (Ht, Hb, trombosit) dilakukan setiap 4-6
jam, minimal 1 kali setiap hari.
3. Pemantauan cairan yang masuk dan keluar. Demam berdarah
dengue (DBD) dengan syok
Dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama merujuk pasien
ke RS jika kondisi pasien stabil.

Persyaratan perawatan di rumah


1. Persyaratan untuk pasien dan keluarga
a. DBD non-syok (tanpa kegagalan sirkulasi).
b. Bila anak dapat minum dengan adekuat.
c. Bila keluarga mampu melakukan perawatan di rumah dengan
adekuat.
2. Persyaratan untuk tenaga kesehatan
a. Adanya 1 dokter dan perawat tetap yang bertanggung jawab
penuh terhadap tatalaksana pasien.
b. Semua kegiatan tatalaksana dapat dilaksanakan dengan baik di
rumah.
c. Dokter dan/atau perawat mem-follow up pasien setiap 6-8 jam
dan setiap hari, sesuai kondisi klinis.

5
d. Dokter dan/atau perawat dapat berkomunikasi seara lancar
dengan keluarga pasien sepanjang masa tatalaksana.
Asuhan keperawatan bagi pasien yang mengalami demam dengue dan
demam berdarah dengue maka perlu dilakukan pengkajian dan
perencanaan asuhan keperawatan baik yang bisa dilakukan di Rumah
Sakit maupun di rumah/keluarga sekaligus.
1. Kategori : Lingkungan LUARAN
Subkategori : Keamanan dan Manajemen Hipertermia
Proteksi (L.15506)
Diagnosa : D. 0130
Hipertemia INTERVENSI
1. Observasi
a. identifikasi penyebab
Penyebab : hipertemia (mis.
a. Dehidrasi dehidrasi, terpapar
b. Terpapar lingkungan lingkungan panas,
panas penggunaan inkubator)
c. proses penyakit (mis. b. monitor suhu tubuh
infeksi, kanker) c. monitor kadar elektrolit
d. ketidaksesuaian pakaian d. monitor haluaran urine
dengan suhu lingkungan e. monitor komplikasi
e. peningkatan laju akibat hipertemia
metabolisme
f. respon trauma 2. Terapeutik
g. aktivitas berlebihan a. sediakan lingkungan
h. penggunaan inkubator yang dingin
Gejala dan Tanda Mayor : b. longgarkan atau
Subjektif lepaskan pakaian
(tidak tersedia c. basahi dan kipasi
Objektif permukaan tubuh
a. suhu tubuh diatas nilai d. berikan cairan orak
normal e. ganti linen setiap hari
Gejala dan Tanda Minor : atau lebih sering jika
Subjektif mengalami
(tidak tersedia) hiperhidrosis (keringat
Objektif berlebih)
a. kulit merah f. lakukan pendinginan
b. kejang eksternal (mis. selimut
c. takikardi hipotermia atau
d. takipnea kompres dingin pada
kulit terasa hangat dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
g. hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
h. berikan oksigen, jika
perlu
3. Edukasi
a. anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu
2. Kategori : Fisiologis LUARAN
Subkategori : Nyeri dan Manajemen Nyeri (L.08238)
Kenyamanan
Diagnosa : D. 0077 Nyeri INTERVENSI
Akut 1. Observasi
a. identifikasi lokasi,
Penyebab : karakteristik, durasi,
a. agen pencedera fisiologis frekuensi, kualitas,
(mis. inflamasi, iskemia, intensitas nyeri
neoplasma) b. identifikasi skala nyeri

6
b. agen pencedera kimiawi c. identifikasi respon nyeri
(mis. terbakar, bahan non verbal
kimia iritan) d. identifikasi faktor yang
c. agen pencedera fisik (mis. memperberat dan
abses, amputasi, memperingan nyeri
terbakar, terpotong, e. identifikasi
mengangkat berat, pengetahuan dan
prosedur operasi, trauma, keyakinan tentang nyeri
latihan fisik berlebihan) f. identifikasi pengaruh
Gejala dan Tanda Mayor : budaya terhadap
Subjektif respon nyeri
a. mengeluh nyeri g. identifikasi pengaruh
Objektif nyeri pada kualitas
a. tampak meringis hidup
b. bersikap protektif (mis. h. monitor keberhasilan
waspada posisi terapi komplementer
menghindari nyeri) yang sudah diberikan
c. gelisah i. monitor efek samping
d. frekuensi nadi meningkat penggunaan analgetik
e. sulit tidur 2. Terapeutik
Gejala dan Tanda Minor : a. berikan teknik
Subjektif nonfarmakologis untuk
(tidak tersedia) mengurangi rasa nyeri
Objektif (mis. TENS, hipnosis,
a. tekanan darah meningkat akupresur, terapi musik,
b. pola napas berubah biofeedback, terapi pijat
c. nafsu makan berubah aromaterapi, teknik
d. proses berpikir terganggu imajinasi terbimbing,
e. menarik diri kompres hangat/ dingin,
f. berfokus pada diri sendiri terapi bermain
diaforesis b. kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
c. fasilitas istirahat dan
tidur
d. pertimbanagn jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
a. jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
b. jelaskan strategi
meredakan nyeri
c. anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
d. anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
e. ajarkan teknik
nongarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3. Kategori : Fisiologis LUARAN
Subkategori : Nyeri dan Manajemen Mual (L.03117)
Kenyamanan
Diagnosa : D. 0076 Nausea INTERVENSI
1. Observasi

7
Penyebab : a. identifikasi pengalaman
a. gangguan biokimiawi mual
(mis. uremia, ketoasidosis b. identifikasi isyarat
diabetik) nonverbal
b. gangguan pada esofagus ketidaknyamanan (mis.
c. distensi lambung bayi, anak-anak, dan
d. gangguan pankreas mereka yang tidak
e. peregangan kapsul limfa dapat berkomunikasi
f. tumor terlokalisasi (mis. secara elektif)
neroma akustik, tumor c. identifikasi dampak
otak primer atau mual terhadap kualitas
sekunder, metastasis hidup (mis. nafsu
tulang didasar tengkorak) makan, aktivitas,
g. peningkatan tekanan kinerja, tanggung jawab
intraabdominal (mis. peran dan tidur)
keganasan intraabdomen) d. identifikasi faktor
h. peningkatan tekanan penyebab mual (mis.
intrakranial pengobatan dan
i. peningkatan tekanan prosedur)
intraorbital (mis. e. identifikasi antiemetik
glaukoma) untuk mencegah mual
j. mabuk perjalanan (kecuali mual pada
k. kehamilan kehamilan)
l. aroma tidak sedap f. monitor mual (mis.
m. rasa makanan/ minuman frekuensi, durasi dan
yang tidak enak tingkat keparahan)
n. stimulus penglihatan tidak g. monitor asupan nutrisi
menyenangkan dan kalori
o. faktor ;psikologis (mis. 2. Terapeutik
kecemasan, ketakutan, a. kendalikan faktor
stres) lingkungan penyebab
p. efek agen farmakologis mual (mis. bau tidak
q. efek toksin sedap, suara dan
Gejala dan Tanda Mayor : rangsangan visual yang
Subjektif tidak menyenangkan)
a. mengeluh mual b. kurangi atau hilangkan
b. merasa ingin muntah keadaan penyebab
c. tidak berminat makan mual (mis. kecemasan,
Objektif ketakutan, kelelahan)
(tidak tersedia) c. berikan makanan dalam
Gejala dan Tanda Minor : jumlah kecil dan
Subjektif menarik
a. merasa asam dimulut d. berikan makanan
b. sensasi pana/ dingin dingin, cairan bening,
c. sering menelan tidak berbau dan tidak
Objektif berwarna, jika perlu
a. saliva meningkat 3. Edukasi
b. pucat a. anjurkan istirahat dan
c. diaforesis tidur yang cukup
d. takikardia b. anjurkan sering
pupil dilatasi membersihkan mulut,
kecuali jika
merangsang mual
c. anjurkan makanan
tinggi karbohidrat dan
rendah lemak
d. ajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologis
untuk mengatasi mual
(mis. biofeedback,
hipnotis, relaksasi,
terapi music,

8
akupresur)
4. Kolaborasi
kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu
4. Kategori : Fisiologis LUARAN
Subkategori : Sirkulasi Pencegahan Perdarahan
(L.02067)
Diagnosa :
D. 0012 Risiko Perdarahan INTERVENSI
1. Observasi
Faktor Risiko: a. Monitor tanda dan
a. Aneurisma gejala perdarahan
b. Gangguan Gastrointestinal b. Monitor nilai hematocrit/
(mis, ulkus lambung, polip, hemoglobin sebelum
varises) dan setelah kehilangan
c. Gangguan fungsi jhati, darah
(mis, sirosis hepatitis) c. Monitor tanda tanda
d. Komplikasi kehamilan(mis, vital otostatik
ketuban pecah sebelum d. Monitor koagulasi (mls.
waktunya, plasenta previa/ Prothrombin time (PT),
abrupsio, kehamilan partial thromboplastin
kembar) time (PTT), fibrinogen,
e. Komplikasi pasca partum degradasi fibrin dan
(mis, atoni uterus, retensi atau platelet
plasenta) 2. Terapeutik
f. Gangguan koagulasi (mis. a. Pertahankan bed rest
Trombositopenia) selama perdarahan
g. Efek agen farmakologis b. Batasi tindakan
h. Tindakan pembedahan invasive, jika perlu
i. Trauma c. Gunakan Kasur
j. Kurang terpapar informasi pencegahan decubitus
tentang pencegahan d. Hindari pengukuran
perdarahan suhu rektal
k. Proses keganasan 3. Edukasi
a. Jelaskan tanda dan
gejala perdarahan
b. Anjurkan penggunaan
kaus kaki saat ambulasi
c. Anjurkan peningkatan
asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
d. Anjurkan menghindari
aspirin atau
antikoagulan
e. Anjurkan meningkatkan
asupan makanan dan
vitamin K
f. Anjurkan segera
melapor jika terjadi
perdarahan
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
b. Kolaborasi pemberian
produk darah, jika perlu
c. Kolaborasi pemberian
pelunak tinja, jika perlu

5. Kategori : Fisiologis LUARAN


Subkategori : Nutrisi dan Pemantauan Elektrolit
Cairan (L.03122)

9
Diagnosa :
D. 0037 Risiko INTERVENSI
Ketidakseimbanagn 1. Observasi
Elektrolit a. identifikasi
kemungkinan penyebab
Faktor Risiko: ketidakseimbangan
a. ketidakseimbangan elektrolit
cairan, (mis. dehidrasi dan b. monitor kadar elektrolit
intoksikasi air) serum
b. kelebihan volume cairan c. monitor mual, muntah
c. gangguan mekanisme dan diare
regulasi (mis. diabetes) d. monitor kehilangan
d. efek samping prosedur cairan, jika perlu
(mis. pembedahan) e. monitor tanda dan
e. diare gejala hipokalemia
f. muntah (mis. kelemahan otot,
g. disfungsi ginjal interval QT memanjang,
h. disfungsi regulasi gelombang T datar atau
endokrin terbalik, depresi
segmen ST, gelombang
U,
kelelahan,parestesia,
penurunan refleks,
anoreksia, konstipasi,
motilitas usus menurun,
pusing, depresi
pernapasan)
f. monitor tanda dan
gejala hiperkalemia
(mis. peka rangsang,
gelisah, mual, muntah,
takikardia mengarah ke
bradikardia, fibrilasi/
takikardia ventrikel,
gelombang T tinggi,
gelombang P datar,
komplek QRS tumpul,
blok jantung mengarah
asistol
g. monitor tanda dan
gejala hiponatremia
(mis. disorientasi, otot,
berkedut, sakit kepala,
membrane mukosa
kering, hipotensi
postural, kejang, letargi,
penurunan kesadaran)
h. monitor tanda dan
gejala hipernatremia
(mis. haus, demam,
mual, muntah, gelisah,
peka rangsang,
membran mukosa
kering, takikardia,
hipotensi letargi,
konfusi, kejang)
i. monitor tanda dan
gejala hipokalsemia
(mis. peka rangsang,
tanda Chvostek
(spasme otot wajah)
tanda Trousseau

10
(spasme karpal), kram
otot, interval QT
memanjang.
j. monitor tanda dan
gejala hiperkalsemia
(mis. nyeri tulang, haus,
anoreksia,, letargi,
kelemahan otot,
segmen QT
memendek, gelombang
T lebar, komplek QRS
lebar, interval PR
memanjang)
k. monitor tanda dan
gejala hipomagnesemia
(mis. depresi
pernapasan, apatis,
tanda Chvostek, tanda
Trousseau, konfusi,
disritmia)
l. monitor tanda dan
gejala
hipermagnesemia (mis.
kelemahan otot,
hiporefleks, bradikardia,
depresi SSP, letargi,
koma, depresi)
2. Terapeutik
a. atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
b. dokumentasi hasil
pemantauan
3. Edukasi
jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Konseling dan Dewasa
Edukasi 1. Sasaran Edukasi
a. Pasien
b. Keluarga Pasien

2. Materi Edukasi
a. Edukasi tentang pengertian dan penyebab penyakit Demam
Dengue/ Demam Berdarah Dengue
b. Edukasi tentang tanda dan gejala penyakit Demam Dengue/
Demam Berdarah Dengue
c. Edukasi terkait pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan
d. Edukasi tentang kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan
e. Edukasi tentang pengobatan penyakit Demam Dengue/ Demam
Berdarah Dengue
f. Edukasi terkait pencegahan penyakit berulang
g. Edukasi tentang komplikasi penyakit Demam Dengue/ Demam
Berdarah Dengue (tidak ada obat/medika mentosa untuk
penanganan DBD, terapi hanya bersifat suportif dan mencegah
perburukan penyakit)
h. Edukasi tentang prognosa penyakit Demam Dengue/ Demam
Berdarah Dengue

3. Modifikasi gaya hidup


a. Melakukan kegiatan 3M: menguras, mengubur, menutup.

11
b. Meningkatkan daya tahan tubuh (konsumsi makanan bergizi dan
olahraga secara rutin)
c. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang harus
dilakukan

Anak
Memberikan Edukasi kepada keluarga terkait:
a. Diagnosis, komplikasi, prognosis, dan rencana tata laksana.
b. Tanda-tanda bahaya (warning signs) yang perlu diwaspadai dan
kapan harus segera ke layanan kesehatan.
c. Jumlah cairan yang dibutuhkan oleh anak.
d. Diet nutrisi yang perlu diberikan.
e. Cara minum obat.
f. Faktor risiko dan cara-cara pencegahan yang berkaitan dengan
perbaikan higiene personal, perbaikan sanitasi lingkungan, terutama
metode 4M plus seminggu sekali, yang terdiri atas:
1) Menguras wadah air, seperti bak mandi, tempayan, ember, vas
bunga, tempat minum burung, dan penampung air kulkas agar
telur dan jentik Aedes aegypti mati.
2) Menutup rapat semua wadah air agar nyamuk Aedes aegypti
tidak dapat masuk dan bertelur.
3) Mengubur atau memusnahkan semua barang bekas yang dapat
menampung air hujan agar tidak menjadi sarang dan tempat
bertelur nyamuk Aedes aegypti.
4) Memantau semua wadah air yang dapat menjadi tempat
nyamuk Aedes aegypti berkembang biak.
5) Tidak menggantung baju, menghindari gigitan nyamuk,
membubuhkan bubuk abate, dan memelihara ikan.
Tingkat Evidens
Tingkat
Rekomendasi
Penelaah Kritis
Kriteria Rujukan Dewasa
1. Terjadi perdarahan masif (hematemesis, melena).
2. Dengan pemberian cairan kristaloid sampai dosis 15 ml/kg/jam
kondisi belum membaik.
3. Terjadi komplikasi atau keadaan klinis yang tidak lazim, seperti
kejang, penurunan kesadaran, dan lainnya.

Anak
1. DBD dengan syok (terdapat kegagalan sirkulasi).
2. Bila anak tidak dapat minum dengan adekuat, asupan sulit,
walaupun tidak ada kegagalan sirkulasi.
3. Bila keluarga tidak mampu melakukan perawatan di rumah dengan
adekuat, walaupun DBD tanpa syok.
Peralatan 1. Poliklinik set (termometer, tensimeter, senter)
2. Infus set
3. Cairan kristaloid (RL/RA) dan koloid
4. Lembar observasi / follow up
5. Laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin
Prognosis Prognosis : dubia ad bonam (tergantung dari derajat beratnya penyakit)
Referensi 1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Pedoman Tata
laksana Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
2. Chen, K. Pohan, H.T, Sinto, R. Diagnosis dan Terapi Cairan pada
Demam Berdarah Dengue. Medicinus. Jakarta. 2009: Vol 22; p.3-7.
3. WHO. Dengue Haemorrhagic Fever: diagnosis, treatment,
prevention and control. 2nd Edition. Geneva. 1997
4. Tim Adaptasi Indonesia, 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit: Pedoman bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama
di Kabupaten/Kota. 1 ed. Jakarta: World Health Organization
Country Office for Indonesia.

12
5. UKK Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Pedoman Diagnosis dan tata laksana infeksi virus dengue pada
anak, Edisi pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2014

13
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)
DHF
Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien demam berdarah yang
Pengertian Asuhan sistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis dalam membuat
Gizi pada DHF keputusan untuk menangani masalah gizi sehingga aman, efektif dan
berkualitas
Asesmen / Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, apabila pasien berisiko
Pengkajian: malnutrisi dan atau kondisi khusus. Nutrisionis/ Dietisien mengkaji
Antropometri data berat badan, tinggi badan, Lingkar Lengan Atas, Lingkar Kepala
Mengkaji data laboratorium seperti HB, HT, Trombosit,
Biokimia
Albumin, data laboratorium lain terkait gizi (bila ada)
Mengkaji adanya anoreksia, mual, muntah, sakit perut, diare,
Klinis/Fisik konstipasi, suhu tubuh, perdarahan saluran cerna, urine output, gigi
geligi, dll
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk
Riwayat Makan makanan, rata-rata asupan makan sebelum masuk RS (kualitatif dan
kuantitatif)
Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat ini,
Riwayat Personal riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, riwayat penggunaan
suplemen makanan, status kesehatan mental serta status kognitif
1. Asupan makan per oral kurang berkaitan dengan kesulitan
makan, tidak napsu makan, mual, sakit perut ditandai dengan
asupan makanan 50% dari kebutuhan (NI-2.1)
Diagnosis Gizi
2. Kekurangan asupan cairan per oral berkaitan dengan demam
(Masalah Gizi)
muntah tidak dapat mencukupi kebutuhan ditandai dengan
asupan cairan 60% dari kebutuhan (NI-3.1), Diagnosis Gizi lain
dapat pula timbul tergantung kondisi pasien
Intervensi Gizi
(Terapi Gizi)
a. Perencanaan Tujuan :
1. Mempertahankan status gizi optimal
2. Memberikan makanan yang mudah ditelan dan dicerna untuk
memenuhi kebutuhan yang meningkat, asupan makan≥ 80%
3. Makanan diberikan bertahap

b. Implementasi Preskripsi Diet :


1. Kebutuhan Energi diperhitungkan berdasarkan berat badan ideal
sesuai Tinggi badan aktual
2. Protein 10-15% dari energi total
3. Lemak 25-35% dari energi total
4. Karbohidrat 55-65% dari energi total
5. Cukup vitamin dan mineral
6. Cukup cairan dari makanan maupun minuman
7. Makanan bervariasi
8. Diberikan dalam 3 porsi makan lengkap terdiri dari makan pagi,
siang, malam dan 2-3 kali makanan selingan pagi, siang, malam.
9. Mudah dicerna porsi kecil sering
10. Pemberian Energi dan Protein bertahap disesuaikan dengan
kemampuan mengkonsumsi
11. Jenis Diet makan cair (enteral), saring/ lunak atau dapat
dikombinasi sesuai dengan daya terima. bubur susu, bubur
saring, biskuit susu, makanan lunak maupun makan biasa.
12. Jalur makanan. (oral/ enteral per NGT/ parenteral/ kombinasi)
sesuai kondisi klinis dan kemampuan mengkonsumsi

c. Edukasi Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet

d. Konseling Gizi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien
dan penunggu pasien (care giver)

14
e. Koordinasi Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu dengan
dengan tenaga dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain terkait asuhan
kesehatan lain pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor hasil
positif maupun negative dari :
Monitoring dan a. Status Gizi berdasarkan antropometri
Evaluasi b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan
Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal (pada
hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui keberhasilan
Re Asesmen intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika pasien sudah kembali
(Kontrol Kembali) pulang maka re asesmen di rawat jalan untuk menilai kepatuhan diet
dan keberhasilan intervensi (terapi gizi) 1 bulan setelah pulang dari
rumah sakit
Indikator/ Outcome Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
1. Penuntun Diet Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi Dietisien
Indonesia (AsDI). Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Persatuan
Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
2. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition Terminology
Kepustakaan
(IDNT) Reference Manual 2013
3. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual.
Standardize Language for the Nutrition Care Process. Fourth
Edition. Academy of Nutrition and Dietetics 2013

15
PANDUAN ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)
PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)
TATALAKSANA KASUS GASTROENTERITIS (KOLERA DAN GIARDIASIS)
Demam Berdarah Dengue adalah demam disebabkan infeksi virus dengue
Pengertian yang disertai perembesan plasma yang ditandai demam mendadak 2-7 hari,
(Definisi) keluhan anoreksia, mual muntah, sakit kepala, nyeri epigastrik. Pendarahan
dibuktikan dengan uji tourniquet (+).
1. Mengumpulkan data dan informasi spesifik terkait pengobatan pasien
Asesmen 2. Menentukan problem farmakoterapi pasien
Kefarmasian 3. Menentukan kebutuhan dan tujuan farmakoterapi pasien
4. Mendesain regimen pengobatan pasien
1. Pemilihan cairan plasma, elektrolit oral atau infus
Identifikasi 2. Pemilihan antipiretik
DRP (Drug 3. Dosis dan lama pemberian antipiretik, cairan plasma dan elektrolit
Related 4. Cara pemberian antipiretik, cairan plasma dan elektrolit
Problem) 5. Kegagalan terapi obat
6. Efek samping obat
1. Pemilihan cairan plasma, elektrolit oral atau infus
2. NSAID (obat antiinflamasi nonsteroid), seperti ibuprofen dan aspirin harus
dihindari. Obat anti-inflamasi ini bekerja dengan mengencerkan darah,
dan pada penyakit dengan risiko perdarahan, pengencer darah dapat
memperburuk prognosis.
Intervensi
3. Dosis dan lama pemberian antipiretik, cairan plasma dan elektrolit
Farmasi
4. Cara pemberian antipiretik, cairan plasma dan elektrolit
5. Kegagalan terapi obat
6. Efek samping obat
terdapat efek samping dengan frekuensi terjadinya sangat rendah seperti:
Pusing, Ruam, Sindrom Stevens-Johnson, Nefrotoksisitas
1. Suhu
Monitoring 2. Tanda-tanda perembesan plasma
dan 3. Trombosit
Evaluasi 4. Hematokrit

1. Cara dan durasi pemberian antipiretik


2. Cara pemberian cairan elektrolit oral
3. Informasi Obat
Edukasi dan Gunakan Obat Paracetamol secara hati-hati pada pasien dengan
Informasi gangguan hati, terdapat risiko hepatotoksisitas lebih tinggi pada pasien
yang menggunakan dosis tinggi kronis, atau penggunaan lebih dari satu
produk yang mengandung asetaminofen, pantau juga pada pasien
dengan gangguan ginjal berat dengan pertimbangkan penyesuaian dosis
Penelaah
Apoteker Klinis
Kritis
1. Demam turun
Indikator
2. Hematokrit dan trombosit normal
1. Widyati, Dr. M. Clin. Pharm, Apt Praktek Farmasi Klinik Fokus Pada
Pharmaceutical Care, Brilian Internasional. 2014
2. Pusponegoro dkk Neurologi IDAI, Konsesus Penatalaksanaan Kejang
Demam. Badan Penerbit IDAI
Daftar 3. Kemenkes, Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk Pasien Pediatri.
Pustaka Kemenkes RI. 2011
4. American Society of Hospital Pharmacist. ASHP Guidelines on a
Standardized Method for Pharmaceutical Care. 1996
5. WHO, Dengue Guideline For Diagnosis, Treatment, Prevention and
Control. 2009

16

Anda mungkin juga menyukai