Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

      Gastroenteritis adalah radang dari lambung dan usus yang memberikan gejala
diare dengan atau tanpa disertai muntah (muntah berak).
                  Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk
tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya.
                Adapun komplikasi dari gastroenteritis yaitu dehidrasi, syok hypovolemik yang
terdekompensasi, hipokalemia dengan gejala meteorisme, hipotermi, lemah,
hipoglikemia dan intoleransi laktosa selinder sebagai akibat deferensi enzim iktosa
karena kerusakan mukosa usus halus (Nursalam, 2005).
          Angka kejadian gastroenteritis di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat
ini masih tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau
sekitar 460 balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2007 di Indonesia, gastroenteritis merupakan penyebab kematian
nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap
anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun
(Piogama, 2008).
                   Gastroenteritis dianggap akut kalau berlangsung kurang dari 7 hingga 14 hari
dan kronik kalau berlangsung lebih dari 2 sampai 3 minggu. Gastroenteritis infeksius
yang akut dan tersebar diseluruh penjuru dunia menyebabkan lebih dari 4 juta
kematian setiap tahunnya pada balita, khususnya di negara berkembang dan menjadi
penyebab utama malnutrisi kalori, protein dan dehidrasi (Deven, 2007).
                Kematian akibat gastroenteritis yang jumlahnya jutaan, mayoritas disebabkan
oleh hal sepele, yaitu habisnya cairan tubuh yang keluar karena buang air dan muntah.
Hilangnya cairan sedikit demi sedikit oleh banyak orang dianggap hal biasa. Di
pelosok desa terutama di daerah Jawa, bahkan ada yang menganggap bahwa anak
gastroenteritis sebagai pertanda akan bertambah pintar. Padahal jika kekurangan
cairan lebih dari 10% dari berat badan anak atau bayi akan menyebabkan kematian
hanya dalam tempo tiga hari.
              Data dari Direktorat Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan
menyebutkan, pada tahun 2001 angka kematian rata-rata yang diakibatkan
gastroenteritis adalah 23 per 100.000 penduduk, sedangkan angaka tersebut lebih
tinggi pada anak-anak berusia di bawah lima tahun, yaitu 75 per 100.000 penduduk.
Hasil survey pada tahun 2006 menunjukkan bahwa kejadian gastroenteritis pada
semua usia di Indonesia adalah 423 per 1000 penduduk dan terjadi satu-dua kali per
tahun pada anak-anak berusia di bawah lima tahun (Diah, 2008).

B.     MANFAAT
a.       Bagi Perawat
Mengetahui lebih lanjut lagi tentang penyakit GastritiS, Mengetahui asuhan
keperawatan pada kasus Gastroenteritis dengan baik dan benar
b.       Bagi Pendidikan
Sebagai koleksi tambahan buku- buku diperpustakaan dan sebagai kerangka
acuan dalam pembuatan Asuhan Keperawatan.

C.    TUJUAN
1.      Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman belajar secara nyata dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien “Gastroentritis” melalui
perawatan yang komprehensif dapat membuat laporan pelaksanaan pelayanan
keperawatan.
2.      Tujuan Khusus
a)      Mendapatkan gambaran tentang pengkajian keperawatan secara
komprehensif pada pasien dengan Gastroenteritis.
b)      Dapat mengindentifikasi serta mendiagnosa masalah yang timbul pada
pasien dengan Gastroenteritis.
c)      Dapat membuat rencana asuhan keperawatan.
d)     Dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif.
e)      Dapat melaksanakan evaluasi terhadap keberhasilan asuhan keperawatan
yang telah diberikan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
f)       Dapat mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan yang
diberikan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN
   Gastroenteritis adalah radang dari lambung dan usus yang memberikan gejala diare
dengan atau tanpa disertai muntah (muntah berak).  Gastroenteritis diartikan sebagai
buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi
yang lebih banyak dari biasanya. Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung
dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam- macam, virus dan parasit
yang patogen.

B.     ETIOLOGI
a)      Faktor Infeksi :
 Infeksi Internal yaitu saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama.
  Infeksi Bakteri yaitu vibrio coma, E.coli, saimonella, campylobacter,
yersenia, aeromonas, dan sebagainya
 Infeksi virus yaitu Enterovirus (virus echo, coxsackie,
Poliomyelitis)Adenovines, Rotavirus, Astrovirus.
  Infeksi Parasit yaitu Cacing, Protozoa, Jamur, serta kebiasaan mengelola
makanan.
 Infeksi Parenteral yaitu infeksi bagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
seperti : OMA, Tonsilofaringitis, Paroncopneumonia, ensefalitis, dan
sebagainya sering terjadi pada bayi/anak kurang dari 2 tahun.
b)      Faktor Malabsorbsi :
 Malabsorbsi Karbohidrat : disakarida (intoleransi Laktosa, Maltosa, dan
Sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada
bayi dan anak, yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
 Malabsorbsi lemak
 Malabsorbsi protein
c)      Faktor makanan : Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan dan pola
makanan yang salah
d)     Faktor Psikologis : Rasa takut dan cemas (Jarang, tapi dapat terjadi pada anak-
anak).
e)      Malnutrisi
f)       Gangguan imunologi

B. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya gastroenteritis adalah:
 Gangguan Osmotik, adanya makanan dan zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isirongga usus yang berlebihan
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul gastroenteritis.
 Gangguan sekresi, akibat rangsangan tertentu (misalnya toxin) pada dinding usus,
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus, yang
selanjutnya timbul gastroenteritis karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
 Gangguan Motilitas usus, Hyperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul gastroenteritis.
Sebaliknya bila peristaltik usus menurun, akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan dan selanjutnya dapat menimbulkan gastroenteritis.
 Gastroenteritis dapat disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri secara langsung
atau oleh efek dari nurotoxin yang diproduksi oleh bakteria. Infeksi ini
menimbulkan peningkatan produksi air dan garam kedalam lumen usus dan juga
peningkatan motilitas, yang menyebabkan sejumlah besar makanan yang tidak
dicerna dan cairan dikeluarkan. Dengan gastroenteritis yang hebat sejumlah besar
cairan dan elektrolit dapat hilang, menimbulkan dehidrasi, hyponatremi, dan
hypokalemia.
Berdasarkan cairan yang hilang tingkat dehidrasi terbagi menjadi:
a. Dehidrasi ringan, jika kekurangan cairan 5% atau 25 ml/kg/bb.
b.  Dehidrasi sedang, jika kekurangan cairan 5- 10% atau 75 ml/kg/bb.
c.   Dehidrasi berat, jika kekurangan cairan 10- 15% atau 125 ml/kg/bb.

D.    TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala gastroenteritis dibagi menjadi 2, sebagai berikut:
a) Tanda dan gejala secara umum:
 Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair/ encer.
 Turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun).
 Mata cekung.
 Membran mukosa kering.
  Demam.
  Nafsu makan berkurang
  Mual dan muntah
   Lemah
  Pucat
  Nyeri abdomen
  Perih di ulu hati
 Perubahan tanda- tanda vital, nadi dan napas cepat
   Menurun atau tidak adanya pengeluaran urine
   Penurunan berat badan
  Peristaltik meningkat
   Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam

E.     PENATALAKSANAAN
1.      Terapi Rehidrasi
Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit
secara cepat kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya
berhenti dengan cara memberi oralit untuk pengobatan sementara sebelum ke
rumah sakit dan mencegah dehidrasi lebih lanjut.
2.      Diatetik
Pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan, memberikan bahan makanan yang
mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
Makanan harus ditingkatkan selama diare untuk menghindari efek buruk pada
status gizi.
3.      Obat- obatan:
  Obat anti sekresi
 Obat anti spasmolitik
 Obat antibiotik
 Obat anti diare
  Obat antiemetik

F.     KOMPLIKASI
1.      Dehidrasi (ringan, sedang, berat)
2.      Renjatan hipovolemik
3.      Kejang
4.      Bakterimia
5.      Malnutrisi
6.      Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
7.      Hipokalemia
8.      Hipoglikemia

G. TINGKAT DERAJAT DEHIDRASI

1. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
2. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
3. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti
tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis
sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :

1 Pemeriksaan Tinja

a) Makroskopis dan mikroskopis.


b) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula.

Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

2. Pemerisaan Darah
a) pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium,
Kalsium dan Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan
asama basa.
b) Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.

3. Doudenal Intubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
a) Pemberian cairan.
 Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada
penderita dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan
adapun hal yang perlu diperhatikan : Memberikan bahan makanan
yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan
yang bersih.
b) Obat-obatan.
 Obat antiseri
 Obat anti spasmolitik
 Obat antibiatik
BAB 111
ASUHAN KEPERAWATAN

A. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GASTROINTERESTINAL

1. PENGKAJIAN
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan
penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi,
psikal assessment.
Pengkajian data menurut Cyndi Smith Greenberg, 2016 adalah :
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
 Awalan serangan : Awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat,
anoreksia kemudian timbul diare.
 Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air
dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi
ubun-ubun besar cekung,tonus dan turgor kulit berkurang,selaput lendir
mulut dan bibir kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi
encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
4. Riwayat psikososial keluarga.
Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,
kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan
pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya,mereka akan bereaksi
dengan marah dan merasa bersalah.
5. Kebutuhan dasar.
a. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari, BAK sedikit atau jarang.
b. Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
c. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen
yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d. Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
e. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya
nyeri akibat distensi abdomen.

6. Pemerikasaan fisik.
a. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah,kesadran
composmentis sampai koma,suhu tubuh tinggi,nadi cepat dan
lemah,pernapasan agak cepat.
b. Pemeriksaan sistematik :
 Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir
kering,berat badan menurun,anus kemerahan.
 Perkusi : adanya distensi abdomen.
 Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.
 Auskultasi : terdengarnya bising usus.
c. Pemeriksaan tinglkat tumbuh kembang.
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga
berat badan menurun.
d. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan doodenum intubation yaitu untuk
mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan
dengan mual dan muntah.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang
berlebihan.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit,prognosis dan pengobatan.
6. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,prosedur yang
menakutkan

3. INTERVENSI
Diagnosa
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.

Tujuan :
Devisit cairan dan elektrolit teratasi.

Kriteria hasil :
Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab, balan
cairan seimbang
Intervensi
Observasi tanda-tanda vital. Observasi tanda-tanda dehidrasi. Ukur infut
dan output cairan (balanc ccairan). Berikan dan anjurkan keluarga untuk
memberikan minum yang banyak kurang lebih 2000 – 2500 cc per hari.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan, pemeriksaan lab
elektrolit. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah
sodium.

Diagnosa
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan
dengan mual dan muntah.

Tujuan :
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi

Kriteria hasil :
Intake nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang disediakan,
mual,muntah tidak ada.

Intervensi
Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi. Timbang berat badan
klien. Kaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi. Lakukan
pemerikasaan fisik abdomen (palpasi,perkusi,dan auskultasi). Berikan diet
dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering. Kolaborasi dengan tim gizi
dalam penentuan diet klien.
Diagnosa
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB yang
berlebihan.
Tujuan :
Gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil :
Integritas kulit kembali normal, iritasi tidak ada, tanda-tanda infeksi tidak
ada
Intervensi
Ganti popok anak jika basah. Bersihkan bokong perlahan sabun non alcohol.
Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit. Observasi bokong
dan perineum dari infeksi. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
therafi antipungi sesuai indikasi.
Diagnosa
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
Tujuan :
Nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil :
Nyeri dapat berkurang / hiilang, ekspresi wajah tenang
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital. Kaji tingkat rasa nyeri. Atur posisi yang nyaman
bagi klien. Beri kompres hangat pada daerah abdoment. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian therafi analgetik sesuai indikasi.
Diagnosa
5.  Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit,prognosis dan pengobatan.
Tujuan :
Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil :
Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien, ekspresi wajah tenang,
keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.
Intervensi :
Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
tentang proses penyakit klien. Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan
melalui penkes. Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum
dimengertinya. Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.
Diagnosa
5. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,prosedur yang
menakutkan.
Tujuan :
Klien akan memperlihatkan penurunan tingkat kecemasan
Intervensi :
Kaji tingkat kecemasan klien. Kaji faktor pencetus cemas. Buat jadwal kontak
dengan klien. Kaji hal yang disukai klien. Berikan mainan sesuai kesukaan
klien. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan. Anjurkan pada keluarga
unrtuk selalu mendampingi klien

4. EVALUASI
1. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhantubuh.
3. Integritas kulit kembali noprmal.
4. Rasa nyaman terpenuhi.
5. Pengetahuan kelurga meningkat.
6. Cemas pada klien teratasi
DAFTAR PUSTAKA

 Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah volume 1. Jakarta : EGC


 Sudoyo. 2007.
      Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik edisi 6. Jakarta : EGC
Masjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta : EGC
Doengoes, Marylynn E. Dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Capernito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Ma, O. John. 2004. Emergency Medicine Manual. USA : The Mc.Graw-Hill Companies
(Nanda NIC & NOC, 2007-2008, Nanda, 2010).

Anda mungkin juga menyukai