Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA

ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RSJD RM. SOEDJARWADI


PROVINSI JAWA TENGAH

OLEH
NIRTA
2104093

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktik program studi pendidikan
Ners pada Stase Keperawatan Jiwa

Telah disetujui dan dilaksanakan pada tanggal…..April 2022


Mengetahui,

Preceptor Akademik Preceptor Akademik

(Reni Puspitasari, S.Kep., Ns., MSN.) (Purnomo, S.Kep., Ns.)


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan
Masalah Utama Isolasi sosial: menarik diri pada Kasus Skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Dr. RM Soedjarwadi Klaten Provinsi Jawa Tengah”.
Laporan ini disusun dan digunakan guna memenuhi tugas stase keperawatan jiwa
STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta. Penulis mendapatkan bimbingan dari
berbagai pihak dalam menyusun laporan ini. Untuk itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Vivi Retno Intening, S.Kep.,Ns.,MAN, selaku Direktur STIKES Bethesda
Yakkum Yogyakarta.
2. Bapak dr. Tri Kuncoro, M.M.R, selaku Direktur RSJD. Dr.RM Soedjarwadi
Klaten Provinsi Jawa Tengah
3. Bapak Purnomo, S.Kep., Ns., selaku preceptor praktik & pembimbing klinik
stase keperawatan jiwa.
4. Ibu Reni Puspitasari, S.Kep., Ns., MSN, selaku Preceptor Akademik
5. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat pengembangan dan kesempurnaan
laporan ini dan akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan ini bermanfaat
bagi pembaca.

Klaten, April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Contents
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................2
KATA PENGANTAR............................................................................................3
DAFTAR ISI...........................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5
A. Latar belakang............................................................................................5
B. Tujuan..........................................................................................................6
C. Metode pengumpulan data.........................................................................7
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................8
A. Konsep medis...............................................................................................8
B. Konsep keperawatan.................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................41
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental sejahtera yang
memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian utuh dari
kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan
manusia. Kesehatan jiwa mempunyai rentang sehat – sakit jiwa yaitu sehat
jiwa, masalah psikososial dan gangguan jiwa ( Keliat, 2016).

Gangguan jiwa menurut American Phychiatric Association (APA)


merupakan sindrom atau pola psikologis atau pola perilaku yang penting
secara klinis yang terjadi pada individu dan sindrom itu dihubungkan
dengan adanya distress (misalnya gejala nyeri, menyakitkan) atau
disabilitas (ketidakmampuan pada salah satu bagian dan beberapa fungsi
yang penting) atau disertai dengan peningkatan resiko yang sera bermakna
untuk mati, sakit, ketidakmampuan atau kehilangan kebebasan (APA
dalam Prabowo, 2014). Gangguan jiwa merupakan suatu perubahan dan
gangguan pada fungsi jiwa yang menyebabkan timbulnya penderitaan
pada individu atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial (Keliat et
al., 2016).

Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang ditandai adanya


penyimpangan dasar dan adanya perbedaan dari pikiran, disertai dengan
adanya ekspresi emosi yang tidak wajar (Sulistyono, 2013). Gejala
skizofrenia dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu positif meliputi adanya
waham, halusinasi, disorientasi pikiran, bicara dan perilaku yang tidak
teratur. Sedangkan gejala negatif meliputi afek datar, tidak memiliki
kemauan, menarik diri dari masyarakat atau mengisolasi diri. Isolasi sosial
merupakan keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya. Pasien dengan isolasi sosial mengalami gangguan dalam
berinteraksi dan mengalami perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan
orang lain, lebih menyukai berdiam diri, dan menghindar dari orang lain.
Manusia merupakan makhluk sosial yang tak lepas dari sebuah keadaan
yang bernama interaksi dan senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh
timbal balik dengan manusia yang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan
dan mempertahankan kehidupannya (Yosep, Sutini, 2014).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang proses keperawatan isolasi
sosial.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktik klinik di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
Klaten Propinsi Jawa Tengah, mahasiswa mampu:
a. Melakukan pengkajian keperawatan jiwa pada pasien isolasi
sosial di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klaten Propinsi Jawa
Tengah
b. Menentukan analisa data, daftar masalah, dan pohon masalah
pada pasien isolasi sosial di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klaten
Propinsi Jawa Tengah
c. Menentukan diagnosis keperawatan jiwa pada pasien isolasi
sosial di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klaten Propinsi Jawa
Tengah
d. Membuat perencanaan pada pasien isolasi sosial di RSJD Dr.
RM Soedjarwadi Klaten Propinsi Jawa Tengah
e. Melakukan implementasi pada pasien isolasi sosial di RSJD Dr.
RM. Soedjarwadi Klaten Propinsi Jawa Tengah
f. Melakukan evaluasi pada pasien isolasi sosial di RSJD Dr. RM.
Soedjarwadi Klaten Propinsi Jawa Tengah
g. Melakukan dokumentasi pada pasien isolasi sosial di RSJD Dr.
RM. Soedjarwadi Klaten Propinsi Jawa Tengah
C. Metode pengumpulan data
Dalam penulisan laporan ini, penulis mencoba menerapkan beberapa
metode, antara lain:
1. Wawancara
Berbicara langsung dengan klien secara tatap muka sehingga di
dapatkan data subjektif maupun objektif.
2. Observasi
Mengumpulkan data dengan cara melihat atau mengobservasi.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik perlu dilakukan karena gangguan jiwa sering sekali
disertai dengan masalah fisik yang sangat berpengaruh bagi kesehatan
jiwa. Sebagai kesatuan yang utuh dan holistik, penulis pun
menggunakan metode ini untuk pengumpulan data.
4. Studi dokumentasi
Mengumpulkan data dengan cara melihat atau mempelajari dokumen atau
catatan yang berhubungan dengan status klien guna melengkapi data
yang dibutuhkan.
5. Studi kepustakaan
Metode pengumpulan data dari sumber buku yang berhubungan dengan
kasus yang dikelola.
6. Preceptor dan Staf Karyawan
Masukan dan bimbingan dari staf yang telah lama mengikuti dan
mengamati Klien dapat dijadikan perbandingan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep medis
1. Skizofrenia
a. Definisi
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat kronis atau kambuh
ditandai dengan terdapatnya perpecahan (schism) antara pikiran,
emosi, dan perilaku pasien yang terkena perpecahan pada pasien
digambarkan dengan adanya gejala fundamental spesifik, yaitu
gangguan pikiran yang ditandai dengan gangguan asosiasi,
khususnya kelonggaran asosiasi. Gejala fundamental lainnya
adalah gangguan afektif, autisme, dan ambivalensi. Sedangkan
gejala sekundernya adalah waham dan halusinasi (Stuart, 2013).
b. Etiologi
Menurut Boyd dan Nihart (2015) ada beberapa teori yang menguraikan
faktor-faktor yang menjadi penyebab skizofrenia, yaitu:
1) Diatesis-Stress Model
Teori ini menggabungkan antara faktor biologis, psikososial, dan
lingkungan yang secara khusus mempengaruhi diri seseorang
sehingga dapat menyebabkan berkembangnya gejala
skizofrenia. Dimana ketiga faktor tersebut saling berpengaruh
secara dinamis.
2) Biologis
Dari faktor biologis dikenal suatu hipotesis dopamin yang
menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh aktivitas
dopaminergik yang berlebihan di bagian kortikal otak, dan
berkaitan dengan gejala positif dari skizofrenia. Penelitian
terbaru juga menunjukkan pentingnya neurotransmiter lain
termasuk serotonin, norepinefrin, glutamat dan GABA. Selain
perubahan yang sifatnya neurokimiawi, penelitian
menggunakan CT Scan ternyata ditemukan perubahan.
3) Anatomi otak
Seperti pelebaran lateral ventrikel, atrofi koteks atau atrofi otak
kecil (cerebellum), terutama pada penderita kronis skizofrenia.
4) Genetika
Faktor genetika telah dibuktikan secara meyakinkan. Resiko
masyarakat umum 1%, pada orang tua resiko 5%, pada saudara
kandung 8%, dan pada anak 12%. Apabila salah satu orang tua
menderita skizofrenia, walaupun anak telah dipisahkan dari
orang tua sejak lahir, anak dari kedua orang tua skizofrenia
40%. Pada kembar monozigot 47%, sedangkan untuk kembar
dizigot sebesar 12%.
5) Faktor psikososial
Menurut teori yang terkait dengan faktor psikososial yaitu:
a) Teori perkembangan
Ahli teori sullivan dan erikson mengemukakan bahwa
kurangnya perhatian yang hangat dan penuh kasih sayang
di tahun-tahun awal kehidupan berperan dalam
menyebabkan kurangnya identitas diri, salah interpretasi
terhadap realitas dan menarik diri dari hubungan sosial
pada penderita skizofrenia.
b) Teori belajar
Menurut ahli teori belajar (Learninh theory). Anak-anak yang
menderita skizofrenia mempelajari reaksi dan cara berfikir
irasional orang tua yang mungkin memiliki masalah
emosional yang bermakna. Hubungan interpersonal yang
buruk dari penderita skizofrenia akan berkembang karena
mempelajari model yang buruk selama anak-anak.

c) Teori keluarga
Tidak ada teori yang terkait dengan peran keluarga dalam
menimbulkan skizofrenia. Namun beberapa penderita
skizofrenia berasal dari keluarga yang disfungsional.

c. Proses terjadinya masalah


Skizofrenia terbentuk secara bertahap dimana keluaraga maupun klien t
idak menyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam otaknya dalam
kurun waktu yang lama. Kerusakan yang perlahan-lahan ini yang a
khirnya menjadi skizofrenia yang tersembunyi dan berbahaya. Geja
la yang timbul secara perlahan-lahan ini bisa saja menjadi skizofren
ia acute. Periode skizofrenia akut adalah gangguan yang singkat da
n kuat, yang meliputi halusinasi, penyesatan pikiran (delusi) dan ke
gagalan berpikir.

Kadang kala skizofrenia menyerang secara tiba-tiba. Perubahan perilak


u yang sangat dramatis terjadi dalam beberapa hari atau minggu. Se
rangan yang mendadak selalu memicu terjadinya proses akut secara
cepat.beberapa penderita mengalami seumur hidup, tapi banyak jug
a yang bisa kembali hidup secara normal dalam periode akut terseb
ut. Kebanyakan didapati bahwa mereka dikucilkan, menderita depr
esi yang hebat dan tidak dapat berfungsi sebagaimana layaknya ora
ng normal dalam lingkungannya. Dalam beberapa kasus, serangana
n dapat meningkat menjadi apa yang disebut skizofrenia kronis. Kli
en menjadi buas, kehilangan karakter sebagai manusia dalam kehid
upan sosial, tidak memiliki motivasi sama sekali, depresi dan tidak
memiliki kepekaan terhadap perasaannya sendiri (Yosep & Titin, 2
014).
d. Klasifikasi skizofrenia
1) Skizofrenia simpleks
Skizofrenia simpleks, sering timbul pertama kali pada masa
pubertas. Gejala utama ialah kedangkalan emosi dan
kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir biasanya
sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat.
Jenis ini timbul secara perlahan. Pada permulaan mungkin
penderita kurang memperhatikan keluarganya atau menarik
diri dari pergaulan. Makin lama ia semakin mundur dalam
pekerjaan atau pelajaran dan pada akhirnya menjadi
pengangguran (Maramis, 2014)
2) Skizofrenia hebefrenik
Disebut juga hebefrenia, menurut Maramis (2014) permulaannya
perlahan-lahan dan sering timbul pada masa remaja atau antara
15-25 tahun. Gejala yang menyolok adalah gangguan proses
berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi.
Gangguan psikomotor seperti perilaku kekanak-kanakan sering
terdapat pada jenis ini. Waham dan halusinasi banyak sekali.
3) Skizofrenia katatonik
Menurut Maramis (2014) skizofrenia katatonik atau disebut juga
katatonia, timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun dan
biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional.
Mungkin terjadi stupor katatonik dan gaduh gelisah katatonik.
4) Stupor katatonik
Pada stupor katatonik, penderita tidak menunjukkan perhatian
sama sekali terhadap lingkungannya dan emosinya sangat
dangkal. Secara tiba-tiba atau perlahan-lahan penderita keluar
dari keadaan stupor ini dan mulai berbicara dan bergerak.
5) Gaduh gelisah katatonik
Pada gaduh gelisah katatonik, terdapat hiperaktivitas motorik, tapi
tidak disertai dengan emosi yang semestinya dan tidak
dipengaruhi oleh rangsangan dari luar.

6) Skizofrenia paranoid
Jenis ini berbeda dari jenis-jenis lainnya dalam perjalanan
penyakit. Hebefrenia dan katatonia sering lama-kelamaan
menunjukkan gejala-gejala skizofrenia simplek atau gejala
campuran hebefrenia dan katatonia. Tidak demikian halnya
dengan skizofrenia paranoid yang jalannya agak konstan.
7) Episode skizofrenia akut
Gejala skizofrenia ini timbul mendadak sekali, pasien seperti
mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut, dalam keadaan ini
timbul perasaan seakan-akan dunia luar dan dirinya sendiri
berubah. Semuanya seakan-akan memiliki arti yang khusus
baginya. Prognosisnya baik dalam waktu beberapa minggu
atau biasanya kurang dari 6 bulan penderita sudah baik.
Kadang-kadang bila kesadaran yang berkabut tadi hilang,
maka timbul gejala-gejala salah satu jenis skizofrenia yang
lainnya (Maramis, 2014)
8) Skizofrenia residual
Merupakan keadaan skizofrenia dengan gejala-gejala primernya,
tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini
timbul sesudah beberapa kali serangan skizofrenia (Maramis,
2014)
9) Skizofrenia skizoafektif
Pada skizofrenia skizoafektif, di samping gejala-gejala skizofrenia
terdapat menonjol secara bersamaan, juga gejala-gejala depresi
atau gejala-gejala mania. Jenis ini cenderung untuk menjadi
sembuh tanpa efek, tetapi mungkin juga timbul lagi serangan
(Maramis, 2014)

e. Tanda dan gejala


Menurut Dermawan, R (2015) perjalanan penyakit skizofrenia dapat
dibagi menjadi menjadi 3 fase yaitu:
1) Fase prodromal
Pada fase ini biasanya timbul gejala-gejala non spesifik yang
lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari 1 tahun
sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala-gejala tersebut
meliputi fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan
waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan-perubahan
ini akan menganggu individu serta membuat resah keluarga
dan teman, mereka akan mengatakan “orang ini tidak seperti
yang dulu”. Semakin lama fase prodormal semakin buruk
prognosisnya.
2) Fase aktif
Pada fase aktif gejala positif psikotik menjadi jelas seperti tingkah
laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disetai
gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada
fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala-gejala tersebut
dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau
terus bertahan.
3) Fase residual
Pada fase ini gejala-gejalanya sama dengan fase prodormal tetapi
gejala positif prikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala-
gejala yang terjadi pada ke tiga fase diatas, penderita
skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa
gangguan brbicara spontan. Menurutkan peristiwa,
kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan
sosial).
Gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi 2 kelompok menurut
Maramis (2014), yaitu:
1) Gejala-gejala primer
a) Gangguan proses berfikir
b) Gangguan emosi
c) Gangguan kemauan
d) Autisme
2) Gejala sekunder
a) Waham
b) Halusinasi
c) Gejala katatonik atau gangguan psikomotor yang lain.
f. Penatalaksanaan
1) Terapi biologis/ medis
Obat bagi penderita skizofrenia biasa disebut neuroleptics (berarti
mengendalikan syaraf). Jika efektif, obat ini mampu membantu
orang untuk berpikir lebih jernih dan mengurangi delusi atau
halusinasi. Obat ini bekerja dengan mempengaruhi gejala
positif (delusi, halusinasi, agitasi). Dalam kadar yang lebih
rendah, obat ini dapat mempengaruhi gejala-gejala negatif dan
disorganisasi. Fungsi neuroleptics adalah antagonis dopamin.
Seperti yang diketahui bahwa jumlah dopamine yang
berlebihan menjadi pemicu munculnya skizofrenia.
2) Terapi keluarga
Selain terapi obat, psikoterapi keluarga adalah aspek penting
dalam pengobatan. Pada umumnya, tujuan psikoterapi adalah
untuk membangun hubungan kolaborasi antara klien, keluarga,
dan dokter atau psikolog. Melalui psikoterapi ini, maka klien
dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan lingkungannya.
Keluarga dan teman merupakan pihak yang sangat berperan
membantu klien dalam bersosialisasi. Dalam kasus skizofrenia
akut, klien harus mendapat terapi khusus dari rumah sakit. Jika
perlu, klien harus tinggal di rumah sakit tersebut untuk
beberapa lama sehingga dokter dapat melakukan kontrol
dengan teratur dan memastikan keamanan penderita.
3) Terapi psikososial
Salah satu efek buruk skizofrenia adalah dampak negatif pada
kemampuan orang untuk berinteraksi dengan orang lain.
Meskipun tidak sedramatis halusinasi dan delusi, masalah ini
dapat menimbulkan konflik dalam hubungan sosial. Para
klinisi beusaha mengajarkan kembali berbagai ketrampilan
sosial seperti ketrampilan percakapan dasar, asertivitas, dan
cara membangun hubungan pada penderita skizofrenia. Klien
juga diberikan terapi okupasi sebagai bagian untuk membantu
mereka melaksanakan tugas sederhana dalam kehidupan
sehari-hari (Direja, A.H.S. 2011).

B. Konsep keperawatan
1. Isolasi sosial
a. Definisi
Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2016).
Individu yang mengalami isolasi sosial juga akan mengalami
gangguan/ hambatan komunikasi verbal yaitu penurunan,
perlambatan, atau ketiadaan kemampuan untuk menerima,
memproses pesan (stimulus) yang diterima, dan tidak mampu
memberi respons yang sesuai karena kerusakan di sistem otak.
b. Etiologi
Beberapa penyebab isolasi sosial menurut Stuart (2013) antara lain:
1) Faktor predisposisi
a) Faktor perkembangan
Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam
perkembangan respon sosial maladaptif. Beberapa orang
percaya bahwa individu yang mengalami masalah ini
merupakan individu yang tidak berhasil memisahkan
dirinya dari orang tua.
b) Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan
hubungan. Hal ini merupakan akibat dari transiesi norma
yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain,
atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
produktif, seperti lanjut usia (lansia), orang cacat, dan
penderita penyakit kronis.
c) Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial
maladaptif. Bukti terdahulu menunjukkan keterlibatan
neurotransmitter dalam perkembangan gangguan ini,
namun tetap diperlukan penelitian lebih lanjut.
2) Faktor presipitasi
Beberapa faktor presipitasi isolasi sosial menurut Direja (2011)
antara lain:
a) Faktor eksternal
Contohnya yaitu stresor, sosial budaya, stres yang
ditinggalkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
b) Faktor internal
Contohnya yaitu stresor psikologis, yaitu stres yang terjadi
akibat kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu
untuk berpisah untuk mengatasinya. Kecemasan ini
terjadi akibat tuntunan untuk berpisah dengan orang
terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu.
c. Tanda gejala
Tanda gejala isolasi sosial menurut Direja (2011) meliputi:
1) Kurang spontan
2) Apatis atau acuh tak acuh terhadap lingkungan
3) Ekspresi wajah kurang berseri
4) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
5) Tidak ada/ kurang sadar terhadap komunikasi verbal
6) Mengisolasi diri
7) Tidak sadar/ kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
8) Aktivitas menurun
9) Kurang energi
10) Rendah diri
11) Asupan makanan dan minuman terganggu
d. Rentang respon
Respon Sosial

Respon adaptif Respon maladaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi


Otonomi Impulsif
Menarik diri
Kebersamaan
ketergantungan Narsisme
Saling
ketergantungan

Gambar : Rentang respon sosial (Stuart, 2013)

e. Mekanisme koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi
kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang
mengancam dirinya. Mekanisme koping yang sering digunakan
adalah proyeksi, splitting (memisah), dan isolasi. Proyeksi
merupakan keinginan yang tidak mampu ditoleransi dan klien
mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri.
Splitting merupakan kegagalan individu dalam
menginterpretasikan dirinya dalam menilai baik buruk. sementara
itu, isolasi adalah perilaku mengasingkan diri dari orang lain
maupun lingkungan.
2. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian keperawatan
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa menurut
Kusumawati & Hartono (2012) yaitu identitas klien, keluhan
utama atau alasan masuk, faktor predisposisi, aspek psikososial,
status mental, kebutuhan sehari-hari.
1) Penyebab isolasi sosial
Tanyakan kepada klien tentang penyebab isolasi sosial
2) Anggota keluarga yang tinggal serumah
Tanyakan kepada klien siapa saja yang tinggal kerumah
3) Siapa yang dekat dengan klien
Tanyakan kepada klien siapa saja yang dekat dengan klien
4) Siapa yang tidak dekat dengan klien
Tanyakan kepada klien siapa yang tidak dekat dengan klien
5) Penyebab tidak dekat
Tanyakan kepada klien alasan mengapa tidak dekat
b. Pohon masalah

Gangguan persepsi sensori: halusinasi EFEK

Isolasi sosial CORE PROBLEM

Gangguan konsep diri: harga diri rendah CAUSA


c. Diagnosis keperawatan
1) Isolasi sosial
2) Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3) Gangguan persepsi sensori: halusinasi
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
ISOLASI SOSIAL
Nama : Ruang :
No RM: Diagnosa Medis :
a. Pasien
No. Tgl/Bulan Diagnosa Perencanaan
Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

1. Isolasi Sosial: SP 1:
Menarik Diri Diskusikan klien tentang:
a. Klien mampu Setelah ---- kali
1. Orang yang tinggal serumah / 1. Dengan
mengidentifikasi pertemuan klien
sekamar mengetahui
penyebab isolasi dapat menyebutkan
2. Orang yang paling dekat dengan penyebab klien
sosial, siapa yang minimal satu
klien di rumah / ruang Menarik Diri
serumah, siapa penyebab Menarikperawatan dapat ditemukan
yang dekat, siapa Diri yaitu dari:Diri
3. Apa yang membuat klien dekat mekanisme
yang tidak dekat sendiri, Orang lain,
dengan orang tersebut koping klien
dan apa sebabnya Lingkungan 4. Orang yang tidak dekat dengan dalam
klien di rumah / ruang berinteraksi
perawatan sosial, serta
5. Apa yang membuat klien tidak strategi apa yang
dekat dengan orang tersebut akan diterapkan
6. Upayakan apa yang sudah ia kepada klien.
lakukan supaya dekat dengan
orang lain
SP1: 1. Diskusikan dengan klien 1. Dengan
Setelah ---- kali tentang manfaat hubungan mengetahui
b. Klien mampu pertemuan, klien sosial manfaat
mengidentifikasi dapat menyebutkan 2. Diskusikan bersama klien berhubungan
keuntungan keuntungan tentang manfaat berhubungan sosial dan
mempunyai mempunyai teman 3. Diskusikan keuntungan kerugian
teman dan dan bercakap- mempunyai teman Menarik Diri,
bercakap-cakap cakap misalnya: 4. Diskusikan tentang keuntungan maka klien akan
banyak teman, bercakap-cakap termotivasi
tidak kesepian, 5. Beri pujian terhadap untuk
bisa berdiskusi, kemampuan klien berinteraksi
saling menolong. mengungkapkan perasaannya. dengan orang
lain
SP1: Setelah.........kali 1. Tanyakan kepada klien tentang 1. Dengan
pertemuan, klien Kerugian tidak mempunyai mengetahui
c. Klien mampu dapat menyebutkan teman kerugian tidak
mengidentifikasi kerugian tidak 2. Diskusikan bersama klien mempunyai
kerugian tidak berinteraksi dengan tentang kerugian tidak teman dan
mempunyai orang lain, bercakap-cakap bercakap-cakap,
teman dan misalnya: sendiri, 3. Beri pujian terhadap maka klien akan
bercakap-cakap kesepian, tidak bisa kemampuan klien termotivasi
berdiskusi. mengungkapkan perasaannya. untuk
4. Observasi perilaku klien saat berinteraksi
berhubungan sosial. dengan orang
lain.

SP1: Setelah ......... kali 1. Demonstrasikan pasien Melibatkan klien


pertemuan, klien berkenalan dengan pasien, dalam interaksi
d. Klien mampu dapat berkenalan perawat atau tamu: sosial akan
berkenalan dengan satu orang a. Jelaskan arti berkenalan mendorong klien
dengan pasien berkenalan dengan dengan pasien, perawat untuk melihat dan
dan perawat atau pasien dan perawat atau tamu merasakan secara
tamu atau tamu b. Jelaskan tujuan berkenalan langsung manfaat
dengan pasien, perawat dari berhubungan
atau tamu sosial, serta
c. Jelaskan cara berkenalan meningkatkan
dengan pasien, perawat konsep diri klien
atau tamu
2. Demonstasikan cara berkenalan
dengan pasien, perawat atau
tamu:
a. Menyebutkan dulu nama
kita dan nama panggilan
yang kita sukai, lalu
menanyakan nama orang
yang diajak berkenalan:
“perkenalkan nama saya...
senang dipanggil.... Nama
anda siapa?”
b. Bersama pasien lakukan
cara berkenalan dengan
pasien, perawat atau tamu
c. Anjurkan klien untuk
mencoba berkenalan
dengan pasien, perawat
atau tamu
d. Beri pujian jika klien
berhasil melakukannya.
SP1: Setelah ..... kali 1. Bimbing pasien memasukkan 1. Memasukkan
interaksi klien kegiatan untuk latihan kegiatan
e. Klien mampu mampu membuat berkenalan dalam jadwal bercakap-cakap
memasukkan dan melaksanakan 2. Beri motivasi klien untuk ke jadwal
latihan jadwal kegiatan melakukan kegiatan sesuai kegiatan harian
berkenalan dalam harian. dengan jadwal yang telah akan mencapai
jadwal dalam dibuat interaksi sosial
jadwal kegiatan 3. Beri pujian terhadap klien secara
harian. kemampuan klien memperluas bertahap
pergaulannya melalui aktivitas
yang dilaksanakan
2. Isolasi Sosial: SP 2: Setelah ……. kali 1. Tanyakan pada klien apakah 1. Mengevaluasi
Menarik Diri intervensi, klien masih mengingat topic hasil latihan
a. Klien mampu mampu berkenalan kemarin yaitu latihan sebelumnya serta
melakukan dengan beberapa berkenalan memberikan
kegiatan orang 2. Tanyakan pada klien mengenai kesempatan klien
berkenalan latihan berkenalan sebelumnya, mengungkapkan
beberapa orang apakah sudah dilakukan sesuai perasaan terkait
sesuai jadwal jadwal? hambatan yang
3. Minta klien untuk menjelaskan dialami
cara berkenalan dengan orang
lain
4. Minta klien untuk
memperagakan berkenalan
dengan orang lain
5. Observasi sikap dan jadual
kegiatan harian
6. Berikan pujian apabila klien
melakukan latihan berkenalan
sesuai jadwal
SP 2: Setelah ….. kali Demonstrasikan pasien cara Melibatkan klien
interaksi, klien berbicara saat melakukan 2 dalam ineraksi
b. Klien mampu mampu berbicara kegiatan harian sosial akan
berbicara saat saat melakukan mendorong klien
melakukan kegiatan sehari- a. Jelaskan arti berbicara saat melihat dan
kegiatan harian hari melakukan kegiatan harian merasakan secara
(latih 2 kegiatan) b. Jelaskan tujuan berlatih langsung
berbicara saat kegiatan harian keuntungan dari
c. Jelaskan cara berbicara saat berinteraksi sosial
melakukan 2 kegiatan sehari- serta meningkatkan
hari konsep diri klien
d. Demonstrasikan cara berbicara
saat 2 kegiatan sehari-hari
e. Lakukan bersama klien contoh
cara berbicara saat melakukan
2 kegiatan sehari-hari
f. Anjurkan klien berbicara saat
melakukan 2 kegiatan sehari-
hari
g. Berikan pujian apabila klien
berhasil melakukan
SP 2: Setelah …. kali 1. Bimbing pasien memasukkan Memasukkan cara
interaksi klien kegiatan untuk latihan berkenalan,
c. Klien mampu mampu berkenalan dan berbicara saat berbicara saat
memasukkan memasukkan untuk melakukan 2 kegiatan harian kegiatan harian ke
untuk jadwal jadwal kegiatan dalam jadwal dalam jadwal
kegiatan berkenalan 2-3 2. Beri motivasi klien untuk kegiatan akan
berkenalan 2-3 orang pasien, melakukan kegiatan sesuai membiasakan
orang pasien, perawat atau tamu, dengan jadwal yang telah pasien untuk
perawat atau berbicara saat dibuat berinteraksi sosial
tamu, berbicara melakukan 3. Beri pujian terhadap dengan orang lain
saat melakukan kegiatan harian kemampuan klien memperluas sehingga isolasi
kegiatan harian pergaulannya melalui aktivitas sosial teratasi
yang dilaksanakan
3. Isolasi Sosial: SP 3: Setelah …. kali 1. Minta klien untuk menjelaskan Mengetahui apakah
Menarik Diri interaksi cara berkenalan dengan satu pasien sudah
a. Klien mampu diharapkan klien orang dan berbicara saat melakukan latihan
mengevaluasi mampu melakukan melaukan 2 kegiatan harian berkenalan dan
kegiatan jadwal latihannya 2. Minta klien memeragakan cara bicara saat 2
berkenalan dan untuk berkenalan berkenalan dengan satu orang kegiatan harian
berbicara saat dan berbicara saat dan berbicara saat melakukan 2 sesuai jadwal
melakukan melakukan kegiatan
kegiatan harian kegiatan harian 3. Diskusikan bersama klien
hambatan latihan berkenalan
dan bicara saat 2 kegiatan
harian
4. Observasi sikap dan jadual
kegiatan harian
5. Berikan pujian apabila klien
melakukan latihan berkenalan
dan bicara pada 2 kegiatan
harian sesuai jadwal
SP 3: Setelah … kali Demonstrasikan pasien cara Dengan berlatih
interaksi Klien berbicara saat melakukan 2 berbicara pada 2
b. Klien mampu mampu berlatih kegiatan harian baru kegiatan baru maka
berlatih cara cara berbicara saat klien akan terbiasa
berbicara saat melakukan a. Jelaskan arti berbicara saat berinteraksi dengan
melakukan kegiatan harian melakukan kegiatan harian orang lain saat
kegiatan harian (latih 2 kegiatan b. Jelaskan tujuan berlatih melakukan kegiatan
(latih 2 kegiatan baru) berbicara saat kegiatan harian harian sehingga
baru) c. Jelaskan cara berbicara saat terjadi sosialisasi
melakukan 2 kegiatan sehari- dengan orang
hari yang baru disekitar pasien
d. Demonstrasikan cara berbicara
saat 2 kegiatan sehari-hari yang
baru
e. Lakukan bersama klien contoh
cara berbicara saat melakukan
2 kegiatan sehari-hari yang
baru
f. Anjurkan klien berbicara saat
melakukan 2 kegiatan sehari-
hari yang baru
g. Berikan pujian apabila klien
berhasil melakukan
SP 3: Setelah …. kali 1. Bimbing pasien memasukkan Memasukkan cara
interaksi klien kegiatan untuk latihan berkenalan,
c. Klien mampu mampu berkenalan dan berbicara saat berbicara pada 4
memasukkan memasukkan melakukan 4 kegiatan harian kegiatan harian ke
jadwal kegiatan jadwal kegiatan dalam jadwal dalam jadwal
untuk latihan untuk latihan 2. Beri motivasi klien untuk kegiatan akan
berkenalan 4-5 berkenalan 4-5 melakukan kegiatan sesuai membiasakan pasien
orang, berbicara orang, berbicara dengan jadwal yang telah untuk berinteraksi
saat melakukan saat melakukan 4 dibuat sosial dengan orang
4 kegiatan kegiatan harian 3. Beri pujian terhadap lain sehingga isolasi
harian kemampuan klien memperluas sosial teratasi
pergaulannya melalui aktivitas
yang dilaksanakan
4. Isolasi Sosial: SP 4: Setelah …. kali 1. Minta klien menjelaskan Mengetahui apakah
Menarik Diri interaksi klien latihan berkenalan dan pasien sudah
a. Klien mampu mampu melakukan berbicara saat melakukan 4 melakukan latihan
melakukan evaluasi kegiatan kegiatan harian berkenalan dan
evaluasi latihan berkenalan, 2. Minta klien memperagakan bicara saat 4
kegiatan latihan bicara saat latihan berkenalan dan kegiatan harian
berkenalan, melakukan empat berbicara saat melakukan 4 sesuai jadwal
bicara saat kegiatan sesuai kegiatan harian
melakukan jadwal 3. Diskusikan bersama klien
empat kegiatan hambatan latihan berkenalan
sesuai jadwal dan bicara saat 4 kegiatan
harian
4. Observasi sikap dan jadual
kegiatan harian
4. Berikan pujian apabila klien
melakukan latihan berkenalan
sesuai jadwal
SP 4: Setelah …. kali Demonstrasikan pasien cara bicara Berlatih bicara sosial
interaksi, klien sosial: dengan meminta
b. Klien mampu mampu berlatih a. Jelaskan arti bicara sosial: sesuatu dan
berlatih cara cara bicara sosial: meminta sesuatu dan menjawab
bicara sosial: meminta sesuatu, menjawab pertanyaan pertanyaan akan
meminta sesuatu, menjawab b. Jelaskan tujuan berlatih membiasakan klien
menjawab pertanyaan berbicara sosial: meminta untuk berinteraksi
pertanyaan sesuatu dan menjawab dan besosialisasi
pertanyaan dalam lingkup sosial
c. Jelaskan cara berbicara sosial: dengan cara yang
meminta sesuatu dan benar
menjawab pertanyaan
d. Demonstrasikan cara berbicara
sosial: meminta sesuatu dan
menjawab pertanyaan
e. Lakukan bersama klien contoh
cara berbicara sosial: meminta
sesuatu dan menjawab
pertanyaan
f. Anjurkan klien cara berbicara
sosial: meminta sesuatu dan
menjawab pertanyaan
 Berikan pujian apabila klien
berhasil melakukan
SP 4: Setelah … kali 1. Bimbing pasien memasukkan Memasukkan cara
interaksi klien kegiatan untuk latihan berkenalan,
c. Klien mampu mampu berkenalan, berbicara saat berbicara pada 4
memasukkan memasukkan melakukan 4 kegiatan harian, kegiatan harian, dan
jadwal kegiatan jadwal kegiatan dan bicara sosial: meminta dan bicara sosial:
untuk latihan untuk latihan menjawab pertanyaan dalam meminta dan
berkenalan 4-5 berkenalan 4-5 jadwal menjawab
orang, berbicara orang, berbicara 2. Beri motivasi klien untuk pertanyaan ke dalam
saat melakukan saat melakukan 4 melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan
4 kegiatan kegiatan harian, dengan jadwal yang telah akan membiasakan
harian, dan dan bicara sosial: dibuat pasien untuk
bicara sosial: meminta dan 3. Beri pujian terhadap berinteraksi sosial
meminta dan menjawab kemampuan klien memperluas dengan orang lain
menjawab pertanyaan pergaulannya melalui aktivitas sehingga isolasi
pertanyaan yang dilaksanakan sosial teratasi
5. Isolasi Sosial: SP 5: Setelah …. kali 1. Minta klien menjlaskann Mengetahui apakah
Menarik Diri interaksi klien latihan berkenalan dan pasien sudah
a. Klien mampu mampu melakukan berbicara saat melakukan melakukan latihan
melakukan evaluasi kegiatan kegiatan harian dan sosialisasi berkenalan dan
evaluasi latihan berkenalan, 2. Minta klien memperagakkan bicara saat kegiatan
kegiatan latihan bicara saat latihan berkenalan, berbicara harian dan
berkenalan, melakukan saat melakukan kegiatan sosialisasi sesuai
bicara saat kegiatan harian harian dan sosialisai jadwal
melakukan dan sosialisasi 3. Diskusikan bersama klien
kegiatan harian hambatan latihan berkenalan
dan sosialisai dan bicara saat kegiatan harian
sesuai jadwal dan sosialisasi
4. Observasi sikap dan jadual
kegiatan harian
4. Berikan pujian apabila klien
melakukan latihan berkenalan
sesuai jadwal
SP 5: Setelah … kali 1. Demonstrasi kegiatan harian Melakukan kegiatan
interaksi Klien a. Jelaskan arti latihan membiasakan pasien
b. Klien mampu mampu berlatih kegiatan harian melakukan aktivitas
berlatih kegiatan kegiatan harian b. Jelaskan tujuan berlatih dan berinteraksi
harian kegiatan harian dengan lingkungan
c. Jelaskan cara melakukan sosial sehingga
kegiatan harian pasien tidak
d. Demonstrasikan cara mengalami isolasi
melakukan kegiatan harian sosial
e. Bersama klien lakukan
kegiatan harian
f. Anjurkan klien melakukan
kegiatan harian sendiri
g. Berikan pujian apabila
klien mampu melakukan
kegiatan harian
2. Observasi klien saat
melakukan kegiatan apakah
sudah mulai berbicara atau
belum
SP 5: Setelah …. kali 1. Observasi kegiatan harian Kemandirian klien
interaksi Klien klien, apakah sudah sesuai sebagai tolok ukur
c. Klien mampu mampu menilai dengan jadwal kemajuan perawatan
menilai kemampuan yang 2. Diskusikan hambatan klien pasien
kemampuan yang telah mandiri kegiatan sesuai jadwal
telah mandiri 3. Beri pujian apabila klien sudah
melakukan jadwal kegiatan
harian secara mandiri
SP 5: Setelah …. kali 1. Observasi kemandirian klien Sebagai bahan
interaksi Klien dalam melakukan interaksi pertimbangan untuk
d. Klien mampu mampu menilai sosial sesuai jadwal mengehentikan
menilai isolasi isolasi sosial 2. Tanyakan apakah klien masih intervensi
sosial teratasi teratasi takut untuk berinteraksi keperawatan
dengan orang lain
3. Berikan pujian apabila klien
melakukan jadwal kegiatan
harian secara mandiri
b. Keluarga
No. Tgl/Bulan Diagnosa Perencanaan
Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
SP 1: Setelah ...... x Diskusikan masalah yang dirasakan Mengetahui respon
a. Keluarga mampu interaksi, dalam, merawat klien. keluarga terhadap
Isolasi sosial: mendiskusikan keluarga mampu masalah klien
1.
menarik diri masalah yang mengekspresikan
dirasakan dalam, perasaan dalam,
merawat klien merawat klien
SP 1: Setelah ..... x 1. Jelaskan pengertian, tanda & gejala, Peningkatan
b. Keluarga mampu interaksi, dan proses terjadinya isolasi sosial pengetahuan
menjelaskan keluarga mampu (gunakan booklet) mengenai isolasi
tentang memahami dan 2. Beri kesempatan keluarga untuk sosial, keluarga dapat
pengertian, tanda menjelaskan kembali bertanya memahami perilaku
& gejala, dan tentang pengertian, 3. Minta keluarga menjelaskan kembali klien dan ikut empati
proses terjadinya tanda & gejala, dan apa yang sudah dijelaskan serta peduli
isolasi sosial proses terjadinya 4. Berikan pujian apabila keluarga
isolasi sosial mampu menyebutkan kembali apa
yang sudah kita ajarkan.
SP 1: Setelah .... x 1. Jelaskan cara merawat klien dengan Melatih kemandirian
c. Keluarga mampu interaksi, isolasi sosial dirumah keluarga
menjelaskan Keluarga mampu 2. Beri kesempatan keluarga untuk
tentang cara memahami dan bertanya
merawat klien menjelaskan kembali 3. Minta keluarga menjelaskan kembali
dengan isolasi tentang cara apa yang sudah dijelaskan
sosial dirumah merawat klien 4. Berikan pujian apabila keluarga
dengan isolasi sosial mampu menyebutkan kembali apa
dirumah yang sudah kita ajarkan.
SP 1: Setelah …. kali 1. Jelaskan kepada keluarga arti Memandirikan
d. Keluarga mampu interaksi keluarga berkenalan dan berbicara saat keluarga sebagai
melatih cara mampu melatih cara kegiatan harian dukungan sosial
merawat merawat berkenalan, 2. Jelaskan kepada keluarga tujuan
berkenalan, berbicara saat berkenalan dan berbicara saat
berbicara saat melakukan kegiatan kegiatan harian
melakukan 3. Jelaskan kepada keluarga cara
kegiatan harian harian berkenalan dan berbicara saat
kegiatan harian
4. Demostrasikan kepada keluarga
kepada keluarga cara berkenalan dan
berbicara saat kegiatan harian
5. Lakukan bersama keluarga kepada
keluarga berkenalan dan berbicara
saat kegiatan harian
6. Anjurkan keluarga melakukan
sendiri berkenalan dan berbicara
saat kegiatan harian
SP 1: Setelah .... x 1. Anjurkan keluarga untuk membatu Menimbulkan
e. Keluarga mampu interaksi, klien melakukan kegiatan sesuai kepedulian terhadap
membantu klien keluarga mampu jadwal. klien sebagai anggota
sesuai jadwal dan membimbing klien 2. Ajarkan keluarga untuk memberikan keluarga
memberi pujian sesuai jadwal pujian kepada klien bila klien dapat
melakukan kegiatan
2. Isolasi SP 2: Setelah …. kali 1. Minta keluarga untuk mengulangi Keluarga paham
Sosial: a. Keluarga mampu interaksi, keluarga kegiatan yang sudah dilakukan pada kegiatan yang sudah
Menarik Diri mengevaluasi mampu pertemuan sebelumnya berkenalan dilakukan pada
kegiatan keluarga mengevaluasi dan berbicara saat kegiatan harian pertemuan
dalam melatih kegiatan keluarga sebelumnya, keluarga
pasien berkenalan dalam melatih 2. Pantau keluarga dalam melakukan mampu melakukan
dan berbicara saat pasien berkenalan kegiatan kegiatan, keluarga
kegiatan harian. dan berbicara saat termotivasi
kegiatan harian.
SP 2: Setelah …. kali 1. Jelaskan kegiatan rumah tangga Dengan mengetahui
b. Keluarga mampu interaksi Keluarga yang mempu melibatkan pasien kegiatan yang
mengetahui mampu mengetahui berbicara: makan, sholat bersama melibatkan pasien
kegiatan rumah kegiatan rumah dirumah berbicara, keluarga
tangga yang dapat tangga yang dapat termotivasi untuk
melibatkan pasien melibatkan pasien mengajak klien
berbicara berbicara berbicara saat
dirumah
SP 2: Setelah … kali 1. Jelaskan kepada keluarga arti Memandirikan
c. Keluarga mampu interaksi Keluarga membimbing pasien berbicara keluarga dalam
berlatih cara mampu berlatih cara dirumah membimbing pasien
membimbing membimbing pasien 2. Jelaskan kepada keluarga tujuan berbicara dirumah
pasien berbicara berbicara dirumah membimbing pasien berbicara
dirumah dirumah
3. Jelaskan kepada keluarga cara
membimbing pasien berbicara
dirumah
4. Demostrasikan kepada keluarga
kepada keluarga cara membimbing
pasien berbicara dirumah
5. Lakukan bersama keluarga kepada
keluarga cara membimbing pasien
berbicara dirumah
3. Anjurkan keluarga melakukan
sendiri cara membimbing pasien
berbicara dirumah
SP 2: Setelah ....x 1. Anjurkan keluarga untuk membatu Menimbulkan
d. Keluarga mampu interaksi, klien melakukan kegiatan sesuai kepedulian terhadap
membantu klien keluarga mampu jadwal. klien sebagai anggota
sesuai jadwal membimbing klien 2. Ajarkan keluarga untuk keluarga
saat besuk dan sesuai jadwal memberikan pujian kepada klien
memberi pujian bila klien dapat melakukan kegiatan
3. Isolasi SP 3: Setelah …. kali 1. Minta keluarga untuk mengulangi Keluarga paham
Sosial: a. Keluarga mampu interaksi, keluarga kegiatan yang sudah dilakukan pada kegiatan yang sudah
Menarik Diri mengevaluasi mampu pertemuan sebelumnya berkenalan dilakukan pada
kegiatan mengevaluasi dan berbicara saat kegiatan harian pertemuan
keluarga dalam kegiatan keluarga 2. Pantau keluarga dalam melakukan sebelumnya, keluarga
melatih pasien dalam melatih kegiatan mampu melakukan
berkenalan dan pasien berkenalan kegiatan, keluarga
berbicara saat dan berbicara saat
kegiatan harian. kegiatan harian. termotivasi
SP 3: Setelah …. kali 1. Jelaskan kepada keluarga arti Dengan
b. Keluarga mampu interaksi, keluarga melatih pasien melakukan kegiatan memandirikan
melatih pasien mampu melatih sosial seperti belanja, meminta keluarga cara melatih
melakukan pasien melakukan sesuatu dll pasien melakukan
kegiatan sosial kegiatan sosial 2. Jelaskan kepada keluarga tujuan kegiatan sosial akan
seperti belanja, seperti belanja, melatih pasien melakukan kegiatan membuat pasien
meminta sesuatu meminta sesuatu dll sosial seperti belanja, meminta merasa diperhatikan
dll sesuatu dll dan lebh cepat bisa
3. Jelaskan kepada keluarga cara melakukan kegiatan
melatih pasien melakukan kegiatan sosial
sosial seperti belanja, meminta
sesuatu dll
4. Demostrasikan kepada keluarga cara
melatih pasien melakukan kegiatan
sosial seperti belanja, meminta
sesuatu dll
3. Lakukan bersama keluarga cara
melatih pasien melakukan kegiatan
sosial seperti belanja, meminta
sesuatu dll
4. Anjurkan keluarga melakukan
sendiri cara melatih pasien
melakukan kegiatan sosial seperti
belanja, meminta sesuatu dll
SP 3: Setelah …. kali 1. Jelaskan kepada keluarga arti Melatih pasien
c. Keluarga mampu interaksi Keluarga melatih pasien belanja saat besuk belanja saat besuk
melatih pasien mampu melatih 2. Jelaskan kepada keluarga tujuan akan melatih
belanja saat pasien belanja saat melatih pasien belanja saat besuk kemampuan
besuk besuk 3. Jelaskan kepada keluarga cara sosialisasi pasien, dan
melatih pasien belanja saat besuk pada jam besuk
4. Demostrasikan kepada keluarga keluarga bisa
cara melatih pasien belanja saat mengawasi langsung
besuk pasien
5. Lakukan bersama keluarga cara
melatih pasien belanja saat besuk
6. Anjurkan keluarga melakukan
sendiri cara melatih pasien belanja
saat besuk
SP 3: Setelah .... x 1. Anjurkan keluarga untuk membatu Menimbulkan
d. Keluarga mampu interaksi, klien melakukan kegiatan sesuai kepedulian terhadap
membantu klien keluarga mampu jadwal. klien sebagai anggota
sesuai jadwal saat membimbing klien
besuk dan sesuai jadwal 2. Ajarkan keluarga untuk keluarga
memberi pujian memberikan pujian kepada klien
bila klien dapat melakukan kegiatan
SP 4: Setelah … kali 1. Minta keluarga untuk mengulangi Keluarga paham
a. Keluarga mampu interaksi Keluarga kegiatan yang sudah dilakukan pada kegiatan yang sudah
mengevaluasi mampu pertemuan sebelumnya yaitu dilakukan pada
kegiatan keluarga mengevaluasi melatih berkenalan, berbicara saat pertemuan
Isolasi
dalam melatih kegiatan keluarga kegiatan harian dan belanja sebelumnya, keluarga
4. Sosial:
pasien dalam melatih 2. Pantau keluarga dalam melakukan mampu melakukan
Menarik Diri
berkenalan, pasien berkenalan, kegiatan kegiatan, keluarga
berbicara saat berbicara saat termotivasi
kegiatan harian, kegiatan harian, dan
dan berbelanja berbelanja
SP 4: Setelah .... x Bantu dan latih keluarga untuk Kesiagaan keluarga
b. Keluarga mampu interaksi, menjelaskan follow up ke RSJ tanda untuk perkembangan
menjelaskan keluarga kambuh dan rujukan dan kondisi klien
follow up ke mampufollow up ke
RSJ/PKM, tanda RSJ/PKM, tanda
kambuh, rujukan kambuh, rujukan
SP 4: Setelah ....x 1. Anjurkan keluarga untuk membantu Mempertahankan
c. Keluarga interaksi, klien melakukan kegiatan sesuai program pengobatan
mampumembantu
klien sesuai keluarga mampu jadwal. secara optimal.
jadwal dan membimbing klien 2. Ajarkan keluarga untuk
memberi pujian sesuai jadwal dan memberikan pujian kepada klien
memberi pujian bila klien dapat melakukan kegiatan
3. Beri pujian
SP 5: Setelah …. kali 1. Minta keluarga untuk mengulangi Melatih kesiagaan
a. Keluarga mampu interaksi Keluarga kegiatan yang sudah dilakukan pada dan kemandirian
mengevaluasi mampu pertemuan sebelumnya (berkenalan, keluarga dalam
kegiatan mengevaluasi bicara saat kegiata harian, belanja membimbing klien
keluarga dalam kegiatan keluarga dan kegiatan lain serta follow up ke dirumah
Isolasi
melatih pasien dalam melatih RSJ tanda kambuh dan rujukan)
5. Sosial:
berkenalan, pasien berkenalan, 2. Observasi keluarga dalam
Menarik Diri
berbicara saat berbicara saat melakukan kegiatan
kegiatan harian, kegiatan harian, 3. Beri pujian
berbelanja dan berbelanja dan
kegiatan lain kegiatan lain serta
serta follow up follow up
SP 5: Setelah ... x 1. Nilai kemampuan keluarga merawat Memandirikan
b. Keluarga mampu interaksi, klien keluarga klien unruk
merawat klien keluarga mampu 2. Observasi kemampuan kelurga saat merawat dan
merawat klien. merawat klien membimbing klien
3. Diskusikan hambatan dalam saat tinggal dirumah
merawat klien
SP 5: Setelah .... x 1. Nilai kemampuan keluarga Memandirikan
c. Keluarga interaksi, melakukan control ke RSJ/PKM keluarga klien untuk
mampu keluarga mampu merawat dan
melakukan melakukan kontrol membimbing klien
kontrol ke RSJ/ ke RSJ/ PKM saat tinggal dirumah
PKM
DAFTAR PUSTAKA
Boyd, M.A & Nihart, M.A. 2015. Psychiatric Nursing: Contempory Practice.
Philadelphia: Lippincot

Dermawan, R & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Direja, A.H.S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika

Keliat, et al. 2016. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic


Course). Jakarta: EGC.

Kusumawati, F dan Hartono. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Salemba Medika

Maramis, W.F. 2014. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga


Univercity Press

Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Hulu, E. P. (2020). Efektivitas Behaviour


Therapy Terhadap Risiko Perilaku Kekerasan Pada Pasien
Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem
Provsu Medan. Jurnal Mutiara Ners, 3(1), 8-14.
http://114.7.97.221/index.php/NERS/article/ view/1005

Pardede, J. A., & Laia, B. (2020). Decreasing Symptoms of Risk of Violent


Behavior in Schizophrenia Patients Through Group Activity
Therapy. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(3),291-300.
http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v3i3.621

Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Halawa, M. (2020). Beban dengan Koping
Keluarga Saat Merawat Pasien Skizofrenia yang Mengalami Perilaku
Kekerasan. Jurnal Kesehatan, 11(2), 189-196.
http://dx.doi.org/10.26630/jk.v11i2.1980

Stuart & Sundeen. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta: EGC

Sulistyono, dkk. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan


Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di Rsjd Surakarta.
http://repository.unri.ac.id.

Suryenti, V. (2017). Dukungan Dan Beban Keluarga Dengan Kemampuan


Keluarga Merawat Pasien Resiko Perilaku Kekerasan Di Klinik Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi Tahun 2017. Jurnal Psikologi
Jambi, 2(2), 39-46.
https://www.online-journal.unja.ac.id/jpj/article/view/4795

Yosep, Iyus., Sutini, Titin. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (dan Advance
mental healyh nursing). Bandung: Refika Aditama

WHO (2019). Schizophrenia. Retrieved from.


https://www.who.int/news-room/fact-sheets/%20detail/schizophrenia
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

Masalah Keperawatan: Isolasi sosial: menarik diri

Pertemuan ke : 2

Waktu :

A. Kondisi Klien
1. Kondisi klien
DO:

 Klien menyendiri di kamar


 Klien tidak mau melakukan aktivitas diluar kamar
 Klien tidak mau melakukan interaksi dengan yang lainnya

DS:

 Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain

2. Diagnosa keperawatan :
Isolasi sosial: menarik diri
3. SP 1 isolasi sosial
a. Identifikasi penyebab isolasi sosial, siapa yang serumah, siapa yang
dekat, siapa yang tidak dekat, dan apa penyebab tidak dekat
b. Keuntungan punya teman dan bercakap-cakap
c. Kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap
d. Latih cara berbicara dengan klien dan perawat
e. Bimbing klien untuk masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
berkenalan
4. Rencana tindakan keperawatan
a. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, siapa yang serumah, siapa
yang dekat, siapa yang tidak dekat, dan apa penyebab tidak dekat
1) Mendiskusikan dengan klien tentang orang yang tinggal
serumah, orang yang paling dekat, apa yang membuat klien
dekat dengan orang tersebut, siapa orang yang tidak dekat, apa
yang membuat tidak dekat, upaya apa yang dilakukan supaya
dekat dengan orang lain.
b. Menjelaskan keuntungan punya teman dan bercakap-cakap

1) Diskusikan dengan klien tentang manfaat hubungan sosial


2) Diskusikan dengan klien tentang manfaat berhubungan
3) Diskusikan keuntungan mempunyai teman
4) Diskusikan tentang keuntungan bercakap-cakap
5) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
c. Menjelaskan kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap
1) Tanyakan kepada klien tentang Kerugian tidak mempunyai
teman
2) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak bercakap-
cakap
3) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.
4) Observasi perilaku klien saat berubungan sosial

d. Melatih cara berbicara dengan klien dan perawat

1) Demonstrasikan pasien berkenalan dengan pasien, perawat atau


tamu:
2) Jelaskan arti berkenalan dengan pasien, perawat atau tamu
3) Jelaskan tujuan berkenalan dengan pasien, perawat atau tamu
4) Jelaskan cara berkenalan dengan pasien, perawat atau tamu
5) Demonstrasikan cara berkenalan dengan pasien, perawat atau
tamu:
6) Menyebutkan dulu nama kita dan nama panggilan yang kita
sukai, lalu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan:
“perkenalkan nama saya... senang dipanggil.... Nama anda
siapa?”
7) Bersama pasien lakukan cara berkenalan dengan pasien, perawat
atau tamu
8) Anjurkan klien untuk mencoba berkenalan dengan pasien,
perawat atau tamu
9) Beri pujian jika klien berhasil melakukannya.

e. Membimbing klien untuk masukkan pada jadwal kegiatan untuk


latihan berkenalan

1) Bimbing pasien memasukkan kegiatan untuk latihan berkenalan


dalam jadwal
2) Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan
jadwal yang telah dibuat
3) Beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas
pergaulannya melalui aktivitas yang dilaksanakan
B. Strategi komunikasi dan pelaksanaan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Lusi Ariyanti. Saya
bertugas dari jam 08.00-16.00. Sebelumnya apakah bisa
disebutkan nama ibu siapa? suka dipanggil apa?”
b. Evaluasi validasi
“bagaimana perasaan ibu saat ini? Apa yang ibu keluhkan?”
c. Kontrak
1) Topik
“pada hari ini saya akan membahas topik tentang rasa marah
dan saya akan mengajarkan cara untuk berkenalan dengan
klien lain”
2) Waktu
“ibu mau berapa lama kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit?”

3) Tempat
“ibu mau dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
disini saja?”
2. Fase kerja
a. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, siapa yang serumah,
siapa yang dekat, siapa yang tidak dekat, dan apa penyebab tidak
dekat.
“baik ibu sebelumnya saya akan bertanya terlebih dahulu, alasan
kenapa ibu tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain? Kalau
dirumah ibu tinggal dengan siapa? Anggota keluarga dirumah
yang dekat dengan ibu siapa? Lalu kalau yang tidak dekat siapa?
Kenapa ibu tidak dekat dengan beliau?, baik”
b. Menjelaskan keuntungan punya teman dan bercakap-cakap
“baik ibu sekarang saya mau bertanya lagi, apakah ibu tau
keuntungan apa saja yang didapatkan jika kita mempunyai
teman? Jika kita mempunyai teman, kita dapat bercakap-cakap
dengan orang tersebut dan kita tidak akan merasa kesepian ibu”
c. Menjelaskan kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-
cakap
“nah sekarang yang ibu rasakan apa ketika tidak punya teman dan
tidak bercakap-cakap? Benar sekali, ibu akan merasa kesepian
dan sedih terus”
d. Melatih cara berbicara dengan klien dan perawat
“saya bawa 2 orang teman ibu, kita akan belajar bagaimana
caranya mengajak bercakap-cakap dan berkenalan. Saya akan
memberi contoh terlebih dahulu lalu nanti kita lakukan bersama-
sama dan terakhir ibu melakukannya secara mandiri ya.”
“ketika kita melihat orang lain dan ingin mengajak bercakap-
cakap, kita bisa menyapa terlebih dahulu ibu, kita bisa
mengatakan halo, hai, atau selamat pagi, selamat siang.
Kemudian kita mulai mengajak berkenalan, seperti ini misalnya.
‘Selamat pagi, perkenalkan saya Lusi Ariyanti, suka dipanggil
Lusi. Nama anda siapa dan suka dipanggil siapa?’ begitu ibu.
Sekarang mari kita coba bersama-sama ya. Bagus ibu dapat
langsung melakukannya dengan benar, nah sekarang coba ibu
lakukan sendiri dengan teman yang sudah saya bawa ini. Wah
bagus sekali, ibu hebat bisa langsung berkenalan dan tidak malu”
e. Membimbing klien untuk masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan berkenalan
“baik ibu, hari ini kita sudah belajar untuk mengajak bercakap-
cakap dan berkenalan, sekarang kita masukkan kegiatan kita hari
ini ke dalam jadwal kegiatan harian ya bu”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subyektif
“bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang dan
belajar berkenalan tadi?”
b. Evaluasi obyektif
“jadi tadi bagaimana cara untuk mengajak bercakap-cakap? Coba
ibu lakukan sekali lagi yang sudah kita pelajari tadi, hebat sekali”
c. Rencana tindak lanjut
“baik, selanjutnya ibu bisa melakukan kegiatan yang sudah kita
pelajari hari ini secara mandiri agar ibu tidak kesepian dan punya
banyak teman, dan jangan lupa untuk menuliskan ke dalam
jadwal kegiatan harian”
d. Kontrak
1) Topik
“baik ibu, tadi kita sudah berbincang-bincang banyak tentang
cara mengajak bercakap-cakap, berkenalan dan kerugian
serta keuntungan mempunyai teman. Besok kita akan
bertemu lagi untuk belajar berkenalan dengan lebih banyak
orang sambil melakukan kagiatan.”

2) Tempat
“Ibu mau kita bertemu lagi dimana? Bagaimana kalau disini
lagi?”
3) Waktu
“Ibu mau jam berapa kita bertemu kembali? Bagaimana
kalau besok jam 11.00 selama 20 menit? Baik kalau begitu
latihan saat ini sampai disini dulu. Sampai jumpa besok pagi”

Anda mungkin juga menyukai