Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH PERTUSIS

Disusun oleh:
1. Fiyki Aminatuz Zuhriyyah (21440010002)
2. Septiyani Ayu Nurdiana (21144010012)
3. Reni Rahmawati (21144010022)
4. Erna Riyan Dwi Saputri (21144010023)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJEKWESI BOJONEGORO


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan Taufik, Hidayah dan
Inayah-Nya kepada kita, sehingga kita masih dapat menghirup nafas keIslaman
sampai sekarang ini. Shalawat dan salam semoga tercurah pada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah berjuang dengan semangatnya yang begitu mulia yang
telah membawa kita dari jaman Jahilliyah kepada jaman Islamiyah.
Dengan mengucap Alhamdulillah kami dapat menyusun makalah yang berjudul
“ASKEP PERTUSIS ”. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pengampu
yang telah membimbing dalam setiap materi, tidak lupa teman-teman yang
senantiasa saya banggakan yang semoga kita selalu dalam lindungan Allah serta
dapat berjuang dijalan Allah SWT.
Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu saya
mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun tentunya. Akhirnya saya
mengucapkan terima kasih dan mohon8 maaf apabila dalam penulisan masih
terdapat kalimat-kalimat yang kurang dapat dipahami agar menjadi maklum.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


 

Bojonegoro , 18 Maret 2023


DAFTAR ISI
BAB I

1.1 Latar Belakang

Pertusis adalah penyeakit infeksi akut pada saluran pernapasan yang sangat
menular,ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang bersifat spasmodik
dan proksimal disertai nada yang yang meninggi,karena penderita berupaya keras
untuk menarik napas sehingga pada akhir batuk sering disertai bunyi khas (whoop)
sehingga penyakit ini disebut whooping cough.
Pertusis disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis yang berbentuk batang gram
negatif, tidak berspora, berkapsul, dan dapat dimatikan pada
pemanasan 50°C tetapi bertahan pada suhu 0° – 10° C.
Di Negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, sebelum ditemukannya
vaksin, angka kejadian dan kematian akibat menderita pertusis cukup tinggi.
Ternyata 80% anak-anak dibawah umur 5 tahun pernah terserang penyakit pertusis,
sedangkan untuk orang dewasa sekitar 20% dari jumlah penduduk total.
Dengan kemajuan perkembangan antibiotic dan program imunisasi maka mortalitas
dan morbiditas penyakit ini mulai menurun. Namun demikian penyakit ini masih
merupakan salah satu masalah kesehatan terutama
mengenai bayi-bayi dibawah umur.
Pertusis sangat infesius pada orang yang tidak memiliki kekebalan. Penyakit ini
mudah menyebar ketika si penderita batuk. Sekali seseorang terinfeksi pertusis
maka orang tersebut kebal terhadap penyakit untuk beberapa tahun tetapi tidak
seumur hidup, kadang-kadang kembali terinfeksi beberapa tahun kemudian.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pertussis?
2. Apa saja penyebab dari penyakit pertussis?
3. Apa saja gejala dari penyakit pertussis?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit pertussis?
5. Apa saja komplikasi dari penyakit pertussis?
6. Bagaimana cara mencegah terkena penyakit pertussis?
7. Bagaimana penatalaksanaan medik dan keperawatan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari penyakit pertussis
2. Untuk mengetahui apa penyebab dari penyakit pertussis
3. Untuk mengetahui apa saja gejala dari penyakit pertussis
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari penyakit pertussis
5. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari penyakit pertussis
6. Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahan terkena penyakit pertussis
7. Untuk mengetahui pentalaksanaan medik dan keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian

Pertussis adalah suatu penyakit suatu infeksi saluran pernapasan yang disebabkan
oleh bakteri Bordotella pertussis. Pertussis sering juga disebut sebagai tussis quinta,
whooping cough atau batuk rejan Penyakit ini ditandai dengan demam dan
perkembangan batuk semakin berat. Batuk adalah gejala khas dari batuk rejan atau
pertussis. Serangan batuk terjadi tiba-tiba dan berlanjut terus tanpa henti hingga
seluruh udara di dalam paru-paru terbuang keluar. Akibatnya saat napas berikutnya
pasien pertussis telah kekurangan udara sehingga bernapas dengan cepat, suara
pernapasan berbunyi seperti pada bayi yang baru lahir berumur kurang dari 6 bulan
dan pada orang dewasa bunyi ini sering tidak terdengar.
Penyakit ini dapat menyerang segala umur. Namun kebanyakan menyerang pada
anak-anak. Infeksi dari penyakit ini akan sangat berbahaya apabila menyerang
infant. Tozzi et al (2005) menyatakan setidaknya pada tahun 1990-an, 20-40 juta
kasus pertussis terjadi di seluruh dunia dan sekitar 400.000 kematian tiap tahun.
Sekitar 90 % infant dibawah 6 bulan yang terinfeksi pertussis meninggal. Sedangkan
pada orang dewasa walaupun gejala yang dihadapi lebih ringan namun mereka
dapat menularkan penyakit tersebut pada orang lain terutama anak-anak yang yang
belum mandapatkan imunisasi .
Pertusis adalah infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh berdetellah
pertusis (Nelson, 2000 : 960). Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang
disebabkan oleh berdetella pertusisa, nama lain penyakit ini adalah Tussisi Quinta,
whooping cough, batuk rejan. (Arif Mansjoer, 2000 : 428) Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pertusis adalah infeksi saluran
pernafasan akut yang disebabkan oleh bordetella pertusis, nama lain penyakit
ini adalah Tussis Quinta, whooping cough, batuk rejan.

2.2. Penyebab
Pertusis disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis yang berbentuk batang gram
negatif, tidak berspora, berkapsul, dan dapat dimatikan pada pemanasan 50°C tetapi
bertahan pada suhu 0° – 10° C. Bakteri ini menyangkut pada bulu dari saluran
pernapasan (Cahyono dkk, 2010).
2.3. Gejala

Pertusis biasanya mulai seperti pilek saja, dengan hidung beringus, rasa lelah dan
adakalanya demam parah. Kemudian batuk terjadi, biasanya sebagai
serangan batuk, diikuti dengan tarikan napas besar (atau “whoop”). Adakalanya
penderita muntah setelah batuk. Pertusis mungkin serius sekali di kalangan anak
kecil. Mereka mungkin menjadi biru atau berhenti bernapas ketika serangan batuk
dan mungkin perlu ke rumah sakit. Anak yang lebih besar dan orang dewasa
mungkin menderita penyakit yang kurang serius, dengan serangan batuk yang
berlanjut selama berminggu-minggu tanpa memperhatikan perawatan.

Masa inkubasi pertusis 6-20 hari, rata-rata 7 hari, sedangkan perjalanan penyakit ini
berlangsung antara 6-8 minggu atau lebih. Perjalanan klinis penyakit ini dapat
berlangsung dalam tiga stadium, yaitu stadium kataralis
(prodromal,pra paroksismal), stadium akut paroksismal (spasmodik), dan stadium
konvalesens. Manifestasi klinis tergantung dari etiologi spesifik, usia,
dan status imunisasi.
Pertusis pada remaja dapat dikenali dengan gejala sebagai berikut: 72- 100% batuk
paroksismal, susah tidur dan sesak, 50-70% muntah setelah abtuk, 30-65%
mengalami whoop, 1-2% rawat inap karena pneumonia atau fraktur tulang iga, dan
0,2-1% kejang atau penurunan kesadaran. Laporan dari Kanada menunjukkan
manifestasi batuk hingga >3 minggu bahkan 47% mengalami batuk >9 minggu. Di AS,
rata-rata batuk akibat pertusis 3,4 bulan setelah
munculnya gejala. Sehingga bukanlah hal yang jarang, bila petugas kesehatan
terlambat mengenali pertusis pada remaja. Beberapa penelitian prospektif
memperlihatkan bahwa bila remaja berobat akibat batuk nonspesifik >1 minggu,
kemungkinan akibat pertusis sekitar 13-20% dengan hampir 20% tidak
memperlihatkan manifestasi paroksismal, whoop, atau muntah setelah batuk.
Dengan demikian, remaja diyakini memiliki peranan penting pada penyebaran
pertusis pada bayi baru lahir dan anak. Kesulitan mengenali gejala pada awal
timbulnya penyakit, meningkatkan angka penularan dan keterlambatan memberikan
profilaksis.
Berikut ini adalah gejala klasik dari pertusis:

1. Stadium kataralis (1-2 minggu)


Gejala awal menyerupai gejala infeksi saluran napas bagian atas yaitu timbulnya
rinore dengan lendir yang cair dan jernih, injeksi pada konjungtiva, lakrimasi, batuk
ringan, dan panas tidak begitu tinggi. Pada stadium ini biasanya diagnosis pertusis
belum dapat ditegakkan karena sukar dibedakan dengan common cold. Sejumlah
besar organisme tersebar dalam droplet dan anak sangat infeksius, pada tahap ini
kuman mudah diisolasi
2. Stadium paroksismal/stadium spasmodic
Frekuensi dan derajat batuk bertambah, terdapat pengulangan 5-10 kali batuk kuat
selama ekspirasi yang diikuti oleh usaha inspirasi masif yang mendadak dan
menimbulkan bunyi melengking (whoop),
udara yang dihisap melalui glotis yang menyempit. Pada remaja, bunyi whoop sering
tidak terdengar. Selama serangan wajah merah
dan sianosis, mata menonjol, lidah menjulur, lakrimasi, salivasi, dan distensi vena
leher bahkan sampai terjadi petekia di wajah (terutama di konjungtiva bulbi).
Episode batuk paroksismal dapat terjadi lagi sampai mucous plug pada saluran
napas menghilang. Muntah sesudah batuk paroksismal cukup khas, sehingga
seringkali menjadi kecurigaan apakah anak menderita pertusis walaupun tidak
disertai bunyi whoop.
3. Stadium konvalesens ( 1-2 minggu)
Stadium penyembuhan ditandai dengan berhentinya whoop dan muntah dengan
puncak serangan paroksismal yang berangsur-angsur menurun. Batuk biasanya
masih menetap untuk beberapa waktu dan akan menghilang sekitar 2-3 minggu.
Pada beberapa pasien akan timbul serangan batuk paroksismal kembali. Episode ini
terjadi berulang-ulang untuk beberapa bulan dan sering dihubungkan dengan infeksi
saluran napas bagian atas yang berulang.

2.4. Patofisiologi

Peradangan terjadi pada lapisan mukosa atau saluran nafas. Organisme hanya akan
berkembang baik jika terdapat kongesti dan infitrasi mukosa berhubungan dengan
epitel bersilia dan menghasilkan toksin serta penimbunan peradanagn pada lumen
bronkus. Pada awal penyakit terjadi hyperplasia limfosit penbronklas yang disusun
dengan nekrosis yang mengenai lapisan tengah bronkus. Obstruksi bronkhioulus dan
atelektasis terjadi akibat dari penimbunan mucus. Akhirnya terjadi bronkiaktasis
yang bersifat menetap.
Cara penularan penyakit ditularkan melalui percikan ludah penderita pada saat
batuk dan bersin. Dapat pula melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat makan yang
dicemari kuman penykit tersebut. (Rampengan,2008)

2.5. Komplikasi

Alat pernapasan :

1). Bronkopneumonia
Merupakan komplikasi berat yang paling sering terjadi dan menyebabkan kematian
pada anak dibawah 3 tahun, terutama bayi yang
lebih kecil dari 1 tahun. Gejala ditandai dengan batuk, sesak napas dan panas. Pada
foto toraks terlihat bercak-bercak infiltrate tersebar.
2) Otitis media
Karena batuk-batuk hebat, kuman masuk melaluituba eustaki ke telinga tengah
sehingga menyebabkan otitis media
3) Bronkitis
Batuk mula-mula kering, setelah beberapa hari timbul lender jernih kemudian
menjadi purulent. Pada auskultasi terdengar suara pernapasan kasar atau ronki
kasar atau ronki kering.
4) Atelektasis
Timbul akibat lender kental yang menyumbat bronkioli
5) Emfisema pulmonum
Terjadi karena batuk yang hebat sehingga alveoli pecah
6) Bronkiektasis
Terjadi pelebaran bronkus akibat tersmbat oleh lender yang kental dan dapat
disertai dengan infeksi sekunder
7) Kolaps alveoli paru
Akibat batuk paroksismal ang lama pada anak-anak sehingga dapat menyebabkan
hipoksia berat dan pada bayi dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba.

2. Alat pencernaan :

1). Hernia adalah kondisi yang terjadi anita organ dalam tubuh menekan dan
mencuat melalui jaringan otot atau jaringan ikat di sekitarnya yang lemah. Jaringan
ikat tubuh seharusnya cukup kuat untuk menahan organ tubuh di dalamnya agar
tetap berada di posisinya masing-masing.
Namun, beberapa hal menyebabkan jaringan ikat melemah sehingga tidak dapat
menahan organ di dalamnya dan mengakibatkan hernia.
2). Stomatitis adalah luka lecet yang terdapat dalam mulut dan gusi

3. Pada saraf pusat Terjadi kejang karena :


1) Hipoksia dan anoksia akibat apnu yang lama
2) Perdarahan subaraknoid yang massif
3) Ensefalopati akibat atrofi kortikal yang difus
4) Gangguan elektrolit karena muntah

2. Kompikasi-komplikasi yang lain:


1)Epistaksis atau mimisan adalah pendarahan yang terjadi dari hidung. Darah dapat
keluar dari salah satu atau kedua lubang hidung dengan durasi yang berbeda-beda.
Ada yang mengalaminya hanya selama beberapa detik, dan ada yang lebih dari 10
menit.
2) Hemoptisis atau batuk darah adalah keadaan anita seseorang mengalami batuk
yang disertai darah. Batuk darah sendiri merupakan suatu bentuk gejala yang bisa
timbul akibat sejumlah kondisi. Jika batuk darah dialami oleh kalangan usia muda
yang memiliki anita anitaan baik, biasanya itu bukan merupakan pertanda dari suatu
penyakit serius
3) perdarahan subkonjungtiva adalah pecahnya pembuluh darah pada mata
sehingga menyebabkan sklera (area mata berwarna putih) menjadi merah.
Konjungtiva adalah anitaa tipis transparan yang menutupi

2.6. Cara Pencegahan


Cara terbaik untuk mencegah (batuk rejan) untuk bayi, anak-anak, ataupun dewasa
adalah dengan melakukan vaksinasi. Selain itu, kita juga harus
menjaga diri dari orang yang terinfeksi.
Di Indonesia, vaksin yang direkomendasikan untuk bayi dan anak-anak adalah vaksin
DPT. Vaksin tersebut merupakan kombinasi vaksin yang berguna untuk melindungi
tubuh dari tiga jenis penyakit, yaitu difteri, pertusis , dan tetanus.
Vaksin tersebut terdiri dari lima kali injeksi, dimana vaksin tersebut diberikan pada
bayi dan anak-anak pada usia dua bulan, empat bulan, enam bulan, 15 – 18 bulan,
dan 4 – 6 tahun.
Efek samping dari vaksin tersebut termasuk ringan, seperti demam, sensitive
atau mudah tersinggung, sakit kepala, serta nyeri atau rasa pegal ditempat yang
disuntik.
Booster Shots
• Remaja
Karena kekebalan dari vaksin anitaan cenderung menurun pada usia 11 tahun. Hal
itu menyebabkan dokter merekomendasikan untuk memberikan booster shot pada
umur tersebut untuk meningkatkan anita kekebalan tubuh dari penyakit anitaan,
dipteri, dan tetanus,
• Dewasa
Umumnya vaksinasi DPT dapat memberikan kekebalan tubuh selama 10 tahun.
Sehingga dokter menyarankan untuk memberikan booster shot saat dewasa untuk
meningkatkan anita kekebalan tubuh.
Selain itu, pemberian vaksin DPT pada saat dewasa dapat mengurangi risiko
penularan anitaan dari orangtua ke anak/bayi.
• Ibu Hamil
Saat ini, para ahli anitaan menyarankan para anita hamil untuk menerima vaksin DPT
pada usia kehamilan antara 27 – 36 minggu. Hal ini bertujuan untuk memberikan
kekebalan kepada bayi selama beberapa bulan pertama kehidupan.

2.7. Penatalaksanaan
1. Medik
1) Antibiotik
a. Eritromisin dengan dosis 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis. Obat ini
menghilangkan B. pertusis dari nasofaring
dalam 2-6 hari dengan demikian memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi.
b. Ampisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
c. Lain-lain: kloramfernikol, tetrasiklin, kotrimoksazol
2) Imunoglobulin
3) Ekspektoransia dan mukolitik
4) Kodein diberikan bila terdapat batuk-batuk berat
5) Luminal sebagai sedative (Rampengan,2008)
2. Keperawatan

Masalah yang perlu diperhatikan adalah gangguan kebutuhan nutrisi gangguan rasa
aman dan nyaman, risiko terjadi komplikasi, dan kurangnya kebutuhan orang tua
mengenai penyakit.
1) Gangguan kebutuhan nutrisi
Serangan batuk berulang-ulang yang terjadi siang dan malam akan sangat
melelahkan dan menimbulkan anoreksia.keadaan tersebut menyebabkan pasien
batuk rejan menjadi sangat kurus (kaheksia). Untuk mengurangi hal itu perlu
diusahakan agar masukan makanannya tidak terlalu kurang dengan cara sehabis
batuk dan muntah setelah beberapa saat berikan anak makan atau minum susu.
2) Gangguan rasa aman dan nyaman
Pasien yang menderita batuk rejan sangat menderita gangguan rasa aman dan
nyaman karena adanya seranagn batuk panjang
dan berulang-ulang. Anak akan sangat kelelahan dan tidak cukup istirahat. Pada saat
batuk anak menderita kesukaran bernafas sehingga sangat gelisah maka harus ada
yang menemani dan membantu saat anak muntah. Setelah serangan reda berikan
minuman serta usahakan agar anak dapat istirahat.
3) Risiko terjadi komplikasi
Penyakit batuk rejan menyebabkan daya tahan tubuh pasien sangat menurun
sehingga mudah terjadi komplikasi yang kadang-kadang bahayanya lebih besar
daripada batuk rejan.
Sehingga perlu batuk rejan perlu dicegah. Cara penjegahan dengan pemberian
imunisasi vaksin DPT dan polio. Selain vaksin jika sakit batuk segera dibawa berobat
agar dapat didiagnosis sedini mungkin.
4) Kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Pada umumnya orang awam tidak mengerti bahwa anaknya menderita penyakit
batuk rejan yang dapat menyebabkan penderitaan lama bagi anaknya jika tidak
segera mendapat pengobatan yang tepat. Jika diagnosis telah ditentukan dokter,
perlu dijelaskan kepada orang tua pasien bahwa penyakit ini mudah menular,
penyakit ini juga berlangsung laam dan dapat
menyebabkan anak menjadi kurus. (Rampengan,2008)
PATHWAY

B o rd e te lla ertu is

In h a la s i d ro p le t

A lv e o u lu s

R ea k si an tig e n -a n tib o d i

R ea k si ra d a n g P en in g k a ta n a k tiv ita s
T u b e rk e l p ecah
p a d a p a ru se lu ler

E k su d a s i P e n in g k a ta n p ro d u k si M e ta b o lism e m e n in k at
sek re t

F ib ro s is a rin a n aru P em ecahan K H ,


A k u m u la si se k re t P ro te in ,le m a k d a n ad an y a
p e n n e k a n a n p a d a sa ra f
Ik se m ia ja rin g a n p aru p u s a t la p a r d io ta k
O b stru k si ja la n n afa s

M e ra n g sa n g resep to r B a tu k -b a tu k K u ra n g n a f su m ak an
sa ra f u n tu k
m e n g e lu a rk a n P o la n a fa s tid a k A su p a n k u ra n g
n e u ro tra n s m ite r efe k tif
b rad ik in in ,se ro tin iu m
B B m e n u ru n
d a n h ista m in

P e ru b a a n n u isi
N y eri k u ra n g d a ri
k e b u tu h a n
B A B IV

BAB III
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pertusis adalah infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh bordetella
pertusis, nama lain penyakit ini adalah Tussis Quinta, whooping
cough, batuk rejan. Pertusis disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis yang
berbentuk batang gram negatif, tidak berspora, berkapsul, dan dapat dimatikan
pada pemanasan 50°C tetapi bertahan pada suhu 0° – 10° C. Bakteri ini menyangkut
pada bulu dari saluran pernapasan. Pertusis biasanya mulai seperti pilek saja,
dengan hidung beringus, rasa lelah dan adakalanya demam parah. Kemudian batuk
terjadi, biasanya sebagai serangan batuk, diikuti dengan tarikan napas besar (atau
“whoop”). Pertusis mungkin serius sekali di kalangan anak kecil.

5.2 Saran

Dari makalah di atas diharapkan kita dapat meningkatkan belajar dan


memperbanyak literatur, serta dapat mengetahui dan mampu memberikan
perawatan yang baik kepada anak dengan pertusis.

DAFTAR PUSTAKA
1. Aesculapius Cahyono, J B. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit
Infeksi. Yogyakarta: KANISIUS
2. Azhali M.S, dkk. 1993. Ilmu Kesehatan Anak Penyakit Infeksi Tropik. Bandung:
Indonesia. FK Unpad
3. Behram, klieman & Nelson. 2000. ”Ilmu kesehatan anak”. Jakarta : EGC
4. Irawan Hindra, Rezeki Sri, Anwar Zarkasih. 2008. Buku Ajar Infeksi Dan
Pediatrik Tropis. Edisi 2, Cetakan I. Jakarta: Penerbit Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FKUI.
5. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita selekta Kedokteran jilid 2. Jakarta : EGC
6. T.H.Rampengan. 2005.Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, Ed 2.Jakarta : EGC
7. Jackson, Marilynn., dan Jackson, Lee. 2011. Panduan Praktik Keperawatan
Klinis. Jakara : Penerbit Erlangga

AKADEMI KESEHATAN RAJEKWESI BOJONEGORO


PROGRAM D-III KEPERAWATAN
Jl. KH. Rosyid KM 5 Ngumpakdalem Dander - Bojonegoro

FORMAT PENGKAJIAN ANAK

Nama Mahasiswa :
NIM :
Tanggal Praktek :
Ruangan :
Tanggal Pengkajian :

I. IDENTITAS PASIEN

A. Nama : An. F
Nama Panggilan :-
Umur/Tanggal Lahir : 2th/ 01-02-2022
Jenis Kelamin : Laki -laki
Pendidikan :-

B. DENTITAS ORANG TUA


Nama Ayah (Inisial) : Tn.D Nama Ibu (Inisial) : Ny. E
Umur : 30 Tahun Umur : 29
Agama : Islam Agama : Islam
Suku :- Suku :-
Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : IRT
Penghasilan (perkiraan) :- Penghasilan (perkiraan) :-
Alamat : Ds.Bubulan RT : 4 Alamat : Ds.Bubulan
Rw : 02 RT : 4 Rw : 02

II. KELUHAN UTAMA


Ibu pasien mengatakan anak nya batuk terus menerus

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pada tanggal 18 maret 2023 ibu pasien mengatakan anak nya batuk secara terus
menerus dan semakin parah lalu keluarga membawa anak nya untuk periksa di
pukesmas Bojonegoro sekitar jam 08.00 pagi di pukesmas anak nya mendapatkan
pemeriksaan dan perawatan kemudian pada jam 14.00 siang pukesmas merujuk
anak nya di RSUD SOSODORO DJATIKOESOMO Bojonegoro karena kondisi pasien
yang tidak memungkinkan dan batuk pasien yang semakin parah sehingga
diperlukan perawatan lebih lanjut dengan fasilitas yang lebih lengkap , kemudian di
RSUD SOSODORO DJATIKOESOMO Bojonegoro pasien diterima di IGD . di IGD pasien
mendapatkan perawatan meliputi TTV : S : 36,7 N: 80x /mnt RR: 20x/mnt
diambil darah untuk pemeriksaan DL ( darah lengkap ) dan dilakukan swab . dari
pukesmas terpasang infus ditangan kiri dan mendapatkan terapi cairan infus RL . di
IGD pasien mendapatkan terapi infus RL 700 / 24 jam
Kemudian pada tanggal 19 maret 2023 pasien dipindah dari IGD menuju “ RUANG
ANAK” untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut .

IV. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU

a. Penyakit Waktu Kecil

Ibu px mengtakan anak nya belum pernah di RS dan tidak memiliki riwayat penyakit

apapun sejak lahir paling hanya panas

b. Penggunaan Obat-obatan

Ibu px mengatakan anak nya jika sakit panas hanya minum obat paracetamol

penurun panas sesuai dosis .

c. Riwayat Alergi

Ibu px mengatakan anak nya tidak mempunyai riwayat pada obat , ataupun makanan

apapun .

d. Imunisasi yang pernah didapat

Ibu px mengatkan anak nya mendapatkan imunisasi dasar pada usia 1 tahun tetapi ada

yang terlewat yaitu ......

e. Kecelakaan

Ibu px mengatakan anak nya tidak pernah mengalami kecelakaan besar maupun kecil.

V. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


a. Prenatal

Ibu px mengatakan sejak usia kehamilan memasuki bulan pertama sampai usia bulan

ke 7 rutin memeriksakan kandungan nya 2 bulan sekali di pukesmas setempat.

Selama kehamilan px ibu px mengatakan tidak mempunyai masalah kusus .

Trimester I : mual , mutah (morning sicknes)

Trimester II: kram , nyeri perut

Trimester III: nyeri punggung

b. Natal

Ibu px mengatakan px lahir secara sesar karena keinginan ibu nya sendiri . tidak ada

kelainan bawaan dan gangguan selama proses persalinan setelah lahir px langsung

menangis.

Dibantu oleh dokter , bidan , dan perawat di RSUD SOSODORO DJATIKOESOMO

Bojonegoro

c. Post Natal

Ibu px mengatakan setelah anak nya lahir langsung diberi asi dan diberi imunisasi
lengkap : BCG, Polio ,I,II,III : Dpt I,II,III dan campak . Anak nya diberi asi ekslusif
selama 6 bulan .

VI. KESEHATAN KELUARGA DAN GENOGRAM

Tidak ada anggota keluarga yg memiliki penyakit menular dan keturunan seperti DM,
hipertensi, jantung. Dalam 1 rumah terdapat 4 anggota kelurga dan bapak pasien
perokok aktif .
Keterangan:

= Laki-laki

= Perempuan

= Anggota Keluarga yang Sakit

= Dalam Satu Rumah

VII. RIWAYAT SOSIAL


a. Yang Mengasuh Anak
Ibu pasien mengatakan anak nya diasuh oleh nya sendiri dari kecil karena ingin
mengasuh anak nya sendiri dan mengetahui tumbuh kembang anak nya.

b. Hubungan dengan anggota keluarga


Ibu pasien mengatakan hubungan anak nya dengan anggota kelurga baik , ceria dan
periang .

c. Hubungan anak dengan teman sebaya


Ibu pasien mengatakan anak nya dengan teman sebaya baik ,akur,seriang bermain ,
ceria ,periang
d. Pembawaan secara umum
Ibu px mengatkan anak nya biasa nya periang dan sangat aktif bermain , tapi saat
sakit anak nya menjadi rewel , merengek dan sering menangis .
e. Keadaan lingkungan rumah (dekat rawa, pasar, dll)
Ibu pasien mengatakan rumah nya dekat dengan sawah .

VIII. KEBUTUHAN DASAR

a. Nutrisi
 Dirumah
Jenis : ibu px mengatakan anak nya dirumah makan dengan
nasi dan menu makanan lain nya

Frekuensi : ibu px mengatakan anak nya makan 3 hari sekali


Porsi/Jumlah : ibu px mengatakan sebelum sakit anak nya
menghabiskan 1 porsi makanan

 Di Rumah Sakit
Jenis : ibu px mengatakan anak nya di RS mendapatkan
makan nasi tim 3x sehari dan snack pagi dan sore

Frekuensi : ibu px mengatakan anak nya selama di rawat di RS


tidak nafsu makan hanya mau makan 1x sehari

Porsi/Jumlah : ibu px mengatakan anak nya tidak menghabiskan 1


porsi makan

b. Cairan
 Dirumah
Jenis : ibu px mengatakan anak mya minum air putih dan
susu
Frekuensi : 4 jam
Porsi/Jumlah : 1 botol

 Di Rumah Sakit
Jenis : ibu px mengatakan anak nya di RS minum air putih
dan susu
Frekuensi : 4 jam
Porsi/Jumlah : 400 ml

c. Tidur dan Istirahat


 Dirumah
Siang : ibu px mengatakan anak nya pada siang hari jarang
tidur karena bermain
Malam : ibu px mengatakan anak nya tidur jam 8 malam
sampai pagi

 Di Rumah Sakit
Siang : ibu px mengatakan anak nya terbaring di tempat
tidur dan sering rewel tidak mau tidur dan bautuk terus menerus .

Malam : ibu px mengatakan anak nya sering terbangun dari


tidur nya waktu malam karena batuk

d. Kebersihan Diri
 Dirumah : ibu px mengatakan anak nya mandi 2x sehari pagi
dan sore , ganti pakaian , pakai sabun , keramas 2x sehari.

 Di Rumah Sakit : ibu px mengatakan anak nya tidak mandi dan hanya
di sibin lalu ganti pakaian dengan bantuan perawat.

e. Aktivitas dan Bermain


 Dirumah : ibu px mengatakn anak nya selalu aktif , ceria, dan
gembira selalu bermain dengan teman nya setiap hari .

 Di Rumah Sakit : ibu px mengatakan selama anak nya di RS


cenderung diam , lemas dan tidak bersemangat.

f. Eliminasi
 Urine (jumlah, frekwensi, warna, bau)
Dirumah : ibu px mengatakan anak nya BAK lancar , warna
jernih , dan tidak nyeri.

Di Rumah Sakit : ibu px mengatakan selama di RS BAK anak nya


lancar dan warna jernih

 Alvi/feses (jumlah, frekwensi, warna, bau)


Dirumah : ibu px mengatakan anak nya BAB 1x sehari ,
konsisten tidak lembek , warna kuning .

Di Rumah Sakit : ibu px mengatakan selama anak nya di rawat di RS


belum BAB sama sekali

IX. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


Diagnosa Medis : PERTUSIS
Status nutrisi (kurang/lebih) : kurang dari kebutuhan
Status cairan :
X. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Lemas

b. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : Nadi :
Suhu : Respirasi :
Berat Badan : Tinggi Badan :

c. Kepala dan Rambut


Lingkar Kepala :Bentuk kepala simetris
Ubun-ubun :Tidak ada benjolan dan tidak ada keluhan di
ubun-ubun

Rambut : tidak ada ketombe , rambut berwarna hitam .

d. Mata : konjungtiva tidak anemis, bengkak dimata gara-gara


menangis

e. Hidung : lubang hidung simetris , tidak ada benjolan


yang mencurigakan , tidak ada keluhan pada daerah hidung .

f. Telinga : simetris , tidak ada benjolan yang mencurigakan fungsi


pendengaran normal

g. Lutut : tidak ada luka , tidak ada nyeri tekan lutut

h. Tengkuk : tidak ada sakit dan nyeri di tengkuk

i. Pemeriksaan thorax/dada
a. Bentuk thorax
Tanda-tanda kesulitan bernafas

b. Paru-paru
Inpeksi : tidak ada kelainan di jantung seperti pijences ,
barelces, dan vanelces , tidak ada hiperpigmentasi pada area paru- paru

Palpasi : tidak ada benjolan yang mencurigakan di paru-


paru , nyeri dibagian dada
Perkusi : terdengar bunti sonor

Auskultasi : terdapat suara tambahan ronchi

c. Jantung
Inpeksi : tidak nampak vesyer cardiac, kardiomegali ,
ictus cordis tidak nampak
Palpasi :nyeri dibagian dada, tidak ada benjolan

Perkusi/Letak jantung : basic jantung di ics 2 parasterna dexstra ,


pinggang jantung di ics 2 parasterna sinestra , apeks jantung di ics ics
1 midklavikula sinestra.

Auskultasi : bunyi jantung normal vesikuler , tidak ada


suara tambahan seperti mur- mur dan galop .

j. Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi : simetris , tidak ada lesi , tidak ada luka jahitan
 Auskultasi : bising usus 18x/mnt
 Perkusi : timpani
 Palpasi : tidak ada benjolan ,nyeri tekan tidak ada
hiperpigmentasi tidak ada pembesaran pada daerah abdomen dan perut
nampak kecil dan kurus

k. Genetalia
Tidak ada kemerahan tidak ada benjolan dan , tidak ada iritasi dan tidak ada
gangguan kencing

l. Anus
Tidak ada kemerahan ,pasien belum BAB dan tidak ada iritasi pada anus

m. Punggung
Simetris normal , tidak ada lesi ,tidak ada hiperpigmentasi tidak ada tanda kelainan
pada tulang seperti lordosis,skoliosis dan kifosis dan tidak ada yang mencurigakan

n. Pemeriksaan Muskuloskeletal (ekstremitas)


 Kesimetrisan otot = normal
 Pemeriksaan oedema = tidak ada odem
 Kelainan-kelainan pada ekstremitas dan kuku = normal crt kurang dari
2 detik

o. Pemeriksaan integumen
 Kebersihan = kulit bersih tidak ada lesi
 Kehangatan = akral hangat
 Warna = tidak kemerahan di tangan px warna kulit sawo matang
 Turgor = baik
 Tekstur = baik
 Kelembaban= lembab
 Kelainan pada kulit= tidak ada , kulit bersih tidak ada lesi

XI. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN


a. Adaptasi Sosial
Hubungan px dengan anggota keluarga , teman sebaya , tetangga baik . ibu px
mengatakan anak nya suka bermain beradaptasi dengan teman sebaya dan
akrab dengan anggota keluarga px adalah anak yang sangant ceria dan
periang.
b. Bahasa
Indonesia dan jawa
c. Motor Halus
Sudah berkembang pesat seperti mengkoordinasikan Gerakan visual motorik
d. Motor Kasar
Berlari dan melompat dengan seimbang jatuh dan berdiri
e. Kesimpulan dan Pemeriksaan Perkembangan
An . F mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan nya sesuai dengan
umur .
XII. INFORMASI LAIN

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN


Hematologi
Darah Lengkap
Hemoglobin H 14.0 g/dl 11.0-15.0
Leukosit 9.7 10^3UL 5.0-13.5
Eritrosit H 6.14 10^6UL 4.10-5.50
Hematocrit H 46.8 & 34.0-45.0
Mcv 76.2 FL 73.0- 91.0
Mch 26.1 Pg 24.0-30.0
Mchc 34.2 g/dl 32.0-37.0
Rdw -cv 12.1 & 11.5 -14.5
Rdw -sd L 34 FL 35-47
Trombosit L 88 10^3 UL 150-400
PDW 10.5 FL 9.0 – 13.0
MPV 10.4 FL 7.2 – 11. 1
P-LCR H 28.5 & 15.0 – 25.0
PCT L 0.090 & 0.150 – 0.400
Hitung Jenis
Eosinophil 0.0 & 0-3
Basofil 0.4 & 0-1
Neutrofhil 41.5 & 32-52
Limfosit 49.0 & 30-60
Monosit H 9.1 & 2-8
Jumlah Eosinofil 0.0 10^3 UL 0-0.8
Jumlah Basofil 0.0 10^3 UL 0-0.2
Jumlah Neutrofil 4.0 10^3 UL 1.5-7.0
Jumlah limfosit H 4.8 10^ 3 UL 1.0 – 3.7
Jumlah Monosit 0.88 10^3/ul 0.16-1.00

Bojonegoro, .....................................

ANALISA DATA

Nama Pasien : An. F


Umur :
No. Register :
DATA KEMUNGKINAN TANDA
NO MASALAH
SUBYEKTIF/OBYEKTIF PENYEBAB TANGAN
1. Ds : Bordertella pertusis Bersihan
ibu pasien mengatkan anak nya jalan napas
batuk , terus -menerus sudah 3 hari Inhalasi droplet tidak efektif
Do :
1. Pasien tampak batuk terus
menerus Alveolus
2. Pasien tampak sesak
3. TTV : Reaksi antigen –
N: antibodi
RR:
4. Pasien tampak lemas
Reaksi radang
paru-paru

Peningkatan
produksi secret

Akumulasi secret

Obstruksi jalan
napas

Batuk – batuk

Bersihan jalan
napas tidak efektif

2. Tuberkel pecah Nyeri Akut


Ds :
ibu pasien mengatakan anak nya
Eksudasi
nyeri pada bagian dada karena
batuk
Do: Fibrosisairina paru
1. Pasien tampak memegangi
dada karena nyeri Iskemia jaringan
2. Pasien tampak meringis paru
 P =Px mengatakan nyeri
dada
Merangsang saraf
 Q= nyeri
untuk
 R = Nyeri dada bagian
mengeluarkan
tengah
neurotransmiter
 S = skala nyeri 4 bradikin ,serotonin
 T = 3 hari ( nyeri setelah ,dan histamin
batuk)
Nyeri akut

3. Peningkatan Defisit
Ds: aktivitas seluler Nutrisi
ibu pasien mengatakan anak nya
sulit untuk makan , tidak menghabis Metabolisme
kan porsi makan dan hanya makan meningkat
3 sendok makan .
Pemecahan protein,
lemak ,dan adanya
penekanan pada
Do :
saraf pusat lapar di
otak
1. Px tampak kurus
2. Porsi makan tidak habis Kurang nafsu
3. A= BB makan
4. B = HB 14.0
5. C= Px tampak lemas Asupan kurang
6. D= Px mendapat diit
Jenis = nasi tim BB menurun
Frekuensi = tidak mau makan
Jumlah/porsi = 1 porsi tidak Defisit Nutrisi
habis

4. Kurangnya Defisit
pengetahuan dan Pengetahuan
Ds :
informasi
ibu mengatakan tidak mengetahui
tentang penyebab penyakit anak nya
Ansietas dengan
Do: kondisi
1. Ibu pasien nampak
kebingungan saat ditanya Tidak mengetahui
penyakit anak nya tentang penyakit
2. Ibi pasien bertanya – tanya pertusis
tentang penyebab sakit anak
nya

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An . F
Umur :
No. Register :
NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 19 Maret 2023 Bersihan jalan napas tidak efektif b.d proses infeksi
d.d batuk

2 19 Maret 2023 Nyeri akut b.d infeksi d.d batuk terus - menerus

3 19 Maret 2023 Defisit Nutrisi b.d faktor psikologis d.d keenggangan


untuk makan

4 19 Maret 2023 Defisit Pengetahuan b.d kurang terpapar informasi


d.d tidak mengetahui tentang penyakit pertusis
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An .F
Umur :
No. Register :
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD
1 Bersihan jalan napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas
b.d proses infeksi d.d batuk keperawatan selama 1x24 jam Observasi
diharapkan bersihan jalam 1. Monitor pola napas (frekuensi, 1. Untuk mengetahui pola
napas meningkat dengan KH : kedalaman, usaha napas) napas pasien
1. batuk efektif membaik 2. Monitor bunyi napas tambahan 2. Untuk mengetahui adanya
(4) (mis. gurgling, mengi, bunyi napas tambahan
2. frekuensi napas membaik wheezing, ronkhi kering)
pada pasien
( 4) 3. Monitor sputum (jumlah,
3. Untuk mengetahui adanya
3. pola napas membaik ( 4) warna, aroma)
sputum
Terapeutik

1. Pertahankan kepatenan jalan 1. Untuk mempertahankan


napas dengan head-tit dan kepatenan jalan napas
chin-lift (jaw-thrust jika curiga
trauma servikal)

2. Posisikan semi-Fowler atau 2. Agar pasien aman nyaman


Fowter
3. Membantu melegakan
3. Berikan minum hangat tenggorokan

4. Agar pasien tenang


4. Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
5. Membantu mengurangi lendir
5. Lakukan penghisapan lendir arau skutum pada pasien
kurang dari 15 detik

6. Agar pasien tidak kesakitan


6. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal Keluarkan
sumbalan banda padat dengan
forsep McGill
7. Untuk meningkatkan O2
pada pasien
7. Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

1. Anjurkan asupan cairan 2000 1. Membantu mencukupi


ml/hari, jika tidak kebutuhan cairan pasien
kontraindikasi

2. Ajarkan teknik batuk efektif 2. Membantu pasien untuk


batuk

1. Jika diperlukan pada pasien


Kolaborasi dalam kondisi tertentu
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.

2 Nyeri akut b.d infeksi d.d batuk setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri 1. Untuk mengetahui dimana
terus - menerus keperawatan selama 1x 24 Observasi lokasi nyeri dengan tepat
jam diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi nyeri 2. Untuk mengetahui skala
menurun dengan KH : nyeri pada pasien dan
1. keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri kualitas nyeri yang sedang
( 4) dirasakan pasien
2. meringis menurun ( 4) 3. Memudahkan untuk
3. frekuensi nadi membaik mengetahui keberhasilan
3. Monitor keberhasilan terapi
dalam terapi yang sudah
komplomenter yang sudah
diberikan
diberikan
Terapeutik
1. Membantu mengurangi
rasa nyeri pada pasien
1 Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri 2. Meningkatkan rasa aman
( distraksi dan relaksaki dan nyaman pada pasien
2 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
( suhu ruangan , pencahayan
, kebisingan ) 1. Membantu mengkaji
keadaan pasien
Edukasi 2. Untuk mengurangi rasa
1 Anjurkan memonitor nyeri nyeri pada pasien
secara mandiri
2 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk 1. Untuk mengurangi rasa
mengurangi rasa nyeri nyeri pada pasien
Kolaborasi
1 Kolaborasi penggunaan
analgetik ( jika perlu)

3 Defisit Nutrisi b.d faktor psikologis Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi 1. Untuk mengetahui status
d.d keenggangan untuk makan Observasi nutrisi pasien
keperawatan selama 1x 24
1. Identifikasi status nutrisi 2. Untuk mengetahui alergi pada
jam diharapkan asupan nutrisi
makanan
membaik dengan KH :
3. Untuk menambah nafsu makan
1. Porsi makan yang 2. Identifikasi alergi dan
meningkat ( 4) intoleransi makanan
4. Untuk mengetahui asupan
2. Berat badan membaik ( 3. Identifikasi makanan yang
makan pasien
4) disukai
3. IMT membaik ( 4) 4. Monitor asupan makanan 5. Untuk mengetahui adanya
kenaikan dan penurunan BB
5. Monitor berat badan 6. Untuk mengetahui HB pasien
6. Monitor hasil pemeriksaan 1. Untuk tetap menjaga kebersihan
laboratorium
Terapeutik 2. Agar pasien faham tentang
1. Lakukan oral hygiene pedoman diit yang benar
sebelum makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan 3.Untuk membantu menigkatkan
nafsu makan pasien
pedoman diet (mis.
piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara
4.Untuk menegah terjadi nya
menarik dan suhu yang
konstipasi
sesuai
4. Berikan makanan tinggi 5.Untuk meningkatkan asupan gizi
serat untuk mencegah pasien
konstipasi 6.Jika diperlukan pada pada pasien
5. Berikan makanan tinggi dan susai dengan advis dokter dan
kalori dan tinggi protein ahli gizi
6. Berikan suplemen makanan,
jika perlu
1.Agar pasien tidak tersedak saat
makan
Edukasi 2. Untuk membantu
1. Anjurkan posisi duduk, jika memenuhi nutrisi pada pasien
mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan 1.jika diperlukan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan 2.untuk mengetahui jumlah kaloro
(mis, pereda nyeri, dan nutrien yang dibutuhkan
pasien
antiemetik). Jika perlukan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan Observasi
1. untuk mengidentifikasi
4 Defisit Pengetahuan b.d kurang Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan kesiapan dan kemampuan
terpapar informasi d.d tidak keperawatan selama 1x24jam menerima informasi
Observasi
mengetahui tentang penyakit diharapkan tingkat 2. untuk meningkatkan
1. Identifikasi kesiapan dan
pertusis pengetahuan meningkat kemampuan menerima motivasi perilaku hidup
dengan Informasi bersih & sehat
KH : 2. Identifikasi faktor-faktor
1. Perilaku sesuai anjuran yang dapat meningkatkan
dan menurunkan motivasi
verbalisasi minat
perilaku hidup Bersih dan
dalam belajar sehat
meningkat (4)
2. Kemampuan
1. agar pasien lebih
memahami materi yang
menjelaskan tentang Terapeutik dijelaskan
suatu topik meningkat
(4) 1. Sediakan materi dan media 2. agar pasien menjadi lebih
pendidikan kesehatan faham pada saat bertanya
Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesual
kesepakatan
2. Berikan kesempatan untuk 1. agar pasien memahami
bertanya faktor resiko yang dapat
Edukasi mempengaruhi kesehatan
2. agar pasien mengerti dan
1. Jekaskan faktor risiko yang bisa menenrapkan hidup
dapat mempengaruhi bersih dan sehat
kesehatan

2. Ajarkan perilaku hidup 3. agar perilaku hidup bersih


bersih dan sehat dan sehat pasien
meningkat

3. Ajarkan strategi yang dapat


digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
LEMBAR PELAKSANAAN

Nama Pasien : An. F


Umur : 2 tahun
No. Register :
RESPON
NO HARI/TGL JAM IMPLEMENTASI TTD
PASIEN
19-03-2023 08.00 - mengukur frekuensi, kedalaman,
usaha napas
Ibu pasien
-mengukur apakah ada bunyi napas kooperatif dan
tambahan mengikutinya

-monitor sputum

-posisikan pasien semi fowler Ibu pasien


mengatakan
anaknya nyaman

-berikan minum hangat

-
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : An. F


Umur : 2 tahun
No. Register :
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL EVALUASI
1 Bersihan jalan napas tidak efektif 19-03-2023 S : ibu pasien mengatakan
b.d proses infeksi d.d batuk anaknya batuk

O:
1. RR menurun
2. sputum berlebih
3. gelisah
4. dispnea

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Nyeri akut b.d infeksi d.d batuk S : ibu pasien mengatakan nyeri
terus – menerus pada bagian dada karena batuk

O:
1. tampak mringis
2. frekuensi nadi meningkat
3. sulit tidur

A : masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Defisit Nutrisi b.d faktor S : ibu pasien mengatakan


psikologis d.d keenggangan untuk anaknya sulit makan, hanya
makan makan 3 sendok

O:
1. BB menurun
2. bising usus 18x/mnt
3. rambut rontok berlebih
4. membran mukosa
5. otot menelan

A : masalah belum teratasi


P : intervensi dilanjutkan
Defisit Pengetahuan b.d kurang S : ibu pasien mengatakan tidak
terpapar informasi d.d tidak mengetahui tentang penyebab
mengetahui tentang penyakit penyakit anak nya
pertusis
O:
1. Ibu pasien nampak
kebingungan saat ditanya
penyakit anak nya
2. Ibi pasien bertanya – tanya
tentang penyebab sakit
anak nya

A : masalah belum teratasi


P : intervensi dilanjutkan

EVALUASI
Nama Pasien : An. F
Umur : 2 tahun
No. Register :
No.
NO. DIAGNOSA EVALUASI
Urut
S : ibu pasien mengatakan

Anda mungkin juga menyukai