Anda di halaman 1dari 3

KERACUNAN MAKANAN

No. Dokumen :
/SOP.0 /PUSK.NPL/V/2018
SOP No. Revisi : 00
Tanggal Terbit:
Halaman :½
Vinsentius Neta, Amd Kep
PUSKESMAS NIP. 19680123 199003 1 005
NGALUPOLO

1. Pengertian Keracunan makanan merupakan suatu kondisi gangguan pencernaan


yang disebabkan oleh konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi
dengan zat patogen dan atau bahan kimia, misalnya Norovirus,
Salmonella, Clostridium perfringens, Campylobacter, dan
Staphylococcus aureus.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah bagi petugas untuk tatalaksana
pasien yang mengalami keracunan makanan di Puskesmas
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Ngalupolo
No. 01/SK.03/PUSK.NPL/V/2018 Tentang Pelayanan Klinis
4. Referensi KMK RI Nomor 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur/Langkah - 1. Petugas menganamnesa keluhan pasien :
langkah Keluhan yang ditemukan pada pasien dengan keracunan makanan
adalah :
 Diare akut biasanya berlangsung kurang dari 2 minggu.
 Darah atau lendir pada tinja; menunjukkan invasi mukosa
usus atau kolon.
 Nyeri perut.
 Nyeri kram otot perut; menunjukkan hilangnya elektrolit
yang mendasari, seperti pada kolera yang berat.
 Perut kembung.
2. Petugas menanyakan faktor resiko :
 Apakah pernah makan/minum di tempat yang tidak higienis
 Apakah pernah mengkonsumsi daging/unggas yang kurang
matang da pat dicurigai untuk Salmonella spp,
Campylobacter spp, toksin Shiga E coli, dan Clostridium
perfringens.
 Apakah pernah mengkonsumsi makanan laut mentah dapat
dicurigai untuk Norwalk-like virus, Vibrio spp, atau hepatitis
A.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus difokuskan untuk menilai keparahan
dehidrasi.
 Diare, dehidrasi, dengan tanda–tanda tekanan darah turun,
nadi cepat, mulut kering, penurunan keringat, dan penurunan
output urin.
 Nyeri tekan perut, bising usus meningkat atau melemah.
4. Petugas melakukan Pemeriksaan Penunjang
 melakukan pemeriksaan mikroskopis dari feses untuk telur
cacing dan parasit.
 Pewarnaan Gram, Koch dan metilen biru Loeffler untuk
membantu membedakan penyakit invasif dari penyakit non-
invasif.
5. Petugas menegakkan diagnosa
6. Petugas memberikan terapi:
 Untuk rehidrasi yang cukup dan suplemen elektrolit maka
diberikan terapi antibiotik dengan pemberian cairan rehidrasi
oral (oralit) atau larutan intravena (misalnya, larutan natrium
klorida isotonik, larutan Ringer Laktat). Rehidrasi oral
dicapai dengan pemberian cairan yang mengandung natrium
dan glukosa. Obat absorben (misalnya, kaopectate,
aluminium hidroksida) membantu memadatkan feses
diberikan bila diare tidak segera berhenti.
7. Petugas Memberikan konseling dan edukasi
Edukasi kepada keluarga untuk turut menjaga higiene keluarga dan
pasien.

2/2
8. Petugas segera merujuk pasien ke RSUD apabila gejala keracunan
tidak berhenti setelah 3 hari ditangani dengan adekuat dan pasien
mengalami perburukan.

6. Bagan Alir -
7. Unit Terkait Poli umum,

3/2

Anda mungkin juga menyukai