Anda di halaman 1dari 2

PENANGANAN KERACUNAN

MAKANAN
No. Dokumen : 440/ /14/UKP/ /2020

No. Revisi : 01
SOP
Tanggal Terbit :

Halaman : 1/2

UPT. PUSKESMAS Rostimor Manik


HUTAGALUNG NIP. 19780107 200604 2026
1.Pengertian Keracunan makanan adalah merupakan suatu kondisi gangguan pencernaan yang
disebabkan oleh konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi dengan zat patogen
dan atau bahan kimia, misalnya Norovirus, Salmonella, Clostridium perfringens,
Campylobacter, dan Staphylococcus aureus.
2.Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penanganan keracunan makanan
3.Kebijakan SK Kapus No. Tahun 2020
4.Referensi KMK 514 tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di FKTP
5.Prosedur Alat : stetoskop, tensimeter, infus set
Bahan : Cairan rehidrasi (NaCl 0,9%, RL, oralit ), Antibiotik bila diperlukan
6.Langkah- langkah 1. Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
1. Diare akut.
Pada keracunan makanan biasanya berlangsung kurang dari 2 minggu.
Darah atau lendir pada tinja; menunjukkan invasi mukosa usus atau kolon.
2. Nyeri perut.
3. Nyeri kram otot perut; menunjukkan hilangnya elektrolit yang mendasari, seperti
pada kolera yang berat.
4. Kembung.

2. Faktor Risiko
1. Riwayat makan/minum di tempat yang tidak higienis
2. Konsumsi daging/unggas yang kurang matang dapat dicurigai untuk Salmonella
spp, Campylobacter spp, toksin Shiga E coli, dan Clostridium perfringens.
3. Konsumsi makanan laut mentah dapat dicurigai untuk Norwalk-like virus, Vibrio
spp, atau hepatitis A.

3. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective )


Pemeriksaan Fisik Patognomonis
Pemeriksaan fisik harus difokuskan untuk menilai keparahan dehidrasi.
1. Diare, dehidrasi, dengan tanda–tanda tekanan darah turun, nadi cepat, mulut
kering, penurunan keringat, dan penurunan output urin.
2. Nyeri tekan perut, bising usus meningkat atau melemah.

4. Penegakan Diagnostik (Assessment)


- Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang.
- Diagnosis Banding
1. Intoleransi
2. Diare spesifik seperti disentri, kolera dan lain-lain.

5. Komplikasi
Dehidrasi berat

6. Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


Penatalaksanaan
1. Karena sebagian besar kasus gastroenteritis akut adalah self-limiting, pengobatan
khusus tidak diperlukan. Dari beberapa studi didapatkan bahwa hanya 10%
kasus membutuhkan terapi antibiotik. Tujuan utamanya adalah rehidrasi yang

1/1
cukup dan suplemen elektrolit. Hal ini dapat dicapai dengan pemberian cairan
rehidrasi oral (oralit) atau larutan intravena (misalnya, larutan natrium klorida
isotonik, larutan Ringer Laktat). Rehidrasi oral dicapai dengan pemberian cairan
yang mengandung natrium dan glukosa. Obat absorben (misalnya, kaopectate,
aluminium hidroksida) membantu memadatkan feses diberikan bila diare tidak
segera berhenti.
2. Jika gejalanya menetap setelah 3-4 hari, etiologi spesifik harus ditentukan
dengan melakukan kultur tinja. Untuk itu harus segera dirujuk.
3. Modifikasi gaya hidup dan edukasi untuk menjaga kebersihan diri.

7. Konseling dan Edukasi


Edukasi kepada keluarga untuk turut menjaga higiene keluarga dan pasien.

8. Kriteria Rujukan
1. Gejala keracunan tidak berhenti setelah 3 hari ditangani dengan adekuat.
2. Pasien mengalami perburukan.
Dirujuk ke pelayanan kesehatan sekunder dengan spesialis penyakit dalam atau
spesialis anak.

9. Prognosis
Prognosis umumnya bila pasien tidak mengalami komplikasi adalah bonam.
7.Unit terkait - Poli Umum
- Pustu
- Poskesdes

8.Hal-hal yang perlu


diperhatikan
9.Dokumen Terkait Rekam Medis

10.Rekaman Historis No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan


Perubahan

1/2

Anda mungkin juga menyukai