Anda di halaman 1dari 7

DEMAM DENGUE DAN DEMAM

BERDARAH DENGUE
No.Dok :
No.Revis
:
SOP i
Tanggal :
Halaman : 1 / 7
UPT Dr. DARSONO
PUSKESMAS NIP.
KUNCIRAN 197901152008011004

1. Pengertian Demam berdarah dengue atau biasa disingkat DBD adalah


penyakit menular akibat virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes
aegypti.
2. Anamnesis 1. Keluhan
2. Demam tinggi, mendadak, terus menerus selama 2 – 7 hari.
3. Manifestasi perdarahan, seperti: bintik-bintik merah di kulit,
mimisan, gusi berdarah, muntah berdarah, atau buang air
besar berdarah.
4. Gejala nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital.
5. Gejala gastrointestinal, seperti: mual, muntah, nyeri perut
(biasanya di ulu hati atau di bawah tulang iga)
6. Kadang disertai juga dengan gejala lokal, seperti: nyeri
menelan, batuk, pilek.
7. Pada kondisi syok, anak merasa lemah, gelisah, atau
mengalami penurunan kesadaran.
8. Pada bayi, demam yang tinggi dapat menimbulkan kejang
Faktor resiko :
1. Sanitasi lingkungan yang kurang baik, misalnya: timbunan
sampah, timbunan barang bekas, genangan air yang
seringkali disertai di tempat tinggal pasien sehari-hari.
2. Adanya jentik nyamuk Aedes aegypti pada genangan air di
tempat tinggal pasien sehari-hari.
3. Adanya penderita demam berdarah dengue (DBD) di sekitar
pasien.
3. Pemeriksaan Tanda patognomonik untuk demam dengue
Fisik 1. Suhu > 37,5 derajat celcius
2. Ptekie, ekimosis, purpura
3. Perdarahan mukosa
4. Rumple Leed (+)
Tanda Patognomonis untuk demam berdarah dengue
1. Suhu > 37,5 derajat celcius
2. Ptekie, ekimosis, purpura
3. Perdarahan mukosa
4. Rumple Leed (+)
5. Hepatomegali
6. Splenomegali
7. Untuk mengetahui terjadi kebocoran plasma, diperiksa
tanda-tanda efusi pleura dan asites.
8. Hematemesis atau melena
4. Diagnosis Diagnosis Klinis Demam Dengue
 Demam 2–7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-
menerus, bifasik.
 Adanya manifestasi perdarahan baik yang spontan seperti
petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis dan atau melena; maupun berupa uji
tourniquet positif.
 Nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital.
 Adanya kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah atau
di sekitar rumah.
 Leukopenia < 4.000/mm3
 Trombositopenia < 100.000/mm3 Apabila ditemukan gejala
demam ditambah dengan adanya dua atau lebih tanda dan
gejala lain, diagnosis klinis demam dengue dapat
ditegakkan.

Diagnosis Klinis Demam Berdarah Dengue


 Demam 2–7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-
menerus (kontinua)
 Adanya manifestasi perdarahan baik yang spontan seperti
petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis dan atau melena; maupun berupa uji
Tourniquette yang positif
 Sakit kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital
 Adanya kasus demam berdarah dengue baik di lingkungan
sekolah, rumah atau di sekitar rumah
a. Hepatomegali
b. Adanya kebocoran plasma yang ditandai dengan
salah satu:
 Peningkatan nilai hematokrit, >20% dari
pemeriksaan awal atau dari data populasi
menurut umur
 Ditemukan adanya efusi pleura, asites
 Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
c. Trombositopenia <100.000/mm3
Adanya demam seperti di atas disertai dengan 2 atau lebih
manifestasi klinis, ditambah bukti perembesan plasma dan
trombositopenia cukup untuk menegakkan diagnosis Demam
Berdarah Dengue. Tanda bahaya (warning signs) untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya syok pada penderita
Demam Berdarah Dengue
Klinis
 Demam turun tetapi keadaan anak memburuk
 Nyeri perut dan nyeri tekan abdomen
 Muntah persisten
 Letargi, gelisah
 Perdarahaan mukosa
 Pembesaran hati
 Akumulasi cairan
 Oliguria
 Laboratorium
 Peningkatan kadar hematokrit bersamaan dengan penurunan
cepat jumlah trombosit
 Hematokrit awal tinggi
Kriteria Diagnosis :
Kriteria Diagnosis Laboratoris diperlukan untuk survailans
epidemiologi, terdiri atas:
 Probable Dengue, apabila diagnosis klinis diperkuat oleh
hasil pemeriksaan serologi anti dengue.
 Confirmed Dengue, apabila diagnosis klinis diperkuat
dengan deteksi genome virus Dengue dengan pemeriksaan
RT-PCR, antigen dengue pada pemeriksaan NS1, atau
apabila didapatkan serokonversi pemeriksaan IgG dan IgM
(dari negatif menjadi positif) pada pemeriksaan serologi
berpasangan.
 Isolasi virus Dengue memberi nilai yang sangat kuat dalam
konfirmasi diagnosis klinis, namun karena memerlukan
teknologi yang canggih dan prosedur yang rumit
pemeriksaan ini bukan merupakan pemeriksaan yang rutin
dilakukan.

5. Diagnosis  Demam karena infeksi virus (influenza , chikungunya, dan


Banding lain lain)
 Idiopathic thrombocytopenic purpura
 Demam tifoid
6. Komplikasi Dengue Shock Syndrome (DSS), ensefalopati, gagal ginjal, gagal
hati
7. Pemeriksaan 1. Darah perifer lengkap, yang menunjukkan:
Penunjang a. Trombositopenia (≤ 100.000/µL).
b. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:
• peningkatan hematokrit (Ht) ≥ 20% dari nilai
standar data populasi menurut umur
• Ditemukan adanya efusi pleura, asites
• Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
c. Leukopenia < 4000/µL.
2. Serologi Dengue, yaitu IgM dan IgG anti-Dengue, yang titernya
dapat terdeteksi setelah hari ke-5 demam.
8. Terapi Penatalaksanaan pada Pasien Dewasa
1. Terapi simptomatik dengan analgetik antipiretik
(Parasetamol 3x500-1000 mg).
2. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi
 Alur penanganan pasien dengan demam
dengue/demam berdarah dengue, yaitu:pemeriksaan
penunjang Lanjutan
 Pemeriksaan Kadar Trombosit dan Hematokrit
secara serial
Penatalaksanaan pada Pasien Anak Demam berdarah dengue
(DBD) tanpa syok :
1. Bila anak dapat minum
a. Berikan anak banyak minum
• Dosis larutan per oral: 1 – 2 liter/hari atau 1 sendok makan
tiap 5 menit.
• Jenis larutan per oral: air putih, teh manis, oralit, jus buah,
air sirup, atau susu.
b. Berikan cairan intravena (infus) sesuai dengan kebutuhan
untuk dehidrasi sedang. Berikan hanya larutan kristaloid
isotonik, seperti Ringer Laktat (RL) atau Ringer Asetat (RA),
dengan dosis sesuai berat badan sebagai berikut:
• Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
• Berat badan 15 – 40 kg : 5 ml/kgBB/jam
• Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
2. Bila anak tidak dapat minum, berikan cairan infus kristaloid
isotonik sesuai kebutuhan untuk dehidrasi sedang sesuai
dengan dosis yang telah dijelaskan di atas.
3. Lakukan pemantauan: tanda vital dan diuresis setiap jam,
laboratorium (DPL) per 4-6 jam.
 Bila terjadi penurunan hematokrit dan perbaikan klinis,
turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan
klinis stabil.
 Bila terjadi perburukan klinis, lakukan penatalaksanaan
DBD dengan syok.
4. Bila anak demam, berikan antipiretik (Parasetamol 10 – 15
mg/kgBB/kali) per oral. Hindari Ibuprofen dan Asetosal.
5. Pengobatan suportif lain sesuai indikasi.
Demam berdarah dengue (DBD) dengan syok
1. Kondisi ini merupakan gawat darurat dan mengharuskan
rujukan segera ke RS.
2. Penatalaksanaan awal:
 Berikan oksigen 2 – 4 liter/menit melalui kanul hidung atau
sungkup muka.
 Pasang akses intravena sambil melakukan pungsi vena
untuk pemeriksaan DPL.
 Berikan infus larutan kristaloid (RL atau RA) 20 ml/kg
secepatnya.
 Lakukan pemantauan klinis (tanda vital, perfusi perifer, dan
diuresis) setiap 30 menit.
 Jika setelah pemberian cairan inisial tidak terjadi perbaikan
klinis, ulangi pemberian infus larutan kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan
pemberian larutan koloid 10 – 20 ml/kgBB/jam (maksimal 30
ml/kgBB/24 jam).
 Jika nilai Ht dan Hb menurun namun tidak terjadi perbaikan
klinis, pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi.
Berikan transfusi darah bila fasilitas tersedia dan larutan
koloid. Segera rujuk.
 Jika terdapat perbaikan klinis, kurangi jumlah cairan hingga
10 ml/kgBB/jam dalam 2 – 4 jam. Secara bertahap
diturunkan tiap 4 – 6 jam sesuai kondisi klinis dan
laboratorium.
 Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan
setelah 36 – 48 jam. Hindari pemberian cairan secara
berlebihan.
3. Pengobatan suportif lain sesuai indikasi.
9. Konseling  Prinsip konseling pada demam berdarah dengue adalah
dan Edukasi memberikan pengertian kepada pasien dan keluarganya
tentang perjalanan penyakit dan tata laksananya, sehingga
pasien dapat mengerti bahwa tidak ada obat / medika mentosa
untuk penanganan DBD, terapi hanya bersifat suportif dan
mencegah perburukan penyakit. Penyakit akan sembuh sesuai
dengan perjalanan alamiah penyakit.
 Modifikasi gaya hidup :
 Melakukan kegiatan 3M: menguras, mengubur, menutup.
 Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi
makanan bergizi dan melakukan olahraga secara rutin.

a. Penjelasan mengenai diagnosis, komplikasi, prognosis, dan


rencana tatalaksana.
b. Penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya (warning signs) yang
perlu diwaspadai dan kapan harus segera ke layanan
kesehatan.
c. Penjelasan mengenai jumlah cairan yang dibutuhkan oleh anak.
d. Penjelasan mengenai diet nutrisi yang perlu diberikan.
e. Penjelasan mengenai cara minum obat.
f. Penjelasan mengenai faktor risiko dan cara-cara pencegahan
yang berkaitan dengan perbaikan higiene personal, perbaikan
sanitasi lingkungan, terutama metode 4M plus seminggu sekali,
yang terdiri atas:
 Menguras wadah air, seperti bak mandi, tempayan, ember,
vas bunga, tempat minum burung, dan penampung air
kulkas agar telur dan jentik Aedes aegypti mati.
 Menutup rapat semua wadah air agar nyamuk Aedes
aegypti tidak dapat masuk dan bertelur.
 Mengubur atau memusnahkan semua barang bekas yang
dapat menampung air hujan agar tidak menjadi sarang dan
tempat bertelur nyamuk Aedes aegypti. 4) Memantau
semua wadah air yang dapat menjadi tempat nyamuk
Aedes aegypti berkembang biak.

Rencana Tindak Lanjut :


Demam berdarah dengue (DBD) tanpa syok
 Pemantauan klinis (tanda vital, perfusi perifer, diuresis)
dilakukan setiap satu jam.
 Pemantauan laboratorium (Ht, Hb, trombosit) dilakukan
setiap 4-6 jam, minimal 1 kali setiap hari.
 Pemantauan cairan yang masuk dan keluar. Demam
berdarah dengue (DBD) dengan syok Dokter di fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama merujuk pasien ke RS
jika kondisi pasien stabil.
Persyaratan perawatan di rumah
1. Persyaratan untuk pasien dan keluarga
 DBD non-syok(tanpa kegagalan sirkulasi).
 Bila anak dapat minum dengan adekuat.
 Bila keluarga mampu melakukan perawatan di rumah
dengan adekuat.
2. Persyaratan untuk tenaga kesehatan
 Adanya 1 dokter dan perawat tetap yang bertanggung jawab
penuh terhadap tatalaksana pasien.
 Semua kegiatan tatalaksana dapat dilaksanakan dengan
baik di rumah.
 Dokter dan/atau perawat mem-follow up pasien setiap 6 – 8
jam dan setiap hari, sesuai kondisi klinis.
 Dokter dan/atau perawat dapat berkomunikasi seara lancar
dengan keluarga pasien sepanjang masa tatalaksana

10. Kriteria a. Terjadi perdarahan masif (hematemesis, melena).


Rujukan b. Dengan pemberian cairan kristaloid sampai dosis 15 ml/kg/jam
kondisi belum membaik.
c. Terjadi komplikasi atau keadaan klinis yang tidak lazim, seperti
kejang, penurunan kesadaran, dan lainnya.
d. DBD dengan syok (terdapat kegagalan sirkulasi).
e. Bila anak tidak dapat minum dengan adekuat, asupan sulit,
walaupun tidak ada kegagalan sirkulasi.
f. Bila keluarga tidak mampu melakukan perawatan di rumah
dengan adekuat, walaupun DBD tanpa syok.

11. Peralatan 1. Poliklinik set (termometer, tensimeter, senter)


2. Infus set
3. Cairan kristaloid (RL/RA) dan koloid
4. Lembar observasi / follow up
5. Laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin
12. Prognosis Prognosis jika tanpa komplikasi umumnya dubia ad bonam, karena
hal ini tergantung dari derajat beratnya penyakit.
13. Referensi 1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Pedoman
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
2. Chen, K. Pohan, H.T, Sinto, R. Diagnosis dan Terapi Cairan
pada Demam Berdarah Dengue. Medicinus. Jakarta. 2009:
Vol 22; p.3-7.
3. WHO. Dengue Haemorrhagic Fever: diagnosis, treatment,
prevention and control. 2nd Edition. Geneva. 1997
4. Tim Adaptasi Indonesia, 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit: Pedoman bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat
Pertama di Kabupaten / Kota. 1 ed. Jakarta: World Health
Organization Country Office for Indonesia.
5. UKK Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Pedoman Diagnosis dan tata laksana infeksi virus
dengue pada anak, Edisi pertama. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI, 2014.

Anda mungkin juga menyukai