Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Asuhan Keperawatan

PERTUSIS

Disusun Oleh :

Zaqia Nur Ivaturahma (PO0220219039)

Nur Azizah (PO0220219027)

POLTEKKES KEMENKES PALU

PRODI DIII KEPERAWATAN POSO

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyusun asuhan keperawatan ini dengan baik dan tepat waktu. Tugas
ini kami buat untuk memberikan penjelasan tentang Pertusis .

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah asuhan
keperawatan ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan asuhan keperawatan ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen mata kuliah
Keperawatan Anak dan kepada pihak yang telah membantu ikut serta dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.

Atas perhatian dan waktunya, kami sampaikan banyak terimakasih.

Poso, 16 maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I...................................................................................................................................................................

PENDAHULUAN.................................................................................................................................................

A. Latar Belakang........................................................................................................................................

B. Rumusan Masalah..................................................................................................................................

C. Tujuan.....................................................................................................................................................

BAB II..................................................................................................................................................................

PEMBAHASAN...................................................................................................................................................

A. Tinjauan Teoritis Tentang Penyakit........................................................................................................

B. Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kasus Pertusis................................................................

BAB III................................................................................................................................................................

PENUTUP...........................................................................................................................................................

A. Kesimpulan.............................................................................................................................................

B. Saran.......................................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada makalah ini akan dijelaskan tentang Pertusis Pada Anak serta bagaimana asuhan
keperawatan Pertusis Pada Anak. Pertusis adalah suatu infeksi akut saluran nafas yang
mengenai setiap pejamu yang rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak. mengenai
setiap pejamu yang rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak.
(Behrman, 1992). (Behrman, 1992).
Penyakit ini ditandai dengan demam dan perkembangan batuk semakin berat. Batuk
adalah gejala khas adalah gejala khas dari batuk rejan dari batuk rejan atau pertusis. Seranagn
batuk terjadi tiba-tiba dan  berlanjut terus tanpa henti hingga seluruh udara didalam paru-paru
terbuang keluar. Akibatnya saat napas berikutnya pasien pertusis telah kekurangan udara
sehingga bernapas dengan cepat, suara pernapasan berbunyi seperti pada bayi yang baru lahir
berumur kurang dari 6 bulan dan pada orang dewasa bunyi ini sering tidak terdengar. Batuk pada
pertusis biasanya sangat parah hingga muntah-muntah dan penderita sangat kelelahan setelah
serangan batuk.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah hal-hal apa saja yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan pertusis pada anak.

C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas asuhan keperawatan pertusis pada anak.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dan etiologi dari pertusis
2. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway dari pertussis
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala klinis serta penatalaksanaan dari pertusis
4. Untuk mengetahui pencegahan dari pertusis
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teoritis Tentang Penyakit


a. Definisi
Pertussis adalah suatu penyakit suatu infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh
bakteri Bordotella pertussis. Pertussis sering juga disebut sebagai tussis quinta, whooping
cough  atau batuk rejan Penyakit ini ditandai dengan demam dan perkembangan batuk
semakin berat. Batuk adalah gejala khas dari batuk rejan atau pertussis. Serangan batuk
terjadi tiba-tiba dan berlanjut terus tanpa henti hingga seluruh udara di dalam paru-paru
terbuang keluar. Akibatnya saat napas berikutnya pasien pertussis telah kekurangan udara
sehingga bernapas dengan cepat, suara pernapasan berbunyi seperti pada bayi yang baru
lahir berumur kurang dari 6 bulan dan pada orang dewasa bunyi ini sering tidak terdengar.

Penyakit ini dapat menyerang segala umur. Namun kebanyakan menyerang pada anak-
anak. Infeksi dari penyakit ini akan sangat berbahaya apabila menyerang infant. Tozzi et al
(2005) menyatakan setidaknya pada tahun 1990-an, 20-40 juta kasus pertussis terjadi di
seluruh dunia dan sekitar 400.000 kematian tiap tahun. Seki tar 90 % infant dibawah 6 bulan
yang terinfeksi pertussis meninggal. Sedangkan pada orang dewasa walaupun gejala yang
dihadapi lebih ringan namun mereka dapat menularkan penyakit tersebut pada orang lain
terutama anak-anak yang yang belum mandapatkan imunisasi

b. Etiologi
Secara umum pertussis disebabkan oleh  Bordotella pertussis. Namun kadang pula
disebabkan oleh Bordotella parapertussis. Dua pathogen tersebut adalah pathogen manusia
sendiri sedangkan  B.bronchiseptica  merupakan pathogen yang lazim pada binatang.
Walaupun pada umumnya pertussis ditularkan langsung pada manusia melalui percikan ludah
penderita, penularan dari binatang bisa saja terjadi. Hal ini ditemukan terutama pada orang
yang system imunnya sedang mengalami penurunan ataupun pada anak-anak yang bermain-
main dengan binatang dan belum menerima imunisasi.

c. Tanda dan Gejala Klinis


Masa tunas rata-rata pertussis adalah 7 hari dan berkisar antara 6-20 hari. Pada
umumnya penyakit berlangsung selama 6-8 minggu. Gejala-gejala sistemis pada umumnya
terbagi dalam 3 stadium :
1. Stadium Kataralis ( 1-2 minggu atau lebih ) Tanda / gejala :
a) Gejala infeksi saluran nafas ba3gian atas dengan timbulnya rinore.
b) Batuk dan panas yang ringan.
c) Anoreksia.
d) Batuk timbul mula-mula malam, siang dan menjadi semakin berat.
e) Sekret banyak dan kental.
f) Konjungtiva kemerahan.

Pada stadium ini biasanya tidak dipikirkan diagnosis pertussis karena sering tidak dapat
dibedakan dengan penyakit influenza.

2. Stadium Spasmodik ( 2-4 minggu atau lebih ) Tanda / gejala :


a) Batuk hebat di tandai dengan whoop ( tarikan nafas panjang dan dalam,berbunyi
melengking ).
b) Batuk 5-10 kali per hari atau 10-20 kali per hari.
c) Selama serangan muka menjadi merah atau sianosis, mata tampak menonjol, lidah
menjulur keluar.
d) Tampak gelisah dan berkeringat.
e) Dapat terjadi perdarahan subkonjungtiva dan epistaksis.
f) Akhir serangan sering kali memuntahkan lendir atau sputum kental.
g) Pada serangan batuk, nampak pelebaran pambuluh darah muka dan leher.
h) Selama serangan, dapat sampai keluar kencing.
i) Sesudah serangan, anak terbaring kelelahan dan sesak nafas.
Pada bayi dibawah umur 3 bulan, paroksimalitas dapat disertai atau berakhir dengan
apnea dan juga dapat terjadi aspiksia yang berakibat fatal.

3. Stadium Konvalesensi ( 2 minggu ) Tanda / gejala :


a) Berhentinya whoop dan muntah-muntah.
b) Puncak serangan paroksimal berangsur-angsur menurun.
c) Batuk masih menetap untuk beberapa waktu dan akan hilang sekitar 2-3 minggu.
d) Ronki difus pada stadium spasmodik mulai menghilang.
e) Infeksi semacam “commond cold“ dapat menimbulkan serangan.

d. Patofisiologi Penyakit
1. Narasi
Mulainya penyakit, biasanya muncul sebagai akibat pilek tanpa demam yang
berlanjut dengan suatu peningkatan jumlah serangan batuk yang menjadi hebat dan
paroksimal. Biasanya lebih lazim dimulai pada malam hari, tetapi kemudian lebih banyak
batuk selama siang hari dengan 20 atau lebih serangan dalam 24 jam. Anak membuat
usaha keras untuk membersihkan jalah nafas dari lendir , dan bila ini dipaksa keluar, maka
akan diikuti dengan “rejan” yang khas dan sering muntah.

Perkembangan penyakit pertussis dimulai ketika  B. pertussis  masuk saluran


napas. Bakteri ini melekat pada silia mukosa saluran pernapasan.. Organisme hanya akan
berkembang biak jika behubungan dengan epitel bersilia yang menimbulkan eksudasi
mukopurulen. Tracheal cytotoxin dan toxin lain diproduksi dan dilepaskan oleh bakteri ini.
Toxin ini merusak cilia dan Respiratory ephitalium sehingga muncul peradangan
(brook,2006). Efek lain munculnya Lesi berupa nekrosis bagian basal dan tengah sel epitel
torak disertai infiltrat neutrofil dan makrofag. Lesi biasanya terdapat pada bronkus dan
bronkiolus namun mungkin terdapat perubahan-perubahan pada selaput lendir trakea,
laring dan nasofaring.

2. Bagan/Pathway
Akumulasi sekret disaluran
pernafasan

Obstruksi saluran Transport O2 Menyentuh


pernafasan keparu me karina

Menurunnya Paru-paru Reflek batuk


fungsi kekurangan
pernafasan oksigen

Peningkatan
Sesak nafas Iskemia jaringan tekanan intra
paru abdomen

KETIDAK EFEKTIFAN
BERSIHAN JALAN Atelektasis Menekan syaraf
NAFAS pada abdomen

Terganggunya
fungsi pernafasan Nyeri pada saat
batuk

Peningkatan
frekuensi NYERI
pernafasan

POLA NAFAS
TIDAK EFEKTIF
e. Pemeriksaan Diagnostik
1. Peningkatan leukosit 15.000-45.000/mm3 dengan ditandai limfositosis.
2. Isolasi bakteri dari sekresi daerah nasofaring sebagai penunjang.
3. Pengggunaan metode polymerase chain reaction (PCR).
4. Tes serologi yang berdasarkan identifikasi variasi yang signifikan pada IgA dan IgG dalam
melawan faktor virulensi dari  B.pertussis selama acute phase dan convalescent
phase (tozzi et al,2005).

f. Penatalaksanaan
1. Antibiotik
a. Eritromisin dengan dosis 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.Obat ini
menghilangkan B.pertussis dan nasofaring dalam 2-6 hari (rata-rata 3-6 hari), dengan
demikian memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi. Eritromisin juga
“menggugurkan” atau menyembuhkan pneumonia.Oleh karena itu, sangat penting
dalam pengobatan pertussis khususnya pada bayi muda.
b. Ampisilin dengan dosis 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis
c. Azythromycin 10 mg/kgBB pada hari pertama diikuti dosis harian 5 mg/kgBB
(maksimum 1000 mg pada hari pertama dan 500 mg pada hari 2-5), menunjukkan
hasil yang efektif menyembuhkan 97 % kasus setelah 2-3 hari dan 100% setelah 14-1
hari (tozziet al:2005).
d. Lain – lain : kloramfenikol, tetrasiklin, kotrimoksazol, dan lainnya.
2. Imunoglobulin bila diperlukan
3. Ekspetoran dan mukolitik
4. Kodein diberikan bila terdapat batuk – batuk yang berat
5. Luminal sebagai sadativa

B. Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kasus Pertusis


a. Pengkajian
Pengkajian riwayat kesehatan yang lengkap pada pasien harus dilakukan, yang menunjukkan
kemungkinan tanda dan gejala batuk yang terus menerus, dehidrasi, menurunnya nafsu
makan, cyanosis. Menetapkan kapan gejala mulai timbul, apa yang menjadi pencetusnya, apa
yang dapat menghilangkan atau meringankan gejala tersebut dan apa yang memperburuk
gejala adalah bagian dari pengkajian, juga mengidentifikasi setiap riwayat alergi atau adanya
penyakit yang timbul bersamaan. Pada pasien pertusis juga dilakukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan sputum.

b. Klasifikasi Data
1. Data Subyek :
- Paling Banyak terdapat pada tempat yang padat penduduknya. Usia yang paling
rentan terkena penyakit pertusis adalah anak dibawah usia 5 tahun.
- Cara penularannya yang sangat cepat
- Imunisasi dapat mengurangi angka kejadian dan kematian yang disebabkan oleh
pertusis
- Batuk ini disebabkan karena bordetella pertusis
- Disalah satu negara yang belum melaksanakan prosedur imunisasi rutin, masih
banyak terdapat penyakit pertusis
2. Data Objek :
- Anak tiba-tiba batuk keras secara terus menerus
- Batuk yang sukar berhenti
- Muka menjadi berhenti
- Batuk yang sampai keluar air mata
- Kadang sampai muntah disertai keluarnya sedikit darah, karna batuk yang sangat
keras
- Biasanya terjadi pada malam hari

c. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
2. Pola napas tidak efektif
3. Nyeri akut

d. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


o
1. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan Observasi :
tidak efektif b.d sekresi keperawatan selama 3x24 - Identifikasi
yang tertahan jam diharapkan masalah kemampuan batuk
keperawatan teratasi - Monitor adanya
dengan kriteria hasil : retensi sputum
- Batuk efektif - Monitor tanda dan
meningkat gejala infeksi saluran
- Produksi sputum napas
menurun - Monitor input dan
output cairan
Terapeutik :
- Atur posisi semi fowler
atau fowler
- Pasang perlak dan
bengkok dipangkuan
pasien
- Buang sekret pada
tempat sputum
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
- Anjurkan tarik nafas
dalam melalui hidung
selama 4 detik,
ditahan selama 2
detik, kemudian
keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8
detik
- Anjurkan mengulangi
tarik napas dalam
hingga 3 kali
- Anjurkan batuk
dengan kuat langsung
setelah tarik napas
dalam yang ke-3
2. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 3x24 - Monitor pola napas
jam diharapkan masalah - Monitor bunyi napas
keperawatan teratasi tambahan
dengan kriteria hasil : - Monitor sputum
- Frekuensi napas Terapeutik :
membaik - Pertahankan
- Kedalaman napas kepatenan jalan
membaik napas dengan head-
tilt dan chin-lift
- Posisikan semi fowler
atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
3. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 3x24 - Identifikasi lokasi,
Ditandai dengan : jam diharapkan masalah karakteristik, durasi,
mengeluh nyeri keperawatan teratasi frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
- Keluhan nyeri - Identifikasi skala nyeri
menurun - Identifikasi respons
- Gelisah menurun nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
- Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
- Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
- Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
Terapeutik :
- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
- Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri

e. Implementasi

No Diagnosa Keperawatan Implementasi


1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d - Mengidentifikasi kemampuan batuk
akumulasi sekret - Memonitor adanya retensi sputum
- Memonitor tanda dan gejala infeksi
saluran napas
- Memonitor input dan output cairan
- Mengatur posisi semi fowler atau fowler
- Memasang perlak dan bengkok
dipangkuan pasien
- Membuang sekret pada tempat sputum
- Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
- Menganjurkan tarik nafas dalam
melalui hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
- Menganjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali
- Menganjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas dalam
yang ke-3
2. Pola napas tidak efektif b.d - Memonitor pola napas
peningkatan produksi sputum - Memonitor bunyi napas tambahan
- Memonitor sputum
Yang ditandai dengan : - Mempertahankan kepatenan jalan
Frekuensi nafas tidak normal, bunyi napas dengan head-tilt dan chin-lift
nafas tidak normal dan sianosis - Memposisikan semi fowler atau fowler
- Memberikan minum hangat
- Melakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik

3. Nyeri b.d batuk menetap - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,


durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Ditandai dengan : nyeri dada dan nyeri
gelisah - Mengidentifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri
- Mengidentifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
- Mengidentifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
- Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
- Memberikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
- Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Memfasilitasi istirahat dan tidur
- Mempertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
- Menjelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
- Menganjurkan memonitor nyeri secara
mandiri

f. Evaluasi
Mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan
keperawatan yang telah diberikan. Semua kriteria yang digunakan pada tahap evaluasi ditulis
sebagai kriteria hasil. Kriteria hasil menandakan hasil akhir asuhan keperawatan. Biasanya
evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana :
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga setelah
diberikan implementasi keoperawatan.
O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang
objektif.
A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertussis adalah suatu penyakit suatu infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh
bakteri Bordotella pertussis. Namun kadang pula disebabkan oleh  Bordotella parapertussis.
Pertussis sering juga disebut sebagai tussis quinta, whooping cough  atau batuk rejan
Penyakit ini ditandai dengan demam dan perkembangan batuk semakin berat. Penyakit ini
kebanyakan menyerang pada anak-anak dan akan sangat berbahaya apabila menyerang
infant. Hal ini ditemukan terutama pada orang yang system imunnya sedang mengalami
penurunan ataupun pada anak-anak yang bermain-main dengan binatang dan belum
menerima imunisasi. Masa tunas rata-rata pertussis adalah 7 hari dan berkisar antara 620
hari. Pada umumnya penyakit berlangsung selama 6-8 minggu .

B. Saran
Pertussis merupakan suatu penyakit pernapasan yg menyerang semua umur terutama pada
anak-anak. Perawat diharapkan memiliki ilmu dan pengetahuan tentang penyakit pertussis ini,
sehingga perawat mampu memberikan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi
pasien. Hal ini berhubungan dengan peran perawat sebagai seorang care provider yang
mampu memberikan asuhan keperawatan dengan baik dan benar .
DAFTAR PUSTAKA

1. Sataloff RT, Johns MM, Kost KM. Kumpulan Asuhan Keperawatan (Askep Pertusis). 2012;7.
Available from: https://www.scribd.com/doc/305290419/askep-pertusis

2. Pokja DPST. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia [Internet]. 3rd ed. Jakarta Selatan; 2017.
328 p. Available from: http://www.inna-ppni.or.id

3. Pokja DPST. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia [Internet]. 1st ed. Jakarta Selatan; 2018.
527 p. Available from: http://www.inna-ppni.or.id

4. Pokja DPST. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 2019;193. Available from: http://www.inna-
ppni.or.id

Anda mungkin juga menyukai