GASTROENTERITIS AKUT
I. KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Gastroenteritis adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya peradangan pada lambung,
usus kecil maupun usus besar yang akan mengakibatkan terganggunya sistem pencernaan yang
biasanya memunculkan gejala diare dengan disertai mual ataupun muntah sehingga terjadi
penurunan kemampuan dalam mengabsorbsi nutrisi (Lemone, Burke & Bauldoff, 2015).
Gastroenteritis akut (GEA) atau diare adalah buang air besar (defekasi dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
pada biasanya ( Nurarif Amin Huda, Kusuma Hardhi, 2015).
Gastroenteritis akut atau GEA adalah diare yang gejalanya tiba-tiba dan
berlangsung kurang dari 14 hari. Gastroenteritis juga merupakan kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air
besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair.
B. ETIOLOGI
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a. Faktor internal adalah infeksi saluran pencernaan meliputi infeksi internal
sebagai berikut
1) Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, salmonella, tersinia, dsb
2) Infeksi virus : enterovirus ( virus ECHO, poliomyelitis ), adenovirus,
rotavirus, dll.
3) Infeksi parasit : cacing (asoanis, trichuris, oxyuris ), jamur ( candida
albicans )
b. Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan, seperti otitis
media akut, tonsilitis tonsilofasingitis, bronkopneumonia, dsb.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat meliputi disakarida dan monosakarida
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Kram perut
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
3. Demam
4. Mual
5. Muntah
6. Kembung
7. Anoreksia
8. Lemah
9. Pucat
10. Urin output menurun (oliguria, anuria)
11. Turgor kulit menurun sampai jelek
12. Ubun-ubun / fontanela cekung
13. Kelopak mata cekung
14. Membran mukosa kering
D. KLASIFIKASI
Gastroenteritis diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Gastroenteritis Akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba
frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agen infeksius dalam traktus GI. Keadaan ini
dapat menyertai Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA) atau Infeksi Saluran Kemih (ISK), terapi
antibiotic atau pemberian obat pencahar (laksatif). Gastroenteritis akut biasanya sembuh sendiri
(lamanya sakit kurang dari 14 hari)
2. Gastroenteritis kronis didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi
dan kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14 hari. Seringkali
gastroenteritis kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorbsi, penyakit
inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan, intoleransi laktosa, atau sebagai akibat dari
penatalaksanaan gastroenteritis akut yang tidak memadai.
3. Gastroenteritis Intraktabel Merupakan sindrom yang terjadi pada bayi dalam usia
beberapa minggu pertama serta berlangsung lebih lama dari 2 minggu tanpa
ditemukannya mikroorganisme pathogen sebagai penyebabnya dan bersifat resisten atau
membandel terhadap terapi. Gastroenteritis kronis nonspesifik yang dikenal juga dengan
istilah kolon iritabel pada anak, merupakan penyebab gastroenteritis kronis yang sering
dijumpai pada anak – anak yang berusia 6 hingga 54 minggu. Anak – anak ini
memperlihatkan feses yang lembek yang sering disertai partikel makanan yang tidak
tercerna, dan lamanya melebihi 2 minggu
E. PATOFISIOLOGI
Menurut Nurarif (2015) secara umum gastroenteritis disebabkan oleh masuknya
mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil 17 17 melewati rintangan asam
lambung. Organisme masuk pada mukosa epitel, berkembang biak pada usus dan
menempel pada mukosa usus serta melepaskan enterotoksin yang dapat menstimulasi
cairan dan elektrolit keluar dari sel mukosa. Infeksi virus ini menyebabkan destruksi
pada mukosa sel dari vili usus halus yang dapat menyebabkan penurunan kapasitas
absorbsi cairan dan elektrolit. Interaksi antara toksin dan epitel, usus menstimulasi enzim
Adenilsiklase dalam membrane sel dan mengubah cyclic AMP yang menyebabkan
peningkatan sekresi air dan elektrolit, sehingga timbul diare.
Diare yang terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan kerusakan integritas
kulit pada daerah perianal. Selain itu juga, Sekresi air dan elektrolit secara berlebihan ini
dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dan asidosis metabolik
sehingga dapat menimbulkan kekurangan volume cairan dalam tubuh serta gangguan
pertukaran gas akibat dari asidosis metabolik.
Kekurangan volume cairan secara terus menerus dapat menimbulkan syok
hipovolemi. Selain itu juga, proses invasi dan pengerusakan mukosa usus, organisme
menyerang enterocytes (sel dalam epitelium) sehingga menyebabkan peradangan (timbul
mual muntah) dan kerusakan pada mukosa usus. Hal ini menyebabkan penurunan nafsu
makan, serta gangguan pada psikologi klien yang dapat menyebabkan ansietas.
Penurunan nafsu makan dapat mengakibatkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. :
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja
c. Bila perlu diadakan uji bakteri untuk mengetahui organisme penyebabnya,
dengan melakukan pembiakan terhadap contoh tinja.
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan jumlah sel darah
putih.
3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, bila memungkinkan
dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup.
4. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
5. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit
secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
G. PENATALAKSANAAN
1. Medis
a. Pemberian cairan
1) Cairan per oral : pada pasien dengan dehidrasi ringan dan Na, HCO, K dan
glukosa kurang. Untuk diare akut di atas umur 6 bulan dengan dehidrasi
ringan atau sedang kadar natrium 50-60 meg/l dapat di buat sendiri
(mengandung larutan garam dan gula) atau air tajin yang diberi gula dengan
garam.
2) Cairan parenteral :
a) Untuk dehidrasi ringan pada 1 jam pertama diberikan 25-50
ml/kgBB/hari. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian cairan parenteral
125 ml/kgBB
b) Untuk dehidrasi sedang pada 1 jam pertama diberikan 50-100
ml/kgBB/hari. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian cairan parenteral
125 ml/kg BB
c) Untuk dehidrasi berat
- Anak usia 1 bulan-2 tahun dengan berat badan 3-10 kg , 1 jam
pertama diberikan 40ml/kgBB/jam atau10 tetes/kg BB/menit, 7 jam
berikutnya diberikan 12 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kg BB/menit , 16
jam berikutnya diberikan 125 ml/kgBB oralit per oral bila anak mau
minum, teruskan dengan cairan intra vena 2 tetes/kg BB/menit atau 3
tetes/kg BB/menit
- Anak usia lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg , 1 jam
pertama diberikan 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kg BB/menit atau 10
tetes/kgBB/menit , 7 jam kemudian diberikan 127 ml/kg BB oralit per
oral, bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan cairan intra
vena 2 tetes/kgBB/menit atau 3 tetes/kg BB/menit,
- Anak lebih dari 5-10 tahun dengan 15-25 kg 1 jam pertama diberikan
20 ml/kg BB/jam atau 5 tetes /kgBB/menit, 16 jam berikutnya
diberikan 105 ml/kg BB oralit per oral
3) Diatetik (pemberian makanan)
Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus pada pasien
dengan tujuan meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan pasien.
Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu dengan memberikan ASI, bahan
makanan yang mengandung cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin serta
makanan harus bersih.
4) Obat-obatan
- Obat anti spasmolitik
- Obat antibiotic
2. Keperawatan
a. Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan
enterik termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita.
b. Jas panjangbilaada kemungkinan pencernaran dan sarung tangan bila
menyentuh barang terinfeksi.
c. Penderita dan keluarganya diedukasi mengenal cara perolehan entero patogen
dan cara mengurangi penularan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh diatas
abdoment) (D.0077)
C. INTERVENSI
SLKI-SIKI
DIAGNOSA
No KEPERAWATAN
(SDKI) SLKI SIKI
Kolaborasi
10. Kolaborasi dengn ahli gizi
untuk menetukan jumlh
kalori dan jenis nutsisi yang
dibutuhkan jika perlu.
11. Kolaborasi pemberian obat
antimetik jika perlu
3. D.0077 Setelah dilakukan Observasi
Nyeri akut berhubungan intervensi keperawatan 1. Idntifikasi lokasi,
dengan agen pencedera diharapkan tingkat nyeri karakteristik, durasi,
biologis (penekanan intra menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas, intensitas
abdoment). Ditandai hasil : nyeri
dengan : 1. Keluhan nyri 2. Identifikasi skala nyeri
1. Mengeluh nyeri menurun 3. Identifikasi respon nyeri non
2. Tampak meringis 2. Meringis menurun verbal
3. Gelisah 3. Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor yang
4. Frekuensi nadi 4. Kesulitan tidur memperberat dan
meningkat membaik memperingan nyeri
5. Sulit tidur 5. Frekuensi nadi
membaik Teraupetik
5. Berikan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
6. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
7. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
8. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
10. Ajarkan teknik non
farmakologis
PATHWAY
Gastroenteritis / Diare
Distensi
Kehilangan cairan Abdomen
Hipovolemia Agen Mual, muntah
aktif/dehidrasi
D.0023 periogenik
Nyeri Akut
Resiko Nutrisi tidak
Ketidakseimbangan D.0077 Demam adekuat
Intoleransi
elektrolit
aktivitas
Hipertermia Defisit Nutrisi
D.0037
D.0056
D.0130 D.0019
DAFTAR PUSTAKA
Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro, B., Hutapea, A.
D.,Khusniyah, Z., & Sihombing, R. M. (2020). Asuhan Keperawatan Dasar Pada
Kebutuhan Manusia (Edisi 1). Yayasan Kita Menulis. (diakes tanggal 15 juni 2021, jam
15.00)
Rohmah, N., & Walid, S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia) (Edisi I). AR-RUZZ Media.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan