Anda di halaman 1dari 4

1.

PENYAKIT PERTUSIS
a. Pengertian
1) Pertusis adalah Penyakit radang paru (pernafasan) yang disebut
juga batuk rejan atau batuk 100 hari, karena lama sakitnya dapat
mencapai 3 bulan lebih atau 100 hari.
2) Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh
Bordetella pertusis. Nama lain dari penyakit Pertusis adalah tussis
quinta, whooping cough, batuk rejan.
b. Penyebab
Penyakit pertusis terbanyak disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis
tetapi kadang-kadang juga oleh Bordetella parapertu sis di beberapa
daerah dunia. Bakteri Bordetella parapertusis termasuk bakteri gram
negatif yang dapat dibiakkan dari swab nasofaring penderita pertusis
dengan media khusus (ditanamkan pada media agar Bordet-Gengou).
c. Epidemiologi dan Patogenesis
Pertusis sangat mudah menular pada populasi yang tidak imun, bahkan
dikatakan bahwa penularannya 100%. Risiko tertinggi terjadi pada bayi
Kejadian pertusis sangat menurun dengan diadakannya vaksinasi masal
Di Amerika dan Inggris dari pe ngamatan epidemiologis diketahui bahwa
pertusis merupakan penyakit endemik dengan siklus epidemik. Periode
puncak epidemik terjadi sekitar selang waktu 3 tahun. Pertusis terdapat di
semua daerah geografis.
Menurut sejarahnya, pertusis adalah penyakit anak, tetapi di Amerika
akhir-akhir ini 12,7% penderita berumur 15 tahun atau lebih. Saat ini,
pertusis pada orang dewasa jarang diketahui sebagai pertusis. Penularan
penyakit ini terutama melalui kontak langsung, B. pertusis jarang
ditemukan pada seseorang yang tidak sakit Tidak ada hubungan antara
penyakit ini dengan musim, perempuan lebih banyak terserang daripada
laki-laki. Jumlah kematian sangat menurun pada era pasca vaksinasi
Saat ini kematian terutama terjadi pada bayi < 6 bulan yang tidak di
vaskinasi.
d. Gejala Klinis
Masa inkubasi penyakit ini 6-20 hari (rata-rata 7 hari). Gejala umumnya
dibagi dalam 3 fase, yaitu fase kataral, paroksi mal (serangan) dan
konvalesen (penyembuhan), yang berlangsung selama 6-8 minggu.
Manifestasi klinis tergantung pada kuman penyebab, umur dan status
imunisasi. B.parapertusis menye babkan penyakit yang lebih ringan dan
lebih cepat sembuh.
1) Fase kataral (1-2 minggu)
2) Gejala infeksi saluran nafas alas pilek, batuk k air mata, mata
merah, panas tak tingg Pada fase c nya sulit didiagnosis sebagal
pertusis, karena tidak khas.
3) Fase serangan (2-4 minggu)
Batuk bertambah berat dan sering Terjadi batuk kunt b tun 5-10
kali dalam satu kali mengeluarkan nafas d oleh usaha menarik
nafas penuh yang tiba-tiba sehingga menimbulkan suara
melengking yang khas (whooping) Pada saat ini dapat terlihat
anak menjadi biru, mata meto lidah menjulur, keluar air mata.
Beberapa serangan episod batuk dapat terjadi sampai anak
berhasil mengeluarkan sumbatan lendir yang menutup jalan nafas,
kadang kadang disertal muntah. Serangan ini sangat melelahkan
sampai anak terlihat apatis dan menyebabkan berat badan tunan
Serangan ini dapat dipacu oleh gerakan menguap, bersin, makan,
minum, gerakan fisik, bahkan hanya dengan sugesti Di antara
serangan penderita terlihat sakit ringan dan main seperti biasa
Tidak semua penderita pertusis mengalami 'whooping'
4) Fase penyembuhan (1-2 minggu)
Episode serangan batuk, whooping' dan muntah berkurang
frekuensi dan beratnya. Batuk masih dapat ada sampal beberapa
bulan.

e. Komplikasi
Komplikasi paling sering adalah pneumonia (radang paru), yang
bertanggung jawab atas 90% kematian pada anak umur < 3 tahun.
Pneumonia dapat disebabkan B.pertusis, tetapi lebih sering karena
infeksi bakteri lain.
Kejang dan kesadaran menurun dapat terjadi akibat kurangnya oksigen
di otak pada saat serangan. Kuatnya batuk juga dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan (misalnya dikonjungtiva mata) dan timbulnya
hernia.
f. Penanganan
Pemberian antibiotika dapat menghilangkan kuman dalam 3-4 hari
sehingga mengurangi kemungkinan penularan dan terjadinya infeksi
bakteri lain. Selain itu juga diberikan terapi penunjang lain seperti
memperhatikan nutrisi dan kecukupan cairan, penghisapan lendir secara
hati-hati dan pemberian oksigen bila perlu.

g. Prognosis
Prognosis penyakit ini berhubungan langsung dengan umur penderita.
Pada anak yang lebih besar, prognosis baik. Pada bayi, kematian sekitar
0,5-1%, dan dapat terjadi kerusakan otak akibat ensefalopi
h. Pencegahan
Kekebalan yang didapat dari ibu hampir tidak ada. Vaksin per tusis
pertama kali dikembangkan sekitar 60 tahun yang lalu, dan vaksin yang
efektif mulai dipakai diseluruh dunia sejak 40 tahun yang lalu sekitar
tahun 1960-an bersama-sama dengan vaksin difteri dan tetanus sebagai
vaksin DPT Vaksin DPT yang beredar di Indonesia dibuat oleh suatu
perusahaan farmasi dan antigen pertusisnya berasal dari bakteri ('whole
cell') B pertusis yang dilemahkan Pemberian vaksin DPT dapat
menimbulkan panas pada sekitar 50% anak yang divaksinasi, sedang
kemerahan dan sakit pada tempat vaksinasi terjadi pada sekitar 40%.
Efek samping ini akibat dari vaksin pertusis, sehingga pada anak yang
pernah mengalami kejang demam dianjurkan untuk tidak divaksinasi
pertusis dan hanya diberikan vaksin DT.
Penyebaran pertusis dapat dikurangi dengan sesegera mungkin
mengobati pasien dengan antibiotika yang sesuai. Selain itu dapat juga
melindungi kontak serumah dengan memberikan booster' pada anak
berumur kurang dari 7 tahun yang belum mendapat vaksinasi dasar atau
belum di 'booster' dalam 3 tahun terakhir.

Anda mungkin juga menyukai