OLEH
NIRTA
2104093
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktik program studi pendidikan
Ners pada Stase Keperawatan Jiwa
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan
Masalah Utama Isolasi sosial: menarik diri pada Kasus Skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Dr. RM Soedjarwadi Klaten Provinsi Jawa Tengah”.
Laporan ini disusun dan digunakan guna memenuhi tugas stase keperawatan jiwa
STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta. Penulis mendapatkan bimbingan dari
berbagai pihak dalam menyusun laporan ini. Untuk itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Vivi Retno Intening, S.Kep.,Ns.,MAN, selaku Direktur STIKES Bethesda
Yakkum Yogyakarta.
2. Bapak dr. Tri Kuncoro, M.M.R, selaku Direktur RSJD. Dr.RM Soedjarwadi
Klaten Provinsi Jawa Tengah
3. Bapak Purnomo, S.Kep., Ns., selaku preceptor praktik & pembimbing klinik
stase keperawatan jiwa.
4. Ibu Reni Puspitasari, S.Kep., Ns., MSN, selaku Preceptor Akademik
5. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat pengembangan dan kesempurnaan
laporan ini dan akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan ini bermanfaat
bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Contents
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................2
KATA PENGANTAR............................................................................................3
DAFTAR ISI...........................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5
A. Latar belakang............................................................................................5
B. Tujuan..........................................................................................................6
C. Metode pengumpulan data.........................................................................7
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................8
A. Konsep medis...............................................................................................8
B. Konsep keperawatan.................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................41
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental sejahtera yang
memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian utuh dari
kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan
manusia. Kesehatan jiwa mempunyai rentang sehat – sakit jiwa yaitu sehat
jiwa, masalah psikososial dan gangguan jiwa ( Keliat, 2016).
c) Teori keluarga
Tidak ada teori yang terkait dengan peran keluarga dalam
menimbulkan skizofrenia. Namun beberapa penderita
skizofrenia berasal dari keluarga yang disfungsional.
6) Skizofrenia paranoid
Jenis ini berbeda dari jenis-jenis lainnya dalam perjalanan
penyakit. Hebefrenia dan katatonia sering lama-kelamaan
menunjukkan gejala-gejala skizofrenia simplek atau gejala
campuran hebefrenia dan katatonia. Tidak demikian halnya
dengan skizofrenia paranoid yang jalannya agak konstan.
7) Episode skizofrenia akut
Gejala skizofrenia ini timbul mendadak sekali, pasien seperti
mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut, dalam keadaan ini
timbul perasaan seakan-akan dunia luar dan dirinya sendiri
berubah. Semuanya seakan-akan memiliki arti yang khusus
baginya. Prognosisnya baik dalam waktu beberapa minggu
atau biasanya kurang dari 6 bulan penderita sudah baik.
Kadang-kadang bila kesadaran yang berkabut tadi hilang,
maka timbul gejala-gejala salah satu jenis skizofrenia yang
lainnya (Maramis, 2014)
8) Skizofrenia residual
Merupakan keadaan skizofrenia dengan gejala-gejala primernya,
tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini
timbul sesudah beberapa kali serangan skizofrenia (Maramis,
2014)
9) Skizofrenia skizoafektif
Pada skizofrenia skizoafektif, di samping gejala-gejala skizofrenia
terdapat menonjol secara bersamaan, juga gejala-gejala depresi
atau gejala-gejala mania. Jenis ini cenderung untuk menjadi
sembuh tanpa efek, tetapi mungkin juga timbul lagi serangan
(Maramis, 2014)
B. Konsep keperawatan
1. Isolasi sosial
a. Definisi
Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2016).
Individu yang mengalami isolasi sosial juga akan mengalami
gangguan/ hambatan komunikasi verbal yaitu penurunan,
perlambatan, atau ketiadaan kemampuan untuk menerima,
memproses pesan (stimulus) yang diterima, dan tidak mampu
memberi respons yang sesuai karena kerusakan di sistem otak.
b. Etiologi
Beberapa penyebab isolasi sosial menurut Stuart (2013) antara lain:
1) Faktor predisposisi
a) Faktor perkembangan
Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam
perkembangan respon sosial maladaptif. Beberapa orang
percaya bahwa individu yang mengalami masalah ini
merupakan individu yang tidak berhasil memisahkan
dirinya dari orang tua.
b) Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan
hubungan. Hal ini merupakan akibat dari transiesi norma
yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain,
atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
produktif, seperti lanjut usia (lansia), orang cacat, dan
penderita penyakit kronis.
c) Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial
maladaptif. Bukti terdahulu menunjukkan keterlibatan
neurotransmitter dalam perkembangan gangguan ini,
namun tetap diperlukan penelitian lebih lanjut.
2) Faktor presipitasi
Beberapa faktor presipitasi isolasi sosial menurut Direja (2011)
antara lain:
a) Faktor eksternal
Contohnya yaitu stresor, sosial budaya, stres yang
ditinggalkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
b) Faktor internal
Contohnya yaitu stresor psikologis, yaitu stres yang terjadi
akibat kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu
untuk berpisah untuk mengatasinya. Kecemasan ini
terjadi akibat tuntunan untuk berpisah dengan orang
terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu.
c. Tanda gejala
Tanda gejala isolasi sosial menurut Direja (2011) meliputi:
1) Kurang spontan
2) Apatis atau acuh tak acuh terhadap lingkungan
3) Ekspresi wajah kurang berseri
4) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
5) Tidak ada/ kurang sadar terhadap komunikasi verbal
6) Mengisolasi diri
7) Tidak sadar/ kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
8) Aktivitas menurun
9) Kurang energi
10) Rendah diri
11) Asupan makanan dan minuman terganggu
d. Rentang respon
Respon Sosial
e. Mekanisme koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi
kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang
mengancam dirinya. Mekanisme koping yang sering digunakan
adalah proyeksi, splitting (memisah), dan isolasi. Proyeksi
merupakan keinginan yang tidak mampu ditoleransi dan klien
mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri.
Splitting merupakan kegagalan individu dalam
menginterpretasikan dirinya dalam menilai baik buruk. sementara
itu, isolasi adalah perilaku mengasingkan diri dari orang lain
maupun lingkungan.
2. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian keperawatan
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa menurut
Kusumawati & Hartono (2012) yaitu identitas klien, keluhan
utama atau alasan masuk, faktor predisposisi, aspek psikososial,
status mental, kebutuhan sehari-hari.
1) Penyebab isolasi sosial
Tanyakan kepada klien tentang penyebab isolasi sosial
2) Anggota keluarga yang tinggal serumah
Tanyakan kepada klien siapa saja yang tinggal kerumah
3) Siapa yang dekat dengan klien
Tanyakan kepada klien siapa saja yang dekat dengan klien
4) Siapa yang tidak dekat dengan klien
Tanyakan kepada klien siapa yang tidak dekat dengan klien
5) Penyebab tidak dekat
Tanyakan kepada klien alasan mengapa tidak dekat
b. Pohon masalah
1. Isolasi Sosial: SP 1:
Menarik Diri Diskusikan klien tentang:
a. Klien mampu Setelah ---- kali
1. Orang yang tinggal serumah / 1. Dengan
mengidentifikasi pertemuan klien
sekamar mengetahui
penyebab isolasi dapat menyebutkan
2. Orang yang paling dekat dengan penyebab klien
sosial, siapa yang minimal satu
klien di rumah / ruang Menarik Diri
serumah, siapa penyebab Menarikperawatan dapat ditemukan
yang dekat, siapa Diri yaitu dari:Diri
3. Apa yang membuat klien dekat mekanisme
yang tidak dekat sendiri, Orang lain,
dengan orang tersebut koping klien
dan apa sebabnya Lingkungan 4. Orang yang tidak dekat dengan dalam
klien di rumah / ruang berinteraksi
perawatan sosial, serta
5. Apa yang membuat klien tidak strategi apa yang
dekat dengan orang tersebut akan diterapkan
6. Upayakan apa yang sudah ia kepada klien.
lakukan supaya dekat dengan
orang lain
SP1: 1. Diskusikan dengan klien 1. Dengan
Setelah ---- kali tentang manfaat hubungan mengetahui
b. Klien mampu pertemuan, klien sosial manfaat
mengidentifikasi dapat menyebutkan 2. Diskusikan bersama klien berhubungan
keuntungan keuntungan tentang manfaat berhubungan sosial dan
mempunyai mempunyai teman 3. Diskusikan keuntungan kerugian
teman dan dan bercakap- mempunyai teman Menarik Diri,
bercakap-cakap cakap misalnya: 4. Diskusikan tentang keuntungan maka klien akan
banyak teman, bercakap-cakap termotivasi
tidak kesepian, 5. Beri pujian terhadap untuk
bisa berdiskusi, kemampuan klien berinteraksi
saling menolong. mengungkapkan perasaannya. dengan orang
lain
SP1: Setelah.........kali 1. Tanyakan kepada klien tentang 1. Dengan
pertemuan, klien Kerugian tidak mempunyai mengetahui
c. Klien mampu dapat menyebutkan teman kerugian tidak
mengidentifikasi kerugian tidak 2. Diskusikan bersama klien mempunyai
kerugian tidak berinteraksi dengan tentang kerugian tidak teman dan
mempunyai orang lain, bercakap-cakap bercakap-cakap,
teman dan misalnya: sendiri, 3. Beri pujian terhadap maka klien akan
bercakap-cakap kesepian, tidak bisa kemampuan klien termotivasi
berdiskusi. mengungkapkan perasaannya. untuk
4. Observasi perilaku klien saat berinteraksi
berhubungan sosial. dengan orang
lain.
Dermawan, R & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Direja, A.H.S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Halawa, M. (2020). Beban dengan Koping
Keluarga Saat Merawat Pasien Skizofrenia yang Mengalami Perilaku
Kekerasan. Jurnal Kesehatan, 11(2), 189-196.
http://dx.doi.org/10.26630/jk.v11i2.1980
Stuart & Sundeen. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta: EGC
Yosep, Iyus., Sutini, Titin. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (dan Advance
mental healyh nursing). Bandung: Refika Aditama
Pertemuan ke : 2
Waktu :
A. Kondisi Klien
1. Kondisi klien
DO:
DS:
2. Diagnosa keperawatan :
Isolasi sosial: menarik diri
3. SP 1 isolasi sosial
a. Identifikasi penyebab isolasi sosial, siapa yang serumah, siapa yang
dekat, siapa yang tidak dekat, dan apa penyebab tidak dekat
b. Keuntungan punya teman dan bercakap-cakap
c. Kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap
d. Latih cara berbicara dengan klien dan perawat
e. Bimbing klien untuk masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
berkenalan
4. Rencana tindakan keperawatan
a. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, siapa yang serumah, siapa
yang dekat, siapa yang tidak dekat, dan apa penyebab tidak dekat
1) Mendiskusikan dengan klien tentang orang yang tinggal
serumah, orang yang paling dekat, apa yang membuat klien
dekat dengan orang tersebut, siapa orang yang tidak dekat, apa
yang membuat tidak dekat, upaya apa yang dilakukan supaya
dekat dengan orang lain.
b. Menjelaskan keuntungan punya teman dan bercakap-cakap
3) Tempat
“ibu mau dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
disini saja?”
2. Fase kerja
a. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, siapa yang serumah,
siapa yang dekat, siapa yang tidak dekat, dan apa penyebab tidak
dekat.
“baik ibu sebelumnya saya akan bertanya terlebih dahulu, alasan
kenapa ibu tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain? Kalau
dirumah ibu tinggal dengan siapa? Anggota keluarga dirumah
yang dekat dengan ibu siapa? Lalu kalau yang tidak dekat siapa?
Kenapa ibu tidak dekat dengan beliau?, baik”
b. Menjelaskan keuntungan punya teman dan bercakap-cakap
“baik ibu sekarang saya mau bertanya lagi, apakah ibu tau
keuntungan apa saja yang didapatkan jika kita mempunyai
teman? Jika kita mempunyai teman, kita dapat bercakap-cakap
dengan orang tersebut dan kita tidak akan merasa kesepian ibu”
c. Menjelaskan kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-
cakap
“nah sekarang yang ibu rasakan apa ketika tidak punya teman dan
tidak bercakap-cakap? Benar sekali, ibu akan merasa kesepian
dan sedih terus”
d. Melatih cara berbicara dengan klien dan perawat
“saya bawa 2 orang teman ibu, kita akan belajar bagaimana
caranya mengajak bercakap-cakap dan berkenalan. Saya akan
memberi contoh terlebih dahulu lalu nanti kita lakukan bersama-
sama dan terakhir ibu melakukannya secara mandiri ya.”
“ketika kita melihat orang lain dan ingin mengajak bercakap-
cakap, kita bisa menyapa terlebih dahulu ibu, kita bisa
mengatakan halo, hai, atau selamat pagi, selamat siang.
Kemudian kita mulai mengajak berkenalan, seperti ini misalnya.
‘Selamat pagi, perkenalkan saya Lusi Ariyanti, suka dipanggil
Lusi. Nama anda siapa dan suka dipanggil siapa?’ begitu ibu.
Sekarang mari kita coba bersama-sama ya. Bagus ibu dapat
langsung melakukannya dengan benar, nah sekarang coba ibu
lakukan sendiri dengan teman yang sudah saya bawa ini. Wah
bagus sekali, ibu hebat bisa langsung berkenalan dan tidak malu”
e. Membimbing klien untuk masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan berkenalan
“baik ibu, hari ini kita sudah belajar untuk mengajak bercakap-
cakap dan berkenalan, sekarang kita masukkan kegiatan kita hari
ini ke dalam jadwal kegiatan harian ya bu”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subyektif
“bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang dan
belajar berkenalan tadi?”
b. Evaluasi obyektif
“jadi tadi bagaimana cara untuk mengajak bercakap-cakap? Coba
ibu lakukan sekali lagi yang sudah kita pelajari tadi, hebat sekali”
c. Rencana tindak lanjut
“baik, selanjutnya ibu bisa melakukan kegiatan yang sudah kita
pelajari hari ini secara mandiri agar ibu tidak kesepian dan punya
banyak teman, dan jangan lupa untuk menuliskan ke dalam
jadwal kegiatan harian”
d. Kontrak
1) Topik
“baik ibu, tadi kita sudah berbincang-bincang banyak tentang
cara mengajak bercakap-cakap, berkenalan dan kerugian
serta keuntungan mempunyai teman. Besok kita akan
bertemu lagi untuk belajar berkenalan dengan lebih banyak
orang sambil melakukan kagiatan.”
2) Tempat
“Ibu mau kita bertemu lagi dimana? Bagaimana kalau disini
lagi?”
3) Waktu
“Ibu mau jam berapa kita bertemu kembali? Bagaimana
kalau besok jam 11.00 selama 20 menit? Baik kalau begitu
latihan saat ini sampai disini dulu. Sampai jumpa besok pagi”