DisusunOleh :
Abdul RajakHatar, S.Kep 17400001
ArmantoSyaadillah, S.Kep. 17400004
DediSusanto,S.Kep 17400010
EdelbertusIdamanBahy, S.Kep 17400012
FaizFathony, S.Kep 17400014
GedeSukaMandiarta, S.Kep 17400018
1
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Stase Keperawatan Jiwa Ruang Srikandi RSJ Grahasia Yogyakarta telah
disahkan, pada:
Hari :
Tanggal :
Tempat : Ruang Srikandi RSJ Grahasia Yogyakarta
Pembimbing Klinik ( )
Pembimbing Akademik ( )
Mengetahui,
2
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan ini.
Penulisan laporan praktik klinik state keperawatan jiwa ini merupakan
salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar profesi Ners di kampus STIKes
Guna Bangsa Yogyakarta.
Dalam penyusunan laporan ini, kami telah mendapatkan banyak arahan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terima
kasih kepada :
1 Kepala Ruang Srikandi RSJ Grahasia D.I.Yogyakarta
2 Pembimbing Klinik Ruang Srikandi RSJ Grahasia D.I.Yogyakarta
3 Pembimbing Akademik STIKES Guna Bangsa Yogyakarta
4 Seluruh Staf Keperawatan Ruang Srikandi RSJ Grahasia D.I.Yogyakarta
5 Rekan-Rekan Kelompok : Abdul Rajak Hatar, S.Kep, Armanto Syaadillah,
S.Kep, Dedi Susanto,S.Kep, Edelbertus Idaman Bahy, S.Kep, Faiz
Fathony, S.Kep dan Gede Suka Mandiarta, S.Kep, yang saling membantu
untuk menyelesikan pembuatan laporan ini.
Kami menyadari bahwa penulisan laporan ini masih banyak kekurangan
dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Atas Kekurangan dan
kesalahan dalam penulisan laporan ini, kami mohon maaf. Akhir kata kami
mengharapkan semoga laporan praktik klinik stases keperawatan jiwa ini dapat
bermanfaat.
Team
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan.
Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan
tetapi merupakan suatu hal yang di butuhkan oleh semua orang.
Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu
mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana
adanya. Serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang
lain. (Menkes, 2005)
Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen
Depkes), H. Syafii Ahmad, kesehatan jiwa saat ini telah menjadi
masalah kesehatan global bagi setiap negara termasuk Indonesia.
Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi
memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada
masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan
yang sama untuk menyusuaikan dengan berbagai perubahan, serta
mengelola konflik dan stres tersebut. ( Diktorat Bina Pelayanan
Keperawatan dan Pelayanan Medik Dapertemen Kesehatan, 2007).
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena
dampak permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya
terus meningkat.
Pada study terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa
pada negara-negara berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa
parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun utama(Hardian,
2008). Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang demikian tinggi dibandingkan dengan masalah
kesehatan lain yang ada dimasyarakat.
Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan
data Departemen Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami
5
gangguan mental emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut
terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk
penyakit kejiwaan ini. Krisis ekonomi dunia yang semakin berat
mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia
khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari
juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti,
2008).
Berdasar kan data dari medical record BPRS dari makasar
provinsi sulawesi selatan menunjukan pasien halusinasi yang dirawat
pada tiga tahun terakhir sebagai berikut: pada tahun 2006 jumlah
pasien 8710 dengan halusinasi sebanyak 4340 orang (52%), tahun
2007 jumlah pasien 9245 dengan halusinasi sebanyak 4430 orang
(49%), tahun 2008 ( januari-maret) jumlah pasien 2294 dengan
halusinasi sebanyak 1162 orang. Agar perilaku kekerasan tidak terjadi
pada klien halusinasi maka sangat di butuh kan asuhan keperawatan
yang berkesinambungan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran nyata tentang asuhan
keperawatn jiwa pada klien dengan perubahan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran
2. Tujuan khusus
Dengan penyusunan makalah ini diharapkan mahasiswa
mampu mengetahui dan memahami:
Pengertian halusinasi
Klasifikasi halusinasi
Etiologi halusinasi
Manifestasi klinis halusinasi
Akibat halusinasi
Tahapan halusinasi
6
Rentang respon halusinasi
Komplikasi halusinasi
Penatalaksanaan halusinasi
Pohon masalah halusinasi
Masalah keperawatan
Diagnosa keperawatan
Rencana tindakan keperawatan
C. MANFAAT
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep dasar
gangguan presepsi sensori yaitu halusinasi
Mahasiswa mampu melakukan proses asuhan keperawatan
halusinasi
7
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering
ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa, Halusinasi sering
diidentikkan dengan Schizofrenia. Dari seluruh klien Schizofrenia
70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa lain yang
juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manik
depresif dan delerium.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa
stimulus eksteren :Persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana
klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah
persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya timulus eksternal
yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesutu yang
nyata ada oleh klien.
Halusinasi ialah terganggunya persepsi sensori seseorang,
dimana tidak terdapat simulus (Yosep, 2009). Halusinasi
sebagai “hallucinations are defined as false sensory impressions or
experiences” yaitu halusinasi sebagai bayangan palsu atau
pengalaman indera. (Sundeen's, 2004).
Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun
pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam kehidupan
sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional,
psikopatik ataupun histerik (Maramis, 2005).
Kemudian Sunaryo (2004) menjelaskan bahwa halusinasi
merupakan bentuk kesalahan pengamatan tanpa pengamatan
8
objektivitas penginderaan dan tidak disertai stimulus fisik yang
adekuat.
B. KLASIFIKASI
Menurut ( Rasmun, 2001 : 23 ).
1) Halusinasi pendengaran.
Klien mendengar suara dan bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata dan orang lain tidak mendengarnya.
2) Halusinasi Penglihatan.
Klien melihat gambaran yang jelas atau samar – samar tanpa
stimulus nyata dan orang lain tidak melihatnya.
3) Halusinasi Penciuman.
Klien mencium bau – bau yang muncul dari sumber – sumber
tertentu tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak
menciumnya.
4) Halusinasi Pengecapan.
Klien merasa makan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan
rasa nyaman atau tidak enak.
5) Halusinasi Perasaan.
Klien merasa sesuatu pada kulit tanpa stimulus yang nyata orang
lain tidak merasakannya.
6) Chenestetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaanmakanan atau pembentukan urine.
7) Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
C. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi yang
meenyebabkan halusinasi adalah :
9
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya
rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan
klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang
percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya
sejak bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak
percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan
jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka
di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab
mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini
berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil
keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju
alam hayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang
diasuh oleh orang tua skizofrenia cenderung mengalami
skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada
penyakit ini
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008),
faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
10
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak,
yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada
mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi
terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor.
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh
Nasution (2003), seseorang yang mengalami halusinasi biasanya
memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
3. Gerakan mata abnormal.
4. Respon verbal yang lambat.
5. Diam.
6. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
7. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas
misalnya peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
8. Penyempitan kemampuan konsenstrasi.
9. Dipenuhi dengan pengalaman sensori.
10. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara
halusinasi dengan realitas.
11
11. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya daripada menolaknya.
12. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
13. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
14. Berkeringat banyak.
15. Tremor.
16. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
17. Perilaku menyerang teror seperti panik.
18. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang
lain.
19. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk
dan agitasi.
20. Menarik diri atau katatonik.
21. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks.
22. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
1. Tahap I
a. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
b. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
c. Gerakan mata yang cepat
d. Respon verbal yang lambat
e. Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan
2. Tahap II
a. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas
misalnya peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah
b. Penyempitan kemampuan konsenstrasi
12
c. Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin
kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi
dengan realitas.
3. Tahap III
a. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya daripada menolaknya
b. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
c. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik
d. Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor,
ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk
4. Tahap IV
a. Prilaku menyerang teror seperti panik
b. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang
lain
c. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk,
agitasi, menarik diri atau katatonik
d. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks
e. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
E. AKIBAT HALUSINASI
Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori:
halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.
Tanda dan Gejala :
1. Memperlihatkan permusuhan
2. Mendekati orang lain dengan ancaman
3. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
13
4. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
5. Mempunyai rencana untuk melukai
F. TAHAPAN HALUSINASI
Halusinasi dapat dibagi menjadi beberapa tahapan (Dalami,
et al, 2009), yaitu:
a. Sleep Disorder
Sleep Disorder adalah halusinasi tahap awal sesorang
sebelum muncul halusinasi.
1. Karakteristik. Klien merasa banyak masalah, ingin
menghindar dari lingkungan, takut diketahui orang lain
bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa sulit
karena berbagai stressor terakumulasi dan support system
yang kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk.
2. Perilaku. Klien susah tidur dan berlangsung terus menerus
sehingga terbiasa menghayal, dan menganggap menghayal
awal sebagai pemecah masalah.
b. Comforthing
Comforthing adalah halusinasi tahap menyenangkan:
Cemas sedang.
1. Karakteristik. Klien mengalami perasaan yang mendalam
seperti cemas, kesepian, rasa bersalah, takut, dan mencoba
untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk
meredakan cemas. Klien cenderung mengenali bahwa
pikiran-pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kendali
kesadaran jika cemas dapat ditangani.
2. Perilaku. Klien terkadang tersenyum, tertawa sendiri,
menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakkan mata yang
cepat, respon verbal yang lambat, diam dan berkonsentrasi.
14
c. Condemning
Condemning adalah tahap halusinasi menjadi
menjijikkan: Cemas berat.
1. Karakteristik. Pengalaman sensori menjijikkan dan
menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin
mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang
dipersepsikan. Klien mungkin merasa dipermalukan oleh
pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain.
2. Perilaku. Ditandai dengan meningkatnya tanda-tanda sistem
syaraf otonom akibat ansietas otonom seperti peningkatan
denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah. Rentang
perhatian dengan lingkungan berkurang, dan terkadang asyik
dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dan realita.
d. Controling
Controling adalah tahap pengalaman halusinasi yang
berkuasa: Cemas berat.
1. Karakteristik. Klien berhenti menghentikan perlawanan
terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut.
Isi halusinasi menjadi menarik. Klien mungkin mengalami
pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti.
2. Perilaku. Perilaku klien taat pada perintah halusinasi, sulit
berhubungan dengan orang lain, respon perhatian terhadap
lingkungan berkurang, biasanya hanya beberapa detik saja,
ketidakmampuan mengikuti perintah dari perawat, tremor dan
berkeringat.
e. Conquering
Conquering adalah tahap halusinasi panik: Umumnya
menjadi melebur dalam halusinasi.
15
1. Karakteristik. Pengalaman sensori menjadi mengancam jika
klien mengikuti perintah halusinasi. Halusinasi berakhir dari
beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik.
2. Perilaku. Perilaku panik, resiko tinggi mencederai, bunuh diri
atau membunuh. Tindak kekerasan agitasi, menarik atau
katatonik, ketidak mampuan berespon terhadap lingkungan.
Adaptif Maladaptif
16
3) Emosi konsisten: yaitu manifestasi perasaan yang konsisten
atau afek keluar disertai banyak komponen fisiologik dan
biasanya berlangsung tidak lama.
4) Perilaku sesuai : perilaku individu berupa tindakan nyata
dalam penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh
norma-norma social dan budaya umum yang berlaku.
5) Hubungan social harmonis : yaitu hubungan yang dinamis
menyangkut hubungan antar individu dan individu, individu
dan kelompok dalam bentuk kerjasama.
2. Rentang Respon
Proses pikir kadang terganggu ( ilusi ): yaitu menifestasi
dari persepsi impuls eksternal melalui alat panca indra yang
memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu di otak
kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah
dialami sebelumnya.
Emosi berlebihan atau kurang : yaitu menifestasi
perasaan atau afek keluar berlebihan atau kurang.
Perilaku tidak sesuai atau biasa : yaitu perilaku individu
berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalahnya tidak
diterima oleh norma – norma sosial atau budaya umum yang
berlaku.
Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa
tindakan nyata dalam menyelesaikan masalahnya tidak diterima
oleh norma-norma sosial atau budaya umum yang berlaku.
Menarik diri : yaitu percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan
orang lain.
3. Respon maladaptif
1) Gangguan proses pikir / waham adalah keyakinan seseorang
yang berdasarkan penilaian realitis yang salah.
17
2) Halusinasi adalah gagngguan penerimaan tanpa adanya
rangsangan dari luar.
3) Kerusakan proses pikir emosi adalah tidak dapat mengontrol
perasaannya.
4) Pikiran tidak terorganisasi adalah cara berpikir tidak realistis.
5) Isolasi sosial : menghindari dan dihindari oleh lingkungan
sosial dalam berinteraksi.
6) Halusinasi pendengaran : adalah menghindar untuk
berhubungan dengan orang lain.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin dapat muncul pada penderita
halusinasi adalah adanya prilaku kekerasan, yaitu resiko mencedrai
dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan selain itu komplikasi
lainnya dapat muncul adalah mengisolasi diri sendiri, klien kurang
memperhatikan selfcare,menunjukan kerekatan terhadap realita
dan bertindak terhadap realita, gangguan orientasi realita.
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan klien skizoprenia adalah dengan pemberian
obat -obatan dan tindakan lain, yaitu :
a. Psikofarmakologis
Farmakotherapi ( anti psikotik ) harus ditunjang oleh
psikoterapi seperti Clorpromazin 150 – 600 mg / hari,untuk
mengendalikan psikomotornya. Haloperidol 5 – 15 mg / hariuntuk
menenangkan pasien. Porpenozin 12 – 24 mg / haridan Triflufirazin
10 – 15 mg / hari. Obat dimulai dengan dosis awal sesuai dengan
dosis anjuran, dinaikkan dosis tiap 2 minggu dan bisa pula
dinaikkan sampai mencapai dosis ( stabilisasi ) , kemudian
diturunkan setiap 2 minggu sampai mencapai dosis pemeliharaan.
Dipertahankan 6 bulan – 2 tahun( diselingi masa bebas obat 1 – 2
18
hari / minggu ). Kemudian tapering off, dosis diturunkan tiap 2 – 4
minggu dan dihentikan.
19
J. POHON MASALAH
Tidak efektifnya
penatalaksanaan segmen
terapeutik
20
K. MASALAH KEPERAWATAN
Masalah Keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Efek)
2. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran (Core
Problem)
3. Gangguan hubungan sosial : menarik diri (Etiologi)
4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
berhubungan dengan gangguan hubungan sosial : menarik diri.
2. Gangguan hubungan sosial : menarik diri berhubungan dengan
gangguan Konsep diri : harga diri rendah.
3. Gangguan Konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan
mekanisme koping inefektif
4. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan gangguan persepsi sensori
21
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya.
2. Buat kontrak dengan klien.
3. Lakukan perkenalan.
4. Panggil nama kesukaan.
5. Ajak pasien bercakap-cakap dengan ramah.
6. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan
tanda-tandanya
7. serta beri kesempatan pada klien mengungkapkan
perasaan penyebab pasien tidak mau bergaul/menarik diri.
8. Jelaskan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda-
tanda serta yang mungkin jadi penyebab.
9. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaan.
10. Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan.
11. Perlahan-lahan serta pasien dalam kegiatan ruangan
dengan melalui tahap-tahap yang ditentukan.
12. Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai.
13. Anjurkan pasien mengevaluasi secara mandiri manfaat
dari berhubungan.
14. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan pasien
mengisi waktunya.
15. Motivasi pasien dalam mengikuti aktivitas ruangan.
16. Beri pujian atas keikutsertaan dalam kegiatan ruangan.
17. Lakukan kungjungan rumah, bina hubungan saling
percaya dengan keluarga.
18. Diskusikan dengan keluarga tentang perilaku menarik diri,
penyebab dan car a keluarga menghadapi.
19. Dorong anggota keluarga untuk berkomunikasi.
20. Anjurkan anggota keluarga pasien secara rutin menengok
pasien minimal sekali seminggu
22
2. Diagnosa 2
Gangguan hubungan sosial : menarik diri berhubungan dengan
gangguan Konsep diri : harga diri rendah.
Tujuan : Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara
bertahap.
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat menyebutkan koping yang dapat digunakan.
2. Pasien dapat menyebutkan efektifitas koping yang
dipergunakan.
3. Pasien mampu memulai mengevaluasi diri.
4. Pasien mampu membuat perencanaan yang realistik sesuai
dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
5. Pasien bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang
dilakukan sesuai dengan rencana.
Intervensi :
1. Dorong pasien untuk menyebutkan aspek positip yang ada
pada dirinya dari segi fisik.
2. Diskusikan dengan pasien tentang harapan-harapannya.
3. Diskusikan dengan pasien keterampilannya yang
menonjol selama di rumah dan di rumah sakit.
4. Berikan pujian.
5. Identifikasi masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh
pasien
6. Diskusikan koping yang biasa digunakan oleh pasien.
7. Diskusikan strategi koping yang efektif bagi pasien.
8. Bersama pasien identifikasi stressor dan bagaimana
penialian pasien terhadap stressor.
9. Jelaskan bahwa keyakinan pasien terhadap stressor
mempengaruhi pikiran dan perilakunya.
23
10. Bersama pasien identifikasi keyakinan ilustrasikan tujuan
yang tidak realistic.
11. Bersama pasien identifikasi kekuatan dan sumber koping
yang dimiliki
12. Tunjukkan konsep sukses dan gagal dengan persepsi yang
cocok.
13. Diskusikan koping adaptif dan maladaptif.
14. Diskusikan kerugian dan akibat respon koping yang
maladaptive.
15. Bantu pasien untuk mengerti bahwa hanya pasien yang
dapat merubah dirinya bukan orang lain
16. Dorong pasien untuk merumuskan perencanaan/tujuannya
sendiri (bukan perawat).
17. Diskusikan konsekuensi dan realitas dari perencanaan /
tujuannya.
18. Bantu pasien untuk menetpkan secara jelas perubahan
yang diharapkan.
19. Dorong pasien untuk memulai pengalaman baru untuk
berkembang sesuai potensi yang ada pada dirinya.
24
1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi,
menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi,
mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
pertama: menghardik halusinasi
Orientasi:
”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan UNDIP
yang akan merawat bapak Nama Saya nurhakim yudhi
wibowo, senang dipanggil yudi. Nama bapak siapa?Bapak
Senang dipanggil apa”
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat
ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara
yang selama ini bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di
mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana
kalau 30 menit”
Kerja:
”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa
yang dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu?
Kapan yang paling sering D dengar suara? Berapa kali sehari
bapak alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah
pada waktu sendiri?”
” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah
dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita
belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?
25
” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu
muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua,
dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga,
melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat
minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan
menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul,
langsung bapak bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya
tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang
sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan!
Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak D sudah
bisa”
Terminasi:
”Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi?”
Kalau suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara
tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau
jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan
latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan
latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua?
Jam berapa D?Bagaimana kalau dua jam lagi?
Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.”
SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan
cara kedua: bercakap-cakap dengan orang lain
Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari
ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah
dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-
suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara
26
kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di
mana? Di sini saja?
Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain
adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau
bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari teman
untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan
bapak Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-
suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang
dirumah misalnya istri,anak bapak katakan: bu, ayo ngobrol
dengan bapak sedang dengar suara-suara. Begitu bapak Coba
bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus!
Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah
ada berapa cara yang bapak pelajari untuk mencegah suara-
suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak
mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan
dalam jadwal kegiatan harian bapak. Mau jam berapa latihan
bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta
sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari
lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu
melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana
kalau jam 10.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya.
Selamat pagi”
SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan
cara ketiga: melaksanakan aktivitas terjadwal
Orientasi: “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak
hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah
sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana
27
hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar
cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan
kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk
di ruang tamu.Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30
menit? Baiklah.”
Kerja: “Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa
kegiatannya, terus jam berikutnya(terus ajak sampai
didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali
kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih
kegiatan tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan
ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara tersebut
muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi
sampai malam ada kegiatan.
Terminasi: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita
bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah suara-
suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita
latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita
masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak Coba lakukan
sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain
pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari
pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan siang
nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna
obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di
ruang makan ya! Sampai jumpa.”
SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara
teratur
Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari
ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah
dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal
kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah
28
minum obat? Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang
obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20
menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?”
Kerja:
“bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur.
Apakah suara-suara berkurang/hilang ? Minum obat sangat
penting supaya suara-suara yang bapak dengar dan
mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat
yang bapak minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini
yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang
dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara.
Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk
rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3
kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang.
Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh
diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau
putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan
ke keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke
dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti
saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar,
artinya bapak harus memastikan bahwa itu obat yang benar-
benar punya bapak Jangan keliru dengan obat milik orang
lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada
waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah
makan dan tepat jamnya bapak juga harus perhatikan berapa
jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas
per hari”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap
tentang obat? Sudah berapa cara yang kita latih untuk
mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban
29
benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada
jadwal kegiatan bapak Jangan lupa pada waktunya minta obat
pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah
makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat
manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan.
Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai
jumpa.”
2. Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga
a. Tujuan:
1. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di
rumah sakit maupundi rumah
2. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif
untuk pasien.
b. Tindakan Keperawatan
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan
keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien dengan
halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di rawat di rumah
sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk
sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di rumah
sakit (dirawat di rumah). Keluarga yang mendukung pasien
secara konsisten akan membuat pasien mampu
mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun
demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien
akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat
sulit. Untuk itu perawat harus memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi
pendukung yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik
saat di rumah sakit maupun di rumah.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga
pasien halusinasi adalah:
30
o Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien
o Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian
halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan
gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara
merawat pasien halusinasi.
o Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan
cara merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan
pasien
o Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga perawatan
lanjutan pasien
31
”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-
marah tanpa sebab”
“Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-
suara, sebenarnya suara itu tidak ada.”
“Kalau Bapak mengatakan melihat bayangan-bayangan,
sebenarnya bayangan itu tidak ada.”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan
beberapa cara. Ada beberapa cara untuk membantu ibu agar
bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut antara
lain: Pertama, dihadapan Bapak, jangan membantah
halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Ibu percaya
bahwa anak tersebut memang mendengar suara atau melihat
bayangan, tetapi Ibu sendiri tidak mendengar atau
melihatnya”.
”Kedua, jangan biarkan Bapak melamun dan sendiri, karena
kalau melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada
orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan
keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama.
Tentang kegiatan, saya telah melatih Bapak untuk membuat
jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong Ibu pantau
pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia lakukan!”
”Ketiga, bantu Bapak minum obat secara teratur. Jangan
menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini,
saya juga sudah melatih Bapak untuk minum obat secara
teratur. Jadi Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3
macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk
menghilangkan suara-suara atau bayangan. Diminum 3 X
sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang
putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya
sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya
32
menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ.
Obat perlu selalu diminum untuk mencegah kekambuhan”
”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul,
putus halusinasi Bapak dengan cara menepuk punggung
Bapak. Kemudian suruhlah Bapak menghardik suara tersebut.
Bapak sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi”.
”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi Bapak.
Sambil menepuk punggung Bapak, katakan: bapak, sedang apa
kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara-
suara itu datang? Ya..Usir suara itu, bapak Tutup telinga
kamu dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”.
Ucapkan berulang-ulang, pak”
”Sekarang coba Ibu praktekkan cara yang barusan saya
ajarkan”
”Bagus Bu”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan
memutuskan halusinasi Bapak?”
“Sekarang coba Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat
bapak?”
”Bagus sekali Bu. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu
untuk mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung
dihadapan Bapak?”
”Jam berapa kita bertemu?”
Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi
SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien
langsung dihadapan pasien
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan
cara merawat pasien dengan halusinasi langsung dihadapan
pasien.
Orientasi:
33
“Selamat pagi”
“Bagaimana perasaan Ibu pagi ini?”
”Apakah Ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi
Bapak yang sedang mengalami halusinasi?Bagus!”
” Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan
mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan
Bapak”.
”mari kita datangi bapak”
Kerja:
”Selamat pagi pak” ”pak, istri bapak sangat ingin membantu
bapak mengendalikan suara-suara yang sering bapak dengar.
Untuk itu pagi ini istri bapak datang untuk mempraktekkan
cara memutus suara-suara yang bapak dengar. pak nanti kalau
sedang dengar suara-suara bicara atau tersenyum-senyum
sendiri, maka Ibu akan mengingatkan seperti ini” ”Sekarang,
coba ibu peragakan cara memutus halusinasi yang sedang
bapak alami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya.
Tepuk punggung bapak lalu suruh bapak mengusir suara
dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut”
(saudara mengobservasi apa yang dilakukan keluarga
terhadap pasien)Bagus sekali!Bagaimana pak? Senang dibantu
Ibu? Nah Bapak/Ibu ingin melihat jadwal harian bapak.
(Pasien memperlihatkan dan dorong istri/keluarga
memberikan pujian) Baiklah, sekarang saya dan istri bapak ke
ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan
pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah mempraktekkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak?”
”Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Bu. ibu dapat
melakukan cara itu bila Bapak mengalami halusinas”.
34
“bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk
membicarakan tentang jadwal kegiatan harian Bapak. Jam
berapa Ibu bisa datang?Tempatnya di sini ya. Sampai jumpa.”
SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan
Orientasi
“Selamat pagi Bu, sesuai dengan janji kita kemarin dan
sekarang ketemu untuk membicarakan jadual bapak selama
dirumah”
“Nah sekarang kita bicarakan jadwal bapak di rumah? Mari
kita duduk di ruang tamu!”
“Berapa lama Ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?”
Kerja:
“Ini jadwal kegiatan bapak yang telah disusun. Jadwal ini
dapat dilanjutkan. Coba Ibu lihat mungkinkah dilakukan. Siapa
yang kira-kira akan memotivasi dan mengingatkan?” Bu
jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadwal
aktivitas maupun jadwal minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku
yang ditampilkan oleh bapak selama di rumah.Misalnya kalau
bapak terus menerus mendengar suara-suara yang
mengganggu dan tidak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera bawa
kerumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan ulang dan di
berikan tindakan”
Terminasi:
“Bagaimana Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu
sebutkan cara-cara merawat bapak Bagus(jika ada yang lupa
segera diingatkan oleh perawat. Ini jadwalnya. Sampai jumpa”
35
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kajianpustaka.com/2013/08/pengertian-jenis-dan-tahapan-
halusinasi.html
http://ijammeru.blogspot.com/2011/10/makalah-halusinasi.html
http://dvithreez.blogspot.com/2012/12/makalah-masalah-halusinasi-dengar.html
http://lautan-dunia.blogspot.com/2013/10/makalah-halusinasi-dengar.html
http://wordlife06.blogspot.com/2012/12/makalah-asuhan-keperawatan-jiwa.html
http://afiaakperkebonjati.blogspot.com/
http://deby-erisaputro.blogspot.com/
http://wir-nursing.blogspot.com/2011/03/elektro-convulsif-therapie-ect.html
Budi Anni Keliat,Dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC
Maramis, Willy F .2009.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2;Surabaya.
Yosep, I.2009. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi. Refika Aditama: Jakarta.
36
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PENGKAJIAN
RUANGRAWAT : SRIKANDI
I. IDENTITAS
Inisial : Ny. A
III. FAKTORPREDISPOSISI
a. Pernah Mengalami gangguan jiwa di masa lalu :
√ Ya □ Tidak
37
pengajian untuk mensucikan jiwa setelah klien mengikuti pengajian itu
klien sering diam dan menyendiri dan juga klien sering mengamuk dan
menganggu warga sekitar. Akhirnya keluarga memutuskan membawa
klien ke RS Sardjito dan klien di rawat di bangsal jiwa selama 22 hari dan
klien dianjurkan untuk perawat dirumah.Saat di rumah klien putus minum
obat dan untuk kontol klien selalu kontol sebelum obatnya habis.
Dan pada tahun 2003 klien dapat berkerja di Batam, Malaysia dan
Taiwan hingga pada tahun 2008.
Pada tahun 2009 klien kambuh dan masuk lagi ke RS Sardjito. Dan
dirawat selama 20 hari dan klien di anjurkan untuk perawatan di rumah.
Pada tahun 2013 klien menikah dan dari hasil pernikahan klien di
karuniai 1 orang anak laki-laki.Pada tahun 2014 klien lambuh lagi serta
klien dan suami klien pisah ranjang.Dari keluarga membawa klien ke
RSJ Grhasia.
b. Pengobatan sebelumnya:
c. Trauma:
Pernah √ Tidak
Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan
38
Kekerasan dalam
keluarga
Tindakan kriminal
Masalah Keperawatan :
Regimen Obat
Masalah Keperawatan :
Masalah Keperawatan :
f. FISIK
TTV
39
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 76 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36,5oC
BB : 56 kg
TB : 147 cm
Masalah keperawatan :
IV. PSIKOSOSIAL
a. Genogram (minimal 3 generasi ke atas)
Ket :
: Laki-laki
: Perempuan
: Sudah Meninggal
40
: Tinggal dalam satu rumah
: Klien (Nama inisial, Usia, Diagnosa)
b. Konsep diri
1. Citra tubuh : Klien mengatakan menerima semua body image
dan bershyukur kepada Allah atas pemberiannya.
2. Identitas :Klien mengatakan seorang ibu dengan usia 33
tahun yang memiliki seorang anak laki-laki.
3. Peran : Klien mengatakan membantu pekerjaan ibunya di
rumah tetapi terkadang ibu klien tidak percaya dengan klien,saat
dirumah sakit klien selalu mengikuti kegiatan yang dilakukan di
ruangan.
4. Ideal diri :Klien mengatakan klien ingin dapat berkerja dan
bisa menafkai keluarga dan masa depan anaknya.
5. Harga diri :Klien mengatakan menerima dirinya terlihat
dari klien tidak merasa malu atau minder dan selalu bersyukur atas
pemberian yang Allah berikan.
Masalah keperawatan :
c. Hubungan Sosial
Orang terdekat yang berarti :
Saat di rumah klien mengatakan orang yang terdekat dan yang berarti
adalah anaknya karena klien sangat sayang dan ingin mengasuh
anaknya sendiri.
Saat di rumah sakit klien mengatakan orang yang berarti adalah
semuanya yang ada di bangsal srikandi baik itu pasiennya, perawatnya
dan mahasiswa praktik.
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
41
Saat di rumah klien mengatakan mengikuti kegiatan di masyarakat
seperti arisan dan kegiatan masayarakat lainnya.
Saat di rumah sakit klien mengatakan sering mengikuti kegiatan di
ruangan seperti doa bersama, senam, cuci tangan dan terapi kelompok.
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Saat di rumah klien mengatakan selalu bersosialisai dengan semua
orang di rumah dan tetangga.
Saat di rumah sakit klien mengatakan selalu berbincang-bincang
dengan teman sekamar klien.
Masalah Keperawatan :
V. SPRITUAL
a. Nilai dan keyakinan :Klien mengatakan menganut agama Islam
b. Kegiatan Ibadah : Klien mengatakan saat di rumah klien selalu rajin
untuk sholat 5 waktu, rajin untuk mengaji. Saat dirumah sakit klien
mengatakan selalu rajin sholat 5 waktu dan mengaji tetapi untuk saat ini
klien tidak bisa melakukan sholat karena klien lagi mens. Jadi belum bisa
sholat.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah Keperawatan
b. Pembicaraan
Cepat √Keras Gagap Inkoheren
42
Apatis
Lambat Membisu Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan :
Klien mampu berbicara dengan keras dan jelas.
Masalah keperawatan :
c. Aktivitasmotorik
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Tic Grimace Tremor Kompulsif
Jelaskan:
Tidak ada gerakan motorik yang berulang
Masalah keperawatan :
d. Alam perasaan
√ Sedih Takut Putus asa
Khawatir Euphoria
Jelaskan :
Klien mengatakan sedih karena klien ingin mengasuh anaknya dan bisa
mencari pekerjaan untuk membantu ekonomi keluarga.
Masalah keperawatan :
Ketidakberdayaan
e. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
Jelaskan:
Afek klien sesuai dengan suasan hati dan perasaan klien.
Masalah keperawatan :
Ketidakberdayaan
43
f. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah
tersinggung
Kontak mata kurang Defensif Curiga
Jelaskan:
Selama wawancara klien sanggat kooperatif dan terbuka dengan masalah
yang di alaminnya.
Masalah keperawatan :
g. Persepsi
Halusinasi:
√Pendengaran Penglihatan ` Perabaan
Pengecapan Penghidu
Jelaskan:
Klien mengatakan mengengar suara laki-laki yang menyuarakan
salawatan, suara muncul saat klien lagi duduk sendiri, mau tidur dan saat
dengar kurang lebih 30 detik.Klien juga mengatakan dalah 1 hari kira-
kira muncul 10 kali.Dan klien juga sampe menari saat mendengar suara
orang salawatan.
Masalah keperawatan :
h. Proses Pikir
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan
asosiasi
Flight of idea Blocking Pengulangan
pembicaraan
Jelaskan : Proses fikir klien realistis
44
Masalah keperawatan :
i. IsiPikir
Obsesi Phobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide terkait Pikiran magis
Waham:
√ Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistik Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir
Jelaskan:
Klien mengatakan untuk sholat dan mengaji harus bersih dan
mengunakan mukenah yang baru dan bagus.
Masalah keperawatan :
j. Tingkat Kesadaran
Bingung Sedasi Stupor
Disorientasi waktu Disorientasi orang Disorientasitempat
Jelaskan:
Tingakat kesadara klien baik, klien tidak mengalami bingung atau
disorintasi orang dan waktu serta tempat.
Masalah keperawatan :
k. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat
jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Jelaskan:
Daya ingat klien baik, klien mampu mengingat kenangan dan masalah
masa lalu klien dan mampu untuk di ceritakan.
45
Masalah keperawatan :
m. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan: Klien mampu mengambil keputusan sendiri dan dapat
menerima keputusan dari orang lain
Masalah keperawatan :
46
a. Makan
untuk pola makan klien mampu untuk makan sendiri/mandiri dan
makanan serta minuman klien selalu habis.
Masalah keperawatan :
b. BAB/BAK
Klien mengatakan untuk BAB dan BAK klien tidak ada masalah/ tidak
ada keluahan, klien mengatakan dalam satu hari Klien BAB 2 kali
sedangkan BAK sekitar 5 kali.
Masalah keperawatan :
c. Mandi
Klien mengatakan untuk mandi 2 kali dalam sehari, klien selalu mandi
pagi dan mandi sore, untuk mandi ini di sertai keramas dan sikat gigi.
Masalah keperawatan :
d. Berpakaian/Berhias
Klien mengatakan sateha mandi selalu berpakaian dan mengunakan
jilbab dan pakaian klien sesuai.
Masalah keperawatan :
47
Tidak ada masalah Keperawatan
f. Penggunaan Obat
√ Bantuan minimal Bantuan total
Penjelasan:Klien mampu menyebutkan kapan harus minum obat tetapi
harus di ingatkan oleh perawat
Masalah keperawatan :
g. Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan selalu membersihan diri tidak hanya mandi, klien juga
selalu menyisir rambut, dan memotong kuku.
Masalah keperawatan :
Masalah Keperawatan :
48
VIII. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Jelaskan :
Klien mengatakan saat di rumah klien selalu melakukan aktifitas seperti biasa
mengurus rumah, dan mengurus anak.
Klien mengatakan saat di rumah sakit klien selalu mengikuti kegiatan saat di
rumah sakit seperti merapikan temapat tidur, membersihakan meja, mencuci
gelas dan menyapu.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
a. Masalah dengan dukungan kelompok : klien mengatakan dapat dukungan
dari keluarga dan tetangga tetapi ibu klien masih kurang percaya kepada
klien saat melakukan kegiatan seperti memasak.
b. Masalah dengan lingkungan : klien mengatakan tidak ada masalah
lengana lingkungan sekitar.
c. Masalah dengan pendidikan: klien mengatakan tidak ada maslah
pendidikan.
49
d. Masalah dengan pekerjaan : klien mengatakan ingin mendapat perkerjaan
dan bisa membantu ekonomi keluaraga dan bisa menafkai anak klien.
e. Masalah dengan perumahan : klien mengatakan tidak adalah masalah
dengan perumahan klien
f. Masalah dengan ekonomi : klien mengatakan untuk ekonomi klien
memiliki kebutuhan ekonomi yang cukup.
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan : klien mengatakan tidak ada
masalah kesehatan hanya masalah kesehatan yang di alami klien terkaid
masalah jiwa.
Masalah Keperawatan :
X. Ketidak efektifan koping keluarga: Penurunan
Masalah Keperawatan :
Koping individu in efektif
XI. ASPEKMEDIK
50
Diagnosa Medik :
Axis I : F.20.3
Axis II : Skizoid
Axis III : Perceraian
Axis IV :-
Axis V : GAF 31-40
Terapi Medik
Nama Dosis Rute Indikasi Efek Samping
Risperidol 2 mg/ 12 Oral Antipsikotik, Insomnia, gelisah,
Jam menangani inpotensi, sakit
skizofrenia, kepala, pusing, tubuh
mengurangi mudah lelah, gejalah
perilaku seperti Parkinson,
agresif dan mual, muntah, sakit
distruptif maag, dll
Thihexypenidyl 2 mg/ 12 Oral Mengobati Kering pada mulut,
jam penyakit lelah, sulit BAK,
(P & SR) gejala Gugup/Cemas,
penyakit dangguan pada perut,
parkinson dll
Clozapine 25 mg/ 12 Oral Mengurangi Sakit kepala,
jam gejala mengantuk,
( P& SR) psikosis. pandangan
kabur,pusing, mual,
gangguan BAK, dll
:
51
XI . ANALISA DATA
DATA MASALAH
DS: Regiment obat
DO:
52
DS: Halusinasi: pendengaran
DO:
DO:
DS: Gangguan proses piker
(Waham Agama)
- Klien mengatakan untuk sholat dan mengaji harus bersih dan
mengunakan mukenah yang baru dan bagus.
- Klien sering mengulang pembicaraan dan sering berbicara
tiba-tiba terhenti tanpa ada gangguan tetapi dilanjutkan
kembali
DO:
53
XIV. DAFTAR MASALAH
Halusinasi simptomp
1. Halusinasi
2. Gangguan proses pikir
3. Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain
54
XVII. INTERVENSI KEPERAWATAN
55
dan kedua untuk mengontrol halusinasi 3. Masukan cara kedua dalam jadwal harian
3. Klien mampu melakukan cara ke dua
sesuai jadwal
SP3 1. Ajarkan klien cara ketiga mengonntrol
1. Klien mampu melakukan cara ketiga halusisnasi
untuk mengontrol halusinasi 2. Bantu klien memilih kegiatan yang disukai
2. Klien dapat memilih kegiatan yang
3. Minta klien mengulangi cara pertama,
disukai klien
kedua, dan ketiga untuk mengontrol
3. Klien dapat mengulangi cara pertama,
halusinasi
kedua, dan ketiga untuk mengontrol
4. Masukan cara ketiga dalam jadwal harian
halusinasi
4. Klien mampu melakukan cara ke tiga
sesuai jadwal 1. Ajarkan klien cara keempat mengonntrol
SP4 halusisnasi
1. Klien mampu melakukan cara 2. Jelaskan waktu, jenis, dan fungsi dari obat
keempat untuk mengontrol halusinasi klien
2. Klien mengetahui waktu, jenis, dan 3. Minta klien mengulangi cara pertama,
fungsi obat kedua, ketiga dan keempat untuk
3. Klien dapat mengulangi cara pertama, mengontrol halusinasi
kedua, ketiga dan keempat untuk 4. Masukan cara keempat dalam jadwal harian
mengontrol halusinasi
4. Klien mampu melakukan cara ke
empat sesuai jadwal
56
gejala waham 2. Bantu orientasi realitasi (Orang)
2. Klien mengetahui orientasirealita
(Orang : Nama Panjang, Nama
Panggilan, Asal dan Hoby) 3. Diskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
3. Klien mampu mendiskusikan
4. Bantu klien memenuhi kebutuhannya.
kebutuhan pasien yang tidak terpenuhi
4. Bantu klien memenuhi kebutuhan yang 5. Anjurkan klien memasukan dalam jadwal
realistis kegiatan harian.
5. Klien mampu memasukan jadwal
kegiatan harian pasien.
1. Identivikasi tanda dan gejala waham
SP2
1. Klien mampu mengidentivikasi tanda 2. Evaluasi orientasi realita (orang)
dan gejala waham
2. Klien mampu Evaluasi Orientasi 3. Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan
Realita (Orang) pasien
3. Klien Mampu Evaluasi kegiatan 4. Bantu klien orientasi realita (tempat)
pemenuhan kebutuhan pasien
4. Klien mengetahui orientasirealita
5. Diskusikan kemampuan pasien yang
(Tempat : RS, Bangsal, Lokasi Kamar
dimiliki
mandi, Kamar tidur dll)
6. Masukan jadwal kegiatan harian klien.
5. Klien mampu mendiskusikan
kemampuan pasien yang dimiliki
6. Klien mampu memasukan jadwal
kegiatan harian klien. 1. Identivikasi tanda dan gejala waham
57
2. Klien mampu mengevaluasi Orientasi
Realita (Orang) 4. Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan
3. Klien mampu mengevaluasi Orientasi klien dan jadwal kegiatan harian klien
Realita (Tempat)
4. Klien mampu mengevaluasi kegiatan 5. Evaluasi Kemampuan klien dan jadwal
pemenuhan kebutuhan klien dan klien.
jadwal kegiatan klien.
6. Orientasi realita (waktu)
5. Klien mampu mengevaluasi
kemampuan klien dan jadwal kegiatan 7. Masukan jadwal kegiatan harian klien
klien.
6. Klien mengetahui orientasirealita
(Waktu : Hari, Tanggal, Jam)
7. Klien mampu memasukan jadwal 1. Identivikasi tanda dan gejala waham
kegiatan harian klien.
2. Evaluasi orientasi realita (orang)
SP4
1. Klien mampu mengidentivikasi tanda 3. Evaluasi orientasi realita (tempat)
dan gejala waham
4. Evaluasi orientasi realita (waktu)
2. Klien mampu mengevaluasi Orientasi
Realita (Orang) 5. Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan
3. Klien mampu mengevaluasi Orientasi klien dan jadwal kegiatan harian klien
Realita (Tempat)
4. Klien mampu mengevaluasi Orientasi 6. Evaluasi Kemampuan klien dan jadwal
Realita (Waktu) klien.
5. Klien mampu mengevaluasi kegiatan
pemenuhan kebutuhan klien dan 7. Diskusikan pemenuhan pemberian obat
jadwal kegiatan klien. pada klien
6. Klien mampu mengevaluasi 8. Masukan jadwal kegiatan harian klien
58
kemampuan pasien dan jadwal
kegiatan pasien.
7. Diskusikan Pemenuhan pemberian
obat pada klien.
8. Klien dapat memasukan jadwal
kegiatan harian klien.
3 08-05-2018 Resiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dedi
Selasa perilaku selama 5 kali pertemuan diharapkan:
Jam 08.10 kekerasan SP1
1. Identifikasi penyebab perilaku kekerasan.
WIB terhadap 1. Klien mampu mengidentifikasi
2. Identifikasi tanda dan gejala perilaku
orang lain penyebab perilaku kekerasan.
kekerasan.
2. Klien mampu mengidentifikasi tanda
3. Identifikasi perilaku kekerasan yang di
dan gejala perilaku kekerasan.
lakukan.
3. Klien mampu mengidentifikasi
4. Identifikasi akibat perilaku kekerasan.
perilaku kekerasan yang di lakukan.
5. Jelaskan cara mengontrol perilaku
4. Klien mampu mengidentifikasi akibat
kekerasan.
perilaku kekerasan.
6. Bantu klien mempraktikan latihan cara
5. Klien mampu menyebutkan cara
mengontrol fisik I.
mengontrol perilaku kekerasan.
7. Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal
6. Klien mampu mempraktikan latihan
kegiatan harian.
cara mengontrol fisik I.
7. Klien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
SP 2: 1. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien.
1. Klien melakukan jadwal kegiatan 2. Latih klien mengontrol perilaku kekerasan
harian klien. dengan cara II.
2. Klien mampu mengontrol perilaku 3. Anjurkan klien memasukkan dalam
kekerasan dengan cara II. jadwal kegiatan harian.
59
3. Klien mampu memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
60
XVIII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI STRATEGI PELAKSANAAN PERUBAHAN PERSEPSI
SENSORI : HALUSINASI
No Tanggal/ Diagnosa Implementasi Evaluasi Sumatif Paraf
Hari/ Jam
1 Rabu/ Perubahan persepsi Pertemuan I S: Raka
09 Mei sensori: Halusinasi 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi - Klien mengatakan dan menyadari bahwa
2018/ 2. Mengidentifikasi isi halusinasi klien mengalami halusinanasi pendengaran
10.00 WIB 3. Mengidentifikasi waktu - klien mengatakan mendengar suara saat
halusinasi ditanya isi suara klien mengatakan mendengar
4. Mengidentifikasi frekuensi laki-laki yang menyuarakan salawatan
halusinasi - Klien mengatakan suara muncul saat klien
5. Mengidentifikasi situasi lagi duduk sendiri, di saat klien mau tidur dan
halusinasi lamanya kurang lebih 30 detik.
6. Mengidentifikasi respon - Klien juga mengatakan dalah 1 hari kira-kira
halusinasi muncul 10 kali.
7. Menjelaskan cara mengontrol
- Dan klien juga sampe menari saat mendengar
halusinasi dengan cara
suara tersebut.
(menghardik, bercakap-
cakap,membuat jadwal kegitan - Klien mengatakan mengerti dan bias
dan minum obat) melakukan cara mengontol halusinansi
8. Mengajarkan tehnik menghardik dengan cara menghardik.
9. Memasukan tehnik menghardik - Klien mengatakan bias memasukan jadwal
dalam jadwal harian menghardik kedalam jadwal harian.
O:
- Terlihat Klien tampak tenang dan alam
prasaan pasien terlihat sedih
- Terlihat Klien mampu dan mengerti cara
61
mengonttrol halusinasi dengan menghardik
- Terlihat saat observasi klien mau tidur siang
klien melakukan hardik untuk mengusir
halusinasi
A: Masalah SP1 halusinasi Berhasil
P: Lanjutkan interensi SP1
- Mengidentifikasi (isi, waktu, frekuensi,
situasi respon) halusinasi
- Mengevaluasi tehknik menghardik
- Mengevaluasi tehknik menghardik dalam
memasukan jadwal harian.
- Menjelaskan cara mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap.
- Mengajarkan tehnik mengontol halusinasi
dengan cara bercakap-cakap
- Memasukan tehnik bercakap-cakap dalam
jadwal harian
2 Kamis/ Perubahan persepsi Pertemuan II S: Faiz
10 Mei sensori: Halusinasi 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi - Klien mengatakan dan menyadari bahwa
2018/ 2. Mengidentifikasi isi halusinasi klien mengalami halusinanasi pendengaran
08.00 WIB 3. Mengidentifikasi waktu - klien mengatakan masih mendengar
halusinasi suaralaki-laki yang menyuarakan salawatan
4. Mengidentifikasi frekuensi - Klien mengatakan suaranya masih muncul
halusinasi saat klien lagi duduk sendiri, di saat klien
5. Mengidentifikasi situasi mau tidur dan lamanya kurang lebih 30 detik.
halusinasi - Klien juga mengatakan dalam 1 hari kemarin
6. Mengidentifikasi respon suaranya muncul 7 kali.
halusinasi
- Klien mengatakan sudah mampu melakukan
62
7. Mengevaluasi kegitan menghardik sendiri.
menghardik - Klien mengatakan sudah melakukan
8. Mengevaluasi kegiatan menghadrik dalam kegiatan harian saat
menghardik dalam jadwal mendengar suara halusinasi pasti klien
kegiatan. melakukan menghardik.
9. Menjelaskan cara mengontrol - Klien mengatakan mengerti dengan tindakan
halusinasi bercakap-cakap becakap-cakap untuk mengontrol halusinasi
10. Melatih cara mengontrol
- Klien juga mengatakan bias menjadwalkan
halusinasi dengan bercakap-
becakap-cakap dalam kegiatan harian.
cakap.
O:
11. Memasukan tehnik bercakap-
- Terlihat Klien tampak tenang dan alam
cakap dalam jadwal harian
prasaan pasien terlihat sedih
- Terlihat Klien mampu dan mengerti cara
mengonttrol halusinasi dengan menghardik
- Terlihat klien mampu dan mengerti cara
mengontol halusinasi dengan bercakap-cakap.
- Terlihat klien mampu membuat jadwal
bercakap-cakap dalam jadwal harian.
A: Masalah SP2 halusinasi berhasil
P: Lanjutkan interensi SP3
- Mengidentifikasi (isi, waktu, frekuensi,
situasi respon) halusinasi
- Mengevaluasi kegiatan menghardik
- Mengevaluasi tehknik menghardik dalam
memasukan jadwal harian.
- mengevaluasi cara mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap.
- mengevaluasi tehnik bercakap-cakap dalam
63
jadwal harian
- Mengajarkan teknik menjadwal kegiatan
harian
- Memasukan jadwal kegiatan harian dengan
jadwal harian pasien
3 Jumat/ Perubahan persepsi Pertemuan III S: Gede
11 Mei sensori: Halusinasi 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi - Klien mengatakan dan menyadari bahawa
2018/ 2. Mengidentifikasi isi halusinasi klien mengalami halusinanasi pendengaran
08.00 WIB 3. Mengidentifikasi waktu halusinasi - klien mengatakan masih mendengar
4. Mengidentifikasi frekuensi suaralaki-laki yang menyuarakan salawatan
halusinasi - Klien mengatakan suara muncul saat klien, di
5. Mengidentifikasi situasi halusinasi saat klien mau tidur dan lamanya sekitar 15
6. Mengidentifikasi respon halusinasi detik.
7. Mengevaluasi kegitan - Klien juga mengatakan dalah 1 hari kemarin
menghardik muncul 6 kali.
8. Mengevaluasi kegiatan
- Klien mengatakan sudah mampu melakukan
menghardik dalam jadwal kegiatan.
menghardik sendiri.
9. Mengevaluasi cara mengontrol
halusinasi bercakap-cakap - Klien mengatakan sudah melakukan
11. Mengevaluasi tehnik bercakap- menghadrik dalam kegiatan harian saat
cakap dalam jadwal harian mendengar suara halusinasi.
12. Mengajarkan teknik menjadwal - Klien mengatakan mengerti dan bisa
kegiatan harian bercakap-cakap dengan teman sekamar untuk
13. Memasukan jadwal kegiatan mengontrol halusinasi
harian dengan jadwal harian pasien - Klien juga mengatakan bias menjadwalkan
becakap-cakap dalam kegiatan harian.
- Klien mengatakan bias melakukan jadwal
kegiatan harian
64
- Klien bias memasukan jadwal kegiatan dan
kegiatan harian pasien.
O:
- Terlihat Klien tampak tenang dan alam
prasaan pasien terlihat sedih
- Terlihat Klien mampu dan mengerti cara
mengonttrol halusinasi dengan menghardik
- Terlihat klien mampu dan mengerti cara
mengontol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain.
- Terlihat klien mampu membuat jadwal
bercakap-cakap dalam jadwal harian.
- Terlihat klien mampu melakukan
menjadwalkan kegiatan harian dan
memasukan kedalah jadwal kegiatan harian
pasien.
A: Masalah SP3 halusinasi berhasil
P: Lanjutkan interensi SP4
- Mengidentifikasi (isi, waktu, frekuensi,
situasi respon) halusinasi
- Mengevaluasi kegiatan menghardik
- Mengevaluasi tehknik menghardik dalam
memasukan jadwal harian.
- mengevaluasi cara mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap.
- mengevaluasi tehnik bercakap-cakap dalam
jadwal harian
- Mengevaluasi teknik menjadwal kegiatan
65
harian
- Mengevaluasi teknik menjadwalakan kegiatan
dalam kegiatan harian pasien.
4 Sabtu/ Perubahan persepsi Pertemuan IV S: Abdul
12 Mei sensori: Halusinasi 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi - Klien mengatakan dan menyadari bahawa
2018/ 2. Mengidentifikasi isi halusinasi klien mengalami halusinanasi pendengaran
08.00 WIB 3. Mengidentifikasi waktu halusinasi - klien mengatakan mendengar suaralaki-laki
4. Mengidentifikasi frekuensi yang menyuarakan salawatan
halusinasi - Klien mengatakan suara muncul saat klien
5. Mengidentifikasi situasi halusinasi mau tidur dan lamanya kurang lebih 20 detik.
6. Mengidentifikasi respon halusinasi - Klien juga mengatakan 1 hari kemarin
7. Mengevaluasi kegitan muncul suara halusinasi 5 kali.
menghardik
- Klien mengatakan sudah mampu melakukan
8. Mengevaluasi kegiatan
menghardik sendiri.
menghardik dalam jadwal kegiatan.
9. Menjelaskan cara mengontrol - Klien mengatakan sudah melakukan
halusinasi bercakap-cakap menghadrik dalam kegiatan harian saat
10. Mengevaluasi cara mengontrol mendengar suara halusinasi.
halusinasi dengan bercakap-cakap. - Klien mengatakan mengerti dengan tindakan
11. mengevaluasi tehnik bercakap- becakap-cakap untuk mengontrol halusinasi
cakap dalam jadwal harian - Klien juga mengatakan bias menjadwalkan
12. mengevaluasi teknik menjadwal becakap-cakap dalam kegiatan harian.
kegiatan harian pasien - Klien mengatakan bias melakukan jadwal
13. Mengevaluasi jadwal kegiatan kegiatan harian
harian dengan jadwal harian pasien - Klien bias memasukan jadwal kegiatan dan
14. mengajarkan teknik mengontol kegiatan harian pasien.
halusinansi dengan obat
- Klien mengatakan mengertia mengontol
15. memasukan teknik minum obat
halusinasi dengan minum obat.
66
kedalam jadwal kegiatan harian - Klien mengerti dan bias melakukan tindakan
pasien. minum obat dan memasukan dalam jadwal
kegiatan klien
O:
- Terlihat Klien tampak tenang dan alam
prasaan pasien terlihat sedih
- Terlihat Klien mampu dan mengerti cara
mengonttrol halusinasi dengan menghardik
- Terlihat klien mampu dan mengerti cara
mengontol halusinasi dengan bercakap-cakap.
- Terlihat klien mampu membuat jadwal
bercakap-cakap dalam jadwal harian.
- Terlihat klien mampu melakukan
menjadwalkan kegiatan harian dan
memasukan kedalah jadwal kegiatan harian
pasien.
A: Masalah SP4 halusinasi berhasil
P: Lanjutkan Evaluasi
- Mengidentifikasi (isi, waktu, frekuensi,
situasi respon) halusinasi
- Mengevaluasi kegiatan menghardik
- Mengevaluasi tehknik menghardik dalam
memasukan jadwal harian.
- mengevaluasi cara mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap.
- mengevaluasi tehnik bercakap-cakap dalam
jadwal harian
- Mengevaluasi teknik menjadwal kegiatan
67
harian
- Mengevaluasi teknik menjadwalakan kegiatan
dalam kegiatan harian pasien.
- Mengevaluasi teknik mengontol halusinansi
dengan obat.
- Mengevaluasi teknik mengontol halusinansi
dengan obat memasukan dalam jadwal harian.
5 Senin/ Perubahan persepsi Pertemuan V S: Arman
14 Mei sensori: Halusinasi 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi - Klien mengatakan dan menyadari bahawa
2018/ 2. Mengidentifikasi isi halusinasi klien mengalami halusinanasi pendengaran
08.00 WIB 3. Mengidentifikasi waktu halusinasi - klien mengatakan masih mendengar suara
4. Mengidentifikasi frekuensi laki-laki yang menyuarakan salawatan
halusinasi - Klien mengatakan suara muncul saat klien
5. Mengidentifikasi situasi halusinasi mau tidur dan lamanya kurang lebih 15 detik.
6. Mengidentifikasi respon halusinasi - Klien juga mengatakan dalam 1 hari kemarin
7. Mengevaluasi kegitan muncul 6 kali.
menghardik
- Klien mengatakan sudah mampu melakukan
8. Mengevaluasi kegiatan
menghardik sendiri.
menghardik dalam jadwal kegiatan.
9. Menjelaskan cara mengontrol - Klien mengatakan sudah melakukan
halusinasi bercakap-cakap menghadrik dalam kegiatan harian saat
10. Mengevaluasi cara mengontrol mendengar suara halusinasi.
halusinasi dengan bercakap-cakap. - Klien mengatakan mengerti dengan tindakan
11. mengevaluasi tehnik bercakap- becakap-cakap untuk mengontrol halusinasi
cakap dalam jadwal harian - Klien juga mengatakan bias menjadwalkan
12. mengevaluasi teknik menjadwal becakap-cakap dalam kegiatan harian.
kegiatan harian pasien - Klien mengatakan bias melakukan jadwal
13. Mengevaluasi jadwal kegiatan kegiatan harian
68
harian dengan jadwal harian pasien - Klien bias memasukan jadwal kegiatan dan
14. mengevaluasi teknik mengontol kegiatan harian pasien.
halusinansi dengan obat - Klien mengatakan mengertia mengontol
15. mengevaluasi teknik minum obat halusinasi dengan minum obat.
kedalam jadwal kegiatan harian
- Klien mengerti dan bias melakukan tindakan
pasien.
minum obat dan memasukan dalam jadwal
kegiatan klien
- Klien mengatakan mengerti cara mengontol
halusinasi dengan teknik obat
- Klien mengatakan sudah menjadwalkan
pemberian obat dalam kegiatan harian klien
O:
- Terlihat Klien tampak tenang dan alam
prasaan pasien terlihat sedih
- Terlihat Klien mampu dan mengerti cara
mengonttrol halusinasi dengan menghardik
- Terlihat klien mampu dan mengerti cara
mengontol halusinasi dengan bercakap-cakap.
- Terlihat klien mampu membuat jadwal
bercakap-cakap dalam jadwal harian.
- Terlihat klien mampu melakukan
menjadwalkan kegiatan harian dan
memasukan kedalah jadwal kegiatan harian
pasien.
- Terlihat klien mengerti dan masih mengetahui
cara 5 benar pembian obat dan klien mampu
melakukan jadwal harian pemberian obat.
69
A: Masalah SP4 halusinasi berhasil
P: intervensi dihentikan
XIX. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI STRATEGI PELAKSANAAN GANGGUAN PROSES PIKIR (WAHAM)
O:
70
- Klien selalu berpikir tentang sholat, ngaji
dan dzikir.
- Terlihat klien mampu menyebutkan nama
panjang klien, nama panggilan, asal dan
hoby klien.
- Terlihat klien mampu menyebutkan nama
lengkap, nama panggilan, asal dan hoby
orang lain.
- Klien mengatakan menjadwalkan kegiatan
orientasi realita orang lain pada teman
sekamarnya.
A: Masalah SP1 Gangguan proses pikir (waham)
tidak berhasil
P: Lanjutkan intervensi SP2
1. Identivikasi tanda dan gejala waham
2. Evaluasi orientasi realita (orang)
3. Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan
pasien
4. Bantu klien orientasi realita (tempat)
5. Diskusikan kemampuan pasien yang dimiliki
6. Masukan jadwal kegiatan harian klien.
2 Kamis/ Gangguan proses Pertemuan II : S: Raka
10 Mei pikir (waham) 1. Mengidentivikasi tanda dan - Klien mengatakan untuk sholat dan mengaji
71
2018/ gejala waham harus bersih dan mengunakan mukenah yang
11.00 WIB 2. Mengevaluasi orientasi
realita (orang) baru dan bagus
3. Mengevaluasi kegiatan - Klien mampu menyebutkan nama Rumah
pemenuhan kebutuhan pasien
4. Membantu klien orientasi sakit, bangsal,letak tempat perawat dan kamar
realita (tempat) mandi
5. Mendiskusikan kemampuan
pasien yang dimiliki - Klien mengatakan bisa membuat jadwal
6. Memasukkan jadwal kegiatan harian untuk melakukan oriantasi realita
harian klien.
(tempat) terhadap orang lain.
O:
- Klien selalu berpikir tentang sholat, ngaji
dan dzikir.
- Terlihat Klien mampu menyebutkan nama
Rumah sakit, bangsal,letak tempat perawat
dan kamar mandi
- Klien mengatakan menjadwalkan kegiatan
orientasi realita tempat pada teman
sekamarnya.
A: Masalah SP2 Gangguan proses pikir (waham)
berhasil
72
P: Lanjutkan intervensi SP3
1. Identivikasi tanda dan gejala waham
2. Evaluasi orientasi realita (orang)
3. Evaluasi orientasi realita (tempat)
4. Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan klien
dan jadwal kegiatan harian klien
5. Evaluasi Kemampuan klien dan jadwal klien.
6. Orientasi realita (waktu)
7. Masukan jadwal kegiatan harian klien
73
- Terlihat Klien menyebutkan Jam, Hari,
tanggal, bulan dan tahun
- Klien mengatakan menjadwalkan kegiatan
orientasi realita waktu pada teman
sekamarnya.
74
11.00 WIB 2. Mengevaluasi orientasi baru dan bagus
realita (orang)
3. Mengevaluasi orientasi - Klien mampu menyebutkan 5 benar
realita (tempat) pemberian obat
4. Mengevaluasi orientasi
realita (waktu) - Klien mengatakan bisa membuat jadwal
5. Mengevaluasi kegiatan harian untuk melakukan identifikasi 5 benar
pemenuhan kebutuhan klien
dan jadwal kegiatan harian pemberian obat terhadap orang lain.
klien
6. Mengevaluasi Kemampuan O:
klien dan jadwal klien. - Klien selalu berpikir tentang sholat, ngaji
7. Mendiskusikan pemenuhan
dan dzikir.
pemberian obat pada klien
8. Memasukkan jadwal kegiatan - Terlihat Klien mampu menyebutkan 5 benar
harian klien
pemberian obat
- Klien mengatakan menjadwalkan kegiatan
identifikasi5 benar pemberian obat
pada teman sekamarnya.
75
1. Identivikasi tanda dan gejala waham
2. Evaluasi orientasi realita (orang)
3. Evaluasi orientasi realita (tempat)
4. Evaluasi orientasi realita (waktu)
5. Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan
klien dan jadwal kegiatan harian klien
6. Evaluasi Kemampuan klien dan jadwal klien.
7. Diskusikan pemenuhan pemberian obat pada
klien
8. Masukan jadwal kegiatan harian klien
76
O:
77
4. Mengidentifikasi akibat perilaku - Klien mengatakan jika berperilaku kekerasan
kekerasan. akan merugikan orang lain dan diri sendiri
5. Menjelaskan cara mengontrol - Klien mau saat dijelaskan cara mengontrol
perilaku kekerasan (fisik, obat, perilaku kekerasan
verbal) O:
6. Membantu klien mempraktikan
latihan cara mengontrol fisik I. - Selama di Rs di bangsal srikandi Klien tidak
7. Menganjurkan klien pernah menunjukkan tanda dan gejala RPK
memasukkan dalam jadwal - Klien tampak bergaul dengan teman sekamar
kegiatan harian.
A: Masalah SP1 perilaku kekerasan tidak berhasil
P: Lanjutkan intervensi SP1
78
2018/ orang lain perilaku kekerasan. masuk Rs klien pernah mangganggu tetangga
12.20 WIB 2. Mengidentifikasi tanda dan sekitar dan mengamuk saat di suru minum
gejala perilaku kekerasan. obat
3. Mengidentifikasi perilaku - Klien mengatakan tidak pernah berperilaku
kekerasan yang di lakukan. kekerasan
4. Mengidentifikasi akibat - Klien mengatakan jika berperilaku kekerasan
perilaku kekerasan. akan merugikan orang lain dan diri sendiri
5. Menjelaskan cara mengontrol - Klien mau saat dijelaskan cara mengontrol
perilaku kekerasan (fisik, perilaku kekerasan
obat, verbal) O:
6. Membantu klien
mempraktikan latihan cara - Selama di Rs di bangsal srikandi Klien tidak
mengontrol fisik I. pernah menunjukkan tanda dan gejala RPK
7. Menganjurkan klien - Tampak Klien tidak menunjukkan tanda dan
memasukkan dalam jadwal gejala RPK
kegiatan harian.
A: Masalah SP1 perilaku kekerasan tidak berhasil
P: Lanjutkan intervensi SP1
79
- Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
80
kekerasan.
- Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang di
lakukan.
- Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
- Membantu klien mempraktikan latihan cara
mengontrol fisik I.
81
TELAAH JURNAL
Disusun Oleh:
Kelompok Srikandi
YOGYAKARTA
2018
82
LEMBAR PENGESAHAN
TELAAH JURNAL
CI RUANG SRIKANDI,
( ) ( )
83
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan jiwa atau gangguan jiwa masih menjadi masalah
kesehatan di Indonesia. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas)
yang dilakukan Kementrian Kesehatan pada tahun 2007, sedangkan
prevalensi gangguan jiwa berat yakni psikosis sekitar 0,46% dari jumlah
penduduk Indonesia sekitar 24.708.000 jiwa.
Dari hasil pengkajian di bangsal Srikandi RSJ Grhasia DIY selama 3 bulan
terakhir dari bulan Februari-April 2018 di dapatkan total pasien 104 orang
dengan pasien halusinansi sebanyak 51 orang atau 49,03 %.
Menurut Stuart and Laraia (2005) intervensi yang diberikan pada pasien
halusinasi bertujuan menolong mereka meningkatkan kesadaran tentang
gejala yang mereka alami dan mereka bisa membedakan halusinasi
dengan dunia nyata dan mampu mengendalikan atau mengontrol
halusinasi yang dialami. Thought stopping (penghentian pikiran) merupakan
salah satu contoh dari teknik psikoterapi kognitif behavior yang dapat
digunakan untuk membantu klien mengubah proses berpikir (Tang &
DeRubeis,1999).
84
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh pasien yang mengalami halusinasi
adalah kehilangan kontrol dirinya. Dimana pasien mengalami panik dan
perilakunya dikendalikan oleh halusinasinya. Dalam situasi ini pasien dapat
melakukan bunuh diri (suicide), membunuh orang lain (homicide), bahkan
merusak lingkungan. Untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan,
dibutuhkan penanganan halusinasi yang tepat (Hawari 2009, dikutip dari
Chaery 2009).
85
BAB II
PEMBAHASAN
a. Judul Jurnal
“Pengaruh Terapi Thought Stopping Terhadap Kemampuan Mengontrol
Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia ”
ABSTRAK
86
halusinasi pada pasien schizofrenia di Poli Jiwa RS Kabupaten Gresik.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat di simpulkan bahwa terapi
thought stopping mampu meningkatkan kemampuan mengontrol
halusinasi pada pasien skizofrenia. Perawat di Poli Jiwa sebaiknya
membuat implementasi asuhan keperawatan pasien halusinasi serta
mempunyai alat ukur untuk menilai keberhasilan dari kegiatan yang
dilakukan sehingga dapat diketahui kemampuan pasien dalam
mengontrol halusinasi.
b. Sumber Artikel
Diakses melalui Portal Gaeruda Pada halaman 240-242 pada tanggal 14
Mei 2018
87
BAB III
ANALISA JURNAL
a. Analisa PICO
1) Problem : Kemampuan Mengontrol Halusinasi
2) Intervensi : Terapi Thought Stopping
3) Comparison : Tidak dilakukan Perbandingan
4) Outcome : ada Pengaruh Terapi Thought Stopping Terhadap
Kemampuan
Mengontrol Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia
88
Terapi tought stopping memberikan pengaruh
KESIMPULAN
3 C Tidak -
b. Analisa Kritis
1) Bagaimana level pembuktian artikel/evidence based dalam hirarki
evidence based? Level 7: Evidance berasal dari opini dan laporan dari
para ahli
2) Apakah jenis metodologi penelitian yang di lakukan dalam artikel ini?
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif analitik deskriptif.
3) Apakah hasil penelitian ini reliabel dan relevan dengan kondisi di
lapangan? Hasil penelitian ini reliabel dan relevan di lapangan karena
sudah terbukti dan mudah di terapkan.
89
4) Bagaimana etika penelitian artikel yang ditemukan? Benifisien,
mengahrgai martabat manusia, mendapatkan keadilan.
5) Bagaimana implikasi dalam keperawatan? Terapi thought stopping
mampu meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi pada
pasien skizofrenia
90
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Terapi Thought Stopping memberikan pengaruh yan bermakna terhadap
kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien Skizofrenia. Hasil dari
penelitian ini dapat diterapkan pada pasien yang mengalami gangguan sensori
persepsi ; Halusinasi di Ruang Srikandi RSJ Grhasia DIY, karena memeiliki
etika penelitian ; Benifisien, mengahrgai martabat manusia dan mendapatkan
keadilan
b. Saran
Adapun rekomendasi bagi RSJ Grhasia DIY adalah:
2) Bagi Perawat
Perawat di RSJ Grhasia DIY sebaiknya membuat implementasi asuhan
keperawatan pasien halusinasi serta mempunyai alat ukur untuk menilai
keberhasilan dari kegiatan yang dilakukan sehingga dapat diketahui
kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi.
c. Lain-Lain
Artikel Jurnal Asli Terlampir.
91