Disusun oleh:
1. Fiyki Aminatuz Zuhriyyah (21440010002)
2. Septiyani Ayu Nurdiana (21144010012)
3. Reni Rahmawati (21144010022)
4. Erna Riyan Dwi Saputri (21144010023)
Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan Taufik, Hidayah dan
Inayah-Nya kepada kita, sehingga kita masih dapat menghirup nafas keIslaman
sampai sekarang ini. Shalawat dan salam semoga tercurah pada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah berjuang dengan semangatnya yang begitu mulia yang
telah membawa kita dari jaman Jahilliyah kepada jaman Islamiyah.
Dengan mengucap Alhamdulillah kami dapat menyusun makalah yang berjudul
“ASKEP PERTUSIS ”. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pengampu
yang telah membimbing dalam setiap materi, tidak lupa teman-teman yang
senantiasa saya banggakan yang semoga kita selalu dalam lindungan Allah serta
dapat berjuang dijalan Allah SWT.
Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu saya
mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun tentunya. Akhirnya saya
mengucapkan terima kasih dan mohon8 maaf apabila dalam penulisan masih
terdapat kalimat-kalimat yang kurang dapat dipahami agar menjadi maklum.
Pertusis adalah penyeakit infeksi akut pada saluran pernapasan yang sangat
menular,ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang bersifat spasmodik
dan proksimal disertai nada yang yang meninggi,karena penderita berupaya keras
untuk menarik napas sehingga pada akhir batuk sering disertai bunyi khas (whoop)
sehingga penyakit ini disebut whooping cough.
Pertusis disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis yang berbentuk batang gram
negatif, tidak berspora, berkapsul, dan dapat dimatikan pada
pemanasan 50°C tetapi bertahan pada suhu 0° – 10° C.
Di Negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, sebelum ditemukannya
vaksin, angka kejadian dan kematian akibat menderita pertusis cukup tinggi.
Ternyata 80% anak-anak dibawah umur 5 tahun pernah terserang penyakit pertusis,
sedangkan untuk orang dewasa sekitar 20% dari jumlah penduduk total.
Dengan kemajuan perkembangan antibiotic dan program imunisasi maka mortalitas
dan morbiditas penyakit ini mulai menurun. Namun demikian penyakit ini masih
merupakan salah satu masalah kesehatan terutama
mengenai bayi-bayi dibawah umur.
Pertusis sangat infesius pada orang yang tidak memiliki kekebalan. Penyakit ini
mudah menyebar ketika si penderita batuk. Sekali seseorang terinfeksi pertusis
maka orang tersebut kebal terhadap penyakit untuk beberapa tahun tetapi tidak
seumur hidup, kadang-kadang kembali terinfeksi beberapa tahun kemudian.
2.1. Pengertian
Pertussis adalah suatu penyakit suatu infeksi saluran pernapasan yang disebabkan
oleh bakteri Bordotella pertussis. Pertussis sering juga disebut sebagai tussis quinta,
whooping cough atau batuk rejan Penyakit ini ditandai dengan demam dan
perkembangan batuk semakin berat. Batuk adalah gejala khas dari batuk rejan atau
pertussis. Serangan batuk terjadi tiba-tiba dan berlanjut terus tanpa henti hingga
seluruh udara di dalam paru-paru terbuang keluar. Akibatnya saat napas berikutnya
pasien pertussis telah kekurangan udara sehingga bernapas dengan cepat, suara
pernapasan berbunyi seperti pada bayi yang baru lahir berumur kurang dari 6 bulan
dan pada orang dewasa bunyi ini sering tidak terdengar.
Penyakit ini dapat menyerang segala umur. Namun kebanyakan menyerang pada
anak-anak. Infeksi dari penyakit ini akan sangat berbahaya apabila menyerang
infant. Tozzi et al (2005) menyatakan setidaknya pada tahun 1990-an, 20-40 juta
kasus pertussis terjadi di seluruh dunia dan sekitar 400.000 kematian tiap tahun.
Sekitar 90 % infant dibawah 6 bulan yang terinfeksi pertussis meninggal. Sedangkan
pada orang dewasa walaupun gejala yang dihadapi lebih ringan namun mereka
dapat menularkan penyakit tersebut pada orang lain terutama anak-anak yang yang
belum mandapatkan imunisasi .
Pertusis adalah infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh berdetellah
pertusis (Nelson, 2000 : 960). Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang
disebabkan oleh berdetella pertusisa, nama lain penyakit ini adalah Tussisi Quinta,
whooping cough, batuk rejan. (Arif Mansjoer, 2000 : 428) Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pertusis adalah infeksi saluran
pernafasan akut yang disebabkan oleh bordetella pertusis, nama lain penyakit
ini adalah Tussis Quinta, whooping cough, batuk rejan.
2.2. Penyebab
Pertusis disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis yang berbentuk batang gram
negatif, tidak berspora, berkapsul, dan dapat dimatikan pada pemanasan 50°C tetapi
bertahan pada suhu 0° – 10° C. Bakteri ini menyangkut pada bulu dari saluran
pernapasan (Cahyono dkk, 2010).
2.3. Gejala
Pertusis biasanya mulai seperti pilek saja, dengan hidung beringus, rasa lelah dan
adakalanya demam parah. Kemudian batuk terjadi, biasanya sebagai
serangan batuk, diikuti dengan tarikan napas besar (atau “whoop”). Adakalanya
penderita muntah setelah batuk. Pertusis mungkin serius sekali di kalangan anak
kecil. Mereka mungkin menjadi biru atau berhenti bernapas ketika serangan batuk
dan mungkin perlu ke rumah sakit. Anak yang lebih besar dan orang dewasa
mungkin menderita penyakit yang kurang serius, dengan serangan batuk yang
berlanjut selama berminggu-minggu tanpa memperhatikan perawatan.
Masa inkubasi pertusis 6-20 hari, rata-rata 7 hari, sedangkan perjalanan penyakit ini
berlangsung antara 6-8 minggu atau lebih. Perjalanan klinis penyakit ini dapat
berlangsung dalam tiga stadium, yaitu stadium kataralis
(prodromal,pra paroksismal), stadium akut paroksismal (spasmodik), dan stadium
konvalesens. Manifestasi klinis tergantung dari etiologi spesifik, usia,
dan status imunisasi.
Pertusis pada remaja dapat dikenali dengan gejala sebagai berikut: 72- 100% batuk
paroksismal, susah tidur dan sesak, 50-70% muntah setelah abtuk, 30-65%
mengalami whoop, 1-2% rawat inap karena pneumonia atau fraktur tulang iga, dan
0,2-1% kejang atau penurunan kesadaran. Laporan dari Kanada menunjukkan
manifestasi batuk hingga >3 minggu bahkan 47% mengalami batuk >9 minggu. Di AS,
rata-rata batuk akibat pertusis 3,4 bulan setelah
munculnya gejala. Sehingga bukanlah hal yang jarang, bila petugas kesehatan
terlambat mengenali pertusis pada remaja. Beberapa penelitian prospektif
memperlihatkan bahwa bila remaja berobat akibat batuk nonspesifik >1 minggu,
kemungkinan akibat pertusis sekitar 13-20% dengan hampir 20% tidak
memperlihatkan manifestasi paroksismal, whoop, atau muntah setelah batuk.
Dengan demikian, remaja diyakini memiliki peranan penting pada penyebaran
pertusis pada bayi baru lahir dan anak. Kesulitan mengenali gejala pada awal
timbulnya penyakit, meningkatkan angka penularan dan keterlambatan memberikan
profilaksis.
Berikut ini adalah gejala klasik dari pertusis:
2.4. Patofisiologi
Peradangan terjadi pada lapisan mukosa atau saluran nafas. Organisme hanya akan
berkembang baik jika terdapat kongesti dan infitrasi mukosa berhubungan dengan
epitel bersilia dan menghasilkan toksin serta penimbunan peradanagn pada lumen
bronkus. Pada awal penyakit terjadi hyperplasia limfosit penbronklas yang disusun
dengan nekrosis yang mengenai lapisan tengah bronkus. Obstruksi bronkhioulus dan
atelektasis terjadi akibat dari penimbunan mucus. Akhirnya terjadi bronkiaktasis
yang bersifat menetap.
Cara penularan penyakit ditularkan melalui percikan ludah penderita pada saat
batuk dan bersin. Dapat pula melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat makan yang
dicemari kuman penykit tersebut. (Rampengan,2008)
2.5. Komplikasi
Alat pernapasan :
1). Bronkopneumonia
Merupakan komplikasi berat yang paling sering terjadi dan menyebabkan kematian
pada anak dibawah 3 tahun, terutama bayi yang
lebih kecil dari 1 tahun. Gejala ditandai dengan batuk, sesak napas dan panas. Pada
foto toraks terlihat bercak-bercak infiltrate tersebar.
2) Otitis media
Karena batuk-batuk hebat, kuman masuk melaluituba eustaki ke telinga tengah
sehingga menyebabkan otitis media
3) Bronkitis
Batuk mula-mula kering, setelah beberapa hari timbul lender jernih kemudian
menjadi purulent. Pada auskultasi terdengar suara pernapasan kasar atau ronki
kasar atau ronki kering.
4) Atelektasis
Timbul akibat lender kental yang menyumbat bronkioli
5) Emfisema pulmonum
Terjadi karena batuk yang hebat sehingga alveoli pecah
6) Bronkiektasis
Terjadi pelebaran bronkus akibat tersmbat oleh lender yang kental dan dapat
disertai dengan infeksi sekunder
7) Kolaps alveoli paru
Akibat batuk paroksismal ang lama pada anak-anak sehingga dapat menyebabkan
hipoksia berat dan pada bayi dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba.
2. Alat pencernaan :
1). Hernia adalah kondisi yang terjadi anita organ dalam tubuh menekan dan
mencuat melalui jaringan otot atau jaringan ikat di sekitarnya yang lemah. Jaringan
ikat tubuh seharusnya cukup kuat untuk menahan organ tubuh di dalamnya agar
tetap berada di posisinya masing-masing.
Namun, beberapa hal menyebabkan jaringan ikat melemah sehingga tidak dapat
menahan organ di dalamnya dan mengakibatkan hernia.
2). Stomatitis adalah luka lecet yang terdapat dalam mulut dan gusi
2.7. Penatalaksanaan
1. Medik
1) Antibiotik
a. Eritromisin dengan dosis 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis. Obat ini
menghilangkan B. pertusis dari nasofaring
dalam 2-6 hari dengan demikian memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi.
b. Ampisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
c. Lain-lain: kloramfernikol, tetrasiklin, kotrimoksazol
2) Imunoglobulin
3) Ekspektoransia dan mukolitik
4) Kodein diberikan bila terdapat batuk-batuk berat
5) Luminal sebagai sedative (Rampengan,2008)
2. Keperawatan
Masalah yang perlu diperhatikan adalah gangguan kebutuhan nutrisi gangguan rasa
aman dan nyaman, risiko terjadi komplikasi, dan kurangnya kebutuhan orang tua
mengenai penyakit.
1) Gangguan kebutuhan nutrisi
Serangan batuk berulang-ulang yang terjadi siang dan malam akan sangat
melelahkan dan menimbulkan anoreksia.keadaan tersebut menyebabkan pasien
batuk rejan menjadi sangat kurus (kaheksia). Untuk mengurangi hal itu perlu
diusahakan agar masukan makanannya tidak terlalu kurang dengan cara sehabis
batuk dan muntah setelah beberapa saat berikan anak makan atau minum susu.
2) Gangguan rasa aman dan nyaman
Pasien yang menderita batuk rejan sangat menderita gangguan rasa aman dan
nyaman karena adanya seranagn batuk panjang
dan berulang-ulang. Anak akan sangat kelelahan dan tidak cukup istirahat. Pada saat
batuk anak menderita kesukaran bernafas sehingga sangat gelisah maka harus ada
yang menemani dan membantu saat anak muntah. Setelah serangan reda berikan
minuman serta usahakan agar anak dapat istirahat.
3) Risiko terjadi komplikasi
Penyakit batuk rejan menyebabkan daya tahan tubuh pasien sangat menurun
sehingga mudah terjadi komplikasi yang kadang-kadang bahayanya lebih besar
daripada batuk rejan.
Sehingga perlu batuk rejan perlu dicegah. Cara penjegahan dengan pemberian
imunisasi vaksin DPT dan polio. Selain vaksin jika sakit batuk segera dibawa berobat
agar dapat didiagnosis sedini mungkin.
4) Kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Pada umumnya orang awam tidak mengerti bahwa anaknya menderita penyakit
batuk rejan yang dapat menyebabkan penderitaan lama bagi anaknya jika tidak
segera mendapat pengobatan yang tepat. Jika diagnosis telah ditentukan dokter,
perlu dijelaskan kepada orang tua pasien bahwa penyakit ini mudah menular,
penyakit ini juga berlangsung laam dan dapat
menyebabkan anak menjadi kurus. (Rampengan,2008)
PATHWAY
B o rd e te lla ertu is
In h a la s i d ro p le t
A lv e o u lu s
R ea k si an tig e n -a n tib o d i
R ea k si ra d a n g P en in g k a ta n a k tiv ita s
T u b e rk e l p ecah
p a d a p a ru se lu ler
E k su d a s i P e n in g k a ta n p ro d u k si M e ta b o lism e m e n in k at
sek re t
M e ra n g sa n g resep to r B a tu k -b a tu k K u ra n g n a f su m ak an
sa ra f u n tu k
m e n g e lu a rk a n P o la n a fa s tid a k A su p a n k u ra n g
n e u ro tra n s m ite r efe k tif
b rad ik in in ,se ro tin iu m
B B m e n u ru n
d a n h ista m in
P e ru b a a n n u isi
N y eri k u ra n g d a ri
k e b u tu h a n
B A B IV
BAB III
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pertusis adalah infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh bordetella
pertusis, nama lain penyakit ini adalah Tussis Quinta, whooping
cough, batuk rejan. Pertusis disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis yang
berbentuk batang gram negatif, tidak berspora, berkapsul, dan dapat dimatikan
pada pemanasan 50°C tetapi bertahan pada suhu 0° – 10° C. Bakteri ini menyangkut
pada bulu dari saluran pernapasan. Pertusis biasanya mulai seperti pilek saja,
dengan hidung beringus, rasa lelah dan adakalanya demam parah. Kemudian batuk
terjadi, biasanya sebagai serangan batuk, diikuti dengan tarikan napas besar (atau
“whoop”). Pertusis mungkin serius sekali di kalangan anak kecil.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. Aesculapius Cahyono, J B. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit
Infeksi. Yogyakarta: KANISIUS
2. Azhali M.S, dkk. 1993. Ilmu Kesehatan Anak Penyakit Infeksi Tropik. Bandung:
Indonesia. FK Unpad
3. Behram, klieman & Nelson. 2000. ”Ilmu kesehatan anak”. Jakarta : EGC
4. Irawan Hindra, Rezeki Sri, Anwar Zarkasih. 2008. Buku Ajar Infeksi Dan
Pediatrik Tropis. Edisi 2, Cetakan I. Jakarta: Penerbit Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FKUI.
5. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita selekta Kedokteran jilid 2. Jakarta : EGC
6. T.H.Rampengan. 2005.Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, Ed 2.Jakarta : EGC
7. Jackson, Marilynn., dan Jackson, Lee. 2011. Panduan Praktik Keperawatan
Klinis. Jakara : Penerbit Erlangga
Nama Mahasiswa :
NIM :
Tanggal Praktek :
Ruangan :
Tanggal Pengkajian :
I. IDENTITAS PASIEN
A. Nama : An. F
Nama Panggilan :-
Umur/Tanggal Lahir : 2th/ 01-02-2022
Jenis Kelamin : Laki -laki
Pendidikan :-
Ibu px mengtakan anak nya belum pernah di RS dan tidak memiliki riwayat penyakit
b. Penggunaan Obat-obatan
Ibu px mengatakan anak nya jika sakit panas hanya minum obat paracetamol
c. Riwayat Alergi
Ibu px mengatakan anak nya tidak mempunyai riwayat pada obat , ataupun makanan
apapun .
Ibu px mengatkan anak nya mendapatkan imunisasi dasar pada usia 1 tahun tetapi ada
e. Kecelakaan
Ibu px mengatakan anak nya tidak pernah mengalami kecelakaan besar maupun kecil.
Ibu px mengatakan sejak usia kehamilan memasuki bulan pertama sampai usia bulan
b. Natal
Ibu px mengatakan px lahir secara sesar karena keinginan ibu nya sendiri . tidak ada
kelainan bawaan dan gangguan selama proses persalinan setelah lahir px langsung
menangis.
Bojonegoro
c. Post Natal
Ibu px mengatakan setelah anak nya lahir langsung diberi asi dan diberi imunisasi
lengkap : BCG, Polio ,I,II,III : Dpt I,II,III dan campak . Anak nya diberi asi ekslusif
selama 6 bulan .
Tidak ada anggota keluarga yg memiliki penyakit menular dan keturunan seperti DM,
hipertensi, jantung. Dalam 1 rumah terdapat 4 anggota kelurga dan bapak pasien
perokok aktif .
Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
a. Nutrisi
Dirumah
Jenis : ibu px mengatakan anak nya dirumah makan dengan
nasi dan menu makanan lain nya
Di Rumah Sakit
Jenis : ibu px mengatakan anak nya di RS mendapatkan
makan nasi tim 3x sehari dan snack pagi dan sore
b. Cairan
Dirumah
Jenis : ibu px mengatakan anak mya minum air putih dan
susu
Frekuensi : 4 jam
Porsi/Jumlah : 1 botol
Di Rumah Sakit
Jenis : ibu px mengatakan anak nya di RS minum air putih
dan susu
Frekuensi : 4 jam
Porsi/Jumlah : 400 ml
Di Rumah Sakit
Siang : ibu px mengatakan anak nya terbaring di tempat
tidur dan sering rewel tidak mau tidur dan bautuk terus menerus .
d. Kebersihan Diri
Dirumah : ibu px mengatakan anak nya mandi 2x sehari pagi
dan sore , ganti pakaian , pakai sabun , keramas 2x sehari.
Di Rumah Sakit : ibu px mengatakan anak nya tidak mandi dan hanya
di sibin lalu ganti pakaian dengan bantuan perawat.
f. Eliminasi
Urine (jumlah, frekwensi, warna, bau)
Dirumah : ibu px mengatakan anak nya BAK lancar , warna
jernih , dan tidak nyeri.
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : Nadi :
Suhu : Respirasi :
Berat Badan : Tinggi Badan :
i. Pemeriksaan thorax/dada
a. Bentuk thorax
Tanda-tanda kesulitan bernafas
b. Paru-paru
Inpeksi : tidak ada kelainan di jantung seperti pijences ,
barelces, dan vanelces , tidak ada hiperpigmentasi pada area paru- paru
c. Jantung
Inpeksi : tidak nampak vesyer cardiac, kardiomegali ,
ictus cordis tidak nampak
Palpasi :nyeri dibagian dada, tidak ada benjolan
j. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : simetris , tidak ada lesi , tidak ada luka jahitan
Auskultasi : bising usus 18x/mnt
Perkusi : timpani
Palpasi : tidak ada benjolan ,nyeri tekan tidak ada
hiperpigmentasi tidak ada pembesaran pada daerah abdomen dan perut
nampak kecil dan kurus
k. Genetalia
Tidak ada kemerahan tidak ada benjolan dan , tidak ada iritasi dan tidak ada
gangguan kencing
l. Anus
Tidak ada kemerahan ,pasien belum BAB dan tidak ada iritasi pada anus
m. Punggung
Simetris normal , tidak ada lesi ,tidak ada hiperpigmentasi tidak ada tanda kelainan
pada tulang seperti lordosis,skoliosis dan kifosis dan tidak ada yang mencurigakan
o. Pemeriksaan integumen
Kebersihan = kulit bersih tidak ada lesi
Kehangatan = akral hangat
Warna = tidak kemerahan di tangan px warna kulit sawo matang
Turgor = baik
Tekstur = baik
Kelembaban= lembab
Kelainan pada kulit= tidak ada , kulit bersih tidak ada lesi
Bojonegoro, .....................................
ANALISA DATA
Peningkatan
produksi secret
Akumulasi secret
Obstruksi jalan
napas
Batuk – batuk
Bersihan jalan
napas tidak efektif
3. Peningkatan Defisit
Ds: aktivitas seluler Nutrisi
ibu pasien mengatakan anak nya
sulit untuk makan , tidak menghabis Metabolisme
kan porsi makan dan hanya makan meningkat
3 sendok makan .
Pemecahan protein,
lemak ,dan adanya
penekanan pada
Do :
saraf pusat lapar di
otak
1. Px tampak kurus
2. Porsi makan tidak habis Kurang nafsu
3. A= BB makan
4. B = HB 14.0
5. C= Px tampak lemas Asupan kurang
6. D= Px mendapat diit
Jenis = nasi tim BB menurun
Frekuensi = tidak mau makan
Jumlah/porsi = 1 porsi tidak Defisit Nutrisi
habis
4. Kurangnya Defisit
pengetahuan dan Pengetahuan
Ds :
informasi
ibu mengatakan tidak mengetahui
tentang penyebab penyakit anak nya
Ansietas dengan
Do: kondisi
1. Ibu pasien nampak
kebingungan saat ditanya Tidak mengetahui
penyakit anak nya tentang penyakit
2. Ibi pasien bertanya – tanya pertusis
tentang penyebab sakit anak
nya
Nama Pasien : An . F
Umur :
No. Register :
NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 19 Maret 2023 Bersihan jalan napas tidak efektif b.d proses infeksi
d.d batuk
2 19 Maret 2023 Nyeri akut b.d infeksi d.d batuk terus - menerus
Nama Pasien : An .F
Umur :
No. Register :
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD
1 Bersihan jalan napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas
b.d proses infeksi d.d batuk keperawatan selama 1x24 jam Observasi
diharapkan bersihan jalam 1. Monitor pola napas (frekuensi, 1. Untuk mengetahui pola
napas meningkat dengan KH : kedalaman, usaha napas) napas pasien
1. batuk efektif membaik 2. Monitor bunyi napas tambahan 2. Untuk mengetahui adanya
(4) (mis. gurgling, mengi, bunyi napas tambahan
2. frekuensi napas membaik wheezing, ronkhi kering)
pada pasien
( 4) 3. Monitor sputum (jumlah,
3. Untuk mengetahui adanya
3. pola napas membaik ( 4) warna, aroma)
sputum
Terapeutik
Edukasi
2 Nyeri akut b.d infeksi d.d batuk setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri 1. Untuk mengetahui dimana
terus - menerus keperawatan selama 1x 24 Observasi lokasi nyeri dengan tepat
jam diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi nyeri 2. Untuk mengetahui skala
menurun dengan KH : nyeri pada pasien dan
1. keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri kualitas nyeri yang sedang
( 4) dirasakan pasien
2. meringis menurun ( 4) 3. Memudahkan untuk
3. frekuensi nadi membaik mengetahui keberhasilan
3. Monitor keberhasilan terapi
dalam terapi yang sudah
komplomenter yang sudah
diberikan
diberikan
Terapeutik
1. Membantu mengurangi
rasa nyeri pada pasien
1 Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri 2. Meningkatkan rasa aman
( distraksi dan relaksaki dan nyaman pada pasien
2 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
( suhu ruangan , pencahayan
, kebisingan ) 1. Membantu mengkaji
keadaan pasien
Edukasi 2. Untuk mengurangi rasa
1 Anjurkan memonitor nyeri nyeri pada pasien
secara mandiri
2 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk 1. Untuk mengurangi rasa
mengurangi rasa nyeri nyeri pada pasien
Kolaborasi
1 Kolaborasi penggunaan
analgetik ( jika perlu)
3 Defisit Nutrisi b.d faktor psikologis Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi 1. Untuk mengetahui status
d.d keenggangan untuk makan Observasi nutrisi pasien
keperawatan selama 1x 24
1. Identifikasi status nutrisi 2. Untuk mengetahui alergi pada
jam diharapkan asupan nutrisi
makanan
membaik dengan KH :
3. Untuk menambah nafsu makan
1. Porsi makan yang 2. Identifikasi alergi dan
meningkat ( 4) intoleransi makanan
4. Untuk mengetahui asupan
2. Berat badan membaik ( 3. Identifikasi makanan yang
makan pasien
4) disukai
3. IMT membaik ( 4) 4. Monitor asupan makanan 5. Untuk mengetahui adanya
kenaikan dan penurunan BB
5. Monitor berat badan 6. Untuk mengetahui HB pasien
6. Monitor hasil pemeriksaan 1. Untuk tetap menjaga kebersihan
laboratorium
Terapeutik 2. Agar pasien faham tentang
1. Lakukan oral hygiene pedoman diit yang benar
sebelum makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan 3.Untuk membantu menigkatkan
nafsu makan pasien
pedoman diet (mis.
piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara
4.Untuk menegah terjadi nya
menarik dan suhu yang
konstipasi
sesuai
4. Berikan makanan tinggi 5.Untuk meningkatkan asupan gizi
serat untuk mencegah pasien
konstipasi 6.Jika diperlukan pada pada pasien
5. Berikan makanan tinggi dan susai dengan advis dokter dan
kalori dan tinggi protein ahli gizi
6. Berikan suplemen makanan,
jika perlu
1.Agar pasien tidak tersedak saat
makan
Edukasi 2. Untuk membantu
1. Anjurkan posisi duduk, jika memenuhi nutrisi pada pasien
mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan 1.jika diperlukan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan 2.untuk mengetahui jumlah kaloro
(mis, pereda nyeri, dan nutrien yang dibutuhkan
pasien
antiemetik). Jika perlukan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan Observasi
1. untuk mengidentifikasi
4 Defisit Pengetahuan b.d kurang Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan kesiapan dan kemampuan
terpapar informasi d.d tidak keperawatan selama 1x24jam menerima informasi
Observasi
mengetahui tentang penyakit diharapkan tingkat 2. untuk meningkatkan
1. Identifikasi kesiapan dan
pertusis pengetahuan meningkat kemampuan menerima motivasi perilaku hidup
dengan Informasi bersih & sehat
KH : 2. Identifikasi faktor-faktor
1. Perilaku sesuai anjuran yang dapat meningkatkan
dan menurunkan motivasi
verbalisasi minat
perilaku hidup Bersih dan
dalam belajar sehat
meningkat (4)
2. Kemampuan
1. agar pasien lebih
memahami materi yang
menjelaskan tentang Terapeutik dijelaskan
suatu topik meningkat
(4) 1. Sediakan materi dan media 2. agar pasien menjadi lebih
pendidikan kesehatan faham pada saat bertanya
Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesual
kesepakatan
2. Berikan kesempatan untuk 1. agar pasien memahami
bertanya faktor resiko yang dapat
Edukasi mempengaruhi kesehatan
2. agar pasien mengerti dan
1. Jekaskan faktor risiko yang bisa menenrapkan hidup
dapat mempengaruhi bersih dan sehat
kesehatan
-monitor sputum
-
CATATAN PERKEMBANGAN
O:
1. RR menurun
2. sputum berlebih
3. gelisah
4. dispnea
P : Intervensi dilanjutkan
Nyeri akut b.d infeksi d.d batuk S : ibu pasien mengatakan nyeri
terus – menerus pada bagian dada karena batuk
O:
1. tampak mringis
2. frekuensi nadi meningkat
3. sulit tidur
P : Intervensi dilanjutkan
O:
1. BB menurun
2. bising usus 18x/mnt
3. rambut rontok berlebih
4. membran mukosa
5. otot menelan
EVALUASI
Nama Pasien : An. F
Umur : 2 tahun
No. Register :
No.
NO. DIAGNOSA EVALUASI
Urut
S : ibu pasien mengatakan