No. Revisi : 01
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/6
1.Pengertian Demam berdarah atau demam dengue (disingkat DBD) adalah infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue. Nyamuk atau/ beberapa jenis nyamuk menularkan
(atau menyebarkan) virus dengue.
Demam dengue juga disebut sebagai "breakbone fever" atau "bonebreak fever"
(demam sendi), karena demam tersebut dapat menyebabkan penderitanya
mengalami nyeri hebat seakan-akan tulang mereka patah. Sejumlah gejala dari
demam dengue adalah demam; sakit kepala; kulit kemerahan yang tampak seperti
campak; dan nyeri otot dan persendian. Pada sejumlah pasien, demam dengue dapat
berubah menjadi satu dari dua bentuk yang mengancam jiwa. Yang pertama adalah
demam berdarah, yang menyebabkan pendarahan, kebocoran pembuluh darah
(saluran yang mengalirkan darah), dan rendahnya tingkat trombosit darah (yang
menyebabkan darah membeku). Yang kedua adalah sindrom renjat dengue, yang
menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya.
2.Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penanganan demam dengue dan
demam berdarah dengue
3.Kebijakan SK Kapus No. Tahun 2020
4.Referensi KMK 514 tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di FKTP
5.Prosedur Alat : stetoskop, tensimeter, thermometer, senter lembar observasi
Bahan : Infus set, Cairan kristaloid (RL/RA) dan koloid
6.Langkah- langkah 1. Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
1. Demam tinggi, mendadak, terus menerus selama 2 – 7 hari.
2. Manifestasi perdarahan, seperti: bintik-bintik merah di kulit, mimisan, gusi
berdarah, muntah berdarah, atau buang air besar berdarah.
3. Gejala nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital.
4. Gejala gastrointestinal, seperti: mual, muntah, nyeri perut (biasanya di ulu hati
atau di bawah tulang iga)
5. Kadang disertai juga dengan gejala lokal, seperti: nyeri menelan, batuk, pilek.
6. Pada kondisi syok, anak merasa lemah, gelisah, atau mengalami penurunan
kesadaran.
7. Pada bayi, demam yang tinggi dapat menimbulkan kejang.
2. Faktor Risiko
1. Sanitasi lingkungan yang kurang baik, misalnya: timbunan sampah, timbunan
barang bekas, genangan air yang seringkali disertai di tempat tinggal pasien
sehari-hari.
2. Adanya jentik nyamuk Aedes aegypti pada genangan air di tempat tinggal
pasien
sehari-hari.
3. Adanya penderita demam berdarah dengue (DBD) di sekitar pasien.
1/2
Laboratorium Peningkatan kadar hematokrit
bersamaan dengan penurunan
cepat jumlah trombosit
Hematokrit awal tinggi
Kriteria Diagnosis Laboratoris
Kriteria Diagnosis Laboratoris diperlukan untuk survailans epidemiologi, terdiri
atas:
- Probable Dengue, apabila diagnosis klinis diperkuat oleh hasil pemeriksaan
serologi antidengue.
- Confirmed Dengue, apabila diagnosis klinis diperkuat dengan deteksi genome
virus Dengue dengan pemeriksaan RT-PCR, antigen dengue pada pemeriksaan
NS1, atau apabila didapatkan serokonversi pemeriksaan IgG dan IgM (dari
negatif
menjadi positif) pada pemeriksaan serologi berpasangan.
Isolasi virus Dengue memberi nilai yang sangat kuat dalam konfirmasi diagnosis
klinis, namun karena memerlukan teknologi yang canggih dan prosedur yang
rumit
pemeriksaan ini bukan merupakan pemeriksaan yang rutin dilakukan.
Diagnosis Banding
1. Demam karena infeksi virus (influenza , chikungunya, dan lain-lain)
2. Idiopathic thrombocytopenic purpura
3. Demam tifoid
5. Komplikasi
Dengue Shock Syndrome (DSS), ensefalopati, gagal ginjal, gagal hati
1/3
Alur penanganan pasien dengan demam dengue/demam berdarah
8. Kriteria Rujukan
1. Terjadi perdarahan masif (hematemesis, melena).
2. Dengan pemberian cairan kristaloid sampai dosis 15 ml/kg/jam kondisi belum
membaik.
3. Terjadi komplikasi atau keadaan klinis yang tidak lazim, seperti kejang,
penurunan kesadaran, dan lainnya.
1/4
• Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
• Berat badan 15 – 40 kg : 5 ml/kgBB/jam
• Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
2. Bila anak tidak dapat minum, berikan cairan infus kristaloid isotonik sesuai
kebutuhan untuk dehidrasi sedang sesuai dengan dosis yang telah dijelaskan di
atas.
3. Lakukan pemantauan: tanda vital dan diuresis setiap jam, laboratorium (DPL)
per 4-6 jam.
a. Bila terjadi penurunan hematokrit dan perbaikan klinis, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan klinis stabil.
b. Bila terjadi perburukan klinis, lakukan penatalaksanaan DBD dengan syok.
4. Bila anak demam, berikan antipiretik (Parasetamol 10 – 15 mg/kgBB/kali) per
oral. Hindari Ibuprofen dan Asetosal.
5. Pengobatan suportif lain sesuai indikasi.
1/5
tatalaksana pasien.
b. Semua kegiatan tatalaksana dapat dilaksanakan dengan baik di rumah.
c. Dokter dan/atau perawat mem-follow up pasien setiap 6 – 8 jam dan setiap
hari, sesuai kondisi klinis.
d. Dokter dan/atau perawat dapat berkomunikasi seara lancar dengan keluarga
pasien sepanjang masa tatalaksana.
11.Kriteria Rujukan
1. DBD dengan syok (terdapat kegagalan sirkulasi).
2. Bila anak tidak dapat minum dengan adekuat, asupan sulit, walaupun tidak ada
kegagalan sirkulasi.
3. Bila keluarga tidak mampu melakukan perawatan di rumah dengan adekuat,
walaupun DBD tanpa syok.
13.Prognosis
Prognosis jika tanpa komplikasi umumnya dubia ad bonam, karena hal ini
tergantung dari derajat beratnya penyakit.
7.Unit terkait - Poli Umum
- Pustu
- Poskesdes
1/6
1/7