MK : keperawatan jiwa
Dosen : Dafrosia darmi manggasa
DI SUSUN OLEH
NurAfifa Mokodompis
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................5
A. Latar Belakang...............................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian...........................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
I. Konsep Dasar Halusinasi................................................................................................................6
A. Pengertian Halusinasi...............................................................................................................6
B. Etiologi......................................................................................................................................6
C.Rentang Respon Halusinasi.......................................................................................................7
D. Klasifikasi Halusinasi.................................................................................................................8
E.Tanda dan gejala Halusinasi...................................................................................................9
F. Intensitas Level Halusinasi..................................................................................................11
BAB III..................................................................................................................................................14
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI...................................................................................14
II. Asuhan Keperawatan Halusinasi..................................................................................................14
1. Pengkajian...............................................................................................................................14
2.Pohon Masalah.........................................................................................................................16
3.Diagnosa keperawatan.............................................................................................................16
4.Intervensi keperawatan............................................................................................................16
5. Implementasi keperawatan.....................................................................................................18
6 Evaluasi Keperawatan...............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................19
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan kondisi ketika seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan
kontribusi untuk komunitasnya. Kesehatan jiwa memiliki rentang respon adaptif yang
merupakan sehat jiwa, masalah psikososial, dan respon maladaptif yaitu gangguan jiwa
(UU No. 18 Tahun2014).
Gangguan jiwa merupakan gangguan dalam berpikir (cognitive), kemauan (volition),
emosi (affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007). Menurut Malim (2002)
Gangguan jiwa merupakan deskripsi sindrom dengan variasi penyebab. Umumnya
ditandai adanya penyimpangan yang fundamental, karakteristik dari pikiran dan persepsi,
adanya afek yang tidak wajar atau tumpul (Yusuf, dkk, 2015).
Berdasarkan hasil survey World Healt Organization (WHO 2013) menyatakan hampir 400
juta penduduk dunia menderita masalah gangguan jiwa. Satu dari empat anggota keluarga
mengalami gangguan jiwa dan seringkali tidak terdiagnosis secara tepat sehingga tidak
memperoleh perawatan dan pengobatan dengan tepat. Data Riset Kesehatan Dasar (2013)
prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat
terbanyak di DI Yogyakarta (2,7 per mil), Aceh (2,7 permil), Sulawesi Selatan (2,6 per
mil), Bali (2,3 per mil), Jawa Tengah (2,3 permil), Bangka Belitung (2,2 per mil), Nusa
Tenggara Barat (2,1 per mil),Bengkulu (1,9 per mil) dan Sumatera Barat urutan ke
sembilan dengan jumlah (1,9 per mil) (Riskesdas, 2013).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Halusinasi di Kelurahan Surau
Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2017 ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum Menerapkan asuhan keperawatan pada halusinasi
BAB II
PEMBAHASAN
D. Klasifikasi Halusinasi
Menurut Stuart (2013) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara lain :
a. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 % Karakteristik ditandai dengan mendengar suara,
teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan (visual) 20 % Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan
dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama
yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penciuman (olfactory) Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis
dan bau yang menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau
harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba (tactile) Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak
enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah,
benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap (gustatory) Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang
busuk, amis dan menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
c. Halusinasi penciuman
Perilaku yang dapat teramati pada klien gangguan halusinasi penciuman adalah:
1) Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak.
2) Mencium bau tubuh,
3) Mencium bau udara ketika sedang berjalan ke arah orang lain.
4) Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api atau darah.
5) Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang
memadamkan api.
d. Halusinasi pengecapan
Adapun perilaku yang terlihat pada klien yang mengalami gangguan halusinasi
pengecapan adalah:
1) Meludahkan makanan atau minuman.
2) Menolak untuk makan, minum dan minum obat.
3) Tiba-tiba meninggalkan meja makan.
e. Halusinasi perabaan
Perilaku yang tampak pada klien yang mengalami halusinasi perabaan adalah:
1) Tampak menggaruk-garuk permukaan kulit.
2) Mengatakan ada serangga di permukaan kulit.
3) Merasa seperti tersengat listrik.
Menurut Pusdiklatnakes (2012), tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi
terhadap klien serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien halusinasi adalah sebagai
berikut :
a. Data Subjektif
Klien mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu dan
monster.
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan
6) Merasakan rasa seperti darah, urin dan feses
7) Merasa takutan atau senang dengan halusinasinya
b. Data Objektif
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga kearah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk kearah tertentu
6) Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
8) Menutup hidung
9) Sering meludah
10) Menggaruk garuk permukaan kulit
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini
masuk dalam golongan nonpsikotik.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik
dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
2. Fase kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikkan. Termasuk dalam psikotik ringan.
3. Fase ketiga
Disebut dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
4. Fase keempat
Adalah conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya. Termasuk
dalam psikotik berat.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau katakonik, tidak mampu merespon terhadap
perintah kompleks, dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
F.Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Marasmis (2004) Pengobatan harus secepat mungkin diberikan,disini peran
keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ klien dinyatakan
boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal
merawat klien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas
minum obat (Prabowo, 2014).
1. Penerapan Strategi Pelaksanaan
Menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan yang dilakukan :
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena klien kembali
ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong klien bergaul
dengan orang lain, klien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya klien tidak
mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan
untuk mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti terapi modalitas yang
terdiri dari :
a. Terapi aktivitas Meliputi : terapi musik, terapi seni, terapi menari, terapi
relaksasi, terapi sosial, terapi kelompok , terapi lingkungan.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI
II. Asuhan Keperawatan Halusinasi
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proes keperawatan terdiri
drai pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang
dikumpulkan melalui data biologis, psikologis,sosial dan spiritual. Pengelompokkan data
pengkajian kesehatan jiwa,dapat berupa faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor,
sumber koping,dan kemampuan yang dimiliki
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelmain, tanggal pengkajian, tanggal dirawat, nomor rekam
medis.
2) Alasan masuk
Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien sering berbicara sendiri,mendengar atau
melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan,membanting peralatan dirumah, menarik
diri.
3) Faktor predisposisi
keluarga
Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya riwayat penyakit
infeksi, penyakt kronis atau kelaina stuktur otak, kekerasan dalam keluarga, atau
adanya kegagalan kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan
dalam keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan klien serta konflik
antar
masyarakat.
5) Fisik
6) Psikososial
a) Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yangmengalami kelainan jiwa,
pola komunikasi klien terganggu begitupun dengan pengambilan keputusan dan pola
asuh.
b) Konsep diri
Gambaran diri klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya,ada bagian tubuh
yang disukai dan tidak disukai, identifikasi diri :klien biasanya mampu menilai
identitasnya, peran diri klienmenyadari peran sebelum sakit, saat dirawat peran klien
terganggu,ideal diri tidak menilai diri, harga diri klien memilki harga diriyang rendah
sehubungan dengan sakitnya.
2.Pohon Masalah
Pohon masalah pada masalah halusinasi dapat diuraikan sebagai beriku (Prabowo, 2014):
Isolasi sosial
3.Diagnosa keperawatan
Masalah keperawatan yang terdapat pada klien dengan gangguan persepsi sensori
halusinasi adalah sebagai berikut (Dalami, dkk, 2014) :
c. Isolasi sosial
4.Intervensi keperawatan
a. Tindakan keperawatan untuk klien halusinasi
berdiskusi dengan klien tentang isi halusinasi (apa yang di dengar Effect Perubahan sensori
persepsi : Halusinasi Core problem Cause atau dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi
terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon klien saat
halusiansi muncul.
Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan tidak hanya ditujukan untuk klien
tetapi juga diberikan kepada keluarga, sehingga keluarga mampu mengarahkan klien
dalam mengontrol halusinasi. Tujuan : keluarga mampu :
Halusinasi
mengontrol halusinasi
5.Implementasi keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan keperawatan oleh klien. Hal yang harus
diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah tindakan keperawatan yang akan
dilakukan implementasi pada klien dengan halusinasi dilakukan secara interaksi dalam
melaksanakan tindakan keperawatan, perawat harus lebih dulu melakukan (Afnuhazi,
2015):
Bina hubungan saling percaya
a. Identifikasi waktu, frekuensi, situasi, respon klien terhadap halusinasi
b. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
c. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat
d. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
e. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara melaksanakankegiatan
terjadwal
6.Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi
formatif, dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan evaluasi hasil atau sumatif
dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan yang telah ditentukan
(Afnuhazi, 2015). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola pikir, dimana masing-masing huruf tersebut akan diuraikan sebagai berikut
(Dalami, dkk, 2014) :
S : respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
O : espon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
A : nalisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih
tetap atau muncul masalah baru atau ada yang kontradiksi dengan masalah yang ada
P : erencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien.
DAFTAR PUSTAKA
file:///D:/SEMESTER%204/keperawatan%20jiwa/TILLA_VANA_ILHAM_143110271_.pdf
file:///D:/SEMESTER%204/keperawatan%20jiwa/Asuhan%20Keperawatan%20Jiwa
%20Dengan%20Masalah%20Halusinasi.pdf